Friday, 20 December 2019
Keluarga adalah salah satu trisentra pendidikan yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter anak. Keluarga sebagai pocus pembentukan karakter anak perlu mengembangkan pola asuh atau pola interaksi yang edukatif dan efektif. Pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak bertujuan untuk melayani kebutuhan fisik dan psikologis anak. Selain itu, pola asuh tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk sosialisasi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat supaya anak-anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Orang tua dalam mendidik anak bukan dengan kekerasan atau paksaan, tetapi memberi kebebasan dengan suatu kontrol yang ketat supaya anak bertumbuh dan berkembang secara positif dan baik. Pola asuh yang dibutuhkan pada era digital adalah pola asuh yang demokratis atau authoritative. Pola asuh ini berupaya membantu anak agar bersikap kritis terhadap pengaruh-pengaruh negative dari era digital. Oleh karena itu, orangtua harus mampu berperan untuk mendidik dan membimbing anak supaya menggunakan gadget untuk tujuan yang benar dan positif.
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini hampir sulit dibendung. Seluruh dimensi kehidupan manusia sudah dimasuki dan dipengaruhi oleh adanya teknologi dan informasi, termasuk juga dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, kemajuan teknologi dan informasi mendatangkan keuntungan atau nilai yang positif dan konstruktif. Artinya, kemajuan teknologi dan informasi membuat aktivitas dan kebutuhan manusia semakin mudah atau gampang dilaksanakan. Akan tetapi di sisi lain, setiap kemajuan dan perkembangan mendatangkan implikasi negatif dan destruktif (merusak) jika manusia tidak memiliki sikap kritis dan selektif.
Seperti perkembangan teknologi dan informasi saat ini terutama penggunaan perangkat digital telah mempengaruhi karakter kehidupan anak .
Hal ini dijelaskan bahwa anak-anak yang hidup di era milenial memang pasti dipengaruhi oleh teknologi digital. Tidak heran jika anak-anak saat ini dikategorisasi sebagai generasi digital. Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang sudah mengenal media sejak lahir.
Anak-anak yang hidup di era digital mempunyai karakteristik atau perilaku yang di sebut dengan ketergantungan terhadap gadget (internet). Perilaku ini akhirnya berpengaruh langsung terhadap pembentukan karakter anak dan sifat ketergantungan terhadap di gital di era milenial. Di era generasi digital anak-anak sangat aktif berselancar di media sosial seperti, facebook, Twitter, Path, dan Instagram maupun media sosial lainnya. kemajuan teknologi memberikan pengaruh signifikan terhadap pembetukan karakter pada anak dan memberikan dampak positif dan juga dampak negatif bagi tumbuh kembang anak dalam keluarga. Teknologi digital, salah satunya internet menjadi satu aspek penting dalam faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
MAHASISWA BERHAK BERSERIKAT, MENGELUARKAN PENDAPAT.
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang dibina agar nantinya mampu menggantikan pemimpin kita yang ada padas saat ini, baik di lembaga, instansi negara maupun daerah. Maka dari itu, mahasiswa adalah bagian dari perguruan tinggi atau universitas untuk dibina dan ditambah lagi wawasannya sesuai bidang kemampuannya agar dapat diterapkan untuk bangsa dan negara. Kalau sudah dikatakan mahasiswa adalah kaum terdidik atau kaum intelektual, maka tindakannya juga harus mencerminkan orang yang intelek pula. Di tangan mahasiswalah kita gantungkan kelanjutan cita-cita negara saat ini. Setelah pemimpin saat ini sudah tak mampu lagi melaksanakan tugasnya maka harus ada regenerasi. Itulah mahasiswa yang saat ini sebagai regenerasinya. Mahasiswa ketika menempa pendidikan harus mencerminkan mereka adalah kaum intelektual penerus kemajuan bangsa. Benar-benar menuntut ilmu dan mampu mengaplikasikannya.
zaman sekarang ini, memang semua rakyat Indonesia berhak dan berkewenangan untuk berpendapat apa lagi mahasiswa mereka adalah penerus bangsa. Hal ini tertulis dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 3 yang menyatakan, ”setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Demokrasi dalam konteks kemahasiswaan dikenal sebagai pemikir kritis, demokratis dan konstruktif. Suara-suara mahasiswa kerap kali mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa dengan cara mereka sendiri. Mahasiswa merupakan asset, cadangan dan harapan masa depan bangsa. melalui organisasi kampus inilah mempengaruhi kualitas mahasiswa sebagai pemimpin di masa depan, mahasiswa juga berperan dalam bernegara, mahasiswa dalam kehidupannya dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat.
Mahasiswa menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan bangsa Indonesia dan mahasiswa menjadi bagian komponen penting dalam mencerdaskan masyarakat dalam memahami arti dari demokrasi itu sendiri sehingga masyarakat mengerti dan memahami bahwa demokrasi di Indonesia harus dirawat dengan baik agar tidak ada indikasi yang dapat mencederai demokrasi itu sendiri. Indonesia harus mendewasakan dalam menjalankan demokrasi.
Suara mahasiswa adalah suara rakyat, mahasiswa adalah cerminan rakyat. Saat mahasiswa demo menyampaikan aspirasi pada pemerintah, maka rakyat secara rapi pasti berpendapat hal yang sama dengan mahasiwa. Mahasiswalah gurunya rakyat dan perwakilan rakyat yang abadi. Mahasiswa selalu setia pada rakyat, baik disaat rakyat terlena oleh politik busuk dari penguasa yang terlihat manis diluar , mahasiswa tidak pernah merasa letih memperjuangkan kebenaran.
Mahasiswa adalah pondasi utama kemajuan bangsa. Baik buruk suatu bangsa tergantung mahasiswa karena itulah, mahasiswa yang baik, Berjuang Bersama Pemimpin yang Baik. Mahasiswa, sebagai cendikiawan bangsa dalam mengkritik pemerintah sesuai harapan masyarakat. Jika pemerintah melakukan kesalahan, Kajilah maka tembaklah dengan jelas letak kesalahan-kesalahan tersebut secara cendikia.
Pemerintah harus menegakkan keadilan dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat dan mahasiswa. Kekuatan yang dimiliki mahasiswa berupa semangat dalam menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran serta keberanian dalam menentang segala bentuk ketidak adilan.
PENDIDIKAN BERKARAKTER ANAK MENGENAI OPINI PUBLIC
PENDIDIKAN BERKARAKATER ANAK MENGENAI OPINK PUBLIC.
Pendidikan merupakan proses membantu generasi muda untuk menjadi manusia yang utuh dan penuh. Utuh dan penuh berarti menyangkut semua aspek dalam hidup manusia seperti: intelektualitas (kognitif), sosialitas, moralitas, emosi, afeksi, estetika, religiusitas, kepribadian, dan juga fisik. Semua aspek itu dalam pendidikan perlu dikembangkan. Pendidikan karakter lebih membantu mengembangkan aspek kepribadian, sosialitas, moralitas, emosi, afeksi, estetika, religiusitas yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan berkarya.
Pendidikan zaman dulu selalu menyertakan pendidikan karakter. Misalnya, guru dalam mengajar matematika juga menanamkan semangat daya juang, mengajar siswa menghargai orang lain, melatih siswa mengerjakan matematika dengan kejujuran dan lain-lain. Namun, akhir-akhir ini kentara bahwa sekolah formal terlalu menekankan segi kognitif saja, hanya mencari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan ijazah, sehingga mengesampingkan pendididikan nilai. Salah satu tanda pendidikan nilai atau karakter kurang terwujud adalah adanya praktek tawuran, korupsi, nyontek, seks bebas, narkoba, dan kurangnya daya juang, yang akhir-akhir ini sangat menonjol. Oleh karena itu, dipandang penting menekankan kembali pendidikan karakter.
Pendidikan Karakter bangsa yang dikemabangkan melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah merupakan system yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan pada suatu sekolah, karena melalui pendidikan karakter terhadap peserta didik akan digali, dibangun, dibina, dan dibimbing nilai-nilai positif yang tertanam dalam diri peserta didik.
Sesunguhnya setiap peserta didik mempunyai bakat, minat, dan kompetensi yang berbeda-beda. Maka tugas guru adalah membina dan membimbing nilai-nilai tersebut agar lebih berkembang dan akhirnya dapat terefleksi melalui prestasi-prestasi belajar dari setiap peserta didik.
Belajar secara teori di dalam kelas memang mesti dilakukan tetapi belajar secara akan lebih menyentuh dan tepat sasaran sehingga perlu dibina dan dibimbing secara terus menerus secara berkesinambungan. Untuk hal ini, dalam sekolah-sekolah dikembangkanlah melalui Pengembangan Diri.
Dalam dalam pelaksanaan pengembangan diri secara penuh harus ditanamkan kesadaran terhadap peserta seperti penanaman nilai-nilai agama, social, budaya, keterampilan, dan kesenian. Pembinaan yang secara terus-menerus dan berkesinambungan pasti akan melahirkan siswa-siswi yang menunjukkan kompetensi-komptensi yang luar biasa sesuai dengan karakter dan kepribadian peserta didik tersebut.
Pendidikan karakter dapat diajarkan lewat PPKn dan pelajaran agama, tetapi tidak hanya lewat dua pelajaran di atas. Bahkan bila hanya lewat PPKn dan Agama, guru-guru lain nantinya tidak ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan karakter. PPKn dan pendidikan agama oleh siswa malah sering dianggap pelajaran sampingan dan kurang dihargai. Maka pendidikan karakter seharusnya diajarkan dan dibantukan lewat semua pelajaran, mulai dari pelajaran Olah Raga, Seni, sampai dengan Fisika. Dengan demikian, semua guru ikut bertanggung jawab membantu siswa dalam mengembangkan karakter.
Pendidikan karakter di zaman ini semakin penting dan mendesak karena beberapa situasi yang dihadapi zaman ini. Misalnya, pengaruh globalisasi yang menawarkan, di samping sesuatu yang baik, juga nilai yang tidak baik seperti: konsumerisme, seks bebas, narkoba, pelampiasan nafsu manusiawi dengan melupakan hidup imani dan rohani. Kemerosotan karakter berbangsa kita; konflik antarsuku, agama, ras, kepentingan kelompok. Pasar bebas yang menyebabkan hanya orang yang bermutu dan kuat dapat menang sedangkan yang lemah dan tidak bermutu akan mati. Lapangan kerja yang makin sempit, persoalan hidup yang makin kompleks, dan membutuhkan semangat dan daya juga dalam hidup ini. Kepekaan sosial masyarakat yang makin berkurang dan perkembangkan individualisme yang makin tinggi di zaman ini .
Ideal dalam pendidikan karakter diajarkan dan dibantukan secara sinergis lewat semua pelajaran, lingkungan sekolah, orang tua, media, dan masyarakat. Tanpa kerja sama semua pihak tersebut, maka pendidikan karakter akan sulit berhasil, bahkan bisa gagal.
Penerapannya di sekolah menekankan nilai kejujuran agar korupsi dapat makin dikurangi. Maka suasana sekolah termasuk aturan sekolah juga harus menekankan kejujuran ini, bukan hanya guru lewat pelajaran. Kalau ada karyawan atau guru korupsi juga harus ditindak, bukan hanya siswa.
Peran rang tua menjadi pendidik karakter yang pertama dan utama bagi siswa. Maka nilai karakter mana yang mau ditekankan sekolah, perlu dikomunikasikan dengan orang tua sehingga ada kerja sama. Misalnya, sekolah menekankan nilai penghargaan kepada orang lain tanpa diskriminasi. Orang tua juga diajak untuk menanamkan nilai ini kepada anaknya. Maka kalau di rumah anaknya diskriminatif, perlu diingatkan. Kalau sekolah menanamkan nilai antinarkoba, maka orang tua juga harus mengerti itu dan membantu suasana di rumah untuk antinarkoba, bukan sebaliknya malah orang tua mengajari anak menjadi narkobais.
Masyarakat juga menjadi pendidik yang penting. Bila sekolah menekankan pendidikan karakter, tetapi masyarakat luas tidak mendukung, maka pendidikan menjadi berat atau bahkan akan gagal. Misalnya, sekolah menekankan nilai persaudaraan sebagai warga Indonesia, tetapi bila di masyarakat selalu dilihat antarsuku konflik dan saling membunuh, anak akan sulit mengembangkan persatuan. Terutama para pejabat tinggi, wakil rakyat, perlu membantu dalam penegakan nilai ini. Mereka harus menjadi contoh. Di sini banyak soal terjadi, siswa di sekolah dibantu baik, tetapi karena masyarakat masih jelek, anak lalu meniru masyarakat yang jelek.
Publikasi atau media sangat penting dalam pendidikan karakter. Acara TV yang isinya melemahkan pendidikan nilai, akan menghambat tertanamnya karakter yang ditekankan. Misalnya, sekolah selalu mengajarkan pentingnya usaha keras dalam hidup ini dan tanggung jawab. Kalau setiap hari anak melihat acara TV dimana tanpa usaha keras, orang berhasil dan yang usaha keras malah gagal hidup, anak akan tergoda untuk tidak mau berusaha. Di sekolah dididik antiseks bebas, tetapi di TV dan media, selalu memperlihatkan orang tua berseks bebas atau gambar porno, akan membuat siswa sulit.
Kalau memang mau ditangani secara baik, maka harus dimulai dari semua sudut. Ini berarti bahwa harus mulai dari sekolah formal, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT), sekolah agama yang ada di masyarakat, orang tua, lingkungan masyarakat,pemerintah,danlewatmedia. Pendidikan Karakter Bangsa sebaiknya dilaksanakan sejak usia dini sampai ke jenjang pendidikan tertinggi. Pendidikan Karakter Bangsa dilaksanakan di setiap lini pendidikan yaitu formal, non formal, dan informal.
Sebagaimana pendidikan sendiri adalah proses seumur hidup, yaitu tidak akan berhenti sebelum orang mati, demikian juga pendidikan karakter. Orang harus terus mengembangkan karakternya terus-menerus sampai mati. Maka yang perlu mengalami pendidikkan karakter adalah mulai anak sampai dengan orang dewasa. Apalagi dalam nilai karakter tertentu, ternyata banyak contoh jelek dari orang dewasa. Lihat saja, banyak orang dewasa yang melakukan korupsi di negara ini, juga yang main seks bebas dan kecanduan narkoba. Bangsa ini tidak maju sebenarnya bukan pertama-tama karena anak-anak tidak baik, tetapi karena banyak orang tua dan orang dewasa, termasuk banyak pimpinan yang tidak berkarakter baik. Maka ini menjadi contoh tidak baik dalam pengembangan karakter orang muda.
Kalau memang pendidikan karakter menjadi berkembang, dapat dipastikan bahwa akan mempengaruhi peningkatan pendidikan akademik siswa. Misalnya, bila siswa memang selalu jujur dalam tingkah lakunya, dalam penelitian ia akan jujur dengan data penelitian, sehingga analisisnya lebih benar. Kalau anak sungguh disiplin maka akan mempengaruhi kerajinannya belajar sehingga tingkat akademiknya meningkat. Kalau orang punya daya juang yang kuat, maka dalam belajar dan menekuni bidang ilmu, ia tidak akan cepat mundur bila gagal, tetapi akan mencari jalan dan terus melakukan penelitian sehingga berhasil. Banyak sekolah yang menekankan disiplin, kerja keras, kejujuran, daya juang menjadikan kelulusan sekolah itu meningkat tinggi.
Dalam konteks sekolah, dapat dilihat pada praktek hidup anak-anak apakah nilai yang ditanamkan berkaitan pengembangan karakter terjadi. Misalnya, nilai kejujuran. Apakah semakin sedikit yang menyontek, semakin sedikit yang menipu, semakin sedikit yang dalam praktikum mengganti data dan lain-lain. Dalam konteks masyarakat, memang lebih sulit dievaluasi. Tetapi akan nampak bahwa suasana hidup bersama, kerja, dan sosial makin baik.
Ada banyak hambatan yang terjadi yang perlu dihadapi bila kita ingin menanamkan pendidikan karakter. Hambatan utamanya adalah pendidikan karakter hanya berhenti pada teori, dan tidak sampai pada praktek dan kebiasaan hidup. Misalnya, hanya mengajarkan kejujuran, tetapi tidak ada aturan atau pelaksanaannya di sekolah. Kemudian, tidak semua warga sekolah terlibat. Guru, kepala sekolah, yayasan, dan pegawai seluruh sekolah tidak terlibat dalam pendidikan karakter. Orang tua tidak diikutkan dan orang tua malah mengajarkan nilai lain. Lingkungan masyarakat dan pimpinan masyarakat yang hidup bertentangan dengan nilai karakter yang ditekankan. Misalnya, diajarkan kerukunan dan persaudaraan di sekolah, tetapi di masyarakat para pimpinan saling berperang dan membunuh.
Kemajuan bangsa Indonesia tergantung banyak hal dan sangat kompleks. Banyak unsur mempengaruhi seperti karakter orang-orangnya, inteligensi dan keunggulan berpikir warganya, sinerginya para pimpinan dan warga dalam menghadapi persoalan bangsa, aturan hukum yang benar dan ditaati, kerelaan untuk saling membantu demi kepentingan warga keseluruhan, pengelolaan kekayaan negara, dan lain-lain. Pendidikan karakter merupakan salah satu segi yang membantu perkembangan, tetapi tidak dapat sendirian. Maka dalam pendidikan semua segi perlu diperhatikan. Namun, pendidikan karakter dapat menjadi pendukung yang mendalam bagi segi yang lain, karena menyangkut semangat, hati, dan sikap hidup seseorang.
Dalam konteks karakter berbangsa Indonesia, menurut saya ada beberapa isi yang perlu mendapatkan tekanan, sehingga bangsa ini dapat semakin berkembang dan maju. Pertama, penghargaan kepada manusia, pribadi lain, Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga orang rela hidup bersama dan bekerja sama meski berlainan iman, ras, suku, serta tingkat ekonomi. Kedua, tanggung jawab terhadap kehidupan berbangsa. Ini penting bila negara ini masih mau dipertahankan sebagai kesatuan. Ketiga, nilai demokrasi yang menekankan semangat nondiskriminasi dan nonopresif. Keempat, kejujuran, sehingga mengurangi persoalan korupsi di berbagai segi kehidupan. Kelima, kekritisan dalam menerima informasi dan pengaruh globalisasi. Keenam, daya juang dalam hidup sehingga tidak mudah putus asa bila ada persoalan dan tantangan. Dan terakhir, moralitas yang tinggi, termasuk di dalamnya adalah antinarkoba, antiseks bebas, dan antikonsumerisme.