Peringatan Wajib Santo Timotius dan Titus. Lukas, 10:1-9
Tujuan utama panggilan dan perutusan kemuridan adalah hadir dan mewartakan damai sejahtera. Sapaan ini menjadi ramuan dan obat yang bisa diterima oleh siapapun tanpa harus bersusah payah. Maka para murid pertama-tama diperintahkan oleh Yesus untuk membawa obat ini kepada siapapun yang mereka jumpai.
Damai sejahtera menjadi suasana khas orang yang mengalami sukacita, menerima berkat dari Tuhan. Damai sejahtera merupakaan keadaan orang yang dekat dengan Allah sang sumber hidup. Damai sejahtera tidak bisa diukur hanya dengan harta benda dan kemewahan.
Damai sejahtera tidak hanya diukur dari banyaknya derma. Damai sejahtera merupakan anugerah Allah yang dicurahkan kepada orang yang mau mendengarkan Dia. Orang yang mengalami damai sejahtera adalah orang yang mengalami banyak kesembuhan.
Sebagai orang-orang Kristiani, kita pun dipanggil dan diutus sebagaimana Santo Timotius dan Titus yang peringati hari ini. Kita dipanggil dari tengah-tengah keluarga dengan pelbagai latar belakangnya dan diutus pertama-tama untuk hadir di tengah-tengah keluarga dalam relasi sebagai suami istri, orangtua dan anak, diutus hadir di lingkungan pekerjaan, diutus hadir sebagai warga Gereja dan masyarakat.
Semoga kehadiran kita di mana saja melahirkan rasa damai dan kebahagiaan bagi sesama karena rahmat dan belas kasih Tuhan, apa yang sulit bagi kita akan tampak ringan dan mudah. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.
Dalam mengajar Yesus tidak menggunakan kata atau kalimat yang sulit. Ia selalu menarik perhatian orang-orang karena apa yang diajarkan-Nya mudah dimengerti. Kebanyakan Ia menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan suatu ajaran yang hakiki dan senantiasa mengambil dari alam atau kehidupan sehari-hari.
Yesus mengambil perumpamaan dari dunia pertanian. Diceritakan bahwa seorang Penabur menyebarkan benih yang sama kualitasnya, namun jatuh ke atas tanah yang berbeda kondisinya.
Penabur adalah lambang dari Allah sendiri, sedangkan tanah adalah hati manusia. Benih yang ditaburkan Allah adalah sama kualitasnya, berupa benih-benih kebaikan, yang tidak lain adalah Firman atau Sabda-Nya. Tuhan mengharapkan agar semua benih Sabda-Nya itu dapat tumbuh dan berkembang dengan subur hingga panennya berlimpah.
Tetapi mengapa hasil akhirnya berbeda-beda? Ini disebabkan semata-mata karena kondisi hati manusia yang berbeda-beda. Tanah yang di pinggir jalan melambangkan orang bebal dan keras kepala. Ia mampu mendengarkan dan membaca Firman-Nya, namun masuk telinga kanan langsung keluar telinga kiri.
Tanah yang berbatu-batu “ialah orang-orang yang mendengar Firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja”. Orang dengan kualitas ini kebanyakan malas untuk menggali lebih lanjut ajaran Yesus atau Gereja-Nya hingga jika ada pencobaan atau godaan dari luar mudah sekali jatuh bahkan bisa beralih haluan.
Tanah yang banyak semak durinya adalah orang-orang sudah menjadi pengikut-Nya namun karena hidupnya lebih dipengaruhi oleh semangat materialisme dan hedonisme maka perkembangan Sabda-Nya jadi terganggu.
Orang seperti ini mungkin tetap menjadi pengikut-Nya, tetapi sebenarnya hatinya “kosong” karena “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit Firman itu, sehingga tidak berbuah”.
Sementara tanah yang baik adalah orang-orang yang sungguh terbuka hatinya, mau mendengarkan Firman-Nya dan secara konsekuen melaksanakannya pula. Orang seperti itulah yang diharapkan Tuhan. Hidupnya akan menghasilkan buah-buah kebaikan yang berlimpah.
Dengan demikian, berhasil atau gagalnya pertumbuhan iman kita akan Sabda-Nya banyak bergantung pada hati kita masing-masing. Ketertutupan, kebebalan, ke-egois-an, ketamakan, kesombongan dan kesibukan duniawi serta ketidak-pedulian manusia akan membuat benih-benih Sabda-Nya itu tidak berkembang atau bahkan layu dan mati. Bagaimana dengan hati kita sendiri? Termasuk kategori yang mana?
Ya Bapa, aku mohon kiranya benih Sabda-Mu, benih Kasih dan kebaikan yang Engkau tanamkan dalam hatiku dapat bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang banyak. Ampunilah segala keteledoranku dan kemalasanku.
Jalanilah hidup ini dengan penuh kegembiraan dan bersyukur, jangan memperbandingkan hidup kita dengan orang lain, sebab jika kita membandingkan kita dengan orang lain, maka akan timbul iri hati dan akan terjadi awal dari suatu kejahatan, mungkin kita akan merencanakan sesuatu yang jahat, menghalalkan berbagai cara agar bisa menyamakan seperti orang lain itu !
Orang dunia memandang rupa, posisi, ptestasi, jabatan, kekayaan seseorang, tapi Tuhan memandang hati seseorang, orang dunia bisa menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu, tapi orang yang takut Tuhan akan menjaga prilakunya, akan intim dan bersekutu dengan Tuhan, takut membuat Tuhan berduka dan jauh darinya, takut berbuat dosa hingga anugerah keselamatan hidup kekal yang sudah tergenggam terlepas dari tangannya !
Janganlah kita seperti orang dunia yang hanya terfokus untuk mengejar harta, kesenangan dan kenikmatan duniawi yang hanya sementara namun berujung maut, tapi fokuslah untuk mengejar harta surgawi yang kekal abadi itu, taati apa yang Dia ajarkan dan lakukan apa yang Dia perintahkan, lakukan apa yang benar dimataNya serta berkenan dihatiNya, sujud dan sembah Dia dalam doa dan minta hikmat dan bersihkan hati kita dari sesuatu yang jahat.
karena dari hatilah awal dari timbul semua kejahatan, dari hatilah timbul niatan: iri hati, ingin memiliki, berbohong,, menipu, berjinah, mencuri, merampok, membunuh, merancangkan sesuatu yang jahat untuk mencelakai atau merugikan orang lain, dan ingat, sesuatu yang jahat itulah yang menajiskan dan tidak dikenan Tuhan, waspadalah!
Satu hal yang Saudara harus selalu ingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah selalu mendampingi kita, menyertai kita; di dalam dan melalui Roh Kudus. Allah memimpin kita, menyertai kita dalam segala hal yang kita lakukan.
Oleh sebab itu, hari ini mari kita mulai mengingatkan kepada diri kita sendiri, "Allah menyertai kamu."
Satu aspek, satu sisi, penyertaan Tuhan membuat kita kuat menghadapi segala keadaan karena semua atau segala sesuatu yang terjadi di dalam kontrol Allah. Semua di dalam kendali Allah, tidak ada yang luput dari kendali-Nya.
Jangan kita merasa Allah hanya bertakhta di tempat yang Mahatinggi jauh dan tidak tahu menahu, tidak terkait dengan kehidupan kita saat ini. Tuhan yang berjanji di dalam Injil Matius 28:18-20 jelas Tuhan berkata: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Firman Tuhan juga mengatakan bahwa: "Allah sekali-kali tidak akan meninggalkan kita."
Jadi satu aspek, kita menjadi kuat di tengah-tengah keadaan sulit bagaimanapun, dalam kondisi apa pun; "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan Engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5).
Sederhana tapi tidak sederhana, simpel tapi sebenarnya kompleks. Sebab mempercayai Allah yang hidup, yang nyata, yang Mahahadir, itu tidak mudah. Tetapi Allah yang hidup benar-benar akan memenuhi apa yang Dia katakan.
Begitu kita menyelesaikan acara kita ini, kita harus mulai menghayati kehadiran Allah; Allah yang hidup, Allah yang tidak meninggalkan kita. Ingat-ingat terus; Allah berserta kita. Banyak hal yang harus kita hadapi hari ini; tetapi ingat, kita ada di dalam penyertaan Tuhan; segala sesuatu dalam kendali Allah.
Jadi satu aspek, keyakinan akan penyertaan Tuhan membuat kita kuat, membuat kita lebih teguh. Dia bukan Allah yang mati; Dia Allah yang hidup dan Mahahadir.
Tetapi aspek lain, mengakui dan mempercayai penyertaan Allah; kita harus menjaga hidup kita dari segala sesuatu yang bisa mendukakan dan melukai hati Allah. Kita harus menghayati kehadiran-Nya. Dan dengan kehadiran-Nya itu kita menjaga perasaan Allah; Jangan melukai Dia. Dengan kita belajar menghayati kehadiran Allah dan kita berusaha untuk tidak menyakiti hati-Nya; iman kita akan bertambah.
Jadi ini benar-benar satu hal yang akan kita alami. Makin kita meyakini kehadiran-Nya, hati kita makin kuat dan teguh menghadapi segala situasi; tapi di sisi lain kita semakin hidup suci tak bercacat-tak bercela. Jika ini berjalan beriringan terus maka kita akan mengerti apa yang Allah kehendaki dalam hidup kita untuk kita lakukan.
Mengapa orang tidak peduli dengan apa yang Allah kehendaki untuk dilakukan? Mengapa banyak orang tidak mau tahu apa yang Allah kehendaki untuk dia lakukan? Karena dia tidak menghayati kehadiran Allah. Satu sisi pasti dia tidak hidup dalam kesucian Allah. Sisi yang lain pasti dia sering ditekan oleh berbagai rasa kuatir.
Suatu saat nanti saya akan khotbah mengenai "Penakut masuk neraka". Apa itu penakut? Kalau saya boleh singgung sedikit: penakut orang yang tidak menghormati Allah; tidak menghargai bahwa Dia hadir, Dia kuat, Dia penuhi janji-Nya. Jangan kita pandang Allah tidak memenuhi janji-Nya; Allah lemah, Allah tidak berdaya; jadi penakut.
Mari kita perintahkan saraf-saraf kita, kita perintahkan diri kita untuk meyakini dan menghayati bahwa Allah hidup, Allah hadir, Allah nyata; supaya satu sisi kita menjadi kuat menghadapi segala keadaan, sisi yang lain kita menjadi orang yang hidup di dalam kesucian dan kekudusan Allah; hidup tak bercacat dan tak bercela.
Akhirnya kita akan berusaha untuk mengerti apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan rencana Allah untuk kita genapi dalam hidup ini. Semua ini akan mengantar kita di hadapan Allah nanti menjadi anak-anak-Nya yang berkenan kepada-Nya.
Allah bukan satu Sosok yang cukup dipercakapkan, cukup diyakini; tapi Allah adalah Sosok yang harus kita rasakan; benar-benar kita alami. Maka ada pernyataan saya katakan kemarin dalam khotbah saya beberapa waktu yang lalu di truth.id, kita meng-update Allah, meng-update Allah yang hidup, Allah yang hadir dalam hidup manusia, Allah yang sudah eksis dari kekal sampai kekal dan hadir dalam tokoh-tokoh iman yang dikisahkan di Alkitab.
Allah yang juga kita alami, kita update di dunia kita sekarang dalam persoalan kita. Dia tidak hanya Allah yang membelah Kolsom tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, Dia bukan hanya Allah yang mengurapi Anak Tunggal atau Putra Tunggal-Nya Yesus Kristus yang mengubah air menjadi anggur, yang membangkitkan orang mati, yang menyembuhkan orang sakit dua ribu tahun yang lalu; Dia juga Allah kita hari ini. Maka kita harus update di dalam hidup kità .
Mungkin para teologi dengar begini nggak suka, "Allah kok di update". Maksud saya adalah bahwa Allah yang dikisahkan di Alkitab, Allah yang kita alami; kehadiran-Nya, kuasa-Nya, mujizat-Nya, berkat-Nya; tapi juga kehadiran, kesucian-Nya yang membuat kita takut akan Dia dan menghormati-Nya. Yang membuat kita tidak sembarangan mengucapkan kata-kata, menulis kalimat di medsos atau di gadget kita.
Sebagai umat Allah yang telah dibaptis, kita menerima tugas untuk menjadi pewarta kasih-Nya ke tengah dunia. Segala bentuk rahmat yang kita terima daripada-Nya juga menjadi rahmat yang kita salurkan kepada sesama kita melalui kesaksian hidup dan iman kita.
Agar mampu memberikan kesaksian tentangnya, Tuhan menganugerahkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus dalam bacaan pertama. Roh tersebut pulalah yang menjiwai iman kita yang tulus ikhlas kepada-Nya, sehingga kita mampu melaksanakan tugas perutusan yang kita terima dengan sepenuh hati.
Berkaitan dengan tugas pewartaan yang kita emban sebagai murid Kristus ini, penginjil Lukas juga menekankan pentingnya kebersamaan antarumat, sebagaimana Yesus yang mengutus ketujuhpuluh murid-Nya pergi berdua-dua.
Ada dua hal yang dapat saya tangkap dari tindakan Yesus ini, yaitu yang pertama bahwa pewartaan iman akan berjalan dengan lebih baik apabila dilakukan dalam kebersamaan antarumat itu sendiri, karena pada dasarnya iman kita akan Tuhan bersifat komunal.
Yang kedua adalah bahwa kehadiran orang lain dalam sebuah tugas pewartaan menjadi sangat penting, yaitu untuk menjadi saudara yang senantiasa saling mengingatkan ketika kita mulai menyimpang dari esensi atau tujuan utama dari tugas pewartaan yang kita lakukan. Begitu pula sebaliknya.
Akhirnya, marilah kita bersama-sama mengemban tugas pewartaan ini dengan iman yang tulus ikhlas, agar seluruh dunia dapat merasakan rahmat kasih Allah yang begitu besar.
Luk 10:1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.
Luk 10:2 Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
Luk 10:3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.
Luk 10:4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.
Luk 10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.
Luk 10:6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.
Luk 10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
Luk 10:8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,
Luk 10:9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia" Yohanes 1: 29.
Ada pekerjaan besar yang harus dilakukan, dan setiap upaya yang mungkin harus dilakukan untuk mengungkapkan Kristus sebagai Juruselamat yang mengampuni dosa, Kristus sebagai penanggung dosa, Kristus sebagai Bintang Fajar yang cerah; dan Tuhan akan memberi kita kebaikan di hadapan dunia sampai pekerjaan kita selesai. Sementara para malaikat menahan empat penjuru angin, kita harus bekerja dengan semua kemampuan kita.
Saya harus membawa pekabaran ini tanpa menunda. Kita harus memberikan bukti kepada alam semesta, dan kepada manusia di akhir zaman ini, bahwa agama kita adalah iman dan kekuatan di mana Kristus adalah pengarangnya, dan Firman-Nya sebagai peramal Ilahi. Jiwa manusia sedang ditimbang. Mereka akan menjadi anggota kerajaan Allah atau budak lblis.
Semuanya memiliki hak istimewa untuk memegang harapan yang diletakkan di hadapan mereka dalam Injil; dan bagaimana mereka bisa mendengar tanpa ada yang memberitakannya? Manusia membutuhkan renovasi moral, persiapan karakter, agar mereka dapat berdiri di hadirat Tuhan. Ada jiwa yang sia-sia binasa karena kesalahan teoritis yang berlaku, dan yang dihitung sebagai perlawanan terhadap Injil Testimonies, jld. 6, hlm. 20, 21.
Tidak ada pekerjaan di dunia kita yang begitu besar, begitu sakral, dan begitu mulia, tidak ada pekerjaan yang begitu dihormati Tuhan, selain pekerjaan Injil. Pekabaran yang disajikan saat ini adalah pekabaran belas kasihan terakhir bagi dunia yang jatuh.
Mereka yang memiliki hak istimewa untuk mendengar Injil ini, dan yang bersikeras menolak untuk mengindahkan peringatan tersebut, membuang harapan terakhir mereka untuk keselamatan. Tidak akan ada masa percobaan kedua.
Firman kebenaran, "Ada tertulis," adalah Injil yang harus kita beritakan. Tidak ada pedang api yang ditempatkan di depan pohon kehidupan ini. Semua yang mau mengambil bagian darinya Testimonies, jld. 6, hlm. 19.