We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Tuesday, 18 January 2022

Perselisihan Antara Yesus dan Otoritas Yahudi Tentang Murid-murid Memetik Gandum Pada Hari Sabat. Markus 2 : 23-28.


Pada suatu hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab Yesus kepada mereka.


“Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengiringnya kekurangan dan kelaparan? Tidakkah ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Agung lalu makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberikannya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat.


Sebagai makhluk sosial, kita nemperhatikan dan melaksanakan adat dan adab. Dengan sukarela dan tanggungjawab, kita menjalani kebiasaan baik dalam masyarakat, etika sosial, dan kesepakatan dalam hidup bersama. Selain itu, kita juga meniliki prinsip dan nilai-nilai hidup sesuai keyakinan dan kondisi kita masing-masing.


 Ada orang yang hidup sangat sederhana supaya bisa berbelarasa dengan orang-orang yang menderita dan berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. Ada orang yang selalu menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk berderma. 


 Ada orang yang bahagia ketika bisa memberikan beasiswa untuk anak-anak miskin. Adat-istiadat dan peraturan hidup bersama perlu dilengkapi dengan perjuangan nilai pribadi yang menjadikan kita sungguh-sungguh mampu mewujudkan iman sesuai dsngan anugerah yang diberikan Tuhan.


 Mewujudkan kasih dan kemurahan Tuhan dalam hidup bersama di tengah peziarahan hidup ini amat penting agar kasih Tuhan dialami semakin banyak orang. Itulah teladan dan ajaran Tuhan Yesus bagi para nuridNya. Salam sehat dan bahagia.


 Mendengar perselisihan antara Yesus dan otoritas Yahudi tentang Orang-orang Farisi menafsirkan dengan sangat ketat perintah untuk beristirahat pada hari Sabat dan tidak melakukan pekerjaan. Memetik bulir gandum untuk memuaskan rasa lapar mereka, yang dilakukan para murid dianggap sebagai “bekerja”, maka hukumnya “melanggar sabat”.


Yesus berpendapat bahwa kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi pada hari Sabat, seperti kebutuhan orang yang lapar untuk diberi makan dan kebutuhan orang sakit untuk disembuhkan, bahkan jika itu melibatkan aktivitas yang dapat dianggap sebagai pekerjaan. Sementara orang-orang Farisi mengutamakan hukum sebagaimana mereka telah memahaminya, Yesus mengutamakan pribadi manusia. 


Yesus memenuhi kebutuhan orang lain pada hari Sabat sama seperti pada hari-hari lain dalam seminggu. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kesejahteraan orang lain diprioritaskan di atas semua bentuk hukum, termasuk hukum agama.


 Dengan demikian Yesus mau menegaskan kepada kita bahwa setiap saat kita dipanggil untuk bekerja demi kesejahteraan satu sama lain - kesejahteraan material, emosional, dan spiritual.  Pekerjaan semacam itu adalah pekerjaan Tuhan dan pekerjaan seperti itu selalu tepat waktu, terlepas dari hari dalam seminggu. Prioritas mengasihi sesama tidak dibatasi oleh waktu dan hari. Kapanpun kita dipanggil untuk mengasihi! Tuhan memberkati. 


Bapa, Engkau telah menanamkan kerinduan akan-Mu dalam setiap manusia, untuk memuliakan-Mu, bahkan untuk menampilkan diri kepada-Mu secara utuh. Kerinduan ini semakin kuat pada setiap hari raya yang diadakan manusia sepanjang zaman. Juga pada setiap hari yang dianggap "suci". Orang-orang Yahudi secara khusus menghormati hari ketujuh - setiap hari, yang mereka sebut Sabat.


Pada hari Sabat, hingga saat ini, orang Yahudi mengesampingkan semua perangkat elektronik, tinggal di rumah, tidak menyentuh uang. Mereka melakukan ini selama 25 jam. Bagi mereka, Sabat benar-benar hari yang istimewa.


Pada hari suci yang disebut Sabat ini, murid-murid Yesus memetik biji-bijian gandum yang dianggap terlarang karena tidak sesuai dengan tradisi.


Orang Farisi dikenal sebagai pendukung Hukum dan Tradisi Yahudi. Karena yakin akan kebenaran mereka sendiri, mereka mempertanyakan kualitas moral para murid Yesus. Mereka lupa bahwa Yesus benar-benar mengetahui sejarah Israel dan kitab sucinya. Yesus memberi contoh tentang Daud dan para pengikutnya ketika mereka lapar!


Daud, berhala orang Yahudi, pada hari Sabat, memasuki rumah Tuhan dan memakan roti persembahan yang tersedia di sana, dan memberikannya kepada para pengikutnya meskipun "tidak halal memakannya oleh siapapun selain para imam. "


Sikap dan tindakan David tidak pernah dikritik karena David sudah lama meninggal dunia. Kritik biasanya ditujukan pada manusia yang masih hidup, terutama pada mereka yang tidak ingin mereka perlakukan sebagai tetangga. Yesus mengetahui hal ini, jadi Ia memberikan standar: Sabat dibuat untuk Manusia, bukan Manusia untuk Sabat.


Logika Yesus lurus. Dia sepertinya bertanya pada pria dari semua generasi, 'Kenapa kamu selalu berpikiran negatif? Berapa kali sehari Anda menemukan cacat pada anggota keluarga Anda? Maukah kamu mati suatu saat sebagai manusia yang selalu melihat sesamanya kotor seperti iblis? Apakah Anda diciptakan sebagai hakim tetangga Anda? '


Yesus mengakhiri perkataan-Nya dengan mengatakan ini, "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat!" Keputusan apakah melanggar hukum Sabat atau tidak ada di tangan Yesus. Pria harus menyadari hal ini, karena dia tidak pernah bisa melihat jiwa sesamanya.


Bapa, manusia diciptakan sebagai manusia yang cantik. Namun, begitu banyak orang - karena mereka tidak pernah berhenti mencela - membuat diri mereka terlihat jelek, "binatang buas". Kami juga tidak luput dari kebiasaan buruk ini. Ayah, maafkan kami yang merasa benar sendiri. Jangan biarkan kita menjadi lebih munafik dari pada orang Farisi di masa lalu. 


Untuk apa seseorang mempraktekkan ajaran agama? Jawabannya adalah untuk mewujudkan kehendak Allah dalam hidupnya dan bukan untuk meninggikan diri atau pun merendahkan orang lain. Tujuan utamanya adalah menyatakan kebaikan bersama dalam kasih karunia Allah. 


Bagi orang Yahudi, tidak ada hari yang lebih penting daripada hari Sabat. Sabat menjadi hari istimewa dan mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu dari sepuluh perintah Allah. 


Kemudian dijabarkan menjadi berbagai aturan secara detail. Misalkan tidak boleh melakukan gerak tubuh atau kegiatan tertentu, menentukan berapa langkah seseorang boleh berjalan, mengatur tindakan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang pada hari Sabat dan sebagainya. 


Dengan pemahaman seperti ini tidak heran jika orang Farisi menegur Yesus karena murid-Nya berjalan di ladang dan memetik bulir gandum pada hari Sabat, yang merupakan sesuatu yang tabu untuk dilakukan. Hari Sabat, orang Yahudi beristirahat dan berhenti bekerja. 


Yesus menjawab teguran mereka dengan mengutip kisah Daud yang mengambil roti sajian dan memberikan kepada rakyat saat terjadi kelaparan. Yesus menyatakan bahwa perayaan hari Sabat dilakukan untuk kepentingan manusia agar mereka tidak diperbudak oleh pekerjaannya.


 Manusia mengenang pemeliharaan Allah dalam kehidupan dan yang menjadikan segala sesuatu baik menurut kehendak-Nya. Dengan demikian, hari Sabat hanyalah suatu wadah atau aturan semata.


Pada dasarnya semua hari adalah ciptaan Allah. Sama baik dan kudusnya jika kita menggunakan setiap hari untuk memuliakan Allah dan mewujudkan kasih-Nya kepada sesama.


 Ada baiknya pula apabila dalam seminggu ada satu hari kita khususkan untuk solitude atau hening agar dapat mencari wajah Allah dan bersyukur atas anugerah-Nya yang melimpah atas kita.


Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat.

Sabda Tuhan  mengingatkan dan sekaligus menegaskan, bahwa perbuatan baik, apa pun, menyenangkan atau tidak menyenangkan, besar atau kecil, apabila disatukan dengan salib Kristus berarti memuliakan Allah, karena terang Kristus menjadi nyata dalam tubuh kita yang fana ini.


Manusia adalah roh yang merohanikan tubuhnya dengan menjadikan semua perbuatannya yang dilakukan dengan sadar sebagai tanda cinta kasih. Dengan kata lain, manusia adalah jasmani yang merohani agar setiap perbuatan sadarnya bernilai rohani. Sebab, nilai martabat manusia diukur dari nilai rohani perbuatannya dan bukan diukur dari perbuatan itu sendiri. Perbuatan itu hanyalah tanda dari apa yang berada di kedalaman hatinya.


Sebagai orang Katolik, martabat kita telah diangkat menjadi anak Allah, maka perbuatan kita yang bernilai rohani itu apabila disatukan dengan Kristus akan dapat menjadi perbuatan suci dan menyucikan.


Segala yang jasmani itu mudah berubah-ubah dan memiliki dorongan yang berbeda dengan dorongan rohani, karena manusia terdiri dari roh dan jasmani, maka kedua dorongan yang berbeda bahkan berlawanan itu menjadi persoalan terus menerus sepanjang hidupnya.


Melalui Kristus, Allah yang melihat kedalaman hati manusia yang rohani itu berusaha menolong manusia dari dalam yaitu menguatkan dan menjadikan terang dorongan rohaninya.


Selain dari pada itu, sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mau memperdalam keyakinan iman akan Yesus Kristus, Sang Putera Allah yang senantiasa hadir di antara kita.


Kita diingatkan apakah api pengharapan kita akan Tuhan Yesus Kristus, apakah masih tetap menyala ketika situasi hidup semakin berat dan beban kehidupan semakin menghimpit ataukah kita telah memadamkannya, sedangkan Tuhan tidak akan pernah meniup sumbu yang pudar. "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya" (Mat.12:20).


Tuhan tidak akan memadamkan api pengharapan yang ada dalam hati manusia. Tuhan pun tidak akan memadamkan api cinta dan belas kasih-Nya kepada kita, bahkan senantiasa menguatkan kita dan beban kehidupan kita pun menjadi ringan.


Bukanlah hal yang mudah untuk dapat memahami-Nya. Namun, kalau kita mau memohon agar Tuhan Yesus selalu menyertai dan meneguhkan kita di dalam menapak kehidupan ini, maka beban kehidupan kita akan menjadi ringan karena Dia, “Sang lemah lembut dan rendah hati” hadir dan ikut menderita bersama kita.


Ada kelompok orang-orang Yahudi yang ingin menghancurkan Yesus. Namun Yesus tetap tegar dalam tugas perutusan-Nya yang diterima dari Bapa. Ia lahir untuk mewartakan Sabda, untuk memproklamasikan Kerajaan Allah, membebaskan orang dan membawa rasa keadilan kepada kita. Yesus tidak mengeluh, bijak dan hati-hati jangan sampai "buluh yang patah terkulai dipatahkan, sumbu yang pudar nyalanya dipadamkan".


Yesus adalah wujud Allah yang dapat kita lihat dan kita raba. Ia adalah Allah kehidupan kita. Allah yang menolak kekerasan. Allah yang penuh iba. Allah yang diutus untuk kita.


Apapun situasinya hendaknya kita masih memiliki pengharapan dalam hati kita. Pengharapan bahwa masih ada hari esok, pengharapan bahwa hidup dan mati kita ada di tangan Tuhan. 


Tuhan tidak akan memadamkan api pengharapan yang ada dalam hati kita, tidak akan memadamkan api cinta dan belas kasih-Nya untuk kita. Api pengharapan menjadi nyala yang tidak akan pernah padam bagi orang yang percaya akan kasih dan cinta Tuhan. Kasih dan kemurahan hati-Nya melampaui segala akal dan kemampuan manusiawi kita.


Yesus menekankan, bahwa kesucian itu bukan melaksanakan aturan hukum adat yang telah lama dipelihara tetapi diperoleh dengan melaksanakan dan menjunjung hak dan martabat manusia.


Hari Sabat itu suci, namun yang lebih dulu suci adalah manusia yang diciptakan oleh Allah. "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat".


Peraturan tentang hari Sabat misalnya adalah usaha dari luar agar dorongan jasmaninya dikendalikan oleh dorongan rohaninya, maka fungsi mengendalikan atau merohanikan itu harus disadari oleh manusia itu sendiri.


 Apabila fungsi itu tidak disadari karena tidak diperhatikan, maka perbuatan menjalankan peraturan itu tidak mempunyai arti bagi kemanusiaannya.


Oleh karena itu, kelemahan manusia itu sungguh diperhatikan oleh Allah. Karena itulah, dalam menolong manusia, Allah lebih mengutamakan kekuatan roh, kekuatan hati manusia.


Sebaliknya, kita sendiri harus menyadari kelemahan kita sendiri dan mengakui bahwa kita ini sungguh membutuhkan pertolongan dari Allah. Sebab tubuh yang jasmani ini adalah tubuh kita, bagian dari diri kita, sehingga mengendalikan dorongan jasmani itu dapat dikatakan menyangkal diri.


Menyadari kelemahan diri dan kebutuhannya akan pertolongan Allah merupakan sikap rendah hati dan salah satu sikap "miskin" di hadapan Allah. Maka panggilan kita mengikuti Kristus berarti panggilan merohanikan tubuh kita, yang sadar atau tidak juga berarti menyangkal diri agar kita selalu ingat bahwa kekuatan kita itu dari Allah.


Masihkah kita enggan untuk mengatakan bahwa kita ini sungguh membutuhkan pertolongan dari Allah. Belum pernah yang namanya "penyesalan" itu muncul di awal, karena ia selalu hadir di akhir sambil tersenyum dengan manisnya. Pertolongan Allah itu buahnya akan di luar dugaan kita. Percayalah.

Monday, 17 January 2022

Puasa seharusnya menyadarkan manusia akan kerapuhannya lalu mendekatkan diri kepada Allah.Berpuasa bukan sekedar sebuah aturan matiraga dan askese biasa. Berpuasa berarti hadir di antara orang-orang berdosa, tersingkir dan menjadi pengantara rahmat keselamatan.


Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.


 Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. 


Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." 


Hari ini Tuhan mengajarkan tentang makna sesungguhnya berpuasa. Hal ini berawal dari fakta bahwa murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid Yesus tidak. Apa makna puasa sejati itu? Berpuasa sebenarnya  mengekang dan menyalibkan keinginan daging terhadap segala kesenangan agar kita lebih dekat dan akrab dengan Tuhan. 


Dengan kata lain, saat berpuasa kita harus membangun komunikasi dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dengan harapan  ada pembaharuan hidup dan pemurnian hati. Itulah sebabnya Yesus mengambil contoh tentang anggur.


  Seperti anggur yang baru harus disimpan di dalam kantong yang baru. Maka berpuasa bukan sekedar mengurangi atau mengekang makanan demi sebuah aturan agama tetapi usaha untuk memurnikan hati dan memperbaharui diri agar semakin akrab dan dekat dengan Tuhan.


Para murid sedang mengalami kebersamaan dengan 'Sang Mempelai' yaituTuhan sendiri. Karenanya bukan sewajibnya para murid diikat oleh macam ragam aturan yang justru dapat menghalangi kebersamaan dengan Tuhan. 


Singkat kata, yang dipentingkan adalah kepantasan hati untuk mengalami kasih dan kebersamaan dengan Tuhan bukan aturan-aturan yang mengekang dan menghalangi kebersamaan dengan-Nya. Itulah artinya anggur baru harus disimpan di kantong yang baru juga.


Markus 2: 18 – 22 . Hari ini kita mendengar bahwa ada orang yang bertanya kepada Yesus Kristus, katanya: “Mengapa murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak berpuasa, tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” 


Dari jawaban Yesus ini, kita bisa pahami apa arti Puasa. Menurut Yesus, puasa adalah satu aktivitas pribadi atau kelompok dalam rangka mengekang diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan berusaha menciptakan kekosongan diri dan mengundang Roh Tuhan mengisi kekosongan itu sehingga kesadaran akan hilangnya Tuhan bisa diperoleh kembali. 


Murid-murid Yohanes dan orang Farisi berpuasa karena mereka sadar bahwa relasi mereka dengan Tuhan terhambat karena kelemahan manusiawi mereka. Mereka sadar akan kehilangan Allah dalam diri mereka karena pengaruh kebiasaan buruk yang mereka lakukan. 


Mereka sering utamakan kecendrungan manusiawi mereka. Sadar akan kelemahan dan kekurangan itu, maka secara sadar mereka kosongkan diri dan mengekang diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjauhkan mereka dari Tuhan, dan kini meminta Roh Tuhan untuk mengisi kekosongan diri mereka sehingga kehadiran Tuhan bisa terasa kembali. 


Sementara para murid Yesus tidak berpuasa karena Yesus Kristus, yang dianggap ‘mempelai’ masih ada bersama mereka. Yesus Kristus, yang adalah Tuhan masih hidup bersama mereka, dan tetap bekerja secara aktip di tengah mereka. Untuk sementara, para rasul tidak merasa kehilangan Kristus. Tetapi sewaktu Yesus Kristus meninggalkan mereka secara fisik, pada  waktu itulah mereka akan berpuasa dan kosongkan diri agar Tuhan bisa bersemayam dalam diri mereka. 


 Kehilangan Yesus Kristus bisa terjadi kalau mereka secara sadar alihkan focus perhatian mereka kepada hal-hal duniawi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tetapi kalau mereka mau kembali mengalami Tuhan, maka mereka dengan sangat sadar mengekang diri dari kebiasaan buruk itu dan berusaha keras mengosongkan diri dan biarkan Roh Tuhan mengisi kekosonga itu sehingga mereka kembali merasakan Tuhan hadir dalam diri mereka. 


Pertanyaan kita: Sebagai murid Kristus, apakah kita butuh puasa? Saudara-saudari... Pasti saja kita sangat membutuhkan puasa dalam hidup kita. Puasa yang dimaksudkan di sini adalah butuh pengosongan diri dan kendalikan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan biarkan Roh Tuhan mengisi kekosongan kita agar kita boleh merasakan, mengalami Allah lalu memulai cara hidup baru sesuai dengan nilai-nilai Injil dan kehendak Tuhan.

 

Marilah saudara-saudari... Perbiasakanlah diri untuk berpuasa, mengekang diri dari kebiasaan buruk dan kosongkan diri untuk Roh Tuhan. Semakin kita dipenuhi oleh kekuatan Tuhan, maka semakin kita merasa kuat menjalankan tugas-Nya, dengan demikian kekuatan Setan tidak sanggup mengalahkan kita.  


Kita berdoa semoga Tuhan selalu memberi kita kesabaran dan kekuatan di saat kita menjalankan puasa dalam hidup kita. 


Jangan menghakimi dengan cara pandang kita. Kita mudah menyalahkan orang lain karena tidak mengikuti aturan yang ada dan menganggap diri paling benar. Orang tidak sepikiran dengan kita adalah orang berdosa.


Yesus prihatin dengan sikap orang munafik seperti ini. Yesus mengungkapkan sindiran-Nya dengan mengatakan anggur baru harus ditempatkan pada kantong yang baru pula dan tidak cocok kain yang baru untuk menambal baju yang sudah tua. Kita diajak bijaksana memandang sebuah aturan.


Aturan tidak boleh berlawanan dengan kemanusiaan dan keadilan. Jika puasa menjauhkan orang dari sisi kemanusiaan dan keadilan, maka puasa itu hanya sebatas rutinitas dan legalitas semata.


Puasa seharusnya menyadarkan manusia akan kerapuhannya lalu mendekatkan diri kepada Allah.


Semakin dekat dengan Allah berarti juga dekat dengan sesama. Berpuasa bukan sekedar sebuah aturan matiraga dan askese biasa. Berpuasa berarti hadir di antara orang-orang berdosa, tersingkir dan menjadi pengantara rahmat keselamatan bagi mereka.


Ada contoh singkat  tentang Markus 2:18-22

Saya suka memperhatikan barista menyiapkan kopi bagi konsumennya. Pertama, ia mempersiapkan gelas yang sesuai. Untuk kopi panas, ia akan memilih gelas khusus untuk minuman panas. Untuk kopi dingin, gelasnya lain lagi. Barulah kemudian mereka meracik kopi sesuai dengan pesanan. 


Saya membayangkan Tuhan itu seperti barista dan berkat-Nya itu seperti kopi. Lalu gelasnya melambangkan apa? Itulah kita. Sering kita berdoa meminta berkat, bahkan tidak jarang kita memaksa Tuhan untuk segera mencurahkan berkat-Nya pada kita. Namun, sering Dia seperti berlambat-lambat. 


Kenapa? Karena Dia sedang mempersiapkan gelas yang tepat untuk menampung berkat-Nya. Tidak sulit bagi Tuhan menjawab doa kita atau memberikan berkat yang kita butuhkan. Namun, apakah kita siap menampungnya? Tidak mungkin gelas plastik digunakan untuk minuman panas, bukan? Gelasnya akan rusak. 


Jika Tuhan menunda memberkati kita, yang salah bukan Tuhan. Bisa jadi kita yang bermasalah. Kita belum siap untuk menerima berkat-Nya. 


Jadi, ketika hal itu terjadi pada kita, jangan cepat-cepat protes pada-Nya. Bagaimanapun Dia yang paling tahu tentang diri kita. Ketika Dia memutuskan menunda berkat-Nya pada kita, Dia pasti memiliki alasan yang jelas. Siapa tahu ketika Dia menunda, Dia sedang mempersiapkan kita agar ketika berkat-Nya dicurahkan, tidak akan bocor. Karena itu, bersabarlah, jangan memburu-buru Dia. Biarkan Dia melakukan proses-Nya dalam hidup kita, menjadikan kita gelas yang tepat bagi nya.

Aku Datang Memanggil Orang Berdosa.Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Markus, 2:13-17

Yesus Mengampuni  Orang  Berdosa.

Sabda Tuhan  mengingatkan agar perbuatan kita itu sungguh benar di mata Tuhan, maka perbuatan itu harus keluar dari hati yang dijiwai iman. Selain daripada itu kita juga diingatkan agar selalu peka dalam menanggapi segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Karena semua itu adalah tanda-tanda dari Allah. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi yang tidak dikehendaki oleh Allah. Orang yang peka dan mampu menanggapi tanda dengan tepat itu orang yang bijak. 


Bukan hanya akan menangkap kehendak Allah yang merupakan hal yang utama, akan tetapi juga dalam pergaulan dengan sesama dapat menangkap kehendak orang yang sebenarnya. Sebab ketika kita mampu menangkap apa yang ada dalam hati seseorang dan mampu mengenali jiwa seseorang, kita pun akan mampu menanggapi sesuai dengan hati orang itu.


Bacaan Injil hari ini mengkisahkan tentang orang-orang Farisi yang mempertanyakan Yesus makan bersama dengan para pemungut cukai yang dianggap sebagai orang-orang berdosa oleh orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi tidak peka terhadap perbuatan Yesus dan tidak mampu mengenali siapa Yesus.


 Maka Yesus Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa".


Kalau kita memahami dengan lebih mendalam kisah Injil hari ini, persembahan Lewi anak Alfeus kepada Kristus berupa "undangan makan bersama". Karena Lewi anak Alfeus itu pemungut cukai yang oleh orang Farisi dianggap pendosa, mau memenuhi undangan itu berarti menyetujui "dosa" yang dilakukan Lewi anak Alfeus. Namun, Lewi anak Alfeus mengundang makan bersama itu sebagai tanda pengakuan imannya terhadap Yesus.


 Iman itulah yang dilihat oleh Yesus, dan bukan undangan makan semata atau karena Kristus juga menganggap Lewi anak Alfeus pendosa dan menyetujui dosanya. Karena itu dalam berbagai kesempatan, Kristus kerap kali mengatakan "Imanmu yang menyelamatkan kamu".


Melalui ini, kita diajak untuk mau bersahabat dengan semua orang, termasuk orang yang dianggap pendosa, tercela, tidak terhormat, dibenci atau dijauhi, entah itu di lingkungan Gereja atau di masyarakat.


Kita diajar untuk tidak pilih kasih dan tidak takut nama baik kita tercemar karena kebaikan hati kita yang banyak orang menganggap tidak lazim.


Kita mau punya nilai lebih, sehingga orang lain akan tertarik. Seperti Yesus, kita pun mau membuat orang lain mengambil keputusan besar untuk bertobat dan mengikuti Yesus.


Semoga kita dimampukan untuk mau melakukan pertobatan yang sepenuh hati, dan berusaha dengan sekuat tenaga serta pikiran untuk mengikuti Yesus.


Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."  (Mrk 2:17) Orang berdosa, orang bersalah, orang salah pergaulan, orang sesat dan semua orang di cintai dan di sayangi oleh Tuhan Yesus..


Ingat,

Kita ini mudah jatuh ke dalam dosa sehingga kita mudah kehilangan arah tujuan hidup yang benar dan baik maka kita harus datang kembali kepada Tuhan Yesus karena Dia akan menerima diri kita apa adanya diri kita tanpa menghakimi kita, berbeda saat kita datang kepada manusia.


Tuhan tidak akan pernah meninggalkan dan membiarkan kita berjalan sendirian tanpa tujuan.


Marilah kita menghadapi segala tantangan, godaan dan dorongan untuk berbuat jahat dengan iman yang kuat dan menyertakan Tuhan Yesus agar kita menjadi kuat, tidak jatuh dan terlena akan tawaran-tawaran duniawi yang dapat membawa kita makin jauh dari pelukan dan cinta 


" Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;  Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." 

{ Markus. 2:13-17 }


Cara Tuhan memanggil kita untuk mengikuti-Nya tidak selamanya dalam pengalaman-pengalaman yang spektakuler, tetapi Ia memanggil kita dalam pengalaman sederhana yang kita lakukan sehari-hari. 


Kita hanya dituntut kesiapsediaan kita untuk setia dalam memenuhi undangan Tuhan, karena setiap undangan Tuhan adalah undangan keselamatan.


Tujuan utama kedatangan Yesus, adalah untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat, sehingga kehadiran Kerajaan Allah menjadi nyata bagi kaum yang tersisih. 


Kiranya Tuhan menolong kita untuk memiliki hati seperti Dia, melihat bahwa orang berdosa itu memerlukan Kristus. 


Tuhan Yesus, gerakkanlah hati kami untuk menjawab " ya " atas panggilan-Mu dan bimbinglah agar hari-hari kami semakin menunjukkan jati diri sebagai pengikut-Mu.


Sebuah kutipan yang cukup terkenal di kalangan kita berbunyi, Allah tidak memanggil orang yang memenuhi syarat, melainkan Ia memperlengkapi orang yang dipanggil. Fakta ini nyata ketika Yesus memanggil murid-murid yang pertama. Demikian juga ketika Yesus memanggil Lewi.


Siapakah Lewi? Ia adalah seorang pemungut cukai. Dalam konteks masa itu, pemungkut cukai dianggap setara dengan orang-orang yang kotor dan berdosa oleh masyarakat Yahudi. Pemungut cukai juga dianggap sebagai pengkhianat bangsa karena mereka keturunan Yahudi tetapi bekerja dan menjadi antek pemerintah Romawi dalam mengumpulkan pajak dari orang-orang Yahudi. Maka tidak heran jika para pemungut cukai dibenci dan dikucilkan oleh masyarakat Yahudi.


Apa Yesus tidak salah memanggil orang seperti ini? Tidak, Yesus tahu siapa Lewi. Yesus berkata, ikutlah Aku. Bahkan ketika orang-orang Farisi menyindir sikap Yesus yang makan bersama dengan Lewi dan para pemungut cukai lainnya, Yesus menegaskan bahwa kedatangan-Nya justru untuk mencari orang berdosa.


Tuhan memanggil dan memulihkan kehidupan Lewi yang sebelumnya adalah seorang pemungut cukai yang dipandang hina dan dijauhi oleh orang sebangsanya. Setelah percaya kepada Yesus, Lewi atau Matius menjadi orang yang luar biasa dan menjadi penulis Injil Matius. 


Kita pun mungkin mempunyai masa lalu yang suram dan membuat kita merasa tidak layak untuk mengikuti Tuhan. Firman hari ini mengingatkan kita bahwa seburuk apapun masa lalu dan sehina apapun orang memandang kita, ketika Tuhan memanggil kita menjadi pengikut-Nya, percayalah bahwa Tuhan akan memulihkan kita.


Yesus bukan Tuhannya orang sehat tetapi Dia adalah Tabib bagi orang-orang sakit. Yesus tidak datang pertama-tama kepada orang yang merasa sudah benar dan suci tetapi Dia diutus kepada domba-domba yang tersesat, kita yang sering jatuh bangun dalam dosa. 

RENUNGAN HARIAN,


Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. 


Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."


RENUNGAN:

Tuhan datang ke dunia ini untuk memanggil orang yang berdosa. Tuhan memilih dan memulihkan kehidupan mereka yang dipandang hina dan dijauhi oleh orang-orang.

Seperti yang dituliskan dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus memanggil serta makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Tuhan Yesus menegaskan bahwa kedatangan-Nya justru untuk mencari orang berdosa. Ia tidak menghakimi sebagai orang berdosa, melainkan menerima orang berdosa. Tuhan sungguh-sungguhh Mahakasih karena Ia mengasihi dan menerima orang yang berdosa apa adanya. Tuhan tidak pernah membedakan-bedakan orang.

Kita mungkin punya masa lalu buruk yang membuat kita merasa tidak layak untuk mengikut Tuhan. Tetapi sabda Tuhan hari ini mengingatkan, seburuk apapun masa lalu kita, sehina apapun orang memandang kita, ketika Tuhan

memanggil kita menjadi pengikutNya, percayalah bahwa Ia menerima dan memulihkan kita.

Semoga dengan merenungkan sabda Tuhan hari ini semakin menggerakkan hati kita untuk menjawab dan menanggapi panggilan Tuhan. Amin. 

Ceritalah tentang Tuhan Yesus berisi tentang kuasa dan karya yang membebaskan, melegakan dan memberikan harapan. KisahNya tersebar luas dan menginspirasi banyak orang dari generasi ke generasi. Markus, 2:1-12


Hidup setiap hari seakan-akan menjadi hal yang biasa, tanpa cerita yang istimewa, tanpa hentakan, tanpa soal yang berarti, lalu menjadi rutinitas tanpa tujuan. 


Kita diingatkan Paulus untuk meletakkan dasar yang jelas akan tujuan hidup. Kita harus sampai pada Tuhan ketika hidup ini berakhir. Siapakah kita? Tuhan selalu menyapa kita dalam peristiwa hidup dan mengajarkan kebijaksanaan dan pertumbuhan jika kita mau merenungkannya.


Orang yang bertemu Yesus sangat ingin mendengarkan pengajaran dan merasakan kuasa-Nya. Mereka berusaha untuk mendekati Sang Mesias. Kita pun seharusnya bersikap seperti ini. Mendekati Tuhan membuat kita tidak merasa kosong dan bahkan merasa didampingi dan diberdayakan. Kadang kita merasa pahit dalam hidup justru karena kita terlalu jauh masuk kedalam dosa. Inilah saatnya kita harus berubah. Yesus siap mengampuni dan memberi kita hidup yang baru seperti orang lumpuh yang disembuhkan.


Semoga kita disembuhkan dari kesempitan cinta diri dan pemberontakan, dan dimampukan untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Yesus dengan membaca dan menghidupi sabda-Nya, dan membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh Kudus. Terpujilah Allah selama-lamanya.


Selang beberapa hari sesudah Yesus datang ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Yesus memberitakan sabda kepada mereka, beberapa orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya ke hadapan Yesus karena orang banyak itu. Maka mereka membuka atap yang di atas Yesus. Sesudah atap terbuka, mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.


Melihat iman mereka, berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ duduk juga beberapa ahli Taurat. Mereka berpikir dalam hati, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah! Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Tetapi Yesus langsung tahu dalam hati-Nya bahwa mereka berpikir demikian; maka Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh itu ‘Dosamu sudah diampuni’ atau mengatakan ‘Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah’?


Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa.” – lalu berkatalah Yesus kepada orang lumpuh itu - : “Kepadamu Kukatakan: Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya, dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu. Mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya, “Yang seperti ini belum pernah kita lihat!”


Hidup selalu diwarnai kisah dan cerita. Kisah dan cerita tentang Tuhan Yesus berisi tentang kuasa dan karya yang membebaskan, melegakan dan memberikan harapan. KisahNya  tersebar luas dan menginspirasi banyak orang dari generasi ke generasi. Kutipan Injil hari ini berisi kisah Tuhan yang tergerak hati,  memberi kesembuhan dan melepaskan orang dari belenggu dosa. 


 Semoga kita juga mewariskan kisah hidup yang baik dan menguatkan harapan  banyak orang di sekitar kita. Kisah hidup  beriman  kita berisi sikap ramah, kata-kata bijak, dan perbuatan baik kepada banyak orang yang kita lakukan dalam hidup sehari-hari. Salam sehat dan bahagia. 

Thursday, 13 January 2022

Jesus Heals the Leper. As Christians, we are unknowingly discriminatory against lepers. Mark, 1:40-45



In our country, negative stigma against people with leprosy is still common.  People even tend to stay away from lepers and isolate them.  This rejection experienced by lepers causes them to be ashamed, not confident and look down on themselves.  They are even reluctant to go to the hospital because they are ashamed of other people's views.


 As Christians, we are unknowingly discriminatory against lepers.  Just by sight we have discriminated against them ruthlessly.  Do we deserve to treat lepers like that?


 This story we see how the ministry of Jesus, Jesus himself healed lepers twice.  The first case occurred where a man with leprosy was healed as told in today's Gospel.  While the second case occurred when Jesus healed 10 lepers whom He met on the way.


 This incident teaches us 3 things about Jesus' view of lepers.  First, Jesus was not disgusted by a person's illness or condition.  Then Jesus stretched out His hand, touched the man and said, I want you to be clean.  Jesus perfectly demonstrated God's love.  He wasn't disgusted at all on the contrary He came over and touched him.


 Second, God is the only healer who can heal.  Jesus did not want to see anyone suffer the most cursed disease like leprosy.  Therefore Jesus came offering unconditional love and healing.  Through this action, we are taught that Jesus is able to change the wrong views of society.


 Third, Jesus wants all sick people to turn to the right sources for help.  It was not by chance that Jesus met this leper and through this event has proven His power.  Jesus wanted to show that it is only in Him that all who are sick can experience healing.


 In healing this leper, Jesus wants us to know that He will help us when we are desperate and need healing.  We don't need to test Jesus but in Him may we find peace and rest.

Wednesday, 12 January 2022

Dare to Be a Witness of Christ Mark, 1:29-39


God spoke not only through the writers of the Bible but also through His creation which continues to grow and develop, and of course in humans who are created in His image.


 If we read a book or magazine we need an attitude of listening and humility as well as every time we face new things or things, for example friends, work, assignments and so on, without humility and listening attitude we will not grow and develop as human beings.  believe as expected and willed by Allah.


 We can reflect on this story that the presence of Jesus in this world is not only to provide physical healing but also spiritual healing, namely the liberation of humans from the bondage of sin.


 Let's go somewhere else, to the nearby towns, so that I can preach there too, because for that I have come.  It is said that Jesus visited the family of His disciples and healed Simon's sick mother-in-law and also cast out evil spirits and many other sick people which He healed.


 Jesus showed miracles of physical healing, He did this as an act to declare that He is God who fulfilled the prophecies of the prophets and supported the teaching to be given, as happened in the multiplication of the bread and fish to explain the Eucharist.


 The question is, are we aware of the presence and love of Jesus in every step of our lives?  Or do we often forget His presence that accompanies and guides our lives?  We should be more mature and get to know God's love in Jesus and dare to be His witnesses in social life.  God bless and guide every step of our life.

Tuesday, 11 January 2022

Amazed and Obedient to Jesus the Son of God. Mark, 1:21b-28


 The strange diseases of Jesus' time that the physicians could not treat were often viewed as the result of possession.  Such people are usually isolated.  But there was a man who was possessed and came to hear the message of Jesus.  Of course the news of the Kingdom of God is near, repent and believe in the gospel.  Apparently the evil spirit hiding in the man could not stand to hear the message of Jesus.  He shouted, using the poor man's mouth.


 What have you to do with us, Jesus of Nazareth.  Have you come to destroy us?  I know who You are, the Holy One of God.


 The forces of evil do know who this Jesus of Nazareth is.  There is a sacred area that does not allow evil spirits to move.  And that territory belongs to this Jesus of Nazareth.  His superiority was clearly felt and this is what people witnessed then and is preached to us today.


 They also wonder, who really is He whose authority is recognized even though the evil spirit flocks use the word us.  The demons felt threatened and trembled in the presence of the Nazarenes who were so close to the Most Holy God.  Jesus rebuked and told the Spirit to be quiet and brought it out of the poor man who wanted to draw near to Jesus.


 We are also invited to draw closer to the person of Jesus.  The admiration of those who knew Jesus at that time was conveyed to us so that we dare to come closer and listen to Jesus.  Let's live in God.  Not only admire Him but also know and obey His Word.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...