Mengikuti Tuhan Yesus bukanlah hal yang mudah. Sering dalam hidup kita dikhawatirkan dengan hal-hal duniawi yang membelenggu diri kita, bisa masalah makan, ketakutan masa depan dan masih banyak lainnya, sehingga kita kurang mempercayakan hidup kita kepada Tuhan Yesus. Hal ini juga dialami para murid yang khawatir akan makanan yang akan di makan. Dimana dikatakan dalam Injil Markus 8:14-21.
Para murid lupa bawa roti, hanya bawa sebuah roti saja. Mereka bagaimana bingung bagaimana nantinya mereka makan, karena pasti tidak cukup. Padahal mereka baru saja melihat Tuhan Yesus membuat mukjizat penggandaan roti dengan 7 roti bisa memberi makan 4.000 orang.
Seringkali kita degil seperti para Murid, yang masih mengkhawatirkan hidup kita, sehingga membuat iman kita gugur di tengah jalan karena keragu-raguan kita. Seperti benih yang jatuh di semak berduri, karena kesulitan dan tekanan dalam kehidupan kita, membuat iman kita mati.
Kalau hari ini kita masih hidup dan telah melewati berbagai macam badai masalahan dalam hidup kita dan telah banyak mengalami mukjizat, bukankah itu sebagai bukti nyata penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
Masalah yang sering terjadi dalam hidup kita adalah kita mempunyai banyak keinginan-keinginan duniawi yang membuat kita cemas dan tidak merasa puas.
Rasul Yakobus sangat baik menasehati kepada kita bahwa sering kita jatuh dalam pencobaan karena keinginan kita sendiri, dimana kita diseret dan terpikat olehnya. Akibatnya keinginan yang telah dibuahi melahirkan dosa dan akhirnya mendatangkan maut (Yak 1:12-18)
Mari saat ini berani mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan Yesus, memang sesuatu yang tidak mudah, tetapi kita boleh percaya ada sukacita diakhir perjalanan kita bersama Tuhan Yesus dan kita tidak akan pernah dikecewakan. Ingatlah setiap pemberian yang baik dan setiap.anugerah yang sempurna, datangnya dari ayas, diturunkan oleh Bapa segala terang.
Sebagaimana kita pahami, manusia hidup itu bukan hanya dari roti saja tetapi terutama justru dari sabda Allah, karena tujuan hidup manusia selama di dunia yang fana ini adalah hidup abadi.
Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit.
Apa yang dilakukan oleh Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda, merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua.
Melalui bacaan Injil hari ini kita juga diingatkan untuk mau menyendengkan telinga, membuka hati serta pikiran, serta menjadikan hati sebagai panduan hidup agar kita selalu waspada akan segala sesuatu yang kita lihat, segala sesuatu yang kita dengar, apakah berguna bagi kita serta keluarga kita.
Masih ingat akan karunia Allah: Mata, hendaknya kita gunakan untuk melihat yang baik-baik. Pikiran, hendaknya kita gunakan untuk mikir yang baik-baik. Hidung, hendaknya kita gunakan untuk mencium segala sesuatu yang baik-baik. Telinga, hendaknya kita gunakan untuk mendengar yang baik-baik. Mulut hendaknya kita gunakan untuk mengunyah serta berkata yang baik-baik.
Mau untuk menjaga kebersihan hati dengan menjadikan hati yang positif. Dengan demikian hati kita terbuka akan segala sesuatu yang dapat membuat kita maju menambah informasi tentunya yang berguna dalam tumbuh kembang iman kita.
Kita akan dapat menjadikan hati sebagai Kenisah atau Bait Allah sehingga Allah berkenan tinggal di hati kita.
Kalau kita mau untuk mematuhinya, maka kita akan dapat merasakan kedekatan kita pada Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing kita menapak kehidupan serta menjadikan hidup kita benar dihadapan-Nya. Kita diberi kemampuan untuk dapat mendengarkan suara hati dengan baik sekali pun di sekitar kita penuh kebisingan.
Sebaliknya, kalau kita menjadikan pikiran sebagai panduan hidup, maka hati akan berada di bawah kendali pikiran, hati akan dibutakan oleh pikiran sehingga menjadi sarang segala sesuatu yang sifatnya negatif.
Akan sulit menerima kenyataan ketika melihat kelebihan orang lain, bahkan cenderung berusaha menyingkirkan orang tersebut karena dianggap sebagai saingan atau penghalang, maka apa pun yang sudah dilakukan orang itu akan menjadi negatif dan tidak diterimanya dengan baik. Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kepada kita agar tidak seperti orang Farisi dan pengikut Herodes.
Mereka diibaratkan memiliki ragi yang tidak bermanfaat karena hanya untuk kepentingan dirinya sendiri serta menutup diri. Padahal kalau kita mau untuk membuka hati, maka kita akan dapat memahami bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita dan tinggal di dalam hati kita.
Hendaknya kita mau untuk "Eling lan waspada". Eling untuk selalu menjaga iman kita kepada Kristus, dan "waspada" terhadap ragi yang bukan kebenaran Tuhan.
Kita diingatkan agar jangan sampai terkena ragi kaum Farisi dan ragi Herodes yaitu kemunafikan yang akan membuat kita menjadi orang yang "sok semuci suci", yang selalu menjadikan hidup keagamaan sebagai tampilan lahiriahnya saja, yang mudah sekali menggurui dan mencela hidup keagamaan sesamanya. Ada banyak orang semacam itu di sekitar kita.
Allah yang selalu menatap kita, yang penuh kasih serta belas kasih merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam sebagaimana yang dikatakannya: *Masihkah kamu belum mengerti?
Sabda Tuhan ini kembali mengingatkan kita untuk mau menjadi gembala umat yang baik bagi sesama dengan penuh kasih, mempersatukan dan membawa kedamaian. Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. Apa yang dilakukan Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda, merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua.
Melalui ini kita juga diingatkan untuk mau menyendengkan telinga, membuka hati serta pikiran, serta menjadikan hati sebagai panduan hidup agar kita selalu waspada akan segala sesuatu yang kita lihat, segala sesuatu yang kita dengar, apakah berguna bagi kita serta keluarga kita. Kita akan dimampukan untuk dapat menjadikan hati sebagai Kenisah atau Bait Allah sehingga Allah berkenan tinggal di hati kita.
Kalau kita mau untuk mematuhinya, maka kita akan dapat merasakan kedekatan kita pada Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing kita menapak kehidupan serta menjadikan hidup kita benar dihadapan-Nya. Kita diberi kemampuan untuk dapat mendengarkan suara hati dengan baik sekali pun di sekitar kita penuh kebisingan.
Sebaliknya, kalau kita menjadikan pikiran sebagai panduan hidup, maka hati akan berada di bawah kendali pikiran, hati akan dibutakan oleh pikiran sehingga menjadi sarang segala sesuatu yang sifatnya negatif. Akan sulit menerima kenyataan ketika melihat kelebihan orang lain, bahkan cenderung berusaha menyingkirkan orang tersebut karena dianggap sebagai saingan atau penghalang, maka apapun yang sudah dilakukan orang itu akan menjadi negatif dan tidak diterima dengan baik.
Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kita agar tidak seperti orang Farisi dan pengikut Herodes. Mereka diibaratkan memiliki ragi yang tidak bermanfaat karena hanya untuk kepentingan dirinya sendiri serta menutup diri. Padahal kalau kita mau untuk membuka hati, maka kita akan dapat memahami bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita dan tinggal di dalam hati kita. Hendaknya kita mau untuk "Eling lan waspada".
Eling untuk selalu menjaga iman kita kepada Kristus, dan "waspada" terhadap ragi yang bukan kebenaran Tuhan. Kita diingatkan agar kita jangan sampai terkena ragi kaum Farisi dan ragi Herodes yaitu kemunafikan yang akan membuat kita menjadi orang yang "sok semuci suci", yang selalu menjadikan hidup keagamaan sebagai tampilan lahiriahnya saja, yang mudah sekali menggurui dan mencela hidup keagamaan sesamanya.
Allah yang selalu menatap kita, yang penuh kasih serta belas kasih merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam sebagaimana yang dikatakannya: Masihkah kamu belum mengerti?. Semoga kita dimampukan untuk sungguh-sungguh memiliki sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.
Ketakutan atau kekhawatiran seringkali membuat kita melakukan tindakan-tindakan picik dan rakus. Lihatlah mereka yang menjadikan harta sebagai tuhan
Meski kaya raya, mereka masih saja merasa kurang dan tetap mengkhawatirkan akan hari esok, sehingga mereka tidak henti-hentinya meraup sebanyak-banyaknya keuntungan ekonomi dari berbagai penjuru dunia
Bahkan mereka berani melakukan berbagai macam eksploitasi, tanpa memerhatikan kemelaratan ekonomi yang dialami oleh sekelompok besar penduduk dunia. Ketamakanpun menguasai hidup mereka, bukan hanya di bidang ekonomi tetapi dalam hampir segala bidang. Tuhan Yesus ingin murid-murid-Nya mewaspadai ketamakan tersebut.
Ketika para murid-Nya sadar bahwa mereka hanya membawa sebuah roti dalam perjalanan mereka diatas perahu, Beliau segera mewaspadai mereka supaya berjaga-jaga dan mengawasi diri dari ragi atau pengaruh cara berpikir dan beriman dari orang Farisi dan Herodes
Sayang sekali para murid tidak menangkap maksudNya. Orang Farisi degil dan sempit, masih saja meminta tanda, padahal tanda ada didepan mata mereka. Herodes suka dengan kesenangan yang berlebihan dan hawa nafsu
Orang berhobi berlebihan biasanya tidak pernah merasa cukup atas apa yang ada padanya. Kesenangannya telah memperbudak dirinya
Yesus meyakinkan para murid supaya percaya pada pemeliharaan Allah. Yesus mengingatkan kembali peristiwa luar biasa ketika Yesus memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang sisa 12 bakul dan tujuh roti untuk empat ribu orang sisa 7 bakul (19-21). Persoalan makan dan minum semuanya dapat diatasi dengan baik bersama dengan Yesus
Tuhan, Bapa, saat kami menempatkan diri kami di hadapan-Mu pada saat doa ini, kami bersyukur karena kasih-Mu kepada kami tidak bergantung pada apa yang kami ketahui atau pahami. Engkau mengasihi kami karena kami milik-Mu. Engkau telah menciptakan kami. Engkau tahu semua yang telah kami jalani.
Bukalah pikiran kami dan lembutkan hati kami sehingga kami dapat melihat kehadiran-Mu dalam hidup kami, kehadiran-Mu di sekitar kami. Kami memohon agar Engkau membantu kami tumbuh dalam pemahaman kami tentang semua yang dilakukan dan diajarkan oleh Putra-Mu Yesus Kristus. Amin
1. Kesimpulan yang Salah:
Murid-murid baru saja melihat Yesus menyembuhkan putri perempuan Siro fenisia dan laki-laki tuli (Markus 7:24-37). Mereka baru saja melihat Yesus memberi makan empat ribu orang dengan tujuh roti dan sedikit ikan (Markus 8:1-9). Namun para murid masih tidak dapat mengerti kata-kata Yesus tentang ragi ke dalam konteksnya.
Mereka menyimpulkan bahwa Dia khawatir karena mereka hanya membawa satu roti! Padahal orang-orang Farisi baru saja menuntut tanda dari Yesus (Markus 8:11), dan sekarang murid-murid-Nya sendiri tidak mengerti ajaran Dia. Tampak terdengar seolah Yesus frustrasi akan kemampuan para murid untuk mengerti.
Dalam kehidupan kita sendiri, betapa mudahnya kita menjadi terfokus pada masalah materi dan pemahaman praktis kita dan lupa untuk mencoba melihat situasi yang ada melalui mata Tuhan. Kita dapat bergumul tentang suatu ajaran tertentu namun tanpa berusaha untuk membentuk hati nurani kita menurut pikiran Alkitab.
Kita bisa gagal untuk mempercayai Tuhan, dan hati kita menjadi keras pada harapan tertentu tentang bagaimana suatu masalah harus diselesaikan. Apa yang akan kita katakan jika Yesus bertanya, “Apakah hatimu telah mengeras?”
2. Ingat:
Para murid tampaknya telah melupakan semua yang telah mereka lihat dan alami bersama Tuhan, dan Yesus bertanya, “Dan tidakkah kamu ingat…?” Mereka telah melihat bagaimana badai dapat menjadi tenang; menyembuhkan orang kusta, orang buta, dan orang tuli; dan mengusir setan serta memberi makan ribuan orang. Mereka telah mendengar ajaran-Nya, dan Dia telah menjelaskannya kepada mereka. Namun demikian, mereka gagal melihat dan mendengar apa yang dilakukan Yesus.
Dalam kehidupan kita sendiri, kita bisa melupakan semua yang telah Tuhan lakukan untuk melindungi dan membimbing kita, kita bisa melupakan semua yang telah Dia berikan kepada kita dan bagaimana Dia telah menyembuhkan kita. Kita bisa melupakan cara Tuhan bekerja dalam kehidupan orang lain. Namun setidaknya ingatlah apa yang telah Tuhan lakukan bagi kita.
Kita perlu berhenti sejenak dan mengingat bahwa, “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mazmur 124:8) agar “ supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” (1 Korintus 2:5).
3. Ragi:
Ada berbagai jenis ragi yang digunakan manusia tetapi semuanya memiliki satu kesamaan: mereka membuat adonan roti mengembang. Orang-orang Farisi mencoba menguji Yesus, menuntut tanda-tanda dari-Nya, dan berusaha membuat orang banyak menentang-Nya.
Kepedulian mereka terhadap posisi mereka sendiri, cara mereka memahami iman mereka, dan harga diri mereka menyatu menjadi kekerasan hati. Mereka tidak percaya pada Yesus dan hal itu mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Ragi mereka adalah untuk menarik orang menjauh dari pesan Kristus.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjadi ragi yang memperkaya masyarakat dengan Injil. Yesus berkata, “Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."(Lukas 13:20-21).
Berdoa:
Tuhan Yesus, sangat mudah bagi kami untuk menganggap bahwa iman kami bersifat pribadi dan tidak terkait dengan orang lain. Tapi itu tidak benar. Iman kami membangun atau meruntuhkan iman orang lain juga. Kami membawa ragi kami bagi sesama. Beri kekuatan agar kami dapat hidup dengan iman, harapan, dan kasih. Dengan cara itu kami dapat membawa cahaya dan cinta-Mu kepada orang lain. Amin