"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.(Markus, 10-13:16)
(Markus, 10-13:16) |
Melalui Sakramen Perkawinan, Allah menghendaki agar persatuan suami-istri adalah persatuan saling membahagiakan satu sama lain, saling memberikan perlindungan yang kokoh, saling memandang satu dengan yang lain sebagai pribadi yang berharga, saling menghadirkan keramahan dan kelembutan, dan saling menghibur di dalam menapak kehidupan.
Sesungguhnya yang diharapkan oleh Tuhan dari kita adalah Semangat Cinta Kasih, Semangat Kesetiaan, dan Semangat Pengampunan. Dalam semangat inilah Allah berharap kita dapat menjaga keluhuran martabat dan kesucian Sakramen Perkawinan. Kasih suami-istri sejati terwujud dalam kelahiran anaknya.
Kesetiaan Allah kepada suami-istri itu harus merupakan kesetiaan suami-istri kepada anaknya. Anak itu murni, tidak berpikir atau berbuat jahat, belum tahu berpihak, justru sangat membutuhkan kasih dari yang mengadakannya yaitu Allah, bapak dan ibunya.
Sikap polos, tulus, saling pengertian satu sama lain, tidak mementingkan diri. Seperti anak-anak itulah yang diharapkan Yesus dari kita sebagai pengikut-Nya, khususnya dalam kebersamaan hidup perkawinan dan keluarga.
Selain itu, kita diingatkan akan tanggung jawab dari buah cinta kita yaitu anak-anak, dalam tumbuh kembangnya khususnya tumbuh kembang imannya. Hendaknya anak-anak sejak dini diajak, dibiasakan untuk mengikuti perayaan Ekaristi.
Memang bukan hal yang mudah mengajak anak-anak untuk duduk dan diam di Gereja. Seringkali kita terganggu kalau ada anak-anak berlari-larian, ribut atau menangis di Gereja. Dengan segala kejengkelan kita menatap orang tua anak itu.
Padahal, Yesus dengan kedua belah tangan-Nya terbuka menerima anak-anak, sebagaimana sabda-Nya: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga. Barangsiapa menerima anak-anak dengan kasih, dia telah menerima Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah itu adalah suatu suasana hidup yang dipimpin dan dikuasai oleh Allah. Yesus membawa Kerajaan Allah itu dengan memeluk anak-anak, memberikan berkat bagi mereka.
Sebagai orang tua hendaknya kita mencari cara untuk membuat anak-anak merasa nyaman di rumah Tuhan. Pernah di suatu Gereja, saya melihat anak-anak membawa persembahan hasil karyanya, membawa gambar buatannya dengan apa adanya tanpa merasa khawatir dicela karena mungkin gambarnya jelek.
Pokoknya mereka membawa hasil karyanya dengan antusias, dengan riang hati. Sesudah komuni, bagi anak-anak yang belum menyambut komuni mereka maju bergiliran untuk diberkati / "komuni batuk/dahi" oleh Romo.
Mereka menyambutnya dengan ekspresi kegembiraan, dengan riang hati anak-anak itu berlari agar tidak ketinggalan mendapatkan berkat Kristus "Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya di atas mereka, Ia memberkati mereka". Apa yang dilakukan oleh Yesus adalah merupan cinta-Nya dan sebagai bukti bahwa Allah teramat sangat menyayangi dan mencintai anak-anak.
Yesus memarahi para murid karena menghalangi anak-anak yang datang kepada-Nya. Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku. Jangan menghalang-halangi mereka. Sebab orang-orang seperti itulah yang empuya Kerajaan Allah.
Kedatangan anak kecil menjadi sukacita bagi Yesus tetapi justru kekhawatiran bagi para murid karena akan menghalangi Yesus dalam berkarya. Peristiwa ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk mengajar para murid sekaligus menyingkapkan tentang siapa yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Saya selalu terkesan mendengar kata anak kecil. Semua orang pernah menjadi anak kecil. Bahkan mereka yang sudah lanjut usia terkadang cenderung memiliki atau akan kembali ke sifat anak kecil lagi. Tak dipungkiri, inilah siklus hidup yang terjadi dan dialami hampir setiap orang.
Ketika beranjak remaja lalu tumbuh dewasa dan lanjut usia, terkadang kita memiliki kerinduan ingin memiliki mata seorang anak kecil. Mereka yang melihat dunia tanpa kepahitan, yang melompat girang di taman rumput dan yang bertanya tentang hal-hal kecil dengan rasa penuh ingin tahunya.
Anak kecil bahagia bukan karena punya harta yang melimpah tetapi karena teman yang banyak, yang bisa diajak untuk berbagi canda dan tawa. Dibalik itu, kualitas seperti anak kecil yang jujur, tulus, polos, ceria dan bahagia inilah yang dibutuhkan saat ini. Mari kita belajar dari seorang anak kecil yang kedatangannya selalu membawa penghiburan dan sukacita.
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.
Yesus, ketika kami datang ke hadapan-Mu hari ini, kami membayangkan diri kami sebagai seorang anak kecil. Kami melihat-Mu tersenyum pada kami saat kami berjalan untuk menerima pelukan-Mu. Kami sungguh bersyukur atas hidup kami. Kami bersyukur sebab kami bisa datang kepada-Mu sebagai seorang anak.
Mencintai-Mu bukan karena kami tahu tentang Engkau. Namun karena kami percaya dan berserah kepada-Mu. Karena kami percaya bahwa Engkau mencintai kami apa adanya. Ajari kami, Tuhan, untuk datang kepada-Mu dalam kesederhanaan kami, seperti anak kecil. Amin
1. Biarkan Anak-anak Datang kepada-Ku: Di seluruh Injil, kita mendengar orang-orang membawa anak-anak mereka kepada Yesus untuk disembuhkan, tetapi dalam kasus ini, tampaknya orang-orang membawa anak-anak mereka kepada Yesus hanya agar anak-anak dapat bertemu dan Yesus.
Mereka tidak meminta apa pun kecuali agar anak-anak mereka dekat dengan Yesus dan disentuh oleh-Nya. Mereka ingin anak-anak mereka mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus. Kita dapat membayangkan bahwa, setelah Yesus dengan marah menyuruh para murid untuk membiarkan anak-anak datang kepada-Nya, Dia tersenyum kepada anak-anak itu. Kita bisa melihat-Nya meletakkan tangan lembut di kepala mereka.
Mungkin kita bahkan bisa membayangkan Dia menggendong mereka satu persatu sambil tertawa. Yesus senang berada bersama anak-anak. Dia ingin bertemu dengan anak-anak kita dengan cara yang sama—dan agar mereka dapat mempercayai Yesus dan diberkati. Seberapa setiakah kita dalam membawa anak-anak kita kepada Kristus? Apakah mereka dibaptis? Bagaimana dengan cucu, keponakan, anak teman kita? Apakah kita meminta Yesus untuk memberkati mereka? Bagaimana kehidupan rumah tangga dan keluarga kita dibentuk oleh iman kita?
2. Kerajaan Milik Orang-Orang Seperti Ini:
Ketika Yesus berkata bahwa Kerajaan itu milik “orang-orang seperti ini”, kita perlu mempertimbangkan karakteristik anak kecil: kerentanan, kepercayaan, ketergantungan, rasa ingin tahu, dan kemauan untuk percaya.
Anak-anak juga sering sangat gigih, pemaaf, murah hati, penyayang, dan sederhana. Karakteristik ini kontras dengan apa yang kita lihat pada seseorang yang belum dewasa: egois, suka menuntut, mudah bosan, mudah marah. Yesus meminta kita untuk menjadi seperti anak kecil, bukan kekanak-kanakan.
3. Seperti Anak Kecil:
Ketika kita menjadi seperti anak kecil, kita mempercayai Bapa kita untuk memberikan apa yang terbaik bagi kita. Kita memohon bantuan-Nya dengan semua kebutuhan kita. Kita mengharapkan Dia untuk penghiburan dan dorongan. Ketika kita seperti anak kecil, kita rendah hati. Kita tahu kita kecil dan lemah namun memiliki Bapa yang pemurah. Kita tahu kita juga dipanggil untuk tumbuh.
Kita tumbuh ketika kita tekun dalam ibadah dan Pemahaman Alkitab serta Sarasehan. Kita bertumbuh ketika kita mau berbagi perjalanan spiritual kita dengan teman-teman, ketika kita dapat membuka diri terhadap pembimbing spiritual yang baik. Kita tahu bahwa kita membutuhkan bantuan Tuhan dan orang lain untuk tumbuh menjadi orang suci yang Dia inginkan.
Marilah Kita Berdoa:
Tuhan, sepertinya mudah untuk menjadi seperti anak kecil, tetapi ada begitu banyak rintangan. Alih-alih menghabiskan waktu dengan-Mu dalam kesempatan ibadah dan pertemuan gerejawi. Kami sering puas mencari kesenangan kami sendiri. Meski Engkau tahu setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan dalam hidup kami, terkadang kami berusaha menghindar untuk membawa hal-hal yang terjadi ke hadapan-Mu.
Kami sering menolak bergantung dan meminta bantuan. Tuhan, bagaimana bisa begitu sulit untuk berserah dan menjadi kecil? Namun kami terhibur ketika kami mengetahui bahwa Engkau selalu membuka tangan-Mu untuk menerima kami. Dan Engkau akan tersenyum pada kami dan memberi kami kekuatan untuk memulai yang baru setiap hari. Terima kasih, Tuhan, atas kesabaran-Mu yang tiada habisnya, dan atas kasih-Mu yang tak bersyarat. Amin