Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatanganNya tidak dapat dirahasiakan.
Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kakiNya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.
Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."
Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.
Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk keselamatan satu bangsa saja, tetapi untuk semua. Seorang ibu Yunani datang kepada Yesus, meminta Yesus untuk mengusir setan yang merasuki anak prempuannya.
Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi Ibu ini tetap menjawab Yesus dengan penuh iman. Karena imannya yang sangat kuat, maka setan yang merasuki anaknya keluar daripadanya.
Lewat kisah ini kita percaya dan yakin, bahwa kasih Yesus Kristus, kasih Tuhan tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi terbuka untuk siapa saja yang percaya padaNya. Kedatangan dan kehadiran Yesus Kristus di tengah umat manusia membawa satu konsep baru akan Allah, bahwa Allah adalah milik semua bangsa, milik semua manusia yang percaya kepadaNya.
kisah ini adalah bahwa ibu Yunani dalam ceritera Injil sungguh percaya akan Yesus Kristus. Dia sangat yakin, bahwa Yesus Kristus bisa menyembuhkan anak perempuannya, Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi ia tetap rendah hati dan pasrah pada Yesus; ia tidak merasa terpukul atau kecewa di saat Yesus menggunakan satu analogi, - “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Tetapi dengan sopan Ibu Yunani ini membenarkan apa yang dikatakan Yesus dan menerimanya dengan tulus, katanya: “Benar Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”
Karena pernyataannya ini, maka Yesus menghadiahkan dia dengan satu hadiah yang luar biasa, yaitu anak perempuannya kembali bebas dari renggutan setan. Sungguh kasih Tuhan selalu dicurahkan kepada orang yang rendah hati dan percaya kepadaNya.
Sadar akan misi Tuhan ini, yaitu menyelamatkan semua bangsa di bawa kolong langit, maka muncullah semangat misioner di dalam Gereja kita. Gereja mengirim misionaris ke mana saja untuk mewartakan kabar gembira. Mewartakan kasih Tuhan kepada siapa saja.
Pewartaan kasih Tuhan itu bukan saja lewat kata-kata, tetapi lebih dari pada itu, yaitu lewat tingkah-laku, kesaksian hidup. Banyak orang memberi diri untuk dibaptis, bukan hanya karena lulus ujian agama, tetapi karena kesaksian hidup dari mereka yang mewartakan ajaran Kristus.
Ada seorang wanita dari bangsa Siro-Fenesia yang memiliki seorang anak perempuan sedang kerasukan roh jahat. Wanita itu datang dan memohon kepada Tuhan Yesus supaya Yesus mengusir roh jahat itu dari anaknya. Simaklah tanggapan Yesus; "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."
Meski perkataan Yesus begitu pedas dan sepertinya wanita itu tidak dianggap, Yesus tetap meresponsnya dengan penuh kerendahan hati, "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (ayat 28). Wanita itu percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan sanggup melakukan mujizat.
Apakah Tuhan Yesus tidak mengasihi wanita itu? Bukan. Itu karena belum waktunya wanita itu menerima anugerah dari Tuhan. Namun kerendahan hatinya telah menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga wanita itu akhirnya beroleh anugerah dari Tuhan, seperti tertulis: orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34b). Adalah tidak mudah menjadi orang yang rendah hati, apalagi bila kita sedang berada 'di atas'.
Namun untuk mengalami pertolongan dari Tuhan dan hidup semakin dikenan oleh Dia kita harus belajar rendah hati. Melalui perkataannya yang bermuatan iman wanita ini beroleh jawaban dari Tuhan; ketika pulang ke rumah "...didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar." (Markus 7:30).
Apakah perkataan kita sehari-hari senantiasa menyatakan iman? Ataukah ucapan kita hanya berisikan keluh kesah karena sakit yang tak kunjung sembuh, kekecewaan, kegagalan, dan ketidakberdayaan? Berubahlah! Jangan pernah mengucapkan hal-hal yang sia-sia! Kita harus memiliki ucapan-ucapan yang mengundang kuasa Tuhan terjadi.
Mari latih mulut kita untuk memperkatakan firman Tuhan. Alkitab menegaskan, "Tidak satu pun firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Ku firmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan Allah."
(Yehezkiel 12:28). Seburuk apa pun keadaan kita saat ini, selalu ada harapan di dalam Tuhan. Kita harus tetap percaya pada janji firmanNya. Karena itu perkataan firman dengan iman.
Perempuan Siro-Fenisia yang percaya. Markus 7: 24-30.
Apakah kita telah mempercayakan diri kepada kelimpahan kebaikan hati Yesus, sekalipun Yesus telah menolak dengan ungkapan yang "menyakitkan" hati "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan.
Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak". Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki".
Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang telah dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya.
Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup.
Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. Manusia memang lemah dan tkak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1).
Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya.
Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).
kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar".
Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.
Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat.
Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah.
Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya.
Yesus, kami sangat membutuhkan-Mu. Bukalah hati kami untuk menerima firman-Mu. Datanglah, Roh Kudus, bantu kami untuk mendengar bimbingan-Mu dan dapat menanggapi dengan benar. Amin
1. Sengaja Keluar dari Kebiasaan:
Dalam perikop sebelumnya Markus menghadirkan Yesus di Genesaret. Sekarang, Ia melakukan perjalanan ke daerah Tirus, kota perdagangan penting Kekaisaran Romawi pada waktu itu. Dari Genesaret menuju ke Tirus bukanlah sebuah rute yang favorit.
Seseorang biasanya menghindari rute tersebut. Sebab untuk menempuh rute itu orang harus melintasi punggung gunung di sepanjang pantai Mediterania. Kita tidak tahu alasan Yesus menempuh jalur itu. Markus memberi tahu kita bahwa Dia ingin menghindar dari kalayak ramai.
Mungkin Dia butuh waktu sendiri untuk istirahat. Atau mungkin Dia sengaja pergi ke sana untuk menemukan jiwa yang membutuhkannya—orang asing— orang yang selama ini tidak bisa mengakses belas kasih-Nya.
Apa pesan yang hrndak dikatakan mengenai hal ini kepada kita? Apakah itu suatu pesan bahwa kasih pemeliharaan Allah bersifat universal untuk semua orang? Agar setiap orang bisa mengakses berkat Allah?
2. Doa Seorang Ibu:
Bagaimana Yesus mnanggapi doa seorang ibu? Kita mengenal sebuah lagu yang berjudul Doa Ibu yang dalam syairnya menyebut: di doa ibuku namaku disebut. Masa depan setiap anak begitu banyak bergantung pada doa seorang ibu. Terbukti dalam cerita Yesus menerima doa ibu Siro Fenisia ini.
Kisah ini mengingatkan kita akan perhatian penuh kasih Yesus kepada seorang ibu. Ketulusan dan cinta kasih seorang ibu telah menyentuh hati Yesus. Yesus tidak dapat menolak permintaan dan keinginan kuat seorang ibu. Bersyukurlah kita semua memiliki seorang ibu.
3. Dialog Iman:
Dialog antara Yesus dan wanita non-Yahudi ini seketika menjadi fokus yg mencolok. Dialog ini tidak hanya berbicara tentang posisi bangsa yahudi dan non yahudi. Dialog ini juga dominan bicara soal prioritas.
Siapa yang lebih baik Yahudi atau Yunani? Mana yang perlu mendapat prioritas? Memanh Yesus datang untuk mewartakan keselamatan pertama-tama kepada orang-orang Yahudi, Orang-Orang Pilihan yang telah dipersiapkan Bapa-Nya, dan kemudian kepada orang-orang bukan Yahudi (tugas yang akan Ia berikan kepada para Rasul-Nya, lih. Matius 28:19).
Dia mengatakan banyak hal kepada ibu itu dalam "perumpamaannya" tentang anak-anak dan anjing. Ibu itu kemudian mengambil perumpamaan itu dan mengembalikannya kepada Yesus: bahwa ketika anak-anak makan di meja, anjing-anjing juga diberi makan dari remah-remah yang jatuh dari meja.
Ibu itu memahami tugas perutusan Yesus. Dia tahu sepenuhnya Yesus. Oleh karena itu dia menjawab dengan mengedepankan soal iman. Yesus melihat imannya dan memberkati dia.
Renungan Untuk kita Markus 7: 24-30...
Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.
Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki".
Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya.
Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu.
Manusia memang lemah dan tak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1).
Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya.
Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).
Umat beriman yang terkasih, melalui bacaan Injil hari ini, kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya.
Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.
Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah.
Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya.
0 comments:
Post a Comment