|
Kisah Daud Melawan Goliat. |
Siapa sih yg gak tau kisah Daud dan Goliat? Kayaknya hampir kita semua paham betul ceritanya..dimana Daud yg masih muda bisa mengalahkan Goliat yg gagah perkasa tinggi besar dan blm pernah terkalahkan dimedan perang.
Pada saat itu semua bangsa israel meragukan Daud, raja Saul bahkan Goliat pun memandang remeh dan kecil Daud yg tidak memiliki pengalaman dlm peperangan. Namun apa yg membuat Daut begitu Yakin bisa menjatuhkan Goliad? Apakah karna keberaniannya dalam menghadapi singa dan beruang dihutan? Tidak.!!?
Keberaniaannya adalah karna Ia tau dan sangat mengenal siapa Tuhannya..Dia sangat tau kalau tak seorangpun yg menandingi kekuatan Allahnya yaitu Allah bangsa israel yg mengeluarkan mreka dari tanah perbudakan.
Selanjutnya Dia percaya bahwa Tuhan yang ia sembah mampu menjatuhkan musuh yg dihadapinya dengan tujuan untuk menunjukan pada setiap bangsa bahwa Allah nya adalah Allah yg hidup bukan untuk keegoisan atau menunjukan kehebatannya. Daud yang hanya menggunakan batu mampu menumbangkan goliat hingga tergeletak ditanah dan membuat semua prajurit lari ketakutan. 1 samuel 17:40-50
Seberapa besarkah goliat goliat yang sedang menyerang kita saat ini?? Apakah goliat masalah ekonomi, sakit penyakit, hubungan dgn keluarga, suami, anak dan sesama?? Atau goliat kebencian?? Goliat kemarahan, goliat sakit hati?? Atau apapun itu goliat yg sedang menghampiri hidup kita..
Tuhan mau kita memandang rendah semua goliat itu dan percaya Tuhan mampu mengatasi setiap goliat yg ada..kenali betul Allah kita dan percaya apapun bahwa Tuhan jauh lebih besar dr setiap permasalahan yg kita alami. Dia hanya mau kita ngobrol dengan Nya, curhat denganNya, terbuka dan jujur dihadapan Tuhan.
Menggabungkan firman Tuhan dan kisah Daud. Dari luar, dapat dilihat bahwa Goliat raksasa itu sangat tinggi dan kuat, dan Daud hanya seorang anak berusia sepuluh tahun. Goliat memiliki semua kondisi yang Menguntungkan, dari sudut pandang manusia, pasti menang, tetapi Daud memiliki kebijaksanaan yang tidak dimiliki orang lain, yaitu Daud memiliki Tuhan di dalam hatinya, dan Daud takut akan Tuhan di dalam hatinya. nama Tuhan, dan Daud bergantung pada Tuhan. , Menatap Tuhan, hanya melemparkan batu kecil dan mengalahkan Goliat.
Saya melihat bahwa mitos itu terlalu praktis.Daud memang memiliki kebijaksanaan terbesar, yaitu, dia akan melihat ke atas dan mengandalkan Tuhan. Dengan melihat ke atas dan mengandalkan Tuhan, saya mengatasi semua kesulitan, melihat perbuatan ajaib, dan benar-benar percaya kepada Tuhan.
Pada saat yang sama, saya melihat bahwa Tuhan terlalu praktis. Pikirkan saja hari ini ketika kita melakukan tugas kita, kita juga akan menghadapi berbagai kesulitan.
Ada banyak pendatang baru untuk ditindaklanjuti, dan ada banyak tugas untuk bekerja sama. Kita tidak tahu bagaimana melakukannya, dan terkadang kita merasa tertekan. Besar, saya tidak tahu bagaimana bekerja sama dan hidup dalam kesulitan.
Sebenarnya ini adalah lingkungan eksternal, yang terlihat sulit di luar, tetapi firman Tuhan juga telah diberitahukan kepada kita. Bersandar pada Tuhan dan melihat kepada Tuhan adalah hikmat terbesar.
Ketika kita mau memuaskan Tuhan dan benar-benar mengandalkan Tuhan, Tuhan akan membantu kita menyelesaikan semua kesulitan, terkadang dengan bantuan saudara-saudara, terkadang dengan mencerahkan kita dan memberi kita metode yang baik, dan kesulitan akan cepat teratasi. Tunggu sebentar, dan dengan pimpinan Tuhan, kita dapat dengan mudah mencapai hasil ketika kita melakukan sesuatu. Perlahan-lahan kita menemukan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Mengandalkan Tuhan untuk melakukan sesuatu lebih mudah dan lebih menyenangkan.
Sama seperti Tuhan berkata: Beban Tuhan itu ringan. . Sebaliknya, jika kita melihat lingkungan eksternal, itu akan terlalu sulit, jadi kita harus seperti Daud, mengandalkan Tuhan di hati kita untuk melakukan tugas kita, betapapun sulitnya itu.
Berbagi cerita dengan semua orang.
Kita semua tahu kisah Raja Daud, bukan? Daud telah percaya pada Tuhan sejak dia masih kecil, dan dia sangat berani dan mendengarkan perkataan Tuhan. Suatu ketika, orang Filistin berperang melawan orang Israel.
Orang Filistin mengirim Goliat untuk memarahinya. Goliat ini adalah raksasa, tingginya lebih dari tiga meter, sangat tinggi! Ketika orang Israel melihatnya, mereka ketakutan dan melarikan diri. Ketika Daud mendengar Goliat menghina Tuhan , dia sangat marah dan pergi berperang.
Ketika Goliat melihat bahwa Daud masih remaja, dia menertawakannya. Daud berkata kepada Goliat: Kamu mengandalkan pedang dan senjata untuk berperang, dan aku mengandalkan nama Tuhan Semesta Alam! Hari ini, Tuhan akan menyerahkanmu kepadaku, dan aku akan membunuhmu, memenggal kepalamu, dan membiarkan dunia tahu bahwa ada Tuhan di Israel.
Kemudian, Daud mengeluarkan sebuah batu kecil dan melemparkannya dengan tali mesin, hanya mengenai dahi Goliat, menjatuhkan Goliat, dan Daud melangkah maju memenggal kepala Goliat. Semua orang Filistin melarikan diri, dan orang Israel memenangkan pertempuran. Daud mengandalkan Tuhan, dan Tuhan memberinya kekuatan.
Daripada kisah Daud, marilah kami merenungkan firman Tuhan:
Ketika engkau memandang kepada Tuhan, mungkin saja Dia tidak memberimu perasaan apa pun atau gagasan yang jelas, apalagi arahan yang jelas, tetapi Dia memberimu sedikit pemahaman. Atau mungkin saat ini engkau belum memahami apa pun, tetapi benar bahwa engkau memandang kepada Tuhan.
Orang-orang yang menerapkan cara ini tidak melakukannya untuk mengikuti aturan, melainkan itu adalah kebutuhan hati mereka dan bagaimana manusia seharusnya melakukannya. Maksudnya bukanlah engkau bisa mendapatkan pencerahan dan bimbingan setiap kali engkau memandang kepada Tuhan dan berseru kepada Tuhan; keadaan rohani dalam kehidupan manusia ini normal dan wajar, dan memandang kepada Tuhan merupakan interaksi yang normal dengan Tuhan dalam hati manusia.
Terkadang, berpaling kepada Tuhan tidak berarti meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu menggunakan perkataan tertentu, atau meminta bimbingan atau perlindungan tertentu kepada-Nya.
Sebaliknya, ketika orang menemukan suatu masalah, mereka dapat memanggil Dia dengan tulus. Jadi, apa yang Tuhan lakukan ketika orang memanggil-Nya? Ketika hati seseorang tergerak dan mereka berpikir: "Ya Tuhan, aku tidak dapat melakukan ini sendiri.
Aku tidak tahu bagaimana melakukannya, dan aku merasa lemah dan berpikir negatif."" Apakah Tuhan tahu tentang hal itu? Ketika semua pikiran ini muncul di dalam diri manusia, apakah hati mereka tulus? Ketika mereka memanggil Tuhan dengan tulus seperti ini, apakah Tuhan setuju untuk membantu mereka? Terlepas dari kenyataan bahwa mereka mungkin tidak mengucapkan sepatah kata pun, mereka menunjukkan ketulusan, dan karenanya Tuhan setuju untuk membantu mereka.
Ketika seseorang menghadapi masalah yang sangat sulit, ketika mereka tidak memiliki siapa pun untuk berpaling dan mereka merasa sangat tidak berdaya, mereka menaruh satu-satunya harapan mereka pada Tuhan.
Seperti apa doa mereka? Bagaimana keadaan pikiran mereka? Apakah mereka tulus? Apakah ada kepalsuan pada saat itu? Hanya jika engkau memercayai Tuhan seolah-olah Dia adalah orang terakhir yang engkau harapkan untuk menyelamatkan hidupmu, dengan berharap bahwa Dia akan membantumu, berarti hatimu tulus.
Meskipun engkau mungkin tidak banyak bicara, hatimu telah tergerak. Artinya, engkau memberikan hati yang tulus kepada Tuhan, dan Tuhan mendengarkan. Ketika Tuhan melihat kesulitanmu, Dia akan mencerahkanmu, membimbingmu, dan membantumu.
Daud dan Goliat adalah salah satu dari cerita yang paling dikenal di dalam Alkitab. Pada satu sisi lembah Elah berdirilah bala tentara Filistin, dengan jagoan mereka setinggi sembilan kaki yang bernama Goliat. Di sisi lain lembah berdirilah bala tentara Israel, meringkuk di dalam ketakutan di bawah pimpinan raja mereka yang bernama Saul.
Selama empat puluh hari Goliat telah mencemooh bangsa Israel dan menggenggam mereka di dalam ketakutan. Hari demi hari ia telah menantang mereka untuk mengirimkan seorang prajurit untuk menghadapinya secara langsung. Tetapi sejauh ini, tidak seorangpun bersedia.
Mungkin anda dapat menghubungkan keadaan yang buruk ini dari bangsa Israel. Sejenis raksana sedang berdiri di hadapan anda, mencemooh anda, mengganggu anda, dan menghina anda. Mungkin ini adalah rasa takut. Mungkin ini adalah kemarahan. Mungkin ini adalah sebuah perasaan tertolak.
Mungkin ini adalah raksasa atas rasa nyaman yang menyelinap namun sangat dikenal yang memaksa anda untuk hidup untuk sesuatu yang lebih kecil. Ini mungkin juga sebuah rasa kecanduan.
Apapun raksana itu di dalam hidup anda, hari demi hari ia telah merampas kekuatan anda. Anda mencoba untuk menghentikan gangguan itu, tetapi anda merasa tidak dapat bergerak. Tertahan. Lumpuh tidak bisa bergerak maju. Pada akhirnya, anda tahu bahwa anda tidak menjalani hidup yang penuh dan bebas yang diinginkan Tuhan bagi anda.
Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan sudah membuka jalan agar raksasa-raksasa ini terjatuh. Ini dimulai dengan percaya bahwa meskipun raksasa yang anda perangi mungkin besar, ia tidaklah lebih besar daripada Yesus.
Faktanya, Dia telah mengalahkan raksasa di dalam hidup anda. Ketika Ia datang ke bumi ini, Ia menanggung neraka untuk anda di atas kayu salib dan bangkit dari makam supaya anda dapat melepaskan prospek dari suatu kehidupan yang terkutuk. Ia datang untuk membebaskan anda dari raksasa-raksasa yang bangkit melawan anda dan melumpuhkan anda dalam ketakutan.
Yesus sudah mengalahkan musuh. Tetapi, seperti kita baca di 1 Petrus 5:8, iblis masih "berjalan keliling. . . mencari orang yang dapat ditelannya." Dengan banyak cara, ia seperti seekor ular tanpa kepala. Ketika anda membunuh seekor ular, anda harus memastikan untuk menguburkan kepalanya, karena bahkan setelah mati kepala ular mengandung racun dengan dosis yang mematikan di dalam taringnya.
Jika anda menginjak kepala ular yang sudah mati, anda tetap dapat terkena racun. Dengan cara yang sama, meskipun Yesus menghancurkan kuasa iblis diatas kayu salib, ia masih dapat menyuntikkan racunnya yang mematikan ke dalam hidup kita. Ia telah mati namun masih mematikan.
Tujuannya kemudian, seperti yang kita akan bahas di pelajaran ini, adalah tidak menginjak kepala ular. Dalam prakteknya, ini berarti melawan iblis (lihat Yakobus 4:7), menggunakan pertahanan yang telah Yesus sediakan (lihat Efesus 6:10-18), dan bersandarlah kepada penyediaannya (lihat Amsal 3:5). Ini berarti mengingat bahwa Ia adalah Daud di dalam kisah itu—dan anda tidak pernah dapat mengalahkan raksasa dengan keberanian, keinginan atau usahamu sendiri. Yesuslah yang selalu mengalahkan raksasa.
Jika anda benar-benar ingin melihat kemenangan atas raksasa-raksasa di dalam hidup anda, anda perlu memahami ketergantungan anda terhadap Yesus Kristus yang akan mencukupkan segalanya. Kemenangan adalah segalanya tentang percaya di dalam Kristus dan tidak mencoba untuk mendahuluinya.