We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Friday, 25 February 2022

Tentang Perceraian Suami Istri. !?Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia." (Markus 10:1-12)

Tentang Perceraian Suami Istri. !?Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia." (Markus 10:1-12)




Pada suatu hari Yesus berangkat ke daerah Yudea  dan ke daerah seberang sungai Yordan.  Di situ orang banyak datang mengerumuni Dia, dan seperti biasa Yesus mengajar mereka. 


Maka datanglah orang-orang Farisi hendak mencobai Yesus. Mereka bertanya, "Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?" Tetapi Yesus menjawab kepada mereka, 


"Apa perintah Musa kepada kamu?" Mereka menjawab,  "Musa memberi izin untuk menceraikannya  dengan membuat surat cerai."


Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah itu untukmu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka pria dan wanita;  karena itu pria meninggalkan ibu bapanya  dan bersatu dengan isterinya. Keduanya lalu menjadi satu daging.  Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah,  janganlah diceraikan manusia."


Setelah mereka tiba di rumah, para murid bertanya pula tentang hal itu kepada Yesus. Lalu Yesus berkata kepada mereka,  "Barangsiapa menceraikan isterinya  lalu kawin dengan wanita lain,  ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika isteri menceraikan suaminya lalu kawin dengan pria lain,  ia berbuat zinah.


Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Jelas bahwa Allah pada rencana awal penciptaanNya menghendaki agar manusia hanya memiliki satu suami atau satu istri.


Gereja sendiri memiliki aturan dengan berlandaskan kitab suci yang melarang keras soal perceraian. Dalam bacaan injil tersebut pun Yesus menjawab para orang Farisi itu yang hendak mencobaNya tentang perceraian.


Tujuan awal orang Farisi itu adalah ingin mencobai Yesus dengan melontarkan pertanyaan soal perceraian. Dimana dalam perjanjian lama Musa sendiri tidak melarang mereka untuk menceraikan pasangan hidup mereka.


Namun, apa kata dan jawaban Yesus atas pertanyaan mereka itu, yakni bahwa Musa melakukan itu karena ketegaran hati bangsa Israel. Mereka mencobai Yesus dengan mengandalkan izin Musa untuk bisa menceraikan pasangannya. Namun hal itu tentu ada pendasarannya yang mana bangsa pilihan Allah itu serakah dan congkak hatinya saat itu.


Tuhan Yesus sendiri melawan daan melarang keras setiap perceraian dari pihak istri maupun dari pihak suami, juga apabila ada perzinahan. Yesus dengan tegas mengajarkan bahwa kesatuan perkawinan antara suami dan istri tidak terceraikan.


Nah, inilah pengajaran yang dipegang oleh Gereja Katolik sampai hari ini, yaitu bahwa jika perkawinan yang dilakukan itu sah (dalam artian tidak ada cacat konsensus, tidak ada halangan pernikahan; dan perkawinan itu dilakukan sesuai dengan ketentuan kanonik), maka  jika suatu saat kedua pihak memutuskan untuk berpisah, mereka tidak dapat menikah lagi.


Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi. Bukan untuk saling mengalahkan atau mengunggulkan. Karena pengaruh kebudayaan dan adat di masing-masing suku dan bangsa, maka banyak di antara bangsa, yang menjadikan laki-laki dan perempuan menjadi ber'kelas' ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah.


Yesus menegaskan bahwa dari awal dunia Allah sudah menjadikan laki-laki dan perempuan, untuk saling melengkapi, saling menolong. Bukan saling mengalahkan, menyakiti atau saling tidak hormat dan tidak sopan. Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan oleh Allah. Bermartabat yang sama. Yang seorang tidak menjadi tuan bagi yang lainnya.


Untuk itu, mari mulai sekarang kita juga selalu memberi penyadaran pada diri kita, pada anak-anak kita, pada orang-orang di sekitar kita, untuk saling bisa menghormati dan menghargai antara laki-laki dan perempuan, karena memang Allah menjadikan laki-laki dan perempuan untuk menjadi partner hidup, saling mencintai, saling melayani, saling menghormati dan saling menghargai.


Renungan Untuk kita Umat Tuhan.

Sesungguhnyalah, setiap orang tidak menghendaki perceraian. Pada umumnya, perceraian terjadi karena adanya salah paham dan kurang adanya saling pengertian. Perceraian bukanlah solusi yang terbaik. Karena perceraian niscaya akan meninggalkan luka-luka dalam hati pasangan suami istri terutama bagi anak-anak yang akan sangat terasa pahit dan getir.


Dalam bacaan Injil hari ini kita mendapati bahwa orang-orang Farisi yang datang kepada Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan tentang perceraian. Sudah tentu, pertanyaan orang-orang Farisi itu membuat Tuhan Yesus memberikan didikan dan ajaran kepada mereka, bahwa apa yang sudah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.


Tuhan Yesus menyatakan bahwa sejak dari mulanya, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan. Laki-laki kemudian meninggalkan ayahnya dan ibunya untuk menjadi satu dengan isterinya. Karenanya, Tuhan Yesus menegaskan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.


Lalu, barang siapa menceraikan isterinya dan kawin dengan perempuan lain, maka ia hidup dalam perzinahan. Dan apabila isteri menceraikan suaminya, lalu menikah dengan laki-laki lain, maka ia berzinah dengan suaminya itu.


Berbahagialah kita dan semua peribadi di antara kita yang percaya bahwa apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia dan setia membangun keluarga yang saling memahami, saling mengerti, saling mengasihi, bahagia dan damai sejahtera. karena dia sudah lebih dahulu mempersatukan kita dengan Diri-Nya dan kita dengan Allah Bapa dengan kelimpahan kasih karunia-Nya yang tidak berkesudahan.


Berbahagialah kita, para suami dan para isteri, dan semua pribadi di antara kita yang tidak menceraikan isteri atau suaminya dan tidak menikah lagi dengan perempuan lain atau laki-laki lain, serta tetap setia membangun keluarga yang rukun, bahagia, sukacita dan damai sejahtera. Karena Dia sudah menyediakan bagi kita bagian hidup kekal yang penuh sukacita dan damai sejahtera bersama dengan Allah Bapa yang bertakhta di surga.


Yesus menegaskan bahwa perkawinan tidak dapat di ceraikan,sebab itu adalah kehendak Allah dari semula.Musa mengizinkan perceraian karena ketegaran hati mereka.Ketegaran hati inilah yang menyebabkan rusaknya ikatan sakral cintakasih pria,wanita dan Allah.


Perceraian dalam dunia sekarang ini sangat lumrah terjadi mulai dari masyarakat tingkat bawah,sampai masyarakat tingkat atas.Entah masalah ekonomi,perselingkuhan,kurangnya komunikasi antara kedua belah pihak dan banyak lagi masalah yang di hadapi dalam hidup berumah tangga.


 Yesus bersikap tegas merujuk kepada awal mula penciptaan dengan mengatakan,"Apa yang dipersatukan oleh Allah,janganlah diceraikan oleh manusia."Jika seorang menceraikan pasangannya dan kawin lagi,maka mereka hidup dalam perzinahan.


Karena adanya perceraian merupakan tanda kegagalan manusia memahami makna cinta sejati dan belum dewasanya pribadi seseorang dalam memulai hidup baru.


Santo Yohanes mengatakan pentingnya sebuah hubungam pribadi dengan Yesus dalam hidup berkeluarga,karena segala kerapuhan,kekurangan pasangan dan ketidaksempurnaan keluarga akan di lengkapi Tuhan.


Karena Relasi Cinta itu di dasarkan pada relasi Bapa,Putra dan Roh Kudus yang saling percaya.Jadi dalam hidup berumahtangga itu,bukan hal yang gampang/mudah dan bukan hanya menerima kesenangan-kesenangan saja tetapi juga harus bisa menerima kesusahan dan berani berkurban untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya.


Keluarga adalah Domus Ecclesia, Gereja kecil yang hadir dalam masyarakat. Dalam lembaga keluarga, nilai persatuan, kasih, penghormatan, harmonitas, dialog, kejujuran, spiritualitas dan solidaritas hidup bersama dibangun.


Keluarga yang hidup dalam kasih dan spirit merawat hubungan dengan Tuhan menghadirkan kegembiraan, karakter Kristianitas dan pengharapan tentang masa depan yang bermutu dan bahagia.


Dewasa ini kita dihadapkan dengan kenyataan baru yang menggelisahkan dan menantang. Pertama, adanya pergeseran nilai persatuan dan keutuhan dengan alasan-alasan yang rasional. Demi efesiensi dan distribusi peran. Bahkan dengan hati tegar manusia selalu ingin memisahkan diri dengan Tuhan dan sesama. Kedua, ada kecenderungan individual yang ingin menang sendiri dan mendominasi sesama dan lingkungan. Ketiga, manusia dihadapkan dengan aneka godaan dan tawaran-tawaran material yang semu dan sesaat.


Sementara itu melemahnya budaya dialog dan spiritualitas sebagai hal yang indah dan meneguhkan. Doa dan dialog penuh kasih sebagai kekuatan dalam mengelola berbagai pergumulan hidup terabaikan.


Terhadap kenyataan dan tendensi ini kiranya kita sebagai orang beriman dapat belajar merawat keutuhan dan harmonitas keluarga dengan membangun spiritualitas kerohanian hidup dan dialog kebersaamaan yang intens.


Selanjutnya keluarga-keluarga hendaknya menyadari diri sebagai Domus Ecclesia yang hadir untuk mempersiapkan generasi berkualitas bagi gereja dan bangsa.


Keluarga yang bahagia dan harmonis karena menghidupkan nilai-nilai Iman, harap dan kasih senantiasa memaknai kasih setia yang sejati dalam keluarga sebagai seminari dalam mentrasfer nilai-nilai iman bagi anak-anak yang dititipkan Tuhan.


Hari ini dan seterusnya keluarga-keluarga mampu merawat dan mempertahankan keutuhan dan persatuan hidup dengan menjujung tinggi nasehat Yesus, yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan manusia.


Diatas semuanya itu kita seyogyanya sadar bahwa ketegaran hati dan kesombongan individual yang menjadi formula umum perpecahan dalam aneka bidang kehidupan, termasuk dalam lembaga keluarga. Kita pantas waspada dan berjaga-jaga.


Semoga kita selalu terbuka untuk merefleksikan dan memperbaharui hidup dalam terang kasih yang menyatukan, menyempurnakan dan meneguhkan satu sama lain. 


Marilah berdoa.

Ya Tuhan jagalah kesucian cinta kami dan komitmen kami kepada-Mu dalam janji suci pernikahan kami, semoga dalam mengarungi hidup berumah tangga, kami senantiasa saling mencintai dan tetap saling setia satu sama lain sampai maut memisahkan kami, amin.

Menjadi Haram Dan Terang Dunia.“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” Markus 9:41-50

Menjadi Haram Dan Terang Dunia.“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” Markus 9:41-50



Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”


 “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)


Jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) 


Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api. 


Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”


Sebagai murid Kristus, kita dianugerai contoh atau pola hidup penuh kasih oleh Tuhan. Hidup ini adalah anugerah atau pemberian cuma-cuma dari Allah. Tugas dan panggilan hidup kita adalah saling memberi. Wujud pemberian yang paling sederhana dan bisa dilakukan oleh setiap orang adalah memberi perhatian, doa, dan pertolongan yang dilandasi kasih yang tulus. Memberi tidak membuat orang akan  rugi. 


Pemberian yang tulus tidak pernah sia-sia. Orang yang memiliki kebiasaan memberi  tidak mudah merugikan dan menyesatkan orang lain. Semoga kita selalu yakin dan tidak ragu-ragu untuk selalu salibg memberi dengan murah hati.  Salam sehat dan bahagia. 


Kebenaran sejati itu bersifat rohani yang tidak dapat kita tangkap dengan pancaindra. Segala sesuatu di dunia ini dapat berdaya guna bagi manusia yang harus membangun dirinya sesuai kehendak Allah yang menciptakan, tetapi segala sesuatu itu dapat juga menyesatkan karena manusia sebagai pribadi yang berdaulat demi pengembangan dirinya dilimpahi wewenang mengelolanya. Namun cara mengelola itu harus sesuai dengan kehendak Sang Pencipta dan bukan atas kehendaknya sendiri.


Aku berkata kepadamu: "Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya. Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dibuang ke dalam laut. 


Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggalah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggalah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka".


Kalau kita berusaha memahami dengan lebih mendalam, bukan hanya orang yang dapat menyesatkan orang lain dan anggota tubuhnya dapat menyesatkan pemiliknya, tetapi kekayaan duniawi itu juga dapat menyesatkan manusia. Justru hal ini juga dikatakan oleh Kristus sendiri dengan cukup tegas. 


Sebab kelekatan pada kekayaan yang memang memberi kesenangan, kemudahan, kepuasan dan kemapanan hidup di dunia ini mudah membuat manusia merasa tidak membutuhkan orang lain terutama Tuhan, yang sekali pun belum pernah dilihatnya, apalagi janji-Nya masih nanti dan tidak terbayangkan. Dan begitu meninggalkan Allah, berbagai tindak kejahatan demi untuk melindungi kekayaan dan dirinya akan mudah dilakukan, segala hal yang sifatnya negatif mudah muncul dari hatinya.


Selain itu, tidak kalah pentingnya manusia memperhatikan bahwa orang dapat disesatkan karena sikap eksklusif yang membanggakan kelompoknya sendiri sebagai yang paling baik dan paling benar sehingga merasa yang paling dicintai oleh Allah. Dikatakan "tidak kalah penting", karena biasanya penyesatan itu tidak disadari. Misalnya: ingin membela Allah dengan cara berpikir dan bertindak manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.


 Sikap eksklusif itu mudah menimbulkan iri hati, misalnya apabila ada orang dari luar kelompoknya yang dapat melakukan hal yang sama dengan kelompoknya kemudian menganggap saingan dan harus disingkirkan demi popularitas kelompoknya.


Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."


Tuhan, Engkau  datang ke bumi sebagai Penebus dan Juruselamat untuk menunjukkan kepada kami bagaimana kami harus hidup. Engkau adalah Kebenaran. Meskipun ada banyak gangguan dan godaan di dunia, kami tahu bahwa kebahagiaan sejati kami terletak pada sikap percaya dan mempercayakan hidup kami kepada semua yang Engkau kehendaki bagi hidup kami.  


1. Secangkir Air: 

Memang air sangat penting untuk kehidupan. Akan tetapi memberi seseorang secangkir air tampaknya merupakan hal yanh kecil dan sepele.  Bagi kebanyakan dari kita memang begitu. Kita diberkati bumi pertiwi yang melimpah air minum.  


Dulu di setiap rumah selalu diletakkan kendi untuk siapapun yang kehausan yang kebetulan lewat di depan rumah.  Namun bagi sebagian orang di tempat yang lain,  air sangat langka dan berharga. Berbagi secangkir air dalam keadaan seperti itu mengingatkan kita pada janda miskin yang “mempersembahkan seluruh penghidupannya” 


Meskipun kita memiliki banyak air, kebanyakan dari kita tidak merasa bahwa kita memiliki banyak waktu dan kepedulian untuk sesama. Jika kita diminta untuk menyerahkan waktu atau tenaga kita, itu bisa terasa seperti pengorbanan yang terlalu besar. 


Namun tindakan sederhana seperti pemberian secangkir air kepada seseorang yang membutuhkan itu sangat menolong.  Demikian pula saat kita memberikan waktu dan kepedulian kita dalam pelayanan di gereja atau di masyarakat,  sudah bisa dipastikan kita dapat mendatangkan kebaikan.  


2. Batu sandungan:  

Dalam Kejadian 4:9, “Tuhan bertanya kepada Kain, 'Di mana saudaramu Habel?' Dia menjawab, 'Saya tidak tahu. Apakah aku penjaga saudaraku?'” Dalam Injil Lukas, “ahli taurat… ingin membenarkan dirinya sendiri dan bertanya kepada Yesus, 'Siapakah sesamaku manusia?'” (Lukas 10:25, 29). Kedua bagian itu menunjukkan sikap keengganan untuk bertanggung jawab atas orang lain. 


Kita semua dipanggil untuk melayani dengan murah hati dalam penggunaan waktu dan tenaga kita untuk melayani orang lain.  Ketika kita enggan seperti Kain atau ahli taurat jelas hidup kita bertentangan dengan kehendak Allah bagi hidup kita.  Kita dapat menjadi batu sandungan bagi sesama kita. 


3. Jika Garam Telah Kehilangan Rasa Asinnya.

Hidup bersama kita dimaksudkan untuk saling mendorong dan menarik orang lain kepada kehendak Allah.   Apa yang terjadi ketika iman kita menjadi suam-suam kuku? Ketika kita kehilangan pengaruh positif yang seharusnya kita miliki terhadap orang-orang di sekitar kita. Hal itu secara bertahap dapat menjadikan kita tidak peka terhadap dosa dalam kehidupan kita sendiri. 


Kesetiaan kita kepada Kristus berarti kesediaan untuk rela mengorbankan apa pun untuk kebaikan dan kebahagiaan sesama.  Dan dengan berbagi kitapun merasa bahagia.  Keengganan kita untuk peduli kepada sesama terjadi karena kita salah memakai kehendak bebas kita.  Kita abai dari rasa tanggung jawab untuk menjadi penjaga.  Hidup kita harus saling menjaga. 


Marilah  Kita. Berdoa: 

Tuhan Yesus. Perintah-Mu untuk mengasihi sesama seperti diri kami sendiri lebih dari sekedar bersikap baik agar kami dikenal baik hati. Dalam Injil hari ini Engkau menunjukkan betapa seriusnya kami harus menjalani kehidupan ini. Engkau memanggil kami untuk menginginkan hidup yang kekal bagi kami dan bagi saudara-saudari kami.  Beri hikmat dan berkat-Mu.  Agar hidup kami dapat saling menjaga dan melayani. 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...