We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Tuesday, 15 February 2022

Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat YESUS. Namun Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. Maka Berhati- Hatilah Dengan Kelicikan Orang Farisi. (Markus, 8 :11-13.)

Kelicikan Orang  Farisi.

Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang. 


Kehadiran Yesus di tengah masyarakat selalu mengganggu ketenangan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus sudah semakin dikenal oleh masyarakat, baik di kalangan Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Mujizat yang dilakukannya sudah menggerakkan hati banyak orang. Orang yang disembuhkannya sudah menjadi saksi kehebatan Yesus Kristus, bahwa Dia adalah Anak Allah. 


Mereka yang sudah menyaksikan mujizat-mujizat yang dibuat Yesus sudah menjadi pewarta kebaikan Yesus ke mana saja sehingga nama Yesus semakin dikenal dan kehebatannya memikat hati banyak orang. Dari hari ke hari, para pengikut-Nya semakin banyak. Orang tidak lagi mau mendengarkan ngomongan orang Farisi dan ahi-ahli Taurat, tetapi lebih senang mendengarkan Yesus. Kehebatan Yesus sudah menjadi tantangan besar untuk orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.


 Sudah banyak kali orang Farisi dan ahli Taurat melontarkan pertanyaan kepadaNya dengan maksud untuk menjerat Dia, tetapi pertanyaan mereka selalu menjadi bumerang untuk diri mereka sendiri. Karena seringkali merasa terjebak, maka hari ini mereka mau mencoba Yesus lagi, meminta Dia untuk meminta tanda dari surga untuk membuktikan bahwa misi-Nya sungguh mendapat restu dari surga. 


Menanggapi permintaan ini, Yesus merasa kasihan dengan mereka, karena hati mereka belum juga terbuka melihat tanda-tanda yang sudah dibuatNya. Dengan penuh kesal Dia berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? 


Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda. Kemudian Ia meninggalkan mereka.” Yesus merasa kecewa karena pikiran dan hati orang Farisi dan ahli-ahli Taurat begitu keras. Yesus sesungguhnya sudah menunjukkan begitu banyak tanda. 


Dia sendiri adalah tanda kasih Allah. Ia selalu menaruh kasih kepada orang berdosa yang bertobat; Ia adalah tanda kasih Allah yang penuh belaskasihan; Ia adalah tanda pengampunan Allah, yang tidak menghukum manusia berdosa yang bertobat, melainkan mengampuni dosa-dosa mereka dan menyelamatkan mereka. Yesus adalah tanda penebusan kita umat manusia. 

 

Yesus tidak membuat tanda bagi orang yang keras hatinya dan selalu menolak Allah. Tanda atau mujizat bukanlah permainan sulap yang mau menyenangkan mata orang yang melihatnya, tetapi satu bentuk jawaban Tuhan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Mujizat Yesus bertujuan untuk memperkuat iman dari mereka yang percaya kepada-Nya. Kepada mereka yang mau mencobai Tuhan demi kepuasan diri, kepada mereka mujizat tidak akan dilayani. 


 Kecenderungan amat besar dalam tradisi hidup kita adalah serba terburu-buru. Budaya instan dengan segala kemudahan dan iming-iming yang mengenakkan memang sudah menjadi atmosfir hidup kita. Tanpa bersifat munafik, kita memang kerap kali terbantu dengan aneka macam yang instan. Namun satu nilai yang tergusur dalam hidup kita adalah sikap berani bertahan dan bertekun saat mengalami pencobaan.


Orang-orang Farisi mempermasalahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus. Padahal Yesus sudah banyak memberikan tanda dan keselamatan kepada semua orang. Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. 


Tidaklah mengherankan bila Yesus mengeluhkan kedegilan hati mereka. Dalam hidup harian ada kalanya kita membuat Yesus tidak sabar dengan kedegilan hati kita. Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat-Nya tetapi kita masih belum menyadari dan belum membuka mata untuk itu.

 

Perubahan hidup seseorang dari tidak baik menuju baik membutuhkan proses dan tidak sekali jadi. Tidak bisa langsung jadi seperti yang kita harapan. Kita rupanya belum bersikap bijaksana.


Sebagai orang yang beriman kita lupa bahwa setiap pengalaman hidup yang Tuhan berikan tentu memiliki maksud tersendiri. Tuhan ingin agar kita kuat dan bertahan dalam situasi apapun berkat salib Kristus. Apapun bentuknya pencobaan, Tuhan selalu mengingatkan kita untuk selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sampai kapanpun. 


Segala sesuatu dan peristiwa yang terjadi, baik akibat ulah manusia ataupun akibat keadaan alam, tidak lepas dari Allah. Maka, semua itu juga dapat digunakan oleh Allah sebagai "tanda" kehendak atau rencana-Nya. Kehendak dan rencana Allah terhadap manusia tidak akan menyimpang dari kehendak dan rencana untuk menyelamatkan manusia. 


Sesuatu yang menyenangkan dimaksudkan untuk menguatkan iman sedangkan sesuatu yang pahit, tidak menyenangkan, penderitaan atau kesulitan dimaksudkan untuk mengingatkan. Maka apabila kita mampu menangkap kehendak atau rencana Tuhan dan menerima apa yang kita hadapi itu menjawab kebutuhan kita, itu berarti kita mengakui bahwa apa yang kita hadapi adalah tanda cinta kasih Allah. 


Sebagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis, bahwa orang-orang yang cara hidupnya memadamkan karya Roh tidak akan mengenali panggilan dan kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Segala yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, merupakan tanda akan Tuhan, dan tanda kehadiran atau kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kita ini hidup dalam tanda, apa yang hakiki dan sejati bagi kita hanya dapat kita saksikan dalam tanda. 


Agar kita hidup dengan bijak, kita harus tanggap akan tanda-tanda zaman atau situasi. Menangkap makna tanda dengan tepat dan menanggapinya dengan cara yang tepat, itulah yang disebut kebijaksanaan. Kita harus tekun melatih dan merawat kepekaan serta mensyukuri segala sesuatu yang kita hadapi dalam hidup ini sebagai tanda cinta kasih Allah.


Dalam  Injil , mengapa orang Farisi meminta tanda, karena mereka tidak mensyukuri, tidak menerima apa yang mereka saksikan dan hadapi sebagai tanda cinta kasih Allah. 


"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" (1Tes 5:16-22). 


Roh Kudus adalah Cinta Kasih Allah yang dicurahkan ke dalam diri kita untuk memurnikan hati kita. Orang yang bergembira dan banyak berdoa, karena mensyukuri segala sesuatu sebagai tanda cinta kasih Allah, itu sama dengan melatih diri peka akan tanda zaman, sebab tidak akan memadamkan karya Roh, akan menghargai nubuat-nubuat para nabi, akan memandang sesuatu dari sisi positif. 


Iman kepada Tuhan adalah jawaban manusia terhadap karya Allah yang menuntun dan menyelamatkan manusia menuju hidup abadi. Itulah yang dikehendaki Allah, sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri bahwa iman lah yang menyelamatkan.


 Namun, iman itu harus dihidupi oleh manusia itu sendiri dengan dan dalam cinta kasih. Itulah iman yang hidup dan sekaligus juga memperkuatnya. Di situlah iman semakin mendalam dihayati sebagai kebenaran yang membenarkan manusia. 


Segala sesuatu yang dilakukan dan dialami Kristus adalah karya Allah yang benar-benar menyelamatkan manusia sesuai dengan janji-Nya. Kristus tidak dapat dipisahkan dari Allah Bapa, karena itu, ketaatan kepada ajaran Kristus adalah juga ketaatan kepada Allah.


 Allah Bapa yang berkarya melalui Kristus. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami sabda-Nya terlebih yang menyangkut iman, dan bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi orang beriman. 


Pembaptisan adalah tanda orang mengimani Kristus. Namun, apakah kita menyadari bahwa iman itu mesti diperjuangkan untuk dihayati, sehingga kita dapat hidup baik dan benar. Kristus berkarya menyelamatkan umat manusia sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang begitu besar cinta-Nya kepada manusia.


 Kita diharapkan memliki rasa cinta kepada Kristus dan iman akan karya penyelamatan Allah, sehingga Allah berkenan melimpahkan petolongan-Nya lebih berlimpah lagi yaitu dengan mengutus Roh Kudus, Roh Cinta Kasih Allah sendiri untuk membimbing kita agar tetap mampu melaksanakan kehendak Allah. Selain dari pada itu, kita juga diharapkan untuk terus mengembangkan cinta untuk memperdalam iman kita, agar semakin banyak orang diselamatkan oleh Kristus. 


Bapa Surgawi, kami datang ke hadapan-Mu i berusaha untuk mengenal-Mu, melayani-Mu, dan mengasihi-Mu. Kuatkan iman kami dan buka mata kami untuk melihat banyak cara-Mu dalam mengungkapkan diri kepada kami.

1. Berdebat dengan Tuhan:

Orang-orang Farisi telah menghabiskan seluruh hidup mereka mempelajari firman Allah dalam Perjanjian Lama, namun mereka gagal untuk mengenali Yesus ketika Dia ada di depan mereka.


 Ini adalah salah satu dari banyak kisah di mana sekelompok orang Farisi mendekati Yesus untuk berdebat dengannya, mengujinya, dan menjebaknya. Mereka merasa popularitas mereka sedang terancam. Atau mungkin mereka dibutakan oleh keangkuhan. Namun ironisnya mereka menuntut tanda dari Surga untuk menguji Yesus. 


Tentu saja, kita bisa jatuh ke dalam pencobaan yang sama—mencari tanda—terutama selama masa pergolakan emosional ketika kepercayaan kita digoyahkan. Tetapi Tuhan kita berbelas kasih kepada kita ketika kita meminta dengan tulus, ketika kita mau mencoba memahami keadaan kita dan memperdalam iman kita. Dia juga mengundang kita untuk mewartakan, “Jadilah kehendak-Mu,” terlepas dari apakah Dia memberi kita tanda yang kita cari atau tidak.


2. Kedalaman kasih-Nya: 

Betapa lelahnya Yesus dalam perikop Injil ini. Kita bisa membayangkan dia frustrasi dan sedih atas sikap keras kepala mereka. Dia melihat setiap orang Farisi sebagai anak yang dikasihi, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan diberkati dengan pengetahuan, kebijaksanaan, dan tradisi iman Yahudi. 


Namun, terlepas dari banyak keuntungan spiritual mereka, mereka dengan sengit berdebat dengan-Nya dan menuntut Dia membuktikan dir-Nya dengan sebuah tanda.  Padahal Dia baru saja secara ajaib menyembuhkan orang tuli dan buta (Markus 7:31-37), namun mereka menuntut tanda lain. 

Dalam hidup kita, tidak ada salahnya untuk meminta tanda, tetapi pencarian tanda kita harus selalu didasarkan pada iman dan kerendahan hati—penuh harapan, dan tidak pernah sombong atau putus asa. 


3. Dia Meninggalkan Mereka: 

Kita diyakinkan dalam Yohanes 3:16 bahwa “Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa tetapi memiliki hidup yang kekal.” Namun, Yesus, yang sepenuhnya ilahi, juga sepenuhnya manusia. Dia tidak pernah berhenti mencintai orang farisi yang mendesaknya. 


Mengapa Dia meninggalkan mereka? Agaknya, Dia menyadari bahwa mereka tidak benar-benar mencari tanda mereka hanya ingin membuat-Nya tampak lemah dan bodoh. Yesus  pergi ke pantai lain. Ini adalah pelajaran bagi kita! Yesus tidak akan pernah berhenti mengasihi kita, tetapi Dia tidak akan memaksa kita untuk menerima-Nya. 

Yesus Memperingatkan Murid-MuridNya, kata-Nya: "Berjaga-jagalah & waspada Terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." Markus 8:14-21


Mengikuti Tuhan Yesus bukanlah hal yang mudah. Sering dalam hidup kita dikhawatirkan dengan hal-hal duniawi yang membelenggu diri kita, bisa masalah makan, ketakutan masa depan dan masih banyak lainnya, sehingga kita kurang mempercayakan hidup kita kepada Tuhan Yesus. Hal ini juga dialami para murid yang khawatir akan makanan yang akan di makan. Dimana dikatakan dalam Injil Markus 8:14-21.


Para murid lupa bawa roti, hanya bawa sebuah roti saja. Mereka bagaimana bingung bagaimana nantinya mereka makan, karena pasti tidak cukup. Padahal mereka baru saja melihat Tuhan Yesus membuat mukjizat penggandaan roti dengan 7 roti bisa memberi makan 4.000 orang.


Seringkali kita degil seperti para Murid, yang masih mengkhawatirkan hidup kita, sehingga membuat iman kita gugur di tengah jalan karena keragu-raguan kita. Seperti benih yang jatuh di semak berduri, karena kesulitan dan tekanan dalam kehidupan kita, membuat iman kita mati.


Kalau hari ini kita masih hidup dan telah melewati berbagai macam badai masalahan dalam hidup kita dan telah banyak mengalami mukjizat, bukankah itu sebagai bukti nyata penyertaan Tuhan dalam hidup kita.


Masalah yang sering terjadi dalam hidup kita adalah kita mempunyai banyak keinginan-keinginan duniawi yang membuat kita cemas dan tidak merasa puas.


Rasul Yakobus sangat baik menasehati kepada kita bahwa sering kita jatuh dalam pencobaan karena keinginan kita sendiri, dimana kita diseret dan terpikat olehnya. Akibatnya keinginan yang telah dibuahi melahirkan dosa dan akhirnya mendatangkan maut (Yak 1:12-18)


Mari saat ini berani mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan Yesus, memang sesuatu yang tidak mudah, tetapi kita boleh percaya ada sukacita diakhir perjalanan kita bersama Tuhan Yesus dan kita tidak akan pernah dikecewakan. Ingatlah setiap pemberian yang baik dan setiap.anugerah yang sempurna, datangnya dari ayas, diturunkan oleh Bapa segala terang.


Sebagaimana kita pahami, manusia hidup itu bukan hanya dari roti saja tetapi terutama justru dari sabda Allah, karena tujuan hidup manusia selama di dunia yang fana ini adalah hidup abadi. 


Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. 


Apa yang dilakukan oleh Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda, merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua.


Melalui bacaan Injil hari ini kita juga diingatkan untuk mau menyendengkan telinga, membuka hati serta pikiran, serta menjadikan hati sebagai panduan hidup agar kita selalu waspada akan segala sesuatu yang kita lihat, segala sesuatu yang kita dengar, apakah berguna bagi kita serta keluarga kita. 


Masih ingat akan karunia Allah: Mata, hendaknya kita gunakan untuk melihat yang baik-baik. Pikiran, hendaknya kita gunakan untuk mikir yang baik-baik. Hidung, hendaknya kita gunakan untuk mencium segala sesuatu yang baik-baik. Telinga, hendaknya kita gunakan untuk mendengar yang baik-baik. Mulut hendaknya kita gunakan untuk mengunyah serta berkata yang baik-baik. 


Mau untuk menjaga kebersihan hati dengan menjadikan hati yang positif. Dengan demikian hati kita terbuka akan segala sesuatu yang dapat membuat kita maju menambah informasi tentunya yang berguna dalam tumbuh kembang iman kita. 


Kita akan dapat menjadikan hati sebagai Kenisah atau Bait Allah sehingga Allah berkenan tinggal di hati kita. 


Kalau kita mau untuk mematuhinya, maka kita akan dapat merasakan kedekatan kita pada Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing kita menapak kehidupan serta menjadikan hidup kita benar dihadapan-Nya.  Kita diberi kemampuan untuk dapat mendengarkan suara hati dengan baik sekali pun di sekitar kita penuh kebisingan. 


Sebaliknya, kalau kita menjadikan pikiran sebagai panduan hidup, maka hati akan berada di bawah kendali pikiran, hati akan dibutakan oleh pikiran sehingga menjadi sarang segala sesuatu yang sifatnya negatif. 


Akan sulit menerima kenyataan ketika melihat kelebihan orang lain, bahkan cenderung berusaha menyingkirkan orang tersebut karena dianggap sebagai saingan atau penghalang, maka apa pun yang sudah dilakukan orang itu akan menjadi negatif dan tidak diterimanya dengan baik. Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kepada kita agar tidak seperti orang Farisi dan pengikut Herodes. 


Mereka diibaratkan memiliki ragi yang tidak bermanfaat karena hanya untuk kepentingan dirinya sendiri serta menutup diri. Padahal kalau kita mau untuk membuka hati, maka kita akan dapat memahami bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita dan tinggal di dalam hati kita. 


Hendaknya kita mau untuk "Eling lan waspada". Eling untuk selalu menjaga iman kita kepada Kristus, dan "waspada" terhadap ragi yang bukan kebenaran Tuhan. 


Kita diingatkan agar jangan sampai terkena ragi kaum Farisi dan ragi Herodes yaitu kemunafikan yang akan membuat kita menjadi orang yang "sok semuci suci", yang selalu menjadikan hidup keagamaan sebagai tampilan lahiriahnya saja, yang mudah sekali menggurui dan mencela hidup keagamaan sesamanya. Ada banyak orang semacam itu di sekitar kita.


Allah yang selalu menatap kita, yang penuh kasih serta belas kasih merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam sebagaimana yang dikatakannya: *Masihkah kamu belum mengerti?


Sabda Tuhan  ini kembali mengingatkan kita untuk mau menjadi gembala umat yang baik bagi sesama dengan penuh kasih, mempersatukan dan membawa kedamaian. Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. Apa yang dilakukan Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda, merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua. 


Melalui ini kita juga diingatkan untuk mau menyendengkan telinga, membuka hati serta pikiran, serta menjadikan hati sebagai panduan hidup agar kita selalu waspada akan segala sesuatu yang kita lihat, segala sesuatu yang kita dengar, apakah berguna bagi kita serta keluarga kita. Kita akan dimampukan untuk  dapat menjadikan hati sebagai Kenisah atau Bait Allah sehingga Allah berkenan tinggal di hati kita. 


Kalau kita mau untuk mematuhinya, maka kita akan dapat merasakan kedekatan kita pada Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing kita menapak kehidupan serta menjadikan hidup kita benar dihadapan-Nya. Kita diberi kemampuan untuk dapat mendengarkan suara hati dengan baik sekali pun di sekitar kita penuh kebisingan. 


Sebaliknya, kalau kita menjadikan pikiran sebagai panduan hidup, maka hati akan berada di bawah kendali pikiran, hati akan dibutakan oleh pikiran sehingga menjadi sarang segala sesuatu yang sifatnya negatif. Akan sulit menerima kenyataan ketika melihat kelebihan orang lain, bahkan cenderung berusaha menyingkirkan orang tersebut karena dianggap sebagai saingan atau penghalang, maka apapun yang sudah dilakukan orang itu akan menjadi negatif dan tidak diterima dengan baik. 


Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kita agar tidak seperti orang Farisi dan pengikut Herodes. Mereka diibaratkan memiliki ragi yang tidak bermanfaat karena hanya untuk kepentingan dirinya sendiri serta menutup diri. Padahal kalau kita mau untuk membuka hati, maka kita akan dapat memahami bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita dan tinggal di dalam hati kita. Hendaknya kita mau untuk "Eling lan waspada". 


Eling untuk selalu menjaga iman kita kepada Kristus, dan "waspada" terhadap ragi yang bukan kebenaran Tuhan. Kita diingatkan agar kita jangan sampai terkena ragi kaum Farisi dan ragi Herodes yaitu kemunafikan yang akan membuat kita menjadi orang yang "sok semuci suci", yang selalu menjadikan hidup keagamaan sebagai tampilan lahiriahnya saja, yang mudah sekali menggurui dan mencela hidup keagamaan sesamanya. 


Allah yang selalu menatap kita, yang penuh kasih serta belas kasih merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam sebagaimana yang dikatakannya: Masihkah kamu belum mengerti?. Semoga kita dimampukan untuk sungguh-sungguh memiliki sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.


Ketakutan atau kekhawatiran seringkali membuat kita melakukan tindakan-tindakan picik dan rakus. Lihatlah mereka yang menjadikan harta sebagai tuhan


Meski kaya raya, mereka masih saja merasa kurang dan tetap mengkhawatirkan akan hari esok, sehingga mereka tidak henti-hentinya meraup sebanyak-banyaknya keuntungan ekonomi dari berbagai penjuru dunia


Bahkan mereka berani melakukan berbagai macam eksploitasi, tanpa memerhatikan kemelaratan ekonomi yang dialami oleh sekelompok besar penduduk dunia. Ketamakanpun menguasai hidup mereka, bukan hanya di bidang ekonomi tetapi dalam hampir segala bidang. Tuhan Yesus ingin murid-murid-Nya mewaspadai ketamakan tersebut.


Ketika para murid-Nya sadar bahwa mereka hanya membawa sebuah roti dalam perjalanan mereka diatas perahu, Beliau segera mewaspadai mereka supaya berjaga-jaga dan mengawasi diri dari ragi atau pengaruh cara berpikir dan beriman dari orang Farisi dan Herodes


Sayang sekali para murid tidak menangkap maksudNya. Orang Farisi degil dan sempit, masih saja meminta tanda, padahal tanda ada didepan mata mereka. Herodes suka dengan kesenangan yang berlebihan dan hawa nafsu


Orang  berhobi berlebihan biasanya tidak pernah merasa cukup atas apa yang ada padanya. Kesenangannya telah memperbudak dirinya


Yesus meyakinkan para murid supaya percaya pada pemeliharaan Allah. Yesus mengingatkan kembali peristiwa luar biasa ketika Yesus memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang sisa 12 bakul dan tujuh roti untuk empat ribu orang sisa 7 bakul (19-21). Persoalan makan dan minum semuanya dapat diatasi dengan baik bersama dengan Yesus


Tuhan, Bapa, saat kami menempatkan diri kami di hadapan-Mu pada saat doa ini, kami bersyukur karena kasih-Mu kepada kami tidak bergantung pada apa yang kami ketahui atau pahami. Engkau mengasihi kami karena kami milik-Mu. Engkau telah menciptakan kami. Engkau tahu semua yang telah kami jalani. 


Bukalah pikiran kami dan lembutkan hati kami sehingga kami dapat melihat kehadiran-Mu dalam hidup kami, kehadiran-Mu di sekitar kami.  Kami memohon agar Engkau membantu kami tumbuh dalam pemahaman kami tentang semua yang dilakukan dan diajarkan oleh Putra-Mu Yesus Kristus. Amin


1. Kesimpulan yang Salah:

Murid-murid baru saja melihat Yesus menyembuhkan putri perempuan Siro fenisia dan laki-laki tuli (Markus 7:24-37). Mereka baru saja melihat Yesus memberi makan empat ribu orang dengan tujuh roti dan sedikit ikan (Markus 8:1-9). Namun para murid masih tidak dapat mengerti kata-kata Yesus tentang ragi ke dalam konteksnya. 


Mereka menyimpulkan bahwa Dia khawatir karena mereka hanya membawa satu roti! Padahal orang-orang Farisi baru saja menuntut tanda dari Yesus (Markus 8:11), dan sekarang murid-murid-Nya sendiri tidak mengerti ajaran Dia. Tampak terdengar seolah Yesus frustrasi akan kemampuan para murid untuk mengerti. 


Dalam kehidupan kita sendiri, betapa mudahnya kita menjadi terfokus pada masalah materi dan pemahaman praktis kita dan lupa untuk mencoba melihat situasi yang ada melalui mata Tuhan. Kita dapat bergumul tentang suatu ajaran tertentu namun tanpa berusaha untuk membentuk hati nurani kita menurut pikiran Alkitab.  


Kita bisa gagal untuk mempercayai Tuhan, dan hati kita menjadi keras pada harapan tertentu tentang bagaimana suatu masalah harus diselesaikan. Apa yang akan kita katakan jika Yesus bertanya, “Apakah hatimu telah mengeras?”


2. Ingat:

Para murid tampaknya telah melupakan semua yang telah mereka lihat dan alami bersama Tuhan, dan Yesus bertanya, “Dan tidakkah kamu ingat…?” Mereka telah melihat bagaimana badai dapat menjadi tenang; menyembuhkan orang kusta, orang buta, dan orang tuli; dan mengusir setan serta memberi makan ribuan orang. Mereka telah mendengar ajaran-Nya, dan Dia telah menjelaskannya kepada mereka. Namun demikian, mereka gagal melihat dan mendengar apa yang dilakukan Yesus. 


Dalam kehidupan kita sendiri, kita bisa melupakan semua yang telah Tuhan lakukan untuk melindungi dan membimbing kita, kita bisa melupakan semua yang telah Dia berikan kepada kita dan bagaimana Dia telah menyembuhkan kita. Kita bisa melupakan cara Tuhan bekerja dalam kehidupan orang lain. Namun setidaknya ingatlah apa yang telah Tuhan lakukan bagi kita.  


Kita perlu berhenti sejenak dan mengingat bahwa, “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mazmur 124:8) agar “ supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” (1 Korintus 2:5).


3. Ragi:

Ada berbagai jenis ragi yang digunakan manusia  tetapi semuanya memiliki satu kesamaan: mereka membuat adonan roti mengembang. Orang-orang Farisi mencoba menguji Yesus, menuntut tanda-tanda dari-Nya, dan berusaha membuat orang banyak menentang-Nya. 


Kepedulian mereka terhadap posisi mereka sendiri, cara mereka memahami iman mereka, dan harga diri mereka menyatu menjadi kekerasan hati. Mereka tidak percaya pada Yesus dan hal itu mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Ragi mereka adalah untuk menarik orang menjauh dari pesan Kristus.


Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjadi ragi yang memperkaya masyarakat dengan Injil. Yesus berkata, “Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?


Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."(Lukas 13:20-21). 


Berdoa: 

Tuhan Yesus, sangat mudah bagi kami untuk menganggap bahwa iman kami bersifat pribadi dan tidak terkait dengan orang lain.  Tapi itu tidak benar.  Iman kami membangun atau meruntuhkan iman orang lain juga. Kami membawa ragi kami bagi sesama.  Beri kekuatan agar kami dapat hidup dengan iman, harapan, dan kasih.  Dengan cara itu kami dapat membawa cahaya dan cinta-Mu kepada orang lain. Amin

Sunday, 13 February 2022

“Berbahagialah orang miskin, celakalah orang kaya.” Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. (Lukas 6:17.20-26.)

Rumah Orang Kaya & Orang Miskin.


Pada waktu itu Yesus bersama kedua belas rasul-Nya turun dari gunung dan berdiri di suatu tempat yang datar. Di situ telah berkumpul banyak murid dan sejumlah besar orang yang datang dari seluruh Yudea, dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Yesus menengadah, memandang murid-murid-Nya lalu berkata, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. 


Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. 


Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.


 Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”


Berbahagailah orang yang percaya pada Allah, sumber hidup bahagia. Setiap orang ducuptakab untuk bahagia, nsmun segala sarana, kekayaan dan bakat duniawi hanyakah sarana untuk bahagia. Allah adalah tujuan dan sekaligus lenggenapan kebahagiaan manusia. 


Untuk yang sedang menderita, sedih dan sesak hidupnya, Tuhan menyapa dan memberikan harapan bahwa pada saatnya kebahagiaan lebih besar akan datang sebagai anugerah. Tugas mansuia adalah mengembangkan segala anugerah dengan saling berbagi dan menolong.


 Untuk mereka yang kaya, Tuhan menyapa agar tetap menyadari bahwa semua anugerah duniawi  berasal dari Allah dan mesti digunakan secara bijaksana dalam semangat saling berbagi dan mengasihi mereka yang lemah. Bahagia di dunia perlu dilestarikan dan dibagikan dalam perjalanan hidup menuju tujuan kebahagiaan sorgawi. 


Dari masa ke masa manusia ingin supaya hidupnya tenang, tentram, damai dan bahagia. Kebanyakan orang beranggap kebahagian hidup itu tercapai apabila sukses mengumpulkan harta dan uang dengan banyak dan melimpah dan mendapat kehormatan, kekuasaan, serta popularitas yang luas. 


Nyatanya orang-orang seperti itu amat sangat tidak bahagia hidupnya. Karena kesemua kenikmatan hidup itu bersifat sementara. Dengan demikian bahagia tidaknya hidup ini bukan karena kekayaan materi saja. Kalau begitu apa yang menentukan kebahagiaan itu. 


Sesungguhnya kebahagiaan hidup ini ditentukan dari dalam diri sendiri. Mengapa? 

1. Kebahagiaan ditentukan oleh kepercayaannya akan masa depan yang penuh pengharapan akan keselamatan. Dalam konteks ini, seperti telah dikatakan di atas, bahwa kebahagiaan tidak diukur oleh banyaknya harta dan uang yang dimiliki. Kira ini yang dimaksudkan St. Paulus dalam 1 Korintus15: 12.16,20 yang menegaskan bahwa Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus mdmbawa semua orang kepada kehidupan kekal dan kebahagiaan abadi. 


Kebahagian adalah bagian dari kebangkitan Kristus. Kita bahagia karena kita mau hidup dalam Kristus Tuhan yang membawa kita kepada hidup yang sejati itu. Dengan demikian nubuat nabi Yeremia ( Yeremia 17:5-8) benar bahwa orang yang mengandalkan hidupnya pada Allah adalah seperti pohon yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir akan tahun kering dan tidak berhenti menghasilkan buah.


2. Secara rohani, kebahagiaan itu tergantung relasi kita dengan Tuhan. Ketenangan dan ketentraman serta kedamaian batin kita sungguh ditentukan dekat tidaknya relasi kita dengan Tuhan seperti yang Nabi Yeremia tegaskan kepada kita bahwa Tuhan Allah sesungguhnya menginginkan manusia menaruh hidupnya pada Tuhan dan jangan mengandalkan pada kemampuan atau kekuatan diri sendiri.


3. Sesungguhnya tidak ada manusia yang mau hidupnya terkutuk tetapi mau hidup bahagia dan terberkati. Supaya hidup terberkati, seperti nabi Yeremia tegaskan bahwa jalan yang harus ditempuh untuk hidup bahagia adalah hidup dengan mengandalkan Tuhan. 


Berkenaan dengan itu dapat dikatakan bahwa segala kemegahan manusia, segala kehormatan yang fana dan segala kebesaran dunia ini hanyalah sia-sia dan kebodohan belaka jika dibandingkan dengan kemuliaan Allah yang kekal. 


4. Dalam Injil Lukas 6:17.20-26 Yesus menegaskan bahwa salah satu cara untuk hidup bahagia adalah dengan menjadi miskin dihadapan Tuhan dalam artian kita harus mencari Tuhan setiap saat; bergantung sepenuhnya pada penyelenggaraan Tuhan karena kita tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan. 


Bagi orang yang hidup miskin dihadapan Tuhan itu  mempunyai sifat hati yang terbuka terhadap sesuatu yang datang dari luar, terutama yang datang dari Allah. Berbeda dengan orang yang kaya secara materi  Orang yang miskin terbuka akan segala saran dari luar dan berusaha mendekatkan diri dengan Allah dengan doa untuk memohon pertolongan Allah.


RENUNGAN Untuk Kita Semua.

Yesus bersama keduabelas muridnya turun dan bertemu dengan sejumlah besar pengikutnya dan orang-orang lain di "tempat yang datar". Tempat ini disebut untuk mengingatkan orang kepada bagian Injil Lukas yang mengutip Yesaya 40:3-5, yakni Lukas 3:4-6, tentang tanah yang tinggi rendah yang akan diratakan dan jalan yang berkelok-kelok yang akan diluruskan .


 sehingga orang-orang melihat Tuhan. Di tempat datar seperti inilah menurut Lukas orang-orang kini mendapati Yesus. Ke sanalah mereka berdatangan dari "Yudea dan Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon" (Lukas 6:17). Kedua daerah yang disebut terakhir ini bukan wilayah Israel dulu. 


Tetapi Yesus mengumpulkan yang umat baru ke tempat datar - tempat Tuhan kelihatan itu - itu. Dan semua orang dapat memandanginya, bukan hanya mereka yang termasuk umat Perjanjian Lama saja.


Seruan Yesaya 40:3-5 itu dikutip dalam Lukas 3:4-6 yang juga menjelaskan pewartaan Yohanes Pembaptis mengenai "tobat untuk pengampunan dosa". Bertobat diterangkan sebagai upaya menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin (="tanah tinggi rendah dan jalan berkelok-kelok") dan membiarkan diri dipimpin menuju Tuhan sendiri di jalan batin yang lurus (lihat ulasan Injil Minggu Adven II/C bulan Desember 2009). 


Kini dalam Lukas 6:20-26 ditampilkan gambaran mengenai kenyataan hidup dalam umat yang baru itu dengan memakai empat Sabda Bahagia (ayat 20-23) dan empat peringatan untuk berwaspada (ayat 24-26).


Orang dapat menggambarkan suatu hal sebagaimana adanya. Bisa pula orang mengatakan apa yang mesti dijalankan. Sabda Bahagia dalam Injil menggambarkan apa yang terjadi dalam kalangan orang-orang yang hidup mengikuti Yesus, bukan mengajarkan hal-hal yang mesti dilakukan. 


Dengan perkataan lain, Sabda Bahagia itu ungkapan yang sifatnya deskriptif, bukan preskriptif. Mungkin ada yang berkeberatan, Sabda Bahagia dan peringatan-peringatan itu kan pengajaran yang mesti diikuti agar masuk Kerajaan Allah? Bukan! Keliru bila Sabda Bahagia dan peringatan ditangkap sebagai resep hidup bahagia, hidup kristen yang baik-baik, aman adem ayem, ikut ajaran agama saja supaya semua tenang, kalau menderita ya menderita tapi nanti beres. Begitu hidup beragama jadi kekangan, bukan pemerdekaan batin.


 hendak berbicara kepada orang yang miskin, yakni orang yang kekurangan material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup, paling-paling pas-pasan saja. Tetapi Injil juga berbicara kepada orang berkepunyaan, orang yang berkelebihan, orang yang tak merasakan kekurangan. 


Kepada yang miskin dikatakan bahwa mereka tak dilupakan Kerajaan Allah, mereka itu malah boleh merasa empunya Kerajaan Allah. Kepada orang kaya tidak dikatakan kalian tak memiliki Kerajaan Allah. Namun kehidupan mereka itu kiranya tak ada artinya ("celakalah....") bila mereka sudah puas dan merasa aman dengan kelimpahan mereka. 


Wartanya apa? Yesus tidak menjajakan kemiskinan sebagai keutamaan dan mencerca kekayaan sebagai sumber laknat. Seandainya begitu, wartanya akan segera basi, tak berbeda dengan retorika orang-orang yang membuat orang miskin sebagai komoditi dagang politik dan yang menjadi parasit orang berduit dan memperoleh ketenaran sebagai pembela kaum miskin dengan gampang.


Sabda Bahagia itu, sebagaimana lazimnya warta gembira, membuat orang bisa berharap akan merdeka sekalipun masih terbelit kemiskinan atau terjerat ikatan-ikatan kekayaan. Penjelasannya begini. Kemiskinan yang membuat orang makin melarat atau kekayaan yang membuat orang lupa daratan menjadi karikatur martabat manusia yang tak lucu, malahan membuat orang pilu. 


Tuhan yang Maha Rahim tak tahan melihat manusia ciptaanNya merosot. Maka Kerajaan Allah yang diwartakan utusanNya yang utama itu - Anak Manusia - dimaksud untuk membangun wahana di mana manusia bisa menata kembali martabatnya yang utuh, tidak lusuh karena kemelaratan atau busuk tertimbun kekayaan.

Saturday, 12 February 2022

Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ia memberi mereka makanan untuk badan lewat roti dan makanan jiwa lewat sabda-Nya.( Markus 8:1-10)

Yesus yang memberi makan lima ribu orang. 


Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata:


"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh."


Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." 


Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak.  Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan.


Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang.  Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.


Kadang cinta membuat orang menjadi khilaf dan egois.. Apa pun akan dilakukannya untuk mendapatkan cinta dari orang yg diinginkannya, bahkan sampai ada yg memakai santet..


Cinta yg tulus tidak dapat dipisahkan dengan kasih, jika cinta tanpa kasih akan menghasilkan "Nafsu, Ambisi, dan Paksaan", sebab di dalam kasih ada kesetiaan, pengorbanan dan kesabaran..


kita bisa melihat dan belajar dari orang2 yg mengikuti Tuhan Yesus.. Dengan setia mereka mengikuti Yesus, tanpa makan, tanpa mengeluh lapar, padahal sudah 3 hari mereka tidak makan.. Tindakan mereka adalah wujud nyata dari kesetiaan dan pengorbanan, mereka berani menahan lapar untuk setia kepada Yesus, yg akhirnya tindakan mereka dibalas oleh Yesus dengan memberi mereka makan.. Itulah bentuk nyata kasih Yesus kepada mereka.


"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan." Jadi, jika kita ingin mendapatkan cinta yg tulus, mari kita libatkan kasih didalamnya, sebab cinta tanpa kasih adalah cinta yg besifat sementara, sebab cinta itu hanyalah "Cinta Karena Nafsu"


 Hati adalah pusat hidup setiap manusia. Dari hati kitalah segala gerakan dimulai. Mata melihat namun bila hati belum menggerakkan, diri kita enggan bergerak. Walaupun fisik kita lemah, lesu dan lelah namun semangat dari hati yang membara dan berkobar-kobar akan memberi kekuatan berlipat ganda. 


Hati Yesus tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya selama tiga hari dan tidak mempunyai makanan lagi. Tuhan Yesus lewat kisah Injil hari ini mengajak kita untuk tidak cuci tangan, alias tidak mau tahu terhadap kebutuhan orang lain. Kita diajak peduli terhadap kesulitan, kebutuhan dan penderitaan orang lain.


Penggandaan roti ini terjadi karena iman dan ucapan syukur serta kerelaan untuk berbagi. Dalam situasi kekurangan makanan untuk kira-kira empat ribu orang Yesus mengucap syukur. 


Bersyukur adalah ungkapan orang beriman dan berpengharapan. Bersyukur adalah ungkapan orang yang mampu mengucapkan terimakasih. Bersyukur juga adalah ungkapan orang yang terbuka dan mau berbagi. 


Orang yang bersyukur adalah orang yang mau memberi perhatian dan rela berbagi dengan orang lain. Maka jangan heran bila orang-orang yang bisa bersyukur akan mendapat anugerah yang melimpah. Mereka menerima bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi menyadari bahwa ia menjadi penyalur rahmat Allah. Ia mau berbagi dengan yang lain, terlebih yang membutuhkan.


Agar arah pikiran juga iman kita tidak gampang dibelokkan oleh tujuan-tujuan tertentu yang menguntungkan sepihak, kita perlu memupuk jalinan dan relasi yang erat satu sama lain. 


Kita perlu saling mendukung dalam iman dan mengucap syukur bersama-sama sehingga berbuah untuk saling berbagi. Kerjasama dengan orang-orang yang berkehendak baik akan semakin memampukan dan meluaskan perhatian kita pada orang-orang yang membutuhkan bantuan.


 Firman Tuhan hari ini Markus 8:1-10. "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." (Markus 8:2-3).


Artinya seperti Kristus berbelas kasihan kepada mereka yang dalam kekurangan dan kesukaran, Ia juga mempunyai kepedulian khusus bagi mereka yang mengalami kesukaran karena bertekun mengikuti Dia. Kristus berkata, Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. 


Jika orang-orang Farisi yang angkuh memandang dengan hina, Yesus yang rendah hati memandang dengan belas kasihan dan kelembutan. Demikianlah kita juga harus menghormati semua orang. Itulah yang dipikirkan Yesus, Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Kerugian apa pun yang kita derita atau kesukaran apa pun yang kita hadapi, jika semuanya itu dilakukan untuk Kristus karena kasih kepada-Nya, maka pasti Ia akan memelihara kita sehingga kita bisa melalui berbagai kesukaran itu.


Orang-orang yang mencari Tuhan, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik (Mzm. 34:11). Perhatikanlah bahwa Yesus dengan rasa kasih berkata (ay. 3), Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan. Kristus mengerti dan memikirkan tubuh kita.


 Jika kita memuliakan Dia, kita akan dipuaskan. Dia mempertimbangkan bahwa banyak dari antara mereka datang dari jauh dan berada jauh dari rumah. Saat kita melihat orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan khotbah, menyenangkan untuk berpikir bahwa Kristus mengetahui dari mana mereka datang, meskipun kita tidak mengetahuinya. Aku tahu di mana engkau diam (Why. 2:13). Kristus tentu tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, karena bukan kebiasaan-Nya membiarkan mereka yang telah mengikuti Dia pergi dengan perut kosong. (Tafsiran Alkitab)


Secara umum kita sering sekali menyamakan Tuhan dengan manusia dalam memahami diri kita dan dalam mengharapkan orang mengerti akan kita, sehingga kita akan selalu merasa bahwa Tuhan tidak tahu apa yang kita perlukan dan Tuhan tidak mengerti akan kesulitan kita. Hal inilah yang sering sekali membuat kita sulit untuk mempercayai sesuatu yang belum terjadi dan mempercayai bahwa Tuhan tahu persoalan yang kita hadapi. 


Itulah yang mau disampaikan oleh firman Tuhan hari ini bahwa Kristus mengetahui setiap kesulitan kita meskipun orang lain tidak mengetahuinya dan Kristus tentu tidak mau menyuruh kita pulang dengan lapar, karena bukan kebiasaan-Nya membiarkan kita yang telah mengikuti Dia pergi dengan perut kosong.


Oleh sebab itu sebagai orang beriman hendaknyalah kita senantiasa tetap setia dan taat mengikut Tuhan sekalipun saat ini kita hidup dalam segala persoalan. Jangan pernah ragu akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, melainkan tetaplah percaya dan tetap dengan setia serta taat mengikut Tuhan sekalipun banyak kerikil-kerikil tajam yang harus kita lewati, karena Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita dengan perut kosong melainkan Tuhan akan selalu membuka jalan untuk mengenyangkan kita.


 Seperti firman Tuhan dalam Keluaran 23:25, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu." Amin. 


Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.


" Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. 


Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.


RENUNGAN  Untuk Kita Semua :

Telanjang atau ditelanjangi secara sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Dosa atau kesalahan menyebabkan telanjang, ketika dosa itu diketahui dan terbuka kepada umum. Itulah kira-kira yang dialami Adam dan Hawa setelah jatuh dalam dosa kerena melawan perintah Tuhan dengan makan buah dari pohon yang ada di tengah Taman Eden. Dosa melahirkan dosa. 


Adam mengkambinghitamkan Hawa atas dosa yang telah mereka lakukan. Hawa mempersalahkan ular yang menawarkan buah itu kepadanya. Belum ada kesadaran dan kejujuran untuk mengakui kesalahan. Inilah masalah manusia berdosa. Akibat dosa adalah permusuhan, penderitaan, dan kesulitan hidup, dan keterasingan. Itulah kisah kejatuhan manusia dalam Kitab Kejadian yang kita dengar hari ini.


Manusia jatuh harus diangkat. Manusia berdosa harus dibebaskan. Mereka jatuh dan terpenjara oleh dosa adalah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran dan keadilan ilahi. Kristus datang untuk membebaskan mereka dan memenuhi rasa lapar dan haus mereka. Sabda, kesehatan, dan roti adalah tiga hal yang selalu dibawa oleh Yesus dalam karya-Nya. Ini adalah pembebasan integral yang dibawa oleh Yesus kepada manusia. 


Demikian  Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ia memberi mereka makanan untuk badan lewat roti dan makanan jiwa lewat sabda-Nya. Kristus adalah pembebas, penutup ketelanjangan manusia akibat dosa. Ia sendiri ditelanjangi, dan Ia ingin supaya kita menelanjangi diri dalam dan dengan pertobatan, dan kemudian mengenakan pakaian spiritual yang baru.

Friday, 11 February 2022

Yesus menyembuhkan orang yang tuli dan gagap. Apa makna kisah penyembuhan orang tuli dan gagap ini bagi kita? (Markus, 7:31-37)

YESUS MENYEMBUHAKAN ORANG TULI & GAGAP


Gambaran-gambaran tentang kebaikan Tuhan diwartakan didalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.  Orang-orang Israel adalah orang yang tawar hati, orang yang keras hati seperti yang pernah dilakukan nenek moyang mereka di Masa dan Meriba ( Kel 17:7; Mzm 95:8 )


Namun Tuhan tidak membiarkan mereka selamanya disana. Tuhan berjanji melalui Yesaya dan para nabi lainnya bahwa Beliau sendiri yang akan datang untuk menolong mereka. Itulah kehebatan Allah penolong kita.


Rencana Tuhan semula yang memandang segala citptaan baik adanya. Ada keharmonisan alam ciptaanNya sendiri. Kiranya dunia macam ini yang menjadi dambaan banyak orang : manusia sehat jasmani dan rohani, alamnya memilki tatanan yang baik dan teratur


Semua yang dikatakan oleh Tuhan melalui Yesaya juga disempurnakan oleh Yesus. Dalam bacaan Injil hari ini, Markus mengisahkan bahwa Yesus meninggalkan daerah non Yahudi yaitu Tirus dan Sidon dan masuk daerah Galilea. 


Secara Geografis kita langsung memahami rencana Tuhan yakni bahwa keselamatan itu ditawarkan secara universal bagi semua orang.  Jadi baik orang di luar komunitas Yahudi maupun didalamnya, Tuhan mempunyai kuasa untuk menyelamatkan. 


Secara Geografis dapat juga dikatakan bahwa keselamatan, seperti peralihan dari hidup dalam derita kepada kebahagiaa. Di daerah Galilea ini orang ( tanpa nama ) membawa seorang yang sakit tuli dan gagap kepadaNya untuk disembuhkan. Mereka memohon Yesus untuk meletakkan tangan ( artinya memberkati ) si sakit ini 


Yesus memisahkan dia dari orang banyak dan berlaku sebagai tabib: memasukan jari ke dalam telinga orang itu, meludah dan merabah lida orang itu, menengada ke langit, menarik napas dan berteriak Efata artinya terbukalah”. Orang itu menjadi sembuh dan meskipun Yesus melarang mereka untuk tidak menceritakan mujizat ini tetapi orang semakin berani bercerita tentang Yesus.


Semua orang berkata, “Ia menjadikan segalanya baik! Yang tuli dijadikanNya mendengar, yang bisu dijadikanNya berbicara”. Kita melihat bahwa Yesus menghendaki sebuah tatanan hidup yang teratur dan baru. 


Ketika dibaptis orang secara pribadi juga telinganya dibuka dan mulutnya pun di buka. Untuk apa ? Untuk mendengar Sabda Yesus dan mewartakannya. Tugas orang dibaptis adalah mendengar Yesus dan mewartakan SabdaNya


Apa tugas lain dari orang orang yang dibaptis atau orang yang diselamatkan oleh Yesus ? Yakobus 2 : 1-5 merumuskan tugas-tugas yang kiranya tepat untuk kita lakukan


Tuhan juga menebus manusia tanpa memandang apakah orang asing atau orang Yahudi. Semua dilihatNya baik adanya.  Keberpihakan Allah pada kaum papa dan miskin. Orang-orang yang dibaptis memiliki satu tugas mulia yaitu melayani kamu papa dan miskin


Kalau didalam komunitas mereka bisa sehati sejiwa maka mereka juga akan mampu keluar dan melayani kaum papa dan miskin. Kiranya Tuhan Sang Penyembuh Agung membuka mata dan telinga rohani kita, sehingga dapat melihat dan mendengar dengan benar.


Yesus memasukkan jari-Nya ketelinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu sambil menengadah ke langit, Yesus berkata, efata. Artinya, terbukalah. Maka terbukalah telinga orang itu seketika dan terlepaslah pula pengikat lidahnya sehingga ia bisa berkata-kata dengan baik.


Kesembuhan telinga orang tuli ini adalah lambang bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan dan mengangkat kemampuan pendengaran manusia untuk sanggup mendengarkan Sabda Allah. 


Sebab keselamatan kita tergantung dari derajat sampai dimana kita sanggup mendengarkan Sabda Tuhan. Berbahagialah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. Dengan menyembuhkan orang tuli dan gagap ini, ia bukan saja sembuh tetapi diselamatkan.


Mendengar Sabda Tuhan bukan hanya sekedar menangkap-Nya dengan telinga tetapi lebih-lebih dengan hati. Memasukkan sabda Tuhan kedalam hati kita yang sudah distel sehingga Sabda Tuhan meresap kedalam seluruh diri kita dan selanjutnya dibawa kedalam sikap hidup harian kita.


Kesembuhan lidah orang gagap ini mau menyatakan bahwa kita mampu mewartakan Sabda Tuhan yang telah kita dengar. Orang tidak boleh diam terhadap apa yang telah ia lihat dan ia dengar. Dia harus bisa mewartakan kebaikan dan karya agung Allah kepada sesama.


Apa makna kisah penyembuhan orang tuli dan gagap ini bagi kita?

1.   pendengaran kita perlu dipertajam untuk mendengarkan sabda Tuhan. Telinga kita memang menerima segala suara yang tertangkap olehnya tetapi daya dengar masih menyaring dan memilih apa yang kita sukai. 


Manusia mendengar apa yang dia suka. Manusia bukan hanya mendengar dengan telinga tetapi lebih-lebih dengan hati. Dalam mendengar kita memilih apa yang kita suka, siapa yang berbicara dan untuk apa yang dibicarakan. Oleh karnanya sering terjadi walaupun Pastor berbicara dengan jelas dan lugas dalam khotbah tetapi bisa saja kita tidak dengar karena kita tidak suka Pastornya. Hati kita tidak distel untuk mendengar.


2.  kita hendaknya selalu siap untuk mewartakan karya dan kebaikan Tuhan yang kita lihat dan kita dengar. Kita tidak boleh memendamnya untuk diri kita saja.


 seorang misionaris dari Eropa memberikan pelajaran agama untuk suatu suku dipedalaman Afrika. Ia berbicara tentang Allah yang menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nazareth. Yesus telah mewartakan Kerajaan Allah. Dalam Kerajaan Allah itu orang hendaknya saling mencintai. 


Yesus bergaul dengan semua orang tanpa membeda-bedakan warna kulit, satus sosial dan kebudayaan. Yesus mempunyai perhatian yang khusus terhadap rakyat jelata, orang berdosa dan penderita pelbagai penyakit. Yesus mewartakan kebebasan dan menerima siapa saja sebagai saudara-Nya dan menyatakan bahwa semua orang adalah putera-puteri Allah.


Yesus tidak tertarik untuk mencari popularitas. Demikian seharusnya setiap pelayan, kita tidak mengejar keuntungan diri sendiri. Pelayanan itu sebaiknya bersifat personal karena dalam relasi tersebut ada perhatian dan belas kasih. Di samping itu, pelayanan juga harus tepat sasaran. Yesus bukan hanya iba kepada si tuli dan gagap tetapi Ia memberikan yang terbaik, yakni pendengaran dan kemampuan berbicara baginya. 


(Markus 7:31-37) Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.Disitu orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu.


Sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.


Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."


Pertanyaan yang muncul dalam perenungan ini adalah  apa sesungguhnya yang menjadi tujuan utama dari Tuhan saat orang itu disembuhkan?


1. Supaya Mendengar.

Orang tuli sudah pasti tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan orang lain bahkan apa yang disampaikan orang ketelinganya.


Tuhan Yesus mau agar orang yang tuli bisa mendengarkan pengajaran yang Dia sampaikan sebagaimana  mereka yang lain yang bisa mendengar. Bagi Yesus pengajaran firman adalah hal terpenting untuk diketahui semua orang. Itu adalah harta yang mahal dan hanya bisa didapatkan melalui mendengar.


Hal yang sangat disayangkan bahwa banyak orang sesungguhnya dapat mendengar pengajaran firman dengan jelas namun sengaja untuk tidak mau mendengar. Merekalah kelompok orang yang digolongkan Tuhan bertelinga namun tidak mendengar.


"Sebab hati bangsa ini telah menebal,dan telinganya berat mendengar,dan matanya melekat tertutup;supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya,lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka."


Perhatikan Kata telinganya 'berat mendengar'..hal ini  bukan bertujuan pada soal ukuran tekanan melainkan kepada perasaan bosan dan  malas untuk mendengar. Mereka lebih senang mendengarkan hal hal yang bersifat mimpi dan khayalan atau hal yang tidak jelas daripada mendengarkan kebenaran firman. (2 Timotius 4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."


Tuhan Yesus mengingatkan kita yang mempunyai  telinga agar mempergunakan salah satu dari  panca indera yang amat penting ini untuk difungsikan sebagaimana mestinya. (Markus 4:23) "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"


2. Supaya Berbicara

Orang yang  Tuli dan gagap ini memiliki keterbatasan  pada hal yang sangat penting dalam hidupnya sebagai sarana komunikasi. Pada umumnya memang mereka yang mengalami gagap bicara karena dipengaruhi oleh keterbatasan untuk mendengar demikian pula sebaliknya orang yang tuli akan sangat mempengaruhi aktifitas mulut dan lidahnya untuk berbicara. Itulah yang terjadi dengan pasien Tuhan Yesus dalam kisah ini. Orangnya tuli dan gagap sehingga aktifitas  komunikasinya dengan orang lain menjadi terbatas.


Tuhan Yesus menyembuhkan kebisuannya agar orang ini setelah dia bisa mendengar pengajaran dia dapat menjadi saksi Tuhan untuk memuji mempermuliakan nama-Nya.


Apakah kita sebagai orang percaya yang memiliki kesempurnaan alat komunikasi lewat bagian  panca indera kita  untuk mendengar dan berbicara sudah menjadi saksi Kristus..?? Atau mungkin  kita hanya  bersifat  masa bodoh dan menganggap bahwa memberitakan firman dan kesaksian itu hanya milik orang tertentu saja...??


Atau jangan jangan mulut kita hanya kita biarkan dikendalikan oleh iblis dengan mengumbar kata kata kotor dan jahat dll. Ingatkah kita akan nasehat rasul Paulus dalam (Efesus 4:29) "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."


Marilah  kita yang sempurna keadaan salah satu bagian dari panca indera yaitu lidah kita untuk memberitakan  kabar keselamatan..mengajarkan kebenaran dan menyaksikan kebaikan Tuhan melalui kasih karunia-Nya serta menyembah dan memuji muji Dia sang Raja  Juruselamat penebus dosakita. (Roma 10:8-9)


Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.


Yesus adalah kehadiran nyata dari Allah yang berbelas kasih, dan Yesus banyak menyembuhkan orang yang menderita sakit.


Allah akan datang menyelamatkan manusia dengan menyembuhkan yang cacat dan sakit serta melimpahkan segala yang dibutuhkan untuk hidup. Sebab orang yang dianggap miskin oleh dunia justru yang dipilih Allah untuk menjadi kaya dalam iman karena mencintai Allah.


Allah berkarya terus menerus untuk menyelamatkan manusia. Bagi kita yang hidup dalam waktu memang tidak dapat membayangkan hal ini. Tetapi itulah iman kita kepada Kristus.


Agar iman yang kita miliki dapat kita pegang teguh, kita perlu melatih diri agar peka terhadap tanda-tanda karya Allah yang kita hadapi sehari-hari, dan juga yang tampaknya sederhana. Semakin kita peka terhadap tanda-tanda karya Allah, maka iman kita akan semakin diteguhkan.


Selama di dunia ini, kita hidup dalam waktu, sehingga kita tidak mampu mengerti, apalagi membayangkan yang namanya hidup abadi atau keabadian itu seperti apa wujud nyatanya. Yang ada dalam pemikiran kita mengenai hidup abadi itu ya seperti yang kita alami di dunia ini.


Sebenarnya, karena kita ini roh, maka kita memiliki kemampuan mengatasi keterkungkungan kita oleh waktu. Kita harus melatih diri agar kemampuan itu menjadi peka dalam menangkap karya penyelamatan Allah yang abadi. Setidaknya, latihan itu menyadarkan kita akan kehidupan kita yang berada dalam waktu ini, sehingga apa yang kita alami yang dapat menggoyahkan iman kita akan dapat dihindarkan.


Lebih dari itu kita berharap dapat menangkap kehendak Allah dari apa yang terjadi di sekitar kita atau apa yang dilakukan Kristus. "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata".


Karya penyelamatan Allah yang abadi itu dapat berwujud sederhana, dan jangan kita menjadi takjub dengan karya penyelamatan Allah yang tampak luar biasa, justru semuanya itu hendaknya menjadikan kita untuk mau meraih hidup abadi dan menjadikan iman kita semakin mendalam dan kuat.


Supaya kita tidak buta atau tuli terhadap sabda atau panggilan Allah, maka kita harus peka terhadap karya Allah yang tampak biasa seperti yang terjadi sehari-hari sebab hidup kita ini adalah merupakan panggilan menuju keselamatan. 


Bahkan kita diutus untuk meneruskan kepada sesama bahwa Allah terus berkarya melalui segala sesuatu yang ada dan terjadi apapun wujudnya. Yang harus kita ingat adalah bahwa segala yang ada merupakan tanda akan sabda atau karya Allah, bukan hanya mukjizat. 


Itu artinya kita diingatkan agar jangan menjadi seperti orang buta atau tuli, atau bisu yang melihat hubungannya dengan Tuhan hanya terjadi dalam hal-hal yang besar atau yang luar biasa atau yang berupa mukjizat.


Padahal, justru orang yang mendengarkan sabda Allah sehari-hari itulah yang sesuai dengan kehendak Allah. Maka, janganlah kita membanggakan hanya hal-hal yang istimewa atau mukjizat, seolah-olah hanya itu yang mampu mengangkat martabat manusia sebagai orang beriman.


Manusia dicintai Allah dan dipanggil untuk mewarisi janji Allah yaitu hidup abadi dalam hadirat-Nya karena kita kaya dalam iman. Itu berarti bahwa martabat jauh mengatasi keduniawian dan tidak dapat diukur dengan kekayaan duniawi.


Mukjizat yang dilakukan oleh Kristus dalam menyembuhkan berbagai penyakit, orang yang cacat dan masih banyak lagi, semuanya itu adalah lambang atau tanda yang pada saat tertentu atau terhadap orang tertentu perlu dilakukan Kristus agar orang itu percaya. Namun, semua yang ada, dan yang terjadi adalah juga merupakan tanda karya Allah.

Thursday, 10 February 2022

Kasih Tuhan Dicurahkan Kepada Orang Rendah Hati Dan Percaya PadaNya !. Perempuan Siro-Fenisia yang percaya Kepada Yesus.(Markus 7: 24- 30 )


Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatanganNya tidak dapat dirahasiakan. 


Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kakiNya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.


 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." 


Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.


 Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk keselamatan satu bangsa saja, tetapi untuk semua. Seorang ibu Yunani datang kepada Yesus, meminta Yesus untuk mengusir setan yang merasuki anak prempuannya. 


Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi Ibu ini tetap menjawab Yesus dengan penuh iman. Karena imannya yang sangat kuat, maka setan yang merasuki anaknya keluar daripadanya. 


Lewat kisah ini kita percaya dan yakin, bahwa kasih Yesus Kristus, kasih Tuhan tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi terbuka untuk siapa saja yang percaya padaNya. Kedatangan dan kehadiran Yesus Kristus di tengah umat manusia membawa satu konsep baru akan Allah, bahwa Allah adalah milik semua bangsa, milik semua manusia yang percaya kepadaNya.  

 

 kisah ini adalah bahwa ibu Yunani dalam ceritera Injil sungguh percaya akan Yesus Kristus. Dia sangat yakin, bahwa Yesus Kristus bisa menyembuhkan anak perempuannya, Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi ia tetap rendah hati dan pasrah pada Yesus; ia tidak merasa terpukul atau kecewa di saat Yesus menggunakan satu analogi, - “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 


 Tetapi dengan sopan Ibu Yunani ini membenarkan apa yang dikatakan Yesus dan menerimanya dengan tulus, katanya: “Benar Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” 


Karena pernyataannya ini, maka Yesus menghadiahkan dia dengan satu hadiah yang luar biasa, yaitu anak perempuannya kembali bebas dari renggutan setan. Sungguh kasih Tuhan selalu dicurahkan kepada orang yang rendah hati dan percaya kepadaNya.

 

Sadar akan misi Tuhan ini, yaitu menyelamatkan semua bangsa di bawa kolong langit, maka muncullah semangat misioner di dalam Gereja kita. Gereja mengirim misionaris ke mana saja untuk mewartakan kabar gembira. Mewartakan kasih Tuhan kepada siapa saja. 


Pewartaan kasih Tuhan itu bukan saja lewat kata-kata, tetapi lebih dari pada itu, yaitu lewat tingkah-laku, kesaksian hidup. Banyak orang memberi diri untuk dibaptis, bukan hanya karena lulus ujian agama, tetapi karena kesaksian hidup dari mereka yang mewartakan ajaran Kristus. 


Ada seorang wanita dari bangsa Siro-Fenesia yang memiliki seorang anak perempuan sedang kerasukan roh jahat.  Wanita itu datang dan memohon kepada Tuhan Yesus supaya Yesus mengusir roh jahat itu dari anaknya.  Simaklah tanggapan Yesus;  "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 


Meski perkataan Yesus begitu pedas dan sepertinya wanita itu tidak dianggap, Yesus tetap meresponsnya dengan penuh kerendahan hati,  "Benar, Tuhan.  Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."  (ayat 28).  Wanita itu percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan sanggup melakukan mujizat.


Apakah Tuhan Yesus tidak mengasihi wanita itu?  Bukan.  Itu karena belum waktunya wanita itu menerima anugerah dari Tuhan.  Namun kerendahan hatinya telah menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga wanita itu akhirnya beroleh anugerah dari Tuhan, seperti tertulis: orang yang rendah hati dikasihani-Nya."  (Amsal 3:34b).  Adalah tidak mudah menjadi orang yang rendah hati, apalagi bila kita sedang berada 'di atas'.  


Namun untuk mengalami pertolongan dari Tuhan dan hidup semakin dikenan oleh Dia kita harus belajar rendah hati.  Melalui perkataannya yang bermuatan iman wanita ini beroleh jawaban dari Tuhan;  ketika pulang ke rumah  "...didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar."  (Markus 7:30).


Apakah perkataan kita sehari-hari senantiasa menyatakan iman?  Ataukah ucapan kita hanya berisikan keluh kesah karena sakit yang tak kunjung sembuh, kekecewaan, kegagalan, dan ketidakberdayaan?  Berubahlah!  Jangan pernah mengucapkan hal-hal yang sia-sia!  Kita harus memiliki ucapan-ucapan yang mengundang kuasa Tuhan terjadi.  


Mari latih mulut kita untuk memperkatakan firman Tuhan.  Alkitab menegaskan,  "Tidak satu pun firman-Ku akan ditunda-tunda.  Apa yang Ku firmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan Allah."  


(Yehezkiel 12:28).  Seburuk apa pun keadaan kita saat ini, selalu ada harapan di dalam Tuhan.  Kita harus tetap percaya pada janji firmanNya.  Karena itu perkataan firman dengan iman.


Perempuan Siro-Fenisia yang percaya. Markus 7: 24-30.

Apakah kita telah mempercayakan diri kepada kelimpahan kebaikan hati Yesus, sekalipun Yesus telah menolak dengan ungkapan yang "menyakitkan" hati "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan.


 Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak". Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki". 


Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang telah dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. 


Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. 


Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. Manusia memang lemah dan tkak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1). 


Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya.


 Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).


kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". 


Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.


Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. 


Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah.


 Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya. 


Yesus, kami sangat membutuhkan-Mu. Bukalah hati kami untuk menerima firman-Mu. Datanglah, Roh Kudus, bantu kami untuk mendengar bimbingan-Mu dan dapat menanggapi dengan benar. Amin


1. Sengaja Keluar dari Kebiasaan: 

Dalam perikop sebelumnya Markus menghadirkan Yesus di Genesaret. Sekarang, Ia melakukan perjalanan ke daerah Tirus, kota perdagangan penting Kekaisaran Romawi pada waktu itu. Dari Genesaret menuju ke Tirus bukanlah sebuah rute yang favorit.  


Seseorang biasanya menghindari rute tersebut.  Sebab untuk menempuh rute itu orang harus melintasi punggung gunung di sepanjang pantai Mediterania.  Kita tidak tahu alasan Yesus menempuh jalur itu.  Markus memberi tahu kita bahwa Dia ingin menghindar dari kalayak ramai. 


Mungkin Dia butuh waktu sendiri untuk istirahat. Atau mungkin Dia sengaja pergi ke sana  untuk menemukan jiwa yang membutuhkannya—orang asing— orang yang selama ini tidak bisa mengakses belas kasih-Nya. 


Apa pesan yang hrndak dikatakan mengenai hal ini kepada kita? Apakah itu suatu pesan bahwa kasih pemeliharaan Allah bersifat universal untuk semua orang? Agar setiap orang bisa mengakses berkat Allah? 


2. Doa Seorang Ibu: 

Bagaimana Yesus mnanggapi  doa seorang ibu? Kita mengenal sebuah lagu yang berjudul Doa Ibu yang dalam syairnya menyebut: di doa ibuku namaku disebut.  Masa depan setiap anak begitu banyak bergantung pada doa seorang ibu.  Terbukti dalam cerita Yesus menerima doa ibu Siro Fenisia ini. 


Kisah ini mengingatkan kita akan perhatian penuh kasih Yesus kepada seorang ibu. Ketulusan dan cinta kasih seorang ibu telah menyentuh hati Yesus.  Yesus tidak dapat menolak permintaan dan keinginan kuat seorang ibu. Bersyukurlah kita semua memiliki seorang ibu.  


3. Dialog Iman:

Dialog antara Yesus dan wanita non-Yahudi ini seketika menjadi fokus yg mencolok.  Dialog ini tidak hanya berbicara tentang posisi bangsa yahudi dan non yahudi.  Dialog ini juga dominan bicara soal prioritas. 


 Siapa yang lebih baik Yahudi atau Yunani? Mana yang perlu mendapat prioritas?  Memanh Yesus datang untuk mewartakan keselamatan pertama-tama kepada orang-orang Yahudi, Orang-Orang Pilihan yang telah dipersiapkan Bapa-Nya, dan kemudian kepada orang-orang bukan Yahudi (tugas yang akan Ia berikan kepada para Rasul-Nya, lih. Matius 28:19). 


Dia mengatakan banyak hal kepada ibu itu dalam "perumpamaannya"  tentang anak-anak dan anjing. Ibu itu kemudian mengambil perumpamaan itu dan mengembalikannya kepada Yesus: bahwa ketika anak-anak makan di meja, anjing-anjing juga diberi makan dari remah-remah yang jatuh dari meja. 


Ibu itu memahami tugas perutusan Yesus. Dia tahu sepenuhnya Yesus.  Oleh karena itu dia menjawab dengan mengedepankan soal iman.  Yesus melihat imannya dan memberkati dia. 


Renungan  Untuk kita Markus 7: 24-30...

Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. 


Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki". 


Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. 


Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. 


Manusia memang lemah dan tak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1). 


Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya. 


Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).


Umat beriman yang terkasih, melalui bacaan Injil hari ini, kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. 


Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar. 


Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah. 


Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya. 


Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...