We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Monday, 14 March 2022

Murah Hatilah Seperti Bapamu Murah Hati. (Lukas, 6:36-38)

Murah Hatilah Seperti Bapamu Murah Hati. (Lukas, 6:36-38)



Media sosial, tidak jarang kita jumpai orang saling mencerca, memfitnah dan menghakimi. Ujaran kebencian dan hoax pun dengan mudah disebar begitu saja. Ruang untuk sejenak berpikir dan berdiam diri mempertimbangkan baik buruknya sikap-sikap ketergesaan menghakimi hampir tidak dikondisikan. 


Manusia menampilkan diri sebagai homo homoni lupus, serigala bagi sesama. Tanpa banyak berpikir dan introspeksi diri. Ajaran Yesus tentang murah hati dapat dimaknai sebagai seruan untuk mengimplementasikan Hukum Cinta Kasih. Kasihilah Allahmu dengan segenap hati dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.


Kemurahan hati tampak dalam sikap hidup keseharian sebagai penegasan dimensi kemanusiaan kita. Lakukan yang baik dan hindari yang jahat sebagai kaidah dasar moral etis universal dapat menjadi rujukan dalam hidup.


Apakah secara gegabah menghakimi dan mempersalahkan sesama secara subjektif tanpa mendalami esensi persolan dengan baik? Apakah kebiasaan memfitnah dan menjadi penyebar hoax itu termasuk sikap yang terpuji? Tentu saja tidak.


Yesus mengajak kita semua untuk mengembangkan budaya murah hati. Sebab kemurahan hati adalah sikap esensial Yang Ilahi. Dengan sikap murah hati, kasih dan pengampunan diekspresikan bagi sesama. Pemahaman secara obyektif dibangun, sikap bijaksana dalam membaca persoalan dan memperlakukan sesama dihidupi.


Seringkali kita jatuh bangun dalam upaya melakukan pertobatan yang sepenuh hati. Bagi Tuhan hal itu tidak masalah, yang penting mau berusaha untuk bertobat dan dengan rendah hati mau untuk memohon belas kasihan Tuhan.


Sesungguhnya kalau kita mau untuk memahami kalender liturgi Gereja, ada beberapa kali Tuhan memperingatkan kita antara lain masa Adven, masa Pra Paskah, dan sebelum perayaan Ekaristi harian atau mingguan dimulai selalu ada Imam yang bersedia untuk melayani dan menanti kita di kamar pengakuan. 


Semuanya terpulang pada diri kita masing-masing, akankah kita terus menerus memendam dosa yang telah kita perbuat, atau kita mau untuk sejenak meluangkan waktu dan masuk ke kamar pengakuan. 


Kita adalah umat Tuhan yang sangat rentan dengan dosa yang itu-itu saja. Melalui kepanjangan tangan-Nya, yaitu Imam, Tuhan menyediakan Sakramen Tobat bagi kita.


Apakah kita masih akan tetap terjerat dalam dosa atau melakukan pertobatan dan kembali pada Allah?. Semuanya terpulang pada diri pribadi masing-masing, sebab ada orang yang senang berendam dalam lumpur dosa.


Marilah kita hidup di dalam kasih. Hidup di dalam kasih berarti hidup di dalam Allah dan Allah menghendaki kita untuk bermurah hati, santun, lemah lembut, sabar, sederhana, mau memaafkan, mengasihi, tenang dan penuh kedamaian, selalu bersyukur dan memuji Allah, serta bijaksana.


Bagaimana caranya agar kita dapat melaksanakan kehendak Tuhan, kita harus memiliki Niat, maka Allah akan memampukan kita untuk tidak mudah menghakimi, tidak mudah menghukum, dan mau berbagi dengan sesama. 


Sebagaimana sabda-Nya: "Janganlah kamu menghakimi orang lain, maka kamu-pun tidak akan dihakimi. Janganlah kamu menghukum, maka kamu tidak akan dihukum. Ampunilah, maka kamu akan diampuni. Berilah, maka kamu akan diberi". 


Semuanya bermuara dari hati, hati yang tidak menyimpan segala sesuatu yang sifatnya negatif, mau untuk menjaga kebersihannya, mau untuk menjadikannya sebagai kediaman Allah, mau untuk menjadikannya sebagai lentera di dalam menapak hidup, dan mau untuk menjadikannya sebagai panduan hidup.


Roh Kudus akan membantu kita agar memandang sesama kita dengan kasih tanpa praduga buruk, agar kita tidak terlalu cepat menilai orang secara negatif, yang membuat kehidupan bersama terasa tidak enak. 


Sebab, praduga negatif itu akan menjauhkan kita dari kebenaran, karena tidak ada orang yang berbuat salah semata-mata karena mengetahui bahwa perbuatan itu salah, maka ia lakukan. 


Setiap perbuatan, juga perbuatan yang salah, pasti memiliki motivasi yang baik, sekurang-kurangnya motivasi yang netral.


Praduga negatif itu bagaikan balok di mata kita, sedangkan perbuatan salah orang lain itu bagaikan selumbar , sebagaimana dikatakan oleh Kristus. 


Karena itu, kita harus dapat menghilangkan "balok" di mata kita itu terlebih dahulu, agar kita dapat mengambil "selumbar" di mata orang lain. Artinya, dalam membantu sesama memperbaiki kesalahannya. 


Kita harus mengakui bahwa tubuh kita ini adalah sumber kelemahan kita, yang menyebabkan kita meskipun mau melakukan kebaikan, tetapi yang kita lakukan justru yang tidak baik.


Kita harus bersyukur, berkat Kristus, yaitu Allah Putra yang menjadi manusia, tubuh kemanusiaan kita yang lemah itu diangkat ke keilahian-Nya. 


Maka, bila kita menyatu dengan Allah yang mengetahui kedalaman hati setiap orang, terhadap apa yang kita lakukan dalam menilai orang lain, orang bukan hanya melihat perbuatan kita, tetapi terutama melihat karya cinta kasih Allah.  Dengan kita memiliki sikap seperti itu, akan memperteguh dan memperdalam iman kita. 


Seringkali kita menilai orang lain hanya dari satu perbuatan nya yang kita lihat, hal itu karena kita kurang bersekutu dengan Tuhan.


"Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.  (Luk 6:37)


Seringkali sayapun juga masih suka menghakimi orang lain karena saya merasa bahwa hidup saya jauh lebih baik dari mereka, padahal, hidup sayapun tidak jauh beda dengan mereka.


Setelah saya menyadari akan kesalahan diri saya maka saya pun berubah ke, melupakan dan mengasihi walaupun seringkali saya mengalami kegagalan tapi saya terus-menerus berjuang untuk mewujudkannya, tentunya dengan pertolongan Roh Kudus.


Bagaimana dengan diri kita saat ini?

Untuk menjadi pribadi yang murah hati seperti Bapa, kita janganlah mudah untuk menghakimi atau mengadili, melainkan marilah kita memaafkan, memberi dengan tulus hati bahkan menolong dengan sukacita di hati.


Mengapa diri kita ini mudah mencela, menghakimi dan menghukum orang lain? Karena kita lebih banyak melihat kelemahan atau keterbatasan seseorang dan jarang melihat kebaikan dan kelebihan orang lain.


Tuhan itu Murah Hati, Dia tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita tetapi Dia selalu siap memberikan pengampunan dan belaskasih.


Biasanya, kita cenderung lebih mudah mengasihi orang-orang yang dikenal atau orang-orang yang memiliki hubungan baik Namun akan sulit untuk mengasihi orang yang tidak memiliki hubungan baik dengan kita. Lebih mudah untuk melihat kekurangan-kekurangan orang lain.Yesus menginginkan kita saling mengasihi, bukan saling menjatuhkan. Lalu bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang mengasihi ?


Yaitu dengan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Kasih yang kita terima dari Allah dalam hidup kita harus dialirkan dan dinyatakan kepada orang lain. Jangan menghakimi dan jangan menghukum, karena ini akan menghasilkan permusuhan, kebencian, dan perpecahan


Menghakimi orang lain tidak memuliakan nama Tuhan, kita tidak menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan inginkan dari kita adalah agar mengasihi sesama dan saling mengampuni (37)


Itulah tindakan nyata yang harus kita lakukan terhadap orang lain karena kasih Allah yang telah ada dalam hidup kita. Kalau kita mengasihi maka kita akan dikasihi, kalau kita membenci maka kita akan dibenci


Memang lebih mudah bagi kita untuk menilai orang lain dibanding melihat kedalam diri sendiri. Untuk itu kita perlu membangun diri yang rapuh ini dengan nilai-nilai yang berasal dari kebenaran firman Tuhan


Hanya dengan mengisi diri  dengan firman Tuhan, maka kita dapat membangun diri menjadi lebih baik sehingga  dapat menjadi berkat bagi orang lain. Namun jika tidak, maka kita ibarat orang buta menuntun orang buta


Oleh karena itu penting bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Jangan mudah menunjukkan jari ke wajah orang lain untuk menuding atau menyalahkan, sementara kehidupan kita sesungguhnya tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengannya


Kita memerlukan kasih dan kemurahan hati. Kasih dan kemurahan hati bukan hanya untuk didengar dan dibicarakan saja. Kita harus memiliki kasih itu karena kasih merupakan tanda bahwa kita adalah pengikut Tuhan Yesus Kristus yang sejatia sama seperti Bapamu.


Lukas 6:36-38. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."" Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.


Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."


Marilah kita Berdoa.

Bapa Surgawi, Engkau menyatakan diri-Mu kepada kami sebagai pemberi anugerah yang penuh belas kasih. Tolonglah kami agar dapat membuka hati untuk menerima rahmat kemurahan hati-Mu. Engkaulah Sang Pemberi berkat dan kehidupan.  Kami bersyukur atas kemurahan hati-Mu. Dan kamipun ingin memberikan hati kami kepada-Mu agar Engkau mengisi hati kami dengan kemurahan-Mu sehingga kami dapat memberikan diri kami kepada orang lain. 


Yesus memulai pengajaran ini dengan ungkapan yang tepat: "....sama seperti..." Dia mengundang kita untuk berbelas kasih, tetapi tidak menurut standar kita sendiri. Dia sendiri adalah standar itu. 


Jelas dari Perjanjian Lama, misalnya, bahwa kita semua terlalu mudah menjadikan diri kita sendiri sebagai standar. Lihatlah perjalanan Umat Pilihan ke Tanah Perjanjian. Mereka terus-menerus terombang-ambing antara mengikuti Tuhan atau mengikuti keinginan dan kehendak sendiri. 


Orang Israel sering mencari dewa-dewa lain selain Allah, yang dapat mereka bentuk sesuai dengan citra mereka sendiri. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kita melihat kecenderungan yang sama di antara Dua Belas Rasul. Sepuluh orang murid marah kepada Yakobus dan Yohanes,  bukan karena mereka menginginkan kursi kehormatan di samping Yesus, tetapi karena kedua bersaudara itu memintanya sebelum mereka melakukannya (Markus 10:35). 


Standar yang Yesus berikan mengungkap hal kecenderungan manusiawi kita. Sebab yang sering terjadi, pemahaman kita yang picik menjadi tongkat pengukur. Bukannya tidak  mengikuti kehendak Tuhan. Pengertian dan pemahaman kita yang serba terbatas itu yang menjadi tolok ukur kita.   


Tuhan sendiri adalah ukuran bagi kita. Kita tidak dipanggil untuk mengampuni hanya sekali atau dua kali, tetapi sebagaimana Allah mengampuni kita (Matius 18:21). Kita dipanggil untuk memberi dengan ukuran Tuhan. Kita tidak dipanggil untuk menghakimi orang lain. Tetapi dengan hati yang terbuka dan murah hati memberikan pengampunan dan belas kasih kepada sesama. 


Ketika kita mengetahui dan mengalami bahwa Dia yang layak menghakimi dunia ternyata Dia mengulurkan tangan penuh belas kasih kepada kita.  Ketika kita merasa layak untuk dihukum namun justru sebaliknya Dia memberi pengampunan.  Di saat seperti itu kita dapat berkata bahwa rahmat-Nya tidak hanya layak bagi kita saja. Rahmat-Nya juga layak untuk sesama,  untuk semua manusia.  Sama seperti kita sesama tidak layak menerima penghukuman. 


Sesama kita tidak layak dihakimi.  Sebab segala kebaikan-Nya telah mengalir. Dia telah mencurahkan diri-Nya sendiri dengan pengampunan dan kemurahan. Itu karena Dia penuh kasih.  Bahkan Dia sejatinya adalah kasih.  Semuanya itu membuat kita mampu memberikan cinta yang sama kepada orang lain. Kita perlu mengalami belas kasih dari Tuhan setiap hari. 


Berdoa: 

Yesus, kami menyadari kebutuhan kami akan belas kasih-Mu. Bukalah  hati kami dan biarlah damai sejahtera-Mu menyelimuti  pikiran dan hati kami.  Biarkan kami mengalami tatapan kasih-Mu, kebaikan-Mu, kemurahan hati-Mu.  


Engkau adalah Pemberi  Anugerah.  Dalam Yesus, Engkau curahkan pengampunan dan penebusan. Biarkan kami mengalami kasih-Mu lebih dalam sehingga Engkau dapat menjadikan kami sebagai alat-Mu bagi orang lain. Amin

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...