Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat YESUS. Namun Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. Maka Berhati- Hatilah Dengan Kelicikan Orang Farisi. (Markus, 8 :11-13.)
Kelicikan Orang Farisi. |
Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.
Kehadiran Yesus di tengah masyarakat selalu mengganggu ketenangan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus sudah semakin dikenal oleh masyarakat, baik di kalangan Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Mujizat yang dilakukannya sudah menggerakkan hati banyak orang. Orang yang disembuhkannya sudah menjadi saksi kehebatan Yesus Kristus, bahwa Dia adalah Anak Allah.
Mereka yang sudah menyaksikan mujizat-mujizat yang dibuat Yesus sudah menjadi pewarta kebaikan Yesus ke mana saja sehingga nama Yesus semakin dikenal dan kehebatannya memikat hati banyak orang. Dari hari ke hari, para pengikut-Nya semakin banyak. Orang tidak lagi mau mendengarkan ngomongan orang Farisi dan ahi-ahli Taurat, tetapi lebih senang mendengarkan Yesus. Kehebatan Yesus sudah menjadi tantangan besar untuk orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Sudah banyak kali orang Farisi dan ahli Taurat melontarkan pertanyaan kepadaNya dengan maksud untuk menjerat Dia, tetapi pertanyaan mereka selalu menjadi bumerang untuk diri mereka sendiri. Karena seringkali merasa terjebak, maka hari ini mereka mau mencoba Yesus lagi, meminta Dia untuk meminta tanda dari surga untuk membuktikan bahwa misi-Nya sungguh mendapat restu dari surga.
Menanggapi permintaan ini, Yesus merasa kasihan dengan mereka, karena hati mereka belum juga terbuka melihat tanda-tanda yang sudah dibuatNya. Dengan penuh kesal Dia berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda?
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda. Kemudian Ia meninggalkan mereka.” Yesus merasa kecewa karena pikiran dan hati orang Farisi dan ahli-ahli Taurat begitu keras. Yesus sesungguhnya sudah menunjukkan begitu banyak tanda.
Dia sendiri adalah tanda kasih Allah. Ia selalu menaruh kasih kepada orang berdosa yang bertobat; Ia adalah tanda kasih Allah yang penuh belaskasihan; Ia adalah tanda pengampunan Allah, yang tidak menghukum manusia berdosa yang bertobat, melainkan mengampuni dosa-dosa mereka dan menyelamatkan mereka. Yesus adalah tanda penebusan kita umat manusia.
Yesus tidak membuat tanda bagi orang yang keras hatinya dan selalu menolak Allah. Tanda atau mujizat bukanlah permainan sulap yang mau menyenangkan mata orang yang melihatnya, tetapi satu bentuk jawaban Tuhan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Mujizat Yesus bertujuan untuk memperkuat iman dari mereka yang percaya kepada-Nya. Kepada mereka yang mau mencobai Tuhan demi kepuasan diri, kepada mereka mujizat tidak akan dilayani.
Kecenderungan amat besar dalam tradisi hidup kita adalah serba terburu-buru. Budaya instan dengan segala kemudahan dan iming-iming yang mengenakkan memang sudah menjadi atmosfir hidup kita. Tanpa bersifat munafik, kita memang kerap kali terbantu dengan aneka macam yang instan. Namun satu nilai yang tergusur dalam hidup kita adalah sikap berani bertahan dan bertekun saat mengalami pencobaan.
Orang-orang Farisi mempermasalahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus. Padahal Yesus sudah banyak memberikan tanda dan keselamatan kepada semua orang. Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus.
Tidaklah mengherankan bila Yesus mengeluhkan kedegilan hati mereka. Dalam hidup harian ada kalanya kita membuat Yesus tidak sabar dengan kedegilan hati kita. Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat-Nya tetapi kita masih belum menyadari dan belum membuka mata untuk itu.
Perubahan hidup seseorang dari tidak baik menuju baik membutuhkan proses dan tidak sekali jadi. Tidak bisa langsung jadi seperti yang kita harapan. Kita rupanya belum bersikap bijaksana.
Sebagai orang yang beriman kita lupa bahwa setiap pengalaman hidup yang Tuhan berikan tentu memiliki maksud tersendiri. Tuhan ingin agar kita kuat dan bertahan dalam situasi apapun berkat salib Kristus. Apapun bentuknya pencobaan, Tuhan selalu mengingatkan kita untuk selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sampai kapanpun.
Segala sesuatu dan peristiwa yang terjadi, baik akibat ulah manusia ataupun akibat keadaan alam, tidak lepas dari Allah. Maka, semua itu juga dapat digunakan oleh Allah sebagai "tanda" kehendak atau rencana-Nya. Kehendak dan rencana Allah terhadap manusia tidak akan menyimpang dari kehendak dan rencana untuk menyelamatkan manusia.
Sesuatu yang menyenangkan dimaksudkan untuk menguatkan iman sedangkan sesuatu yang pahit, tidak menyenangkan, penderitaan atau kesulitan dimaksudkan untuk mengingatkan. Maka apabila kita mampu menangkap kehendak atau rencana Tuhan dan menerima apa yang kita hadapi itu menjawab kebutuhan kita, itu berarti kita mengakui bahwa apa yang kita hadapi adalah tanda cinta kasih Allah.
Sebagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis, bahwa orang-orang yang cara hidupnya memadamkan karya Roh tidak akan mengenali panggilan dan kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Segala yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, merupakan tanda akan Tuhan, dan tanda kehadiran atau kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kita ini hidup dalam tanda, apa yang hakiki dan sejati bagi kita hanya dapat kita saksikan dalam tanda.
Agar kita hidup dengan bijak, kita harus tanggap akan tanda-tanda zaman atau situasi. Menangkap makna tanda dengan tepat dan menanggapinya dengan cara yang tepat, itulah yang disebut kebijaksanaan. Kita harus tekun melatih dan merawat kepekaan serta mensyukuri segala sesuatu yang kita hadapi dalam hidup ini sebagai tanda cinta kasih Allah.
Dalam Injil , mengapa orang Farisi meminta tanda, karena mereka tidak mensyukuri, tidak menerima apa yang mereka saksikan dan hadapi sebagai tanda cinta kasih Allah.
"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" (1Tes 5:16-22).
Roh Kudus adalah Cinta Kasih Allah yang dicurahkan ke dalam diri kita untuk memurnikan hati kita. Orang yang bergembira dan banyak berdoa, karena mensyukuri segala sesuatu sebagai tanda cinta kasih Allah, itu sama dengan melatih diri peka akan tanda zaman, sebab tidak akan memadamkan karya Roh, akan menghargai nubuat-nubuat para nabi, akan memandang sesuatu dari sisi positif.
Iman kepada Tuhan adalah jawaban manusia terhadap karya Allah yang menuntun dan menyelamatkan manusia menuju hidup abadi. Itulah yang dikehendaki Allah, sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri bahwa iman lah yang menyelamatkan.
Namun, iman itu harus dihidupi oleh manusia itu sendiri dengan dan dalam cinta kasih. Itulah iman yang hidup dan sekaligus juga memperkuatnya. Di situlah iman semakin mendalam dihayati sebagai kebenaran yang membenarkan manusia.
Segala sesuatu yang dilakukan dan dialami Kristus adalah karya Allah yang benar-benar menyelamatkan manusia sesuai dengan janji-Nya. Kristus tidak dapat dipisahkan dari Allah Bapa, karena itu, ketaatan kepada ajaran Kristus adalah juga ketaatan kepada Allah.
Allah Bapa yang berkarya melalui Kristus. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami sabda-Nya terlebih yang menyangkut iman, dan bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi orang beriman.
Pembaptisan adalah tanda orang mengimani Kristus. Namun, apakah kita menyadari bahwa iman itu mesti diperjuangkan untuk dihayati, sehingga kita dapat hidup baik dan benar. Kristus berkarya menyelamatkan umat manusia sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang begitu besar cinta-Nya kepada manusia.
Kita diharapkan memliki rasa cinta kepada Kristus dan iman akan karya penyelamatan Allah, sehingga Allah berkenan melimpahkan petolongan-Nya lebih berlimpah lagi yaitu dengan mengutus Roh Kudus, Roh Cinta Kasih Allah sendiri untuk membimbing kita agar tetap mampu melaksanakan kehendak Allah. Selain dari pada itu, kita juga diharapkan untuk terus mengembangkan cinta untuk memperdalam iman kita, agar semakin banyak orang diselamatkan oleh Kristus.
Bapa Surgawi, kami datang ke hadapan-Mu i berusaha untuk mengenal-Mu, melayani-Mu, dan mengasihi-Mu. Kuatkan iman kami dan buka mata kami untuk melihat banyak cara-Mu dalam mengungkapkan diri kepada kami.
1. Berdebat dengan Tuhan:
Orang-orang Farisi telah menghabiskan seluruh hidup mereka mempelajari firman Allah dalam Perjanjian Lama, namun mereka gagal untuk mengenali Yesus ketika Dia ada di depan mereka.
Ini adalah salah satu dari banyak kisah di mana sekelompok orang Farisi mendekati Yesus untuk berdebat dengannya, mengujinya, dan menjebaknya. Mereka merasa popularitas mereka sedang terancam. Atau mungkin mereka dibutakan oleh keangkuhan. Namun ironisnya mereka menuntut tanda dari Surga untuk menguji Yesus.
Tentu saja, kita bisa jatuh ke dalam pencobaan yang sama—mencari tanda—terutama selama masa pergolakan emosional ketika kepercayaan kita digoyahkan. Tetapi Tuhan kita berbelas kasih kepada kita ketika kita meminta dengan tulus, ketika kita mau mencoba memahami keadaan kita dan memperdalam iman kita. Dia juga mengundang kita untuk mewartakan, “Jadilah kehendak-Mu,” terlepas dari apakah Dia memberi kita tanda yang kita cari atau tidak.
2. Kedalaman kasih-Nya:
Betapa lelahnya Yesus dalam perikop Injil ini. Kita bisa membayangkan dia frustrasi dan sedih atas sikap keras kepala mereka. Dia melihat setiap orang Farisi sebagai anak yang dikasihi, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan diberkati dengan pengetahuan, kebijaksanaan, dan tradisi iman Yahudi.
Namun, terlepas dari banyak keuntungan spiritual mereka, mereka dengan sengit berdebat dengan-Nya dan menuntut Dia membuktikan dir-Nya dengan sebuah tanda. Padahal Dia baru saja secara ajaib menyembuhkan orang tuli dan buta (Markus 7:31-37), namun mereka menuntut tanda lain.
Dalam hidup kita, tidak ada salahnya untuk meminta tanda, tetapi pencarian tanda kita harus selalu didasarkan pada iman dan kerendahan hati—penuh harapan, dan tidak pernah sombong atau putus asa.
3. Dia Meninggalkan Mereka:
Kita diyakinkan dalam Yohanes 3:16 bahwa “Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa tetapi memiliki hidup yang kekal.” Namun, Yesus, yang sepenuhnya ilahi, juga sepenuhnya manusia. Dia tidak pernah berhenti mencintai orang farisi yang mendesaknya.
Mengapa Dia meninggalkan mereka? Agaknya, Dia menyadari bahwa mereka tidak benar-benar mencari tanda mereka hanya ingin membuat-Nya tampak lemah dan bodoh. Yesus pergi ke pantai lain. Ini adalah pelajaran bagi kita! Yesus tidak akan pernah berhenti mengasihi kita, tetapi Dia tidak akan memaksa kita untuk menerima-Nya.