We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Saturday, 12 February 2022

Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ia memberi mereka makanan untuk badan lewat roti dan makanan jiwa lewat sabda-Nya.( Markus 8:1-10)

Yesus yang memberi makan lima ribu orang. 


Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata:


"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh."


Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." 


Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak.  Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan.


Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang.  Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.


Kadang cinta membuat orang menjadi khilaf dan egois.. Apa pun akan dilakukannya untuk mendapatkan cinta dari orang yg diinginkannya, bahkan sampai ada yg memakai santet..


Cinta yg tulus tidak dapat dipisahkan dengan kasih, jika cinta tanpa kasih akan menghasilkan "Nafsu, Ambisi, dan Paksaan", sebab di dalam kasih ada kesetiaan, pengorbanan dan kesabaran..


kita bisa melihat dan belajar dari orang2 yg mengikuti Tuhan Yesus.. Dengan setia mereka mengikuti Yesus, tanpa makan, tanpa mengeluh lapar, padahal sudah 3 hari mereka tidak makan.. Tindakan mereka adalah wujud nyata dari kesetiaan dan pengorbanan, mereka berani menahan lapar untuk setia kepada Yesus, yg akhirnya tindakan mereka dibalas oleh Yesus dengan memberi mereka makan.. Itulah bentuk nyata kasih Yesus kepada mereka.


"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan." Jadi, jika kita ingin mendapatkan cinta yg tulus, mari kita libatkan kasih didalamnya, sebab cinta tanpa kasih adalah cinta yg besifat sementara, sebab cinta itu hanyalah "Cinta Karena Nafsu"


 Hati adalah pusat hidup setiap manusia. Dari hati kitalah segala gerakan dimulai. Mata melihat namun bila hati belum menggerakkan, diri kita enggan bergerak. Walaupun fisik kita lemah, lesu dan lelah namun semangat dari hati yang membara dan berkobar-kobar akan memberi kekuatan berlipat ganda. 


Hati Yesus tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya selama tiga hari dan tidak mempunyai makanan lagi. Tuhan Yesus lewat kisah Injil hari ini mengajak kita untuk tidak cuci tangan, alias tidak mau tahu terhadap kebutuhan orang lain. Kita diajak peduli terhadap kesulitan, kebutuhan dan penderitaan orang lain.


Penggandaan roti ini terjadi karena iman dan ucapan syukur serta kerelaan untuk berbagi. Dalam situasi kekurangan makanan untuk kira-kira empat ribu orang Yesus mengucap syukur. 


Bersyukur adalah ungkapan orang beriman dan berpengharapan. Bersyukur adalah ungkapan orang yang mampu mengucapkan terimakasih. Bersyukur juga adalah ungkapan orang yang terbuka dan mau berbagi. 


Orang yang bersyukur adalah orang yang mau memberi perhatian dan rela berbagi dengan orang lain. Maka jangan heran bila orang-orang yang bisa bersyukur akan mendapat anugerah yang melimpah. Mereka menerima bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi menyadari bahwa ia menjadi penyalur rahmat Allah. Ia mau berbagi dengan yang lain, terlebih yang membutuhkan.


Agar arah pikiran juga iman kita tidak gampang dibelokkan oleh tujuan-tujuan tertentu yang menguntungkan sepihak, kita perlu memupuk jalinan dan relasi yang erat satu sama lain. 


Kita perlu saling mendukung dalam iman dan mengucap syukur bersama-sama sehingga berbuah untuk saling berbagi. Kerjasama dengan orang-orang yang berkehendak baik akan semakin memampukan dan meluaskan perhatian kita pada orang-orang yang membutuhkan bantuan.


 Firman Tuhan hari ini Markus 8:1-10. "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." (Markus 8:2-3).


Artinya seperti Kristus berbelas kasihan kepada mereka yang dalam kekurangan dan kesukaran, Ia juga mempunyai kepedulian khusus bagi mereka yang mengalami kesukaran karena bertekun mengikuti Dia. Kristus berkata, Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. 


Jika orang-orang Farisi yang angkuh memandang dengan hina, Yesus yang rendah hati memandang dengan belas kasihan dan kelembutan. Demikianlah kita juga harus menghormati semua orang. Itulah yang dipikirkan Yesus, Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Kerugian apa pun yang kita derita atau kesukaran apa pun yang kita hadapi, jika semuanya itu dilakukan untuk Kristus karena kasih kepada-Nya, maka pasti Ia akan memelihara kita sehingga kita bisa melalui berbagai kesukaran itu.


Orang-orang yang mencari Tuhan, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik (Mzm. 34:11). Perhatikanlah bahwa Yesus dengan rasa kasih berkata (ay. 3), Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan. Kristus mengerti dan memikirkan tubuh kita.


 Jika kita memuliakan Dia, kita akan dipuaskan. Dia mempertimbangkan bahwa banyak dari antara mereka datang dari jauh dan berada jauh dari rumah. Saat kita melihat orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan khotbah, menyenangkan untuk berpikir bahwa Kristus mengetahui dari mana mereka datang, meskipun kita tidak mengetahuinya. Aku tahu di mana engkau diam (Why. 2:13). Kristus tentu tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, karena bukan kebiasaan-Nya membiarkan mereka yang telah mengikuti Dia pergi dengan perut kosong. (Tafsiran Alkitab)


Secara umum kita sering sekali menyamakan Tuhan dengan manusia dalam memahami diri kita dan dalam mengharapkan orang mengerti akan kita, sehingga kita akan selalu merasa bahwa Tuhan tidak tahu apa yang kita perlukan dan Tuhan tidak mengerti akan kesulitan kita. Hal inilah yang sering sekali membuat kita sulit untuk mempercayai sesuatu yang belum terjadi dan mempercayai bahwa Tuhan tahu persoalan yang kita hadapi. 


Itulah yang mau disampaikan oleh firman Tuhan hari ini bahwa Kristus mengetahui setiap kesulitan kita meskipun orang lain tidak mengetahuinya dan Kristus tentu tidak mau menyuruh kita pulang dengan lapar, karena bukan kebiasaan-Nya membiarkan kita yang telah mengikuti Dia pergi dengan perut kosong.


Oleh sebab itu sebagai orang beriman hendaknyalah kita senantiasa tetap setia dan taat mengikut Tuhan sekalipun saat ini kita hidup dalam segala persoalan. Jangan pernah ragu akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, melainkan tetaplah percaya dan tetap dengan setia serta taat mengikut Tuhan sekalipun banyak kerikil-kerikil tajam yang harus kita lewati, karena Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita dengan perut kosong melainkan Tuhan akan selalu membuka jalan untuk mengenyangkan kita.


 Seperti firman Tuhan dalam Keluaran 23:25, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu." Amin. 


Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.


" Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. 


Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.


RENUNGAN  Untuk Kita Semua :

Telanjang atau ditelanjangi secara sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Dosa atau kesalahan menyebabkan telanjang, ketika dosa itu diketahui dan terbuka kepada umum. Itulah kira-kira yang dialami Adam dan Hawa setelah jatuh dalam dosa kerena melawan perintah Tuhan dengan makan buah dari pohon yang ada di tengah Taman Eden. Dosa melahirkan dosa. 


Adam mengkambinghitamkan Hawa atas dosa yang telah mereka lakukan. Hawa mempersalahkan ular yang menawarkan buah itu kepadanya. Belum ada kesadaran dan kejujuran untuk mengakui kesalahan. Inilah masalah manusia berdosa. Akibat dosa adalah permusuhan, penderitaan, dan kesulitan hidup, dan keterasingan. Itulah kisah kejatuhan manusia dalam Kitab Kejadian yang kita dengar hari ini.


Manusia jatuh harus diangkat. Manusia berdosa harus dibebaskan. Mereka jatuh dan terpenjara oleh dosa adalah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran dan keadilan ilahi. Kristus datang untuk membebaskan mereka dan memenuhi rasa lapar dan haus mereka. Sabda, kesehatan, dan roti adalah tiga hal yang selalu dibawa oleh Yesus dalam karya-Nya. Ini adalah pembebasan integral yang dibawa oleh Yesus kepada manusia. 


Demikian  Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ia memberi mereka makanan untuk badan lewat roti dan makanan jiwa lewat sabda-Nya. Kristus adalah pembebas, penutup ketelanjangan manusia akibat dosa. Ia sendiri ditelanjangi, dan Ia ingin supaya kita menelanjangi diri dalam dan dengan pertobatan, dan kemudian mengenakan pakaian spiritual yang baru.

Friday, 11 February 2022

Yesus menyembuhkan orang yang tuli dan gagap. Apa makna kisah penyembuhan orang tuli dan gagap ini bagi kita? (Markus, 7:31-37)

YESUS MENYEMBUHAKAN ORANG TULI & GAGAP


Gambaran-gambaran tentang kebaikan Tuhan diwartakan didalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.  Orang-orang Israel adalah orang yang tawar hati, orang yang keras hati seperti yang pernah dilakukan nenek moyang mereka di Masa dan Meriba ( Kel 17:7; Mzm 95:8 )


Namun Tuhan tidak membiarkan mereka selamanya disana. Tuhan berjanji melalui Yesaya dan para nabi lainnya bahwa Beliau sendiri yang akan datang untuk menolong mereka. Itulah kehebatan Allah penolong kita.


Rencana Tuhan semula yang memandang segala citptaan baik adanya. Ada keharmonisan alam ciptaanNya sendiri. Kiranya dunia macam ini yang menjadi dambaan banyak orang : manusia sehat jasmani dan rohani, alamnya memilki tatanan yang baik dan teratur


Semua yang dikatakan oleh Tuhan melalui Yesaya juga disempurnakan oleh Yesus. Dalam bacaan Injil hari ini, Markus mengisahkan bahwa Yesus meninggalkan daerah non Yahudi yaitu Tirus dan Sidon dan masuk daerah Galilea. 


Secara Geografis kita langsung memahami rencana Tuhan yakni bahwa keselamatan itu ditawarkan secara universal bagi semua orang.  Jadi baik orang di luar komunitas Yahudi maupun didalamnya, Tuhan mempunyai kuasa untuk menyelamatkan. 


Secara Geografis dapat juga dikatakan bahwa keselamatan, seperti peralihan dari hidup dalam derita kepada kebahagiaa. Di daerah Galilea ini orang ( tanpa nama ) membawa seorang yang sakit tuli dan gagap kepadaNya untuk disembuhkan. Mereka memohon Yesus untuk meletakkan tangan ( artinya memberkati ) si sakit ini 


Yesus memisahkan dia dari orang banyak dan berlaku sebagai tabib: memasukan jari ke dalam telinga orang itu, meludah dan merabah lida orang itu, menengada ke langit, menarik napas dan berteriak Efata artinya terbukalah”. Orang itu menjadi sembuh dan meskipun Yesus melarang mereka untuk tidak menceritakan mujizat ini tetapi orang semakin berani bercerita tentang Yesus.


Semua orang berkata, “Ia menjadikan segalanya baik! Yang tuli dijadikanNya mendengar, yang bisu dijadikanNya berbicara”. Kita melihat bahwa Yesus menghendaki sebuah tatanan hidup yang teratur dan baru. 


Ketika dibaptis orang secara pribadi juga telinganya dibuka dan mulutnya pun di buka. Untuk apa ? Untuk mendengar Sabda Yesus dan mewartakannya. Tugas orang dibaptis adalah mendengar Yesus dan mewartakan SabdaNya


Apa tugas lain dari orang orang yang dibaptis atau orang yang diselamatkan oleh Yesus ? Yakobus 2 : 1-5 merumuskan tugas-tugas yang kiranya tepat untuk kita lakukan


Tuhan juga menebus manusia tanpa memandang apakah orang asing atau orang Yahudi. Semua dilihatNya baik adanya.  Keberpihakan Allah pada kaum papa dan miskin. Orang-orang yang dibaptis memiliki satu tugas mulia yaitu melayani kamu papa dan miskin


Kalau didalam komunitas mereka bisa sehati sejiwa maka mereka juga akan mampu keluar dan melayani kaum papa dan miskin. Kiranya Tuhan Sang Penyembuh Agung membuka mata dan telinga rohani kita, sehingga dapat melihat dan mendengar dengan benar.


Yesus memasukkan jari-Nya ketelinga orang itu, lalu meludah dan meraba lidah orang itu sambil menengadah ke langit, Yesus berkata, efata. Artinya, terbukalah. Maka terbukalah telinga orang itu seketika dan terlepaslah pula pengikat lidahnya sehingga ia bisa berkata-kata dengan baik.


Kesembuhan telinga orang tuli ini adalah lambang bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk menyembuhkan dan mengangkat kemampuan pendengaran manusia untuk sanggup mendengarkan Sabda Allah. 


Sebab keselamatan kita tergantung dari derajat sampai dimana kita sanggup mendengarkan Sabda Tuhan. Berbahagialah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya. Dengan menyembuhkan orang tuli dan gagap ini, ia bukan saja sembuh tetapi diselamatkan.


Mendengar Sabda Tuhan bukan hanya sekedar menangkap-Nya dengan telinga tetapi lebih-lebih dengan hati. Memasukkan sabda Tuhan kedalam hati kita yang sudah distel sehingga Sabda Tuhan meresap kedalam seluruh diri kita dan selanjutnya dibawa kedalam sikap hidup harian kita.


Kesembuhan lidah orang gagap ini mau menyatakan bahwa kita mampu mewartakan Sabda Tuhan yang telah kita dengar. Orang tidak boleh diam terhadap apa yang telah ia lihat dan ia dengar. Dia harus bisa mewartakan kebaikan dan karya agung Allah kepada sesama.


Apa makna kisah penyembuhan orang tuli dan gagap ini bagi kita?

1.   pendengaran kita perlu dipertajam untuk mendengarkan sabda Tuhan. Telinga kita memang menerima segala suara yang tertangkap olehnya tetapi daya dengar masih menyaring dan memilih apa yang kita sukai. 


Manusia mendengar apa yang dia suka. Manusia bukan hanya mendengar dengan telinga tetapi lebih-lebih dengan hati. Dalam mendengar kita memilih apa yang kita suka, siapa yang berbicara dan untuk apa yang dibicarakan. Oleh karnanya sering terjadi walaupun Pastor berbicara dengan jelas dan lugas dalam khotbah tetapi bisa saja kita tidak dengar karena kita tidak suka Pastornya. Hati kita tidak distel untuk mendengar.


2.  kita hendaknya selalu siap untuk mewartakan karya dan kebaikan Tuhan yang kita lihat dan kita dengar. Kita tidak boleh memendamnya untuk diri kita saja.


 seorang misionaris dari Eropa memberikan pelajaran agama untuk suatu suku dipedalaman Afrika. Ia berbicara tentang Allah yang menjadi manusia dalam diri Yesus dari Nazareth. Yesus telah mewartakan Kerajaan Allah. Dalam Kerajaan Allah itu orang hendaknya saling mencintai. 


Yesus bergaul dengan semua orang tanpa membeda-bedakan warna kulit, satus sosial dan kebudayaan. Yesus mempunyai perhatian yang khusus terhadap rakyat jelata, orang berdosa dan penderita pelbagai penyakit. Yesus mewartakan kebebasan dan menerima siapa saja sebagai saudara-Nya dan menyatakan bahwa semua orang adalah putera-puteri Allah.


Yesus tidak tertarik untuk mencari popularitas. Demikian seharusnya setiap pelayan, kita tidak mengejar keuntungan diri sendiri. Pelayanan itu sebaiknya bersifat personal karena dalam relasi tersebut ada perhatian dan belas kasih. Di samping itu, pelayanan juga harus tepat sasaran. Yesus bukan hanya iba kepada si tuli dan gagap tetapi Ia memberikan yang terbaik, yakni pendengaran dan kemampuan berbicara baginya. 


(Markus 7:31-37) Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.Disitu orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu.


Sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: "Efata!", artinya: Terbukalah!Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.


Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya.Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."


Pertanyaan yang muncul dalam perenungan ini adalah  apa sesungguhnya yang menjadi tujuan utama dari Tuhan saat orang itu disembuhkan?


1. Supaya Mendengar.

Orang tuli sudah pasti tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan orang lain bahkan apa yang disampaikan orang ketelinganya.


Tuhan Yesus mau agar orang yang tuli bisa mendengarkan pengajaran yang Dia sampaikan sebagaimana  mereka yang lain yang bisa mendengar. Bagi Yesus pengajaran firman adalah hal terpenting untuk diketahui semua orang. Itu adalah harta yang mahal dan hanya bisa didapatkan melalui mendengar.


Hal yang sangat disayangkan bahwa banyak orang sesungguhnya dapat mendengar pengajaran firman dengan jelas namun sengaja untuk tidak mau mendengar. Merekalah kelompok orang yang digolongkan Tuhan bertelinga namun tidak mendengar.


"Sebab hati bangsa ini telah menebal,dan telinganya berat mendengar,dan matanya melekat tertutup;supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya,lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka."


Perhatikan Kata telinganya 'berat mendengar'..hal ini  bukan bertujuan pada soal ukuran tekanan melainkan kepada perasaan bosan dan  malas untuk mendengar. Mereka lebih senang mendengarkan hal hal yang bersifat mimpi dan khayalan atau hal yang tidak jelas daripada mendengarkan kebenaran firman. (2 Timotius 4:4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."


Tuhan Yesus mengingatkan kita yang mempunyai  telinga agar mempergunakan salah satu dari  panca indera yang amat penting ini untuk difungsikan sebagaimana mestinya. (Markus 4:23) "Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"


2. Supaya Berbicara

Orang yang  Tuli dan gagap ini memiliki keterbatasan  pada hal yang sangat penting dalam hidupnya sebagai sarana komunikasi. Pada umumnya memang mereka yang mengalami gagap bicara karena dipengaruhi oleh keterbatasan untuk mendengar demikian pula sebaliknya orang yang tuli akan sangat mempengaruhi aktifitas mulut dan lidahnya untuk berbicara. Itulah yang terjadi dengan pasien Tuhan Yesus dalam kisah ini. Orangnya tuli dan gagap sehingga aktifitas  komunikasinya dengan orang lain menjadi terbatas.


Tuhan Yesus menyembuhkan kebisuannya agar orang ini setelah dia bisa mendengar pengajaran dia dapat menjadi saksi Tuhan untuk memuji mempermuliakan nama-Nya.


Apakah kita sebagai orang percaya yang memiliki kesempurnaan alat komunikasi lewat bagian  panca indera kita  untuk mendengar dan berbicara sudah menjadi saksi Kristus..?? Atau mungkin  kita hanya  bersifat  masa bodoh dan menganggap bahwa memberitakan firman dan kesaksian itu hanya milik orang tertentu saja...??


Atau jangan jangan mulut kita hanya kita biarkan dikendalikan oleh iblis dengan mengumbar kata kata kotor dan jahat dll. Ingatkah kita akan nasehat rasul Paulus dalam (Efesus 4:29) "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia."


Marilah  kita yang sempurna keadaan salah satu bagian dari panca indera yaitu lidah kita untuk memberitakan  kabar keselamatan..mengajarkan kebenaran dan menyaksikan kebaikan Tuhan melalui kasih karunia-Nya serta menyembah dan memuji muji Dia sang Raja  Juruselamat penebus dosakita. (Roma 10:8-9)


Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.


Yesus adalah kehadiran nyata dari Allah yang berbelas kasih, dan Yesus banyak menyembuhkan orang yang menderita sakit.


Allah akan datang menyelamatkan manusia dengan menyembuhkan yang cacat dan sakit serta melimpahkan segala yang dibutuhkan untuk hidup. Sebab orang yang dianggap miskin oleh dunia justru yang dipilih Allah untuk menjadi kaya dalam iman karena mencintai Allah.


Allah berkarya terus menerus untuk menyelamatkan manusia. Bagi kita yang hidup dalam waktu memang tidak dapat membayangkan hal ini. Tetapi itulah iman kita kepada Kristus.


Agar iman yang kita miliki dapat kita pegang teguh, kita perlu melatih diri agar peka terhadap tanda-tanda karya Allah yang kita hadapi sehari-hari, dan juga yang tampaknya sederhana. Semakin kita peka terhadap tanda-tanda karya Allah, maka iman kita akan semakin diteguhkan.


Selama di dunia ini, kita hidup dalam waktu, sehingga kita tidak mampu mengerti, apalagi membayangkan yang namanya hidup abadi atau keabadian itu seperti apa wujud nyatanya. Yang ada dalam pemikiran kita mengenai hidup abadi itu ya seperti yang kita alami di dunia ini.


Sebenarnya, karena kita ini roh, maka kita memiliki kemampuan mengatasi keterkungkungan kita oleh waktu. Kita harus melatih diri agar kemampuan itu menjadi peka dalam menangkap karya penyelamatan Allah yang abadi. Setidaknya, latihan itu menyadarkan kita akan kehidupan kita yang berada dalam waktu ini, sehingga apa yang kita alami yang dapat menggoyahkan iman kita akan dapat dihindarkan.


Lebih dari itu kita berharap dapat menangkap kehendak Allah dari apa yang terjadi di sekitar kita atau apa yang dilakukan Kristus. "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata".


Karya penyelamatan Allah yang abadi itu dapat berwujud sederhana, dan jangan kita menjadi takjub dengan karya penyelamatan Allah yang tampak luar biasa, justru semuanya itu hendaknya menjadikan kita untuk mau meraih hidup abadi dan menjadikan iman kita semakin mendalam dan kuat.


Supaya kita tidak buta atau tuli terhadap sabda atau panggilan Allah, maka kita harus peka terhadap karya Allah yang tampak biasa seperti yang terjadi sehari-hari sebab hidup kita ini adalah merupakan panggilan menuju keselamatan. 


Bahkan kita diutus untuk meneruskan kepada sesama bahwa Allah terus berkarya melalui segala sesuatu yang ada dan terjadi apapun wujudnya. Yang harus kita ingat adalah bahwa segala yang ada merupakan tanda akan sabda atau karya Allah, bukan hanya mukjizat. 


Itu artinya kita diingatkan agar jangan menjadi seperti orang buta atau tuli, atau bisu yang melihat hubungannya dengan Tuhan hanya terjadi dalam hal-hal yang besar atau yang luar biasa atau yang berupa mukjizat.


Padahal, justru orang yang mendengarkan sabda Allah sehari-hari itulah yang sesuai dengan kehendak Allah. Maka, janganlah kita membanggakan hanya hal-hal yang istimewa atau mukjizat, seolah-olah hanya itu yang mampu mengangkat martabat manusia sebagai orang beriman.


Manusia dicintai Allah dan dipanggil untuk mewarisi janji Allah yaitu hidup abadi dalam hadirat-Nya karena kita kaya dalam iman. Itu berarti bahwa martabat jauh mengatasi keduniawian dan tidak dapat diukur dengan kekayaan duniawi.


Mukjizat yang dilakukan oleh Kristus dalam menyembuhkan berbagai penyakit, orang yang cacat dan masih banyak lagi, semuanya itu adalah lambang atau tanda yang pada saat tertentu atau terhadap orang tertentu perlu dilakukan Kristus agar orang itu percaya. Namun, semua yang ada, dan yang terjadi adalah juga merupakan tanda karya Allah.

Thursday, 10 February 2022

Kasih Tuhan Dicurahkan Kepada Orang Rendah Hati Dan Percaya PadaNya !. Perempuan Siro-Fenisia yang percaya Kepada Yesus.(Markus 7: 24- 30 )


Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatanganNya tidak dapat dirahasiakan. 


Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kakiNya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.


 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." 


Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.


 Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk keselamatan satu bangsa saja, tetapi untuk semua. Seorang ibu Yunani datang kepada Yesus, meminta Yesus untuk mengusir setan yang merasuki anak prempuannya. 


Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi Ibu ini tetap menjawab Yesus dengan penuh iman. Karena imannya yang sangat kuat, maka setan yang merasuki anaknya keluar daripadanya. 


Lewat kisah ini kita percaya dan yakin, bahwa kasih Yesus Kristus, kasih Tuhan tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi terbuka untuk siapa saja yang percaya padaNya. Kedatangan dan kehadiran Yesus Kristus di tengah umat manusia membawa satu konsep baru akan Allah, bahwa Allah adalah milik semua bangsa, milik semua manusia yang percaya kepadaNya.  

 

 kisah ini adalah bahwa ibu Yunani dalam ceritera Injil sungguh percaya akan Yesus Kristus. Dia sangat yakin, bahwa Yesus Kristus bisa menyembuhkan anak perempuannya, Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi ia tetap rendah hati dan pasrah pada Yesus; ia tidak merasa terpukul atau kecewa di saat Yesus menggunakan satu analogi, - “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 


 Tetapi dengan sopan Ibu Yunani ini membenarkan apa yang dikatakan Yesus dan menerimanya dengan tulus, katanya: “Benar Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” 


Karena pernyataannya ini, maka Yesus menghadiahkan dia dengan satu hadiah yang luar biasa, yaitu anak perempuannya kembali bebas dari renggutan setan. Sungguh kasih Tuhan selalu dicurahkan kepada orang yang rendah hati dan percaya kepadaNya.

 

Sadar akan misi Tuhan ini, yaitu menyelamatkan semua bangsa di bawa kolong langit, maka muncullah semangat misioner di dalam Gereja kita. Gereja mengirim misionaris ke mana saja untuk mewartakan kabar gembira. Mewartakan kasih Tuhan kepada siapa saja. 


Pewartaan kasih Tuhan itu bukan saja lewat kata-kata, tetapi lebih dari pada itu, yaitu lewat tingkah-laku, kesaksian hidup. Banyak orang memberi diri untuk dibaptis, bukan hanya karena lulus ujian agama, tetapi karena kesaksian hidup dari mereka yang mewartakan ajaran Kristus. 


Ada seorang wanita dari bangsa Siro-Fenesia yang memiliki seorang anak perempuan sedang kerasukan roh jahat.  Wanita itu datang dan memohon kepada Tuhan Yesus supaya Yesus mengusir roh jahat itu dari anaknya.  Simaklah tanggapan Yesus;  "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 


Meski perkataan Yesus begitu pedas dan sepertinya wanita itu tidak dianggap, Yesus tetap meresponsnya dengan penuh kerendahan hati,  "Benar, Tuhan.  Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."  (ayat 28).  Wanita itu percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan sanggup melakukan mujizat.


Apakah Tuhan Yesus tidak mengasihi wanita itu?  Bukan.  Itu karena belum waktunya wanita itu menerima anugerah dari Tuhan.  Namun kerendahan hatinya telah menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga wanita itu akhirnya beroleh anugerah dari Tuhan, seperti tertulis: orang yang rendah hati dikasihani-Nya."  (Amsal 3:34b).  Adalah tidak mudah menjadi orang yang rendah hati, apalagi bila kita sedang berada 'di atas'.  


Namun untuk mengalami pertolongan dari Tuhan dan hidup semakin dikenan oleh Dia kita harus belajar rendah hati.  Melalui perkataannya yang bermuatan iman wanita ini beroleh jawaban dari Tuhan;  ketika pulang ke rumah  "...didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar."  (Markus 7:30).


Apakah perkataan kita sehari-hari senantiasa menyatakan iman?  Ataukah ucapan kita hanya berisikan keluh kesah karena sakit yang tak kunjung sembuh, kekecewaan, kegagalan, dan ketidakberdayaan?  Berubahlah!  Jangan pernah mengucapkan hal-hal yang sia-sia!  Kita harus memiliki ucapan-ucapan yang mengundang kuasa Tuhan terjadi.  


Mari latih mulut kita untuk memperkatakan firman Tuhan.  Alkitab menegaskan,  "Tidak satu pun firman-Ku akan ditunda-tunda.  Apa yang Ku firmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan Allah."  


(Yehezkiel 12:28).  Seburuk apa pun keadaan kita saat ini, selalu ada harapan di dalam Tuhan.  Kita harus tetap percaya pada janji firmanNya.  Karena itu perkataan firman dengan iman.


Perempuan Siro-Fenisia yang percaya. Markus 7: 24-30.

Apakah kita telah mempercayakan diri kepada kelimpahan kebaikan hati Yesus, sekalipun Yesus telah menolak dengan ungkapan yang "menyakitkan" hati "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan.


 Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak". Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki". 


Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang telah dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. 


Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. 


Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. Manusia memang lemah dan tkak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1). 


Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya.


 Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).


kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". 


Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.


Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. 


Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah.


 Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya. 


Yesus, kami sangat membutuhkan-Mu. Bukalah hati kami untuk menerima firman-Mu. Datanglah, Roh Kudus, bantu kami untuk mendengar bimbingan-Mu dan dapat menanggapi dengan benar. Amin


1. Sengaja Keluar dari Kebiasaan: 

Dalam perikop sebelumnya Markus menghadirkan Yesus di Genesaret. Sekarang, Ia melakukan perjalanan ke daerah Tirus, kota perdagangan penting Kekaisaran Romawi pada waktu itu. Dari Genesaret menuju ke Tirus bukanlah sebuah rute yang favorit.  


Seseorang biasanya menghindari rute tersebut.  Sebab untuk menempuh rute itu orang harus melintasi punggung gunung di sepanjang pantai Mediterania.  Kita tidak tahu alasan Yesus menempuh jalur itu.  Markus memberi tahu kita bahwa Dia ingin menghindar dari kalayak ramai. 


Mungkin Dia butuh waktu sendiri untuk istirahat. Atau mungkin Dia sengaja pergi ke sana  untuk menemukan jiwa yang membutuhkannya—orang asing— orang yang selama ini tidak bisa mengakses belas kasih-Nya. 


Apa pesan yang hrndak dikatakan mengenai hal ini kepada kita? Apakah itu suatu pesan bahwa kasih pemeliharaan Allah bersifat universal untuk semua orang? Agar setiap orang bisa mengakses berkat Allah? 


2. Doa Seorang Ibu: 

Bagaimana Yesus mnanggapi  doa seorang ibu? Kita mengenal sebuah lagu yang berjudul Doa Ibu yang dalam syairnya menyebut: di doa ibuku namaku disebut.  Masa depan setiap anak begitu banyak bergantung pada doa seorang ibu.  Terbukti dalam cerita Yesus menerima doa ibu Siro Fenisia ini. 


Kisah ini mengingatkan kita akan perhatian penuh kasih Yesus kepada seorang ibu. Ketulusan dan cinta kasih seorang ibu telah menyentuh hati Yesus.  Yesus tidak dapat menolak permintaan dan keinginan kuat seorang ibu. Bersyukurlah kita semua memiliki seorang ibu.  


3. Dialog Iman:

Dialog antara Yesus dan wanita non-Yahudi ini seketika menjadi fokus yg mencolok.  Dialog ini tidak hanya berbicara tentang posisi bangsa yahudi dan non yahudi.  Dialog ini juga dominan bicara soal prioritas. 


 Siapa yang lebih baik Yahudi atau Yunani? Mana yang perlu mendapat prioritas?  Memanh Yesus datang untuk mewartakan keselamatan pertama-tama kepada orang-orang Yahudi, Orang-Orang Pilihan yang telah dipersiapkan Bapa-Nya, dan kemudian kepada orang-orang bukan Yahudi (tugas yang akan Ia berikan kepada para Rasul-Nya, lih. Matius 28:19). 


Dia mengatakan banyak hal kepada ibu itu dalam "perumpamaannya"  tentang anak-anak dan anjing. Ibu itu kemudian mengambil perumpamaan itu dan mengembalikannya kepada Yesus: bahwa ketika anak-anak makan di meja, anjing-anjing juga diberi makan dari remah-remah yang jatuh dari meja. 


Ibu itu memahami tugas perutusan Yesus. Dia tahu sepenuhnya Yesus.  Oleh karena itu dia menjawab dengan mengedepankan soal iman.  Yesus melihat imannya dan memberkati dia. 


Renungan  Untuk kita Markus 7: 24-30...

Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. 


Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki". 


Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. 


Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. 


Manusia memang lemah dan tak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1). 


Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya. 


Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).


Umat beriman yang terkasih, melalui bacaan Injil hari ini, kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. 


Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar. 


Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah. 


Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya. 


Wednesday, 9 February 2022

Bukanlah Makanan Yang MENAJISKAN. Melainkan Apa yang keluar dari Mulut dan Pikiran Seorang itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan.(Markus 7:14-23)


 Yesus menjelaskan bahwa perilaku berdosa mengalir dari dalam hati kita. “Hati” berarti inti diri, pusat terdalam dari manusia, tempat keputusan muncul. Tuhan ingin menembus hati itu, sehingga Ia dapat menjadi pusat jiwa manusia.


Tapi ada sesuatu yang sangat kelam di hati manusia. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tetapi gambar itu terdistorsi oleh dosa sehingga hampir tidak dapat dikenali lagi. Iman kami membukakan kebenaran yang mengerikan tentang kejatuhan manusia, dan kami melihat buktinya dalam misteri dosa, yang tak boleh diabaikan atau dianggap enteng, bukan untuk dirasionalisasikan: karena kami semua mampu melakukan tindakan gelap dan jahat.


Gereja mengajarkan bahwa kejahatan seperti itu adalah konsekuensi dari dosa asal. Doktrin ini menyatakan bahwa ada sesuatu yang secara fundamental tidak beres tentang kita, bahwa ada yang tidak baik, bahwa manusia salah arah, miring, campur aduk. Memang bukan kerusakan total, tetapi kami percaya bahwa dosa asal telah merasuki setiap celah kehidupan kami: pikiran kami, perasaan, kehendak, angan-angan dan memori kami, keinginan dan nafsu kami, bahkan tubuh kami sendiri.


 dosa asal adalah satu-satunya doktrin yang ada bukti empirisnya. Ini dapat dirasakan di dalam diri sendiri dan efeknya terlihat di mana-mana. Salah satu tanda paling pasti dari disfungsi ini adalah bahwa orang cenderung memuja orang yang salah, dan meremehkan atau memandang rendah orang-orang terbaik. 


Yesus berusaha meringankan beban yang harus dipikul umat dalam kehidupan sehari-harinya. Ia mengajarkan pendengar-Nya bahwa yang terpenting bagi Bapa, bukanlah apa yang nampak secara lahiriah dan mudah dikritik oleh orang, tetapi apa yang tidak terlihat  yang tersembunyi di dalam hati manusia.

 

PutraMu bersabda: “(Makanan) Apa pun yang masuk ke dalam seseorang dari luar, tidak dapat menajiskannya. Karena itu tidak masuk ke dalam hati (pusat kehidupan manusia), tetapi ke dalam perut, lalu dibuang ke jamban!” Begitu jelas –sehingga Gereja meyakininya sebagai pernyataan abadi. Markus mencatat dengan gembira, "Dengan cara ini Ia menyatakan semua makanan halal."


Setelah itu Yesus merincikan apa yang menajiskan manusia. Kekotoran batin seluruh umat manusia, terutama yang beragama, yaitu: pikiran jahat, ketidaksucian, pencurian, pembunuhan, tindakan yang dipicu oleh keserakahan, kedengkian, kebejatan, penipuan, perzinahan, iri hati, penistaan, kesombongan, dan kebodohan. Orang seperti itu perlu merendahkan dirinya, mengakui dosanya, berdamai dengan Tuhan dan dengan sesama.



Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Bahkan mungkin kebutuhan paling mendasar dari semua makhluk. Berangkat dari kebutuhan ini, makanan juga menjadi tanda persekutuan. Oleh karena itu ada hal-hal seperti pengorbanan persekutuan atau makanan ritual.


Keikutsertaan kita dalam Perayaan Ekaristi Kudus adalah contoh yang mendalam dari pengorbanan persekutuan dimana kita datang ke dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus.


Tetapi banyak agama juga memiliki undang-undang makanan yang melarang beberapa jenis makanan dan karenanya akan membuat seorang penganut agama tertentu menjadi najis secara ritual.


Inilah konteks pembahasan tentang makanan dalam Injil hari ini. Yesus pun membuat ajaran yang sangat radikal tentang makanan. Yesus menyatakan semua makanan bersih dan menunjukkan bahwa apa yang benar-benar najis adalah apa yang keluar dari hati.


Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Semua hal jahat ini datang dari dalam dan membuat seseorang menjadi najis.


Saat kita berpartisipasi dalam Ekaristi, kita mempersiapkan diri untuk bersekutu dengan Yesus. Lantas bagaimana dengan keadaan hati kita? Jika ada dosa, apakah kita sudah pergi ke Sakramen Tobat untuk menerima pengampunan dan kesembuhan dan berada dalam keadaan rahmat untuk menerima Yesus Tuhan?


Kita harus tahu bahwa Allah dan dosa tidak dapat hidup bersama di dalam hati kita. Kita datang mengikuti Ekaristi bukan hanya menikmati sepotong wafer tetapi kita datang dan menerima Tuhan Yesus. Semoga hati kita menjadi murni sehingga hidup kita menjadi suci. 



Yesus hari ini mengajak kita untuk melihat dasar hidup keagamaan yakni hati manusia. Hidup keagamaan yang diajarkan oleh Yesus bukan atas dasar perintah Allah yang tertulis dalam bentuk hukum melainkan yang tertulis dalam hati manusia. Itulah yang ditegaskan oleh Yesus bahwa apa yang di luar dan masuk ke dalam manusia tidak dapat menajiskan melainkan yang ke luar dari dalam diri manusia itulah yang menajiskan.


"Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang timbul segala pikiran jahat, pencabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (Mrk.7:14-23).


Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka kedua dorongan itu(jasmani dan rohani) berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu hendaknya kita mau berusaha terus menerus menyalibkan nafsu kedagingan kita, itu kalau kita menyadari dan mau bertobat, hidup baik dan benar. 


Sebagai tanda dorongan roh, tanda cinta, tanda dorongan sabda kebenaran, menjadi perjuangan yang dapat terasa menyakitkan, karena juga merupakan penyangkalan diri, namun hal itu akan berarti mewartakan kemuliaan Allah kepada sesama. Kalau mau dikendalikan oleh jasmani kita, maka sepanjang itu pula kita hanya akan mengumbar hawa nafsu kedagingan kita.


Hati adalah sumber sikap dan tingkah laku moral dan spiritual manusia. Makanan yang masuk ke dalam mulut tentunya tidak ada hubungannya dengan hati. Biarpun seseorang sudah membasuh tangan hingga bersih tidak menjamin bahwa hatinya juga bersih dan bisa berubah. 


Kecuali, dari lubuk hati yang terdalam mau untuk mengangkat segala kotoran hati yang menjadi sumber kenajisan manusia dan mau untuk menjadikannya hati yang positif. Mau untuk melakukan pertobatan yang sepenuh hati, mau untuk menjalin relasi dengan-Nya sebaik mungkin, serta mau menjadikan hatinya sebagai kediaman Allah.


Manusia ialah roh yang merohanikan jasmani atau tubuhnya. Apa yang dilakukan oleh tubuh hendaknya bernilai rohani agar bermakna membangun kemanusiaannya. Manusia yang telah diangkat sebagai anak Allah, nilai rohaninya harus sesuai dengan sabda kebenaran yang tertanam dalam hati manusia sejak diciptakan, yang tidak lain adalah cinta kasih.


Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]


Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.  Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,


karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.  Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.


Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."


1. Dengar dan Pahami: 

Setelah menasihati orang-orang Farisi  Yesus berbalik dan memohon kepada orang banyak yang berkumpul di sana untuk “mendengar dan memahami” ajaran-Nya. Terlihat ada urgensi dalam sikap-Nya. Ada keinginan hati-Nya agar orang banyak tidak disesatkan oleh para pemimpin mereka. 


Dia mengatakan bahwa bukan apa yang kita makan, tetapi bagaimana kita berbicara dan berperilaku itulaj yang terpenting.  Sebab apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan  itulah sejatinya yang memiliki kekuatan untuk memuliakan Bapa atau justru menajiskan hidup kita. 


Semoga kita memperhatikan firman-Nya dengan serius seperti yang dilakukan oleh para pendengar dan murid-muridnya. Merenungkan dan jika perlu bertobat atas segala dosa lidah atau perilaku yang menajiskan. 


2. Akses Khusus: 

Para murid telah dipilih oleh Yesus untuk menjalankan misi-Nya.  Para murid harus bekerjasama dengan erat dalam misi. Yesus telah mendedikasikan sebagian besar waktu-Nya untuk membentuk para murid.  Dan para murid memiliki hak istimewa yang unik untuk dapat langsung meminta penjelasan lebih rinci tentang ajaran-ajaran-Nya kepada Yesus. 


Kita juga memiliki kesempatan  untuk berbagi pengalaman  dengan Kristus karena melalui doa kita.  Kita juga memiliki hubungan khusus dengan-Nya dan dapat berduaan dengan-Nya. Di saat kesendirian dengan Kristus ini, marilah kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang paling dekat dengan hati kita kepada-Nya.


3. Daftar Kenajisan:

Yesus memperingatkan para pendengar-Nya terhadap perilaku yang dapat menodai jiwa  dan yang dapat memisahkan mereka dari Bapa. Ada begitu banyak godaan yang dapat menjauhkan mereka dari Bapa.  Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.


Karena kita ingin mengasihi Yesus, kita harus berusaha  melawan pencobaan ini dengan mengenakan perlengkapan senjata Kristus. “Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan.


kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;   dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, ” (Efesus 6:14-17). 


“Hati-hati dengan pikiranmu, karena pikiranmu akan menjadi kata-katamu. Berhati-hatilah dengan kata-katamu, karena kata-katamu akan menjadi tindakanmu. Berhati-hatilah dengan tindakanmu, karena tindakanmu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu, karena kebiasaanmu akan menjadi karaktermu. Berhati-hatilah dengan karaktermu, karena karaktermu akan menjadi takdirmu.”  ( Tulisan seorang penulis tak dikenal)


Semua bermula dari dalam. Perkataan yang baik, lahir dari pikiran yang baik dan sebaliknya, perkataan yang buruk diproduksi oleh pikiran yang sesat dan kotor. Seseorang mempersalahkan orang lain atas ulahnya yang merugikan banyak orang. Padahal, tidak akan ada perbuatan yang merugikan orang lain jika ia tidak selalu berkutat dengan pikiran dan perkataan yang buruk. 


Coba selidiki pada orang-orang yang dikenal jahat. Kejahatan itu dilakukan oleh karena dia sudah melihat dirinya penjahat. Pikirannya membentuk lidahnya untuk hanya mengucapkan perkataan yang menyakitkan. Dia bangga dengan kejahatan yang melekat dalam dirinya. Itulah identitasnya. Ia ingin dikenal demikian dan berharap juga akan berakhir demikian. 

                                                                

Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Markus 7:15)

                                                                                 

 Apa yang menajiskan kita? Dunia yang ada diluar diri kita? Tentu mudah mengatakan demikian. Saya akan mengatakan, Handphonelah yang menyebabkan saya jatuh dalam dosa. Disana saya menemukan banyak hal yang menarik (yang baik dan yang tidak baik). 


Tetapi bukankah saya dapat membuat sebuah keputusan untuk hanya menyimak apa yang baik di dalamnya dan menyingkirkan yang tidak baik? PIKIRAN. BENAR, PIKIRAN SAYALAH YANG AKAN MEMBAWA SAYA PADA APA YANG BENAR DAN SALAH. Jika yang ada dalam pikiran saya hanyalah apa yang jahat, maka pasti saya akan menjadikan HP untuk memuaskan hasrat dan nafsu saya. 


Tetapi jika pikiran saya bersih dan jernih, maka saya akan menjadikan HP sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan membawa Tuhan kepada sesama. 

                                                                                

RENUNGAN UNTUK KITA :

Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah prinsip yang dangkal, yaitu tentang anggapan najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut, karena prinsip ini hanya berhenti pada hal-hal yang bersiat keduniawian dan tidak menunjukan sebuah pemaknaan yang mendalam. Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan kita mengonsumsi apa saja, karena segala sesuatu dari luar termasuk makanan tidak dapat menajiskan.


 Sebab, bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perut lalu dibuang di jamban. Justru yang keluar dari dalam itulah yang menajiskan, karena dari dalam hati timbullah kebencian, permusuhan, pembunuhan, kejahatan. Semua kejahatan ini timbul dari dalam dan menajiskan orang. Apapun yang keluar dari hati yang najis, meskipun secara lahiriah tampak suci, tetap saja najis.


"Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Mrk 7:15)  Oleh karena itu Tuhan Yesus mengajak kita semua untuk dapat masuk ke dalam lubuk hati kita yang terdalam. Kita diajak untuk mampu mengolah hati kita, sehingga hati kita menjadi hati yang jernih dan murni, bebas dari iri hati, dendam, cemburu dan hal-hal negatif lainnya. 



Oleh karena itu sebagai murid Tuhan Yesus yang setia, marilah kita melihat hati kita, apakah kita sudah menyucikan hati kita ataukah hati kita masih terbelenggu oleh hal-hal yang membuat kita terus menerus berada di dalam kegelapan atau kedosaan?



Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah cara berfikir yang dangkal, yaitu tentang haram atau najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut. Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena para murid makan dengan tangan yang najis karena belum dibasuh sehingga makanan mereka pun menjadi haram.


Bagi Yesus, justru apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskan. Mengapa? Karena di dari dalam hati timbullah aneka dosa berupa segala kejahatan, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hafa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa semua hal yang jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.


Tidak membasuh tangan sebelum makan saja sudah menjadi masalah bagi mereka karena bagi mereka najis. Untuk itu Yesus memberi pengajaran yang kelihatan sederhana tetapi sangat mendalam maknanya. Hal-hal yang tampak di luar tidak bisa mencerminkan hal-hal yang ada di dalam hati seseorang. Orang yang tidak membasuh tangan sebelum makan bukan berarti orang itu jahat dan najis serta menajiskan orang lain.


Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah prinsip yang dangkal, yaitu tentang najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut. Kita sering menemukan tulisan dan simbol halal dalam kemasan makanan, dan makanan dengan simbol tersebut layak untuk dimakan. Tentu saja hal itu baik karena menjaga kekudusan badan dari makanan najis.


Namun jika halnya dimengerti demikian, agaknya terlalu naif dan sempit. Karena pengertian yang semacam itu sama sekali tidak menyentuh salah satu bagian yang terpenting dalam diri manusia yaitu hati. Hati menjadi bagian yang sungguh sangat penting bagi hidup manusia. Namun meskipun demikian, di sisi lain, dari hati juga muncul sesuatu yang seringkali merugikan seperti misalnya dendam, iri hati, cemburu dan hal-hal negatif lainnya.


Banyak orang berpikir bahwa dengan partisipasi aktif dalam kehidupan menggereja sudah menjadi jaminan kelayakan di hadirat Tuhan. Di dalam hati ada kesombongan, keserakahan yang selalu melawan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Kadang orang justru jatuh dalam dosa karena hatinya kotor. Hati ikut mempengaruhi pikiran untuk berlaku jahat. Hati yang jahat lebih menajiskan.

Tuesday, 8 February 2022

Peringatan Terhadap Kemunafikan Orang Farisi. Markus, 7:1-13

YESUS Menghadap Orang Farisi.


Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 


Sebab orang-orang Farisi  seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. 


Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!


 Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri. 


Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.


Kata munafik berasal dari kata Yunani, hypokrites. Menunjuk pada orang yang biasanya menggunakan topeng. Seiring dengan perkembangannya, kata munafik dimengerti secara lebih luas, yakni orang yang suka berpura-pura, bermuka dua untuk suatu tujuan tertentu. Kemunafikan adalah kata lain dari kepalsuan atau tindakan menipu orang lain.


Yesus mengkritik dan mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena Yesus tahu kepalsuan mereka. Mereka melakukan segala aturan, adat istiadat supaya mendapat pujian. Mereka menganggap diri paling suci, taat pada aturan namun penuh dengan kemunafikan dan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.


Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik. Sebab ada tertulis, bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.


Peringatan terhadap kemunafikan, kita harus menjaga diri agar tidak terlihat religius dan tidak berperasaan. Ini adalah godaan yang umum bagi manusia. Banyak orang jatuh ke dalam perangkap mempertahankan kebiasaan religius sambil membiarkan hati mereka mengembara. Kita harus selalu waspada agar hati kita tetap tertuju kepada Tuhan agar ibadat dan ketaatan kita mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada Allah dan sesama. 


Hidup beriman sebagaimana diajarkan dan ditelasdankan Tuhan Yesus adalah hidup berbelas kasih secara utuh, tulus dan sedeehana.  Berdoa, berpuasa, beribadat, bekerja dengan tekun dan melayani sesama merupakan satu paket yang tidak boleh disipah-pisahkan.  


Tidak cukup hanya melakukan salah satu saja. Setiap hembusan nafas yang kita alami adalah anugerah yang selayaknya dihayati sebagai kesempatan untuk menghidupi iman dengan rasa syukur, rendah hati dan belas kasih. Salam sehat dan bahagia. 


Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. 


Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"


Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 


Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."


Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.


Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.


Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah  maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.


Marilah  Doa :

Yesus, izinkan kami dengan sikap iklas dan niat suci menghampiri-Mu dalam doa. Bantu kami untuk mengatasi kebutaan apa pun yang mungkin ada dalam diri kami dan beri kami kesediaan yang terbuka untuk berubah. Amin


1. Munafik: 

Yesus secara langsung menuduh orang-orang dalam Injil hari ini soal sikap kemunafikan. Dengan menggunakan definisi yang ada dalam nubuat Yesaya: “Yesaya 29:13 (TB)  Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” 


Kemunafikan adalah godaan juga bagi kita seperti halnya bagi orang-orang pada zaman Yesaya, dan juga bagi orang-orang Farisi ini. Ada banyak manifestasi dari dosa ini. Orang-orang Farisi dengan mrnganggap benar sendiri telah salah menilai niat para murid. Betapa jarang kita menimbang sesama kita dengan timbangan yang sama dengan diri kita sendiri. Apakah kemunafikan semacam ini juga merupakan kelemahan kita? 


2. Hati Mereka Jauh dari-Ku: 

Orang-orang Farisi mencintai tradisi mereka sendiri sampai tingkat yang membutakan mereka terhadap kebenaran. Bahkan sampai mengeraskan hati mereka. Mereka tidak dapat mengenali dan memeluk Yesus yang telah ada di tengah-tengah mereka. 


Kita juga dapat jatuh dalam hal yang sama.  Di satu pihak menyatakan cinta kita kepada Yesus namun di pihak lain menolak satu atau lebih dari ajaran-Nya. 


Untuk menjaga hati kita tetap dekat dengan Yesus, kita harus berdoa untuk memeriksa sikap kita agar tidak terjadi  perpecahan kepribadian.  Sebab kita harus mendasari setiap perbuatan dengan hati yang tulus.  Semoga kita memiliki keberanian dan ketabahan untuk menjadi murid Kristus yang sejati dalam semua aspek kehidupan kita.


3. Meniadakan Firman Allah: 

Yesus menuduh orang Farisi meniadakan firman Allah dengan alasan demi mendukung dan menegakkan tradisi mereka. Di bagian injil lain mereka dituduh telah mengikatkan  beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.” (Matius 23:4). 


Ini adalah peringatan keras bagi kita yang berada dalam posisi otoritas rohani atas orang lain— guru,  pembimbing, pemimpin pelayanan, orang tua, dll. Kita dapat mewaspadai dan menghindari tindakan yang dapat merusak upaya orang lain untuk  dekat di hati Yesus. 


Dalam menjalankan otoritas kita, kita harus memohon kerendahan hati, berusaha mencari yang terbaik bagi mereka yang berada di bawah asuhan kita, dan terus mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup bagi Kristus.


Orang-orang Yahudi sangat meninggikan tradisi (menunjuk pada sekumpulan perintah dan ajaran tidak tertulis para rabi yang terkenal pada masa lalu, kumpulan 613 peraturan sebagai pedoman bagi setiap aspek kehidupan 


Perintah negatif berjumlah 365, yang bertepatan dengan jumlah hari dalam satu tahun matahari. Sedangkan perintah positif berjumlah 248, yang dikatakan merupakan jumlah seluruh tulang dan organ utama dalam tubuh manusia )


Tradisi ini mereka campur adukkan dengan ibadah. Mereka sudah tidak dapat membedakan yang mana berotoritas ilahi. Ketika melihat para murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, mereka menganggap hal itu najis. Hal ini berbeda dengan kebiasaan mereka yang selalu melakukan pembersihan secara lahiriah


Di kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus, pembasuhan tangan sebelum makan termasuk kesalehan yang dijalankan oleh para imam dan mereka yang berurusan dengan ibadat


Adat seperti itu dirincikan didalam Talmud, yakni kumpulan penjelesan aturan dan hukum yang terangkum dalam Misyny, Misyny sendiri merupakan penjabaran dari hukum-hukum Taurat


Bagaimanapun juga, tidak ada kewajiban seperti itu bagi yang bukan imam. Orang Farisi dan para ahli Taurat tidak termasuk golongan imam. Memang ada kewajiban membasuh diri sebelum masuk dalam Bait sebelum beribadat


Tetapi yang dibicarakan dalam Injil hari ini ialah pembasuhan tangan secara ritual sebelum makan. Sebenarnya Yesus tidak akan terlalu ditanya-tanya mengenai hal serupa, karena permasalahannya hanya menyangkut para imam Yahudi


Sebenarnya, ada motif terselubung dibalik kedatangan mereka dari Yerusalem ke tempat Yesus. Mereka datang untuk mencari kesalahan Yesus (1-5). Karena itu Yesus secara keras menegur mereka. 


Demi kemunafikan, mereka rela mengabaikan perintah Allah (6-8). Selain itu, orang Yahudi juga mengabaikan pemeliharaan terhadap orangtua. Mereka berpikir kalau sudah mempersembahkan kurban kepada Allah, maka tidak perlu memerhatikan orangtuanya (9-13) 


Mereka menggantikan kemurnian moral dengan hal-hal seremonial. Yesus menjelaskan bahwa makanan yang masuk dari luar tidak mencemari hati. Kenajisan sesungguhnya terdapat di hati yang dikeluarkan melalui perkataan dan tindakan jahat


Tuhan tahu kejahatan yang ada dalam hati seseorang, meski ditutupi dengan sikap atau perkataan baik. Seseorang bisa terlihat benar dari luar, tetapi hatinya belum tentu mengasihi Allah


Tradisi dan adat istiadat tidak salah seluruhnya. Tetapi kebenaran TUHAN jauh melampaui tradisi dan adat istiadat manusia 


Adat istiadat dan tradisi seharusnya didasarkan pada Firman Allah. Allah ingin hati kita mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, hati kita akan terisi hal-hal yang mengutamakan Tuhan


Mulai dari keluarga sampai dengan komunitas terbesar yakni negara selalu ada aturan-aturan atau adat kebiasaan yang berlaku. Salah satu tujuan dari peraturan atau adat kebiasaan itu adalah untuk ketertiban dan keamanan hidup bersama sebagai satu keluarga atau satu negara.


Misalnya  di salah satu keluarga tidak boleh ada kata makian antar saudara atau orangtua kepada anak. Jika ada yang sampe keluarkan kata makian, akan mendapat hukuman yg juga sudah disepakati bersama. 


Di keluarga lain, ada kebiasaan jika mau bepergian dan saat masuk kembali ke rumah, harus melalui pintu depan dan di ruang tamu harus berhenti sejenak untuk menyapa dan berdoa sejenak di depan patung hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Bunda Maria. Itu adat kebiasaan di keluarga: komunitas terkecil. 


Terkadang masalah sepele dan tidak prinsipil menimbulkan masalah besar akibat kesalahpahaman. Soal mencuci tangan sebelum makan misalnya, adalah aturan manusia dan kebiasaan manusia. Tetapi itu dipersoalkan oleh orang Farisi dan Ahli Taurat.


Mereka mempersalahkan Yesus dan Murid2-Nya karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Bahkan membawa-bawa nama Tuhan. Bukannya Yesus tidak setuju, tetapi itu bukan hal prinsip yang harus diperdebatkan. Ada aturan yang lebih tinggi dari itu dan sangat prinsipil yaitu hukum Tuhan. 


Tidak heran jika Yesus katakan mereka orang-orang munafik: "JawabNya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."  (Mrk 7:6-8).


Mungkin kita juga begitu, terlalu mengutamakan penampilan, santun, manis berkata-kata, memoles diri supaya memberi kesan baik dan suci, padahal semua itu hanya kemunafikan: hanya untuk diterima oleh sesama, hanya untuk formalitas, sementara hati penuh kebencian, kedengkian, permusuhan dan egois. Namun, kita berdoa, supaya jangan sampai kita seperti itu. Hukum Tuhan di atas segala-galanya. Dan itu adalah soal hati yang tulus.


Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. 


Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 


Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. 


Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 


RENUNGAN:

Tuhan Yesus mengingatkan kita semua yang seringkali mengutamakan tradisi atau kebiasaan dan mengabaikan hal-hal pokok yaitu mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini. Seringkali kita memperdebatkan cara baptisan.


sementara inti dari baptisan itu diabaikan. Atau, kita seringkali, dan terus menerus, memperdebatkan tradisi perayaan Natal, sebelum tgl 25 Desember ataukah setelahnya? Kita berlelah-lelah memperdebatkannya, sementara kita lupa pada inti dari perayaan Natal itu sendiri. Tentunya Tuhan Yesus tidak berkenan terhadap segala sikap dan tindakan kita yang menyebabkan kondisi seperti ini. 


Oleh karena itulah Tuhan Yesus mengecam sikap orang-orang Farisi yang lebih mengutamakan tradisi daripada mengutamakan Tuhan. Tuhan Yesus mengecam sikap munaik mereka yang seolah-olah memuliakan Tuhan namun sesungguhnya kehidupan mereka sehari-hari tidak mencerminkan orang yang sungguh-sungguh taat pada perintah Tuhan. Mereka hidup dalam kemunafikan dan menganggap diri lebih baik dan suci, dibandingkan melaksanakan perintah Tuhan.  


Melalui sabda Tuhan hari ini, Tuhan Yesus tidak bermaksud menghilangkan tradisi melainkan hendak meluruskan pola pikir, sikap, dan cara memperlakukan tradisi tersebut agar tidak mengalahkan atau mengabaikan ketaatan kita kepada perintah Tuhan. 


Bagi Tuhan Yesus, ukuran suci atau najis tidak ditentukan oleh ketaatan pada tradisi, tetapi lebih ke isi hati kita, apakah kita sungguh-sungguh taat pada perintahNya atau tidak. 


Tuhan Yesus menghendaki kita untuk tidak bersikap dan bertindak sebagai orang munaik yang seolah-olah takut akan Tuhan, namun hati dan kehidupan kita jauh dari Tuhan. 


Marilah kita berusaha untuk selalu mengutamakan perintah Tuhan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup kita senantiasa menjadi perwujudan kasih Tuhan kepada sesama disekitar kita. 

Monday, 7 February 2022

Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret. Semua orang Yang Menjamah Yesus Menjadi Sembuh Markus 6: 53-56.

Yesus Menyembukan orang  Sakit DiGenesaret.


Dikisahkan bahwa banyak orang berusaha datang menjumpai Yesus "Berlari-larilah mereka ke seluruh daerah ini dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana kabarnya Ia berada". Mereka pun memetik buah dari perjumpaan dengan Yesus. "Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh".


Dalam keheningan, di rumah, kita juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. Namun, ada hal yang perlu dipahami yakni bagaimana Tuhan akan hadir kalau hidup kita jauh dari Tuhan?, seakan tiada waktu lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi.


Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. Dalam Misa Kudus, Tuhan hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Sejatinya, melalui bacaan Injil  kita diingatkan akan kualitas iman kita, apakah iman yang kita miliki itu hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu?.


Mengapa hal itu harus diingatkan kembali, karena banyak umat beriman yang hidup rohaninya hanya sebatas rutinitas saja, sebatas tampilan lahiriahnya saja. Keinginan untuk lebih jauh mengenal akan kehadiran Tuhan di dalam dirinya seringkali terkalahkan oleh keinginannya untuk ikut memperebutkan harta duniawi.


Mengapa bisa demikian?, karena yang menjadi panduan hidupnya adalah pikirannya dan bukan hatinya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-harinya rajin membaca Kitab Suci, pernah mengikuti kursus Kitab Suci, pernah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan masih banyak lagi, namun keinginannya untuk mengenal lebih mendalam akan Yesus sepertinya tidak ada di hatinya.


Pada pemahaman saya orang yang demikian itu seharusnya memiliki keinginan yang mendalam untuk lebih mengenal Yesus serta mau mengajak sesamanya. Justru orang-orang yang hidup imannya datar-datar saja malah lebih mengenal Yesus.


 Sebagaimana dikisahkan dalam bacaan hari ini: "Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus".


Hal itu menggambarkan bagaimana orang-orang mengejar Yesus serta percaya akan kuasa Yesus dan mempunyai kerendahan hati dalam beriman. Mereka yakin bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya saja, maka mereka akan sembuh dan tentunya dalam iman kepada-Nya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantar kita supaya bisa berjumpa dengan Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, hendaknya kita mau untuk memiliki semangat dan kerendahan hati dalam beriman kepada-Nya. Mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup serta mau untuk memusatkan iman yang dimilikinya kepada-Nya. 


Mau untuk memohon kepada-Nya supaya diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja iman kepada-Nya akan pulih kembali, akan hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Akan hidup berserah serta seturut kehendak-Nya, serta mau untuk membagikan berkat, rahmat serta kasih-Nya kepada sesamanya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantarkan kita supaya bisa berjumpa dengan Yesus Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. 


Dalam  keheningan, di rumah, kita juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. 


Bagaimana Tuhan akan hadir kalau  hidup kita jauh dari Tuhan, seakan tiada waktu  lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi. Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. 


Dalam Misa Kudus, Tuhan  hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Umat beriman yang terkasih, kita diingatkan akan kualitas iman kita, apakah iman yang kita miliki itu hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu?. 


Mengapa hal itu harus diingatkan kembali, karena banyak umat beriman yang hidup rohaninya hanya sebatas rutinitas saja, sebatas tampilan lahiriahnya saja. Keinginan untuk lebih jauh mengenal akan kehadiran Tuhan di dalam dirinya seringkali terkalahkan oleh keinginannya untuk ikut memperebutkan harta duniawi. 


Mengapa bisa demikian?, karena yang menjadi panduan hidupnya adalah pikirannya dan bukan hatinya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-harinya rajin membaca Kitab Suci, pernah mengikuti kursus Kitab Suci, pernah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan masih banyak lagi, namun keinginannya untuk mengenal lebih mendalam akan Yesus sepertinya tidak ada di hatinya. 


Pada pemahaman saya orang yang demikian itu seharusnya memiliki keinginan yang mendalam untuk lebih mengenal Yesus serta mau mengajak sesamanya. Justru orang-orang yang hidup imannya datar-datar saja malah  lebih mengenal Yesus. 


Sebagaimana dikisahkan dalam bacaan hari ini: Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus. 


Hal itu menggambarkan bagaimana orang-orang mengejar Yesus serta percaya akan kuasa Yesus dan mempunyai kerendahan hati dalam beriman. Mereka yakin bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya saja, maka mereka akan sembuh dan tentunya dalam iman kepada-Nya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantar kita supaya bisa berjumpa dengan Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. 


Oleh karena itu, hendaknya kita mau untuk memiliki semangat dan kerendahan hati dalam beriman kepada-Nya. Mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup serta mau untuk memusatkan iman yang dimilikinya kepada-Nya. 


Mau untuk memohon kepada-Nya supaya diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja iman kepada-Nya akan pulih kembali, akan hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Akan hidup berserah serta seturut kehendak-Nya, serta mau untuk membagikan berkat, rahmat serta kasih-Nya kepada sesamanya.


Banyak orang memiliki keinginan untuk mengalami kehadiran Tuhan di tempat-tempat doa, kemudian berdevosi ke berbagai tempat ziarah, mengapa harus membuang uang yang begitu banyak, mengapa uangnya tidak diberikan saja ke rumah yatim atau menolong saudara-saudara kita yang hidupnya berkekurangan.


 Dengan sikap dan perilaku kita yang baik dan benar, secara tidak langsung kita juga telah menghadirkan Tuhan.  Dalam  keheningan, di rumah, kita pun juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. 


Bagaimana Tuhan akan hadir kalau  hidup kita jauh dari Tuhan, seakan tiada waktu  lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi. Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. 


Dalam Misa Kudus, Tuhan  hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Marilah kita  Berdoa.

Tuhan, bukalah pikiran dan hati kami saat menyongsong Rabo Abu.  Kami ingin menggunakan kesempatan Prapaskah ini untuk lebih dekat dengan-Mu. Beri kami rahmat untuk berdoa dengan baik di saat-saat ini. Amin


1. Terkenal: 

Yesus mulai dikenal sebagai rabi penting dan pembuat mukjizat di seluruh wilayah. Orang-orang "bergegas" untuk membawa orang sakit mereka kepada-Nya untuk disembuhkan. Mereka yakin bahwa Yesus memiliki kekuatan yang mereka cari. Mengapa? Sebab reputasi-Nya telah mendahuluinya. 


Banyak yang mengenal saksi mata yang telah disembuhkan atau melihat sendiri mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Dan mereka didorong oleh iman mereka untuk menyongsong kedatangan Mesias yang penuh kuasa. 


Di zaman kita, Yesus tinggal di setiap gereja dan setiap rempat suci di sekitar kita. Dia bahkan mungkin hanya beberapa langkah saja dari tempat tinggal kita. Dia siap menyambut penyerahan diri dan iman kita. 


2. Penyembuhan yang Luas: Orang-orang berbondong-bondong datang kepada Yesus dari desa-desa, dan "di mana pun mereka mendengar Dia." Betapa putus asanya keadaan mereka saat membawa orang sakit dari desa ke desa, berharap bisa melacak dan menemui tabib terkenal itu. 


Sudah tentu banyak yang terhalang oleh medan, pesan yang membingungkan, dan orang banyak yang mengelilingi Yesus.


 Namun tetap saja, mereka bertahan. Ketika mereka melihat Yesus, mereka tidak meminta tanda-tanda yang mencolok. Mereka dengan rendah hati memohon agar bisa menyentuh hanya rumbai jubah-Nya.  Iman mereka memungkinkan Yesus melakukan penyembuhan!


3. Hanya Rumbai: 

Yesus menyembuhkan siapa saja yang menyentuh rumbai jubah-Nya. Bayangkan kekuatan yang berasal dari Yesus dan reaksi orang-orang yang disembuhkan sekaligus! 

Ketika kita merefleksikan kekuatan Tuhan yang maha kuasa atau mengalaminya dalam hidup kita sendiri, jiwa kita secara alami merespons dengan ucapan syukur dan pujian. 


Berdoa. 

Ya Tuhan, kami tahu bahwa iman dapat memindahkan gunung, dan dalam hal ini, iman orang-orang menghasilkan banyak penyembuhan jasmani dan rohani. Tolong kuatkan  iman kami. Kami percaya. Bantulah ketidakpercayaan kami (Markus 9:24). Amin

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...