Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.”
“Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
Jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api.
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”
Sebagai murid Kristus, kita dianugerai contoh atau pola hidup penuh kasih oleh Tuhan. Hidup ini adalah anugerah atau pemberian cuma-cuma dari Allah. Tugas dan panggilan hidup kita adalah saling memberi. Wujud pemberian yang paling sederhana dan bisa dilakukan oleh setiap orang adalah memberi perhatian, doa, dan pertolongan yang dilandasi kasih yang tulus. Memberi tidak membuat orang akan rugi.
Pemberian yang tulus tidak pernah sia-sia. Orang yang memiliki kebiasaan memberi tidak mudah merugikan dan menyesatkan orang lain. Semoga kita selalu yakin dan tidak ragu-ragu untuk selalu salibg memberi dengan murah hati. Salam sehat dan bahagia.
Kebenaran sejati itu bersifat rohani yang tidak dapat kita tangkap dengan pancaindra. Segala sesuatu di dunia ini dapat berdaya guna bagi manusia yang harus membangun dirinya sesuai kehendak Allah yang menciptakan, tetapi segala sesuatu itu dapat juga menyesatkan karena manusia sebagai pribadi yang berdaulat demi pengembangan dirinya dilimpahi wewenang mengelolanya. Namun cara mengelola itu harus sesuai dengan kehendak Sang Pencipta dan bukan atas kehendaknya sendiri.
Aku berkata kepadamu: "Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya. Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dibuang ke dalam laut.
Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggalah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung daripada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggalah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang daripada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka".
Kalau kita berusaha memahami dengan lebih mendalam, bukan hanya orang yang dapat menyesatkan orang lain dan anggota tubuhnya dapat menyesatkan pemiliknya, tetapi kekayaan duniawi itu juga dapat menyesatkan manusia. Justru hal ini juga dikatakan oleh Kristus sendiri dengan cukup tegas.
Sebab kelekatan pada kekayaan yang memang memberi kesenangan, kemudahan, kepuasan dan kemapanan hidup di dunia ini mudah membuat manusia merasa tidak membutuhkan orang lain terutama Tuhan, yang sekali pun belum pernah dilihatnya, apalagi janji-Nya masih nanti dan tidak terbayangkan. Dan begitu meninggalkan Allah, berbagai tindak kejahatan demi untuk melindungi kekayaan dan dirinya akan mudah dilakukan, segala hal yang sifatnya negatif mudah muncul dari hatinya.
Selain itu, tidak kalah pentingnya manusia memperhatikan bahwa orang dapat disesatkan karena sikap eksklusif yang membanggakan kelompoknya sendiri sebagai yang paling baik dan paling benar sehingga merasa yang paling dicintai oleh Allah. Dikatakan "tidak kalah penting", karena biasanya penyesatan itu tidak disadari. Misalnya: ingin membela Allah dengan cara berpikir dan bertindak manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Sikap eksklusif itu mudah menimbulkan iri hati, misalnya apabila ada orang dari luar kelompoknya yang dapat melakukan hal yang sama dengan kelompoknya kemudian menganggap saingan dan harus disingkirkan demi popularitas kelompoknya.
Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."
Tuhan, Engkau datang ke bumi sebagai Penebus dan Juruselamat untuk menunjukkan kepada kami bagaimana kami harus hidup. Engkau adalah Kebenaran. Meskipun ada banyak gangguan dan godaan di dunia, kami tahu bahwa kebahagiaan sejati kami terletak pada sikap percaya dan mempercayakan hidup kami kepada semua yang Engkau kehendaki bagi hidup kami.
1. Secangkir Air:
Memang air sangat penting untuk kehidupan. Akan tetapi memberi seseorang secangkir air tampaknya merupakan hal yanh kecil dan sepele. Bagi kebanyakan dari kita memang begitu. Kita diberkati bumi pertiwi yang melimpah air minum.
Dulu di setiap rumah selalu diletakkan kendi untuk siapapun yang kehausan yang kebetulan lewat di depan rumah. Namun bagi sebagian orang di tempat yang lain, air sangat langka dan berharga. Berbagi secangkir air dalam keadaan seperti itu mengingatkan kita pada janda miskin yang “mempersembahkan seluruh penghidupannya”
Meskipun kita memiliki banyak air, kebanyakan dari kita tidak merasa bahwa kita memiliki banyak waktu dan kepedulian untuk sesama. Jika kita diminta untuk menyerahkan waktu atau tenaga kita, itu bisa terasa seperti pengorbanan yang terlalu besar.
Namun tindakan sederhana seperti pemberian secangkir air kepada seseorang yang membutuhkan itu sangat menolong. Demikian pula saat kita memberikan waktu dan kepedulian kita dalam pelayanan di gereja atau di masyarakat, sudah bisa dipastikan kita dapat mendatangkan kebaikan.
2. Batu sandungan:
Dalam Kejadian 4:9, “Tuhan bertanya kepada Kain, 'Di mana saudaramu Habel?' Dia menjawab, 'Saya tidak tahu. Apakah aku penjaga saudaraku?'” Dalam Injil Lukas, “ahli taurat… ingin membenarkan dirinya sendiri dan bertanya kepada Yesus, 'Siapakah sesamaku manusia?'” (Lukas 10:25, 29). Kedua bagian itu menunjukkan sikap keengganan untuk bertanggung jawab atas orang lain.
Kita semua dipanggil untuk melayani dengan murah hati dalam penggunaan waktu dan tenaga kita untuk melayani orang lain. Ketika kita enggan seperti Kain atau ahli taurat jelas hidup kita bertentangan dengan kehendak Allah bagi hidup kita. Kita dapat menjadi batu sandungan bagi sesama kita.
3. Jika Garam Telah Kehilangan Rasa Asinnya.
Hidup bersama kita dimaksudkan untuk saling mendorong dan menarik orang lain kepada kehendak Allah. Apa yang terjadi ketika iman kita menjadi suam-suam kuku? Ketika kita kehilangan pengaruh positif yang seharusnya kita miliki terhadap orang-orang di sekitar kita. Hal itu secara bertahap dapat menjadikan kita tidak peka terhadap dosa dalam kehidupan kita sendiri.
Kesetiaan kita kepada Kristus berarti kesediaan untuk rela mengorbankan apa pun untuk kebaikan dan kebahagiaan sesama. Dan dengan berbagi kitapun merasa bahagia. Keengganan kita untuk peduli kepada sesama terjadi karena kita salah memakai kehendak bebas kita. Kita abai dari rasa tanggung jawab untuk menjadi penjaga. Hidup kita harus saling menjaga.
Marilah Kita. Berdoa:
Tuhan Yesus. Perintah-Mu untuk mengasihi sesama seperti diri kami sendiri lebih dari sekedar bersikap baik agar kami dikenal baik hati. Dalam Injil hari ini Engkau menunjukkan betapa seriusnya kami harus menjalani kehidupan ini. Engkau memanggil kami untuk menginginkan hidup yang kekal bagi kami dan bagi saudara-saudari kami. Beri hikmat dan berkat-Mu. Agar hidup kami dapat saling menjaga dan melayani.
0 comments:
Post a Comment