We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Friday, 18 February 2022

Syarat-syarat mengikut YESUS "Menyangkal Diri Dan Mengikuti-Nya. Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan karena Injil, akan menyelamatkan nyawanya."( Markus 8:34-9:1")

 
Syarat  Mengikuti  YESUS.


Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku.


Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya.


Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku  di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."


Kata Yesus lagi kepada mereka, "Aku berkata kepadamu; Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa." 


Yesus dengan jelas menyebutkan apa yang membuat seseorang menjadi  murid sejati. Misteri salib adalah jantung dari semua kehidupan kita. Para pendengar Yesus sungguh akan sudah biasa dengan setiap tindakan memikul palang salib di bahu mereka. 'Dia yang tidak berdosa' merangkul salib karena kasih untuk dunia kita hancur ini.


Tuhan berikan kami bahu-bahu yang kuat setiap hari untuk menemui orang, untuk meringankan beban sesama. Bantu kami untuk merasakan konsolasi atau penghiburan yang kami terima, ketika  kami pergi keluar membantu seseorang.


Melaksanakan kehendak Allah itu harus dilakukan dengan sepenuh hati, karena Kristus bukan hanya menjadi HAKIM atas perbuatan manusia, tetapi juga yang memberikan hidup kepada mereka yang kehilangan nyawanya karena Dia. Manusia diciptakan sebagai pribadi yang harus mewujudkan diri sebagai pernyataan yang disabdakan Allah agar manusia dapat hidup abadi yang membahagiakan. 


Manusia berdosa, sehingga kesenangan serta kenikmatan duniawi menguasai manusia, namun, Allah tetap menghendaki keselamatan manusia. Maka, Allah melimpahkan rahmat-Nya agar manusia bertobat yaitu mau kembali mengikuti kehendak Allah, mau untuk menyalibkan nafsu kedagingannya. Sebab Allah yang maha pengasih dan maha penyayang tidak gembira melihat manusia mati meskipun karena dosanya sendiri.


Untuk mewujudkan diri sebagai manusia ciptaan Allah, manusia harus berpedoman pada kehendak Allah. Manusia juga telah mengalami, karena melakukan menurut kehendaknya sendiri, akibatnya manusia merasakan kerusakan dalam dirinya dan bahkan kerusakan itu terus berjalan dan akhirnya akan rusak total dan akhirnya manusia mati binasa. 


Maka, apabila manusia mau tetap hidup, manusia harus melaksanakan kehendak Allah. Tetapi sebagai pribadi, manusia harus mempertanggungjawabkan dosanya melalui kerelaannya untuk menerima akibat dosa itu. Manusia harus mau menerima kerusakan dan kematian itu dengan mengikuti teladan Kristus.


 " Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya" (Mrk.8:35).


Kristus datang ke dunia ini untuk melaksanakan kehendak Allah menyelamatkan manusia. Penderitaan dan kematian Kristus merupakan tanda tanggung jawab-Nya terhadap tugas perutusan Allah. Itu dikehendaki Allah, justru karena Allah memperlakukan manusia sebagai pribadi yang berdaulat dan berkenan mencurahkan kembali hidup Ilahi yang abadi apabila manusia mau bertanggung jawab. 


Itulah kemurahan hati Allah yang begitu besar yang sepantasnya kita syukuri. Dan ucapan terima kasih kepada Tuhan yang paling sesuai dengan kemurahan hati Allah itu ialah "mempersembahkan hidup kita sendiri". Tubuh kita akan binasa karena dosa.


 Namun Allah akan membangkitkannya di akhir zaman. Karena itu, hendaknya kita mau menanggapi kehendak Allah itu dengan menyerahkan diri seutuhnya, termasuk tubuh kita selama hidup di dunia ini. Cara itu akan membersihkan hati dan budi kita. 


Dalam perjalanan hidup di dunia yang berubah-ubah ini, kita pun akan dapat menangkap kehendak Allah, karena kita hidup menurut roh, terang, dan tidak menurut daging. Melaksanakan kehendak Allah itu merupakan tindakan dan sikap yang menghidupkan dan bahkan membahagiakan.


Kecenderungan manusiawi kita adalah menolak dan menghindari penderitaan. Kita ingin kita dan orang-orang yang kita kasihi selalu dalam keadaan baik, terbebas dari bahaya, bencana, sakit dan derita. 


Mungkin ini salah satu alasan mengapa Petrus, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan kemarin, tidak mau kalau Yesus harus menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh. Sikap Petrus ini keliru karena ia bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.


 Yesus memberitahukan kita bahwa yang harus menderita bukan hanya diri-Nya tetapi setiap orang yang menjadi murid-Nya. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 


Inilah jalan yang secara eksplisit disebut oleh Yesus agar kita dapat mengikuti-Nya, menyangkal diri dan tidak menghindari penderitaan tetapi menjadikannya sebagai salib yang harus dipikul. Penyangkalan diri nyata dalam berbagai bentuk pengendalian diri terhadap berbagai macam nafsu, kenikmatan, keserakahan dan kesenangan terhadap hal-hal duniawi. 


Memanggul salib nyata dalam kesediaan kita untuk berkorban demi pelayanan dan kebaikan hidup bersama serta tidak berupaya membebaskan diri dari penderitaan tetapi rela menanggungnya dengan penyerahan dan pengharapan kepada Tuhan.


Yesus lalu menambahkan, mengikut Aku. Sebab dengan mengikuti Dia, kita tidak hanya mendapat teladan dari-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib tetapi juga mendapatkan kekuatan dan pertolongan dari-Nya sehingga penyangkalan diri kita dan jerih lelah kita memikul salib sungguh-sungguh mendatangkan keselamatan. 


Markus 8:34 — “ Lalu YESUS memanggil orang banyak dan Murid-murid-NYA dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau MENGIKUT AKU, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan MENGIKUT AKU.”


Markus 9:1 — “ KATA-NYA lagi kepada mereka: "AKU berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa KERAJAAN ALLAH telah datang dengan kuasa.”


 Hal mengikut YESUS KRISTUS memang bukan pertama kali kita dengar tapi bagi orang-orang yang ada di sekitar TUHAN YESUS waktu itu, ketika ucapan ini keluar dari MULUT YESUS KRISTUS, mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang TUHAN YESUS sampaikan.


Dari sekian banyak ucapan TUHAN YESUS memang dalam satu konteks tertentu seringkali hanya menimbulkan tanda tanya bagi murid-murid. Termasuk ketika TUHAN YESUS berkata “menurut kata orang siapakah AKU ini ? Ada yang berkata “ENGKAU adalah Elia, ENGKAU salah satu dari seorang nabi, ENGKAU Yeremia dan ada yang mengatakan bahwa YESUS adalah Yohanes pembaptis.” 


TUHAN YESUS akhirnya berkata “Menurut kamu siapakah AKU ini?” yang sangat mengherankan disini adalah murid-murid yang sudah berbulan-bulan MENGIKUT TUHAN YESUS, masih belum kenal juga siapa YESUS KRISTUS.


Kalau salah satu MURID-NYA bisa berkata “ENGKAU-lah MESIAS ANAK ALLAH yang hidup” itu tidak berangkat dari sebuah kesimpulan pengalaman rohani Petrus karena Alkitab berkata “Bapakulah yang mengilhamkannya.” 


Jadi hari itu ROH KUDUS meminjam mulut Petrus untuk mengucapkan kalimat-kalimat pengakuan tentang YESUS KRISTUS adalah ANAK ALLAH. Artinya, tidak ada satupun dari murid-murid YESUS ini yang kenal betul siapa YESUS KRISTUS.


Mereka hanya mengenal TUHAN YESUS KRISTUS sebatas GURU itu sebabnya YESUS KRISTUS dipanggil RABI. Mereka tidak mengerti betul pelayanan KE-MESIAS-AN YESUS kalau bukan ROH TUHAN yang meminjam mulut Petrus. 


Pelayanan KE-MESIAS-AN ini bukanlah pelayanan yang sederhana karena dalam perjanjian lama pelayanan ini berhubungan dengan MEZBAH, DARAH dan HADIRAT ALLAH. Pada zaman itu jika salah melayani resikonya mati. ALLAH ingin agar YESUS KRISTUS diakui sebagai MESIAS dan YESUS KRISTUS sendiri yang nanti menjadi korban DARAH-NYA sebagai MEZBAH-NYA.


TUHAN YESUS banyak kali menegaskan hal MENGIKUT YESUS KRISTUS sebagai komitmen dan juga pengalaman yang tidak boleh main-main. Hal ini dikatakan TUHAN YESUS ketika DIA hendak berjalan menuju ke Yudea dan dalam catatan jurnal-jurnal yang bisa ditemukan, pelayanan TUHAN YESUS di Yudea ini adalah enam bulan terakhir menjelang KEMATIAN-NYA. 


Jadi TUHAN YESUS tidak lagi ke Galilea sebab TUHAN YESUS tahu WAKTU-NYA sudah tiba. Enam bulan menjelang paskah dimana TUHAN YESUS akan menjadi korban paskah maka migrasilah YESUS KRISTUS ke Yudea. Dalam perjalanan ini maka TUHAN YESUS ingin menegaskan hal MENGIKUT TUHAN, apakah murid-murid sudah tahu betul apa resiko dari MENGIKUT TUHAN dan apa syaratnya.


TUHAN YESUS memanggil, maka ini sesuatu yang khusus karena tidak semua orang bisa datang, hanya orang-orang tertentu saja yang YESUS KRISTUS tahu bahwa ada kemungkinan mereka bisa melakukan syarat-syaratnya. Setelah TUHAN YESUS memanggil mereka barulah dimulai dialog “Setiap orang yang mau MENGIKUT AKU, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan MENGIKUT AKU.”


Dalam bahasa Grika ayat ini berkata “Setiap orang yang mau mengikut di BELAKANG-KU” jadi ada kata di BELAKANG-KU. Kata ini bukan hanya sekedar mengikut saja tapi kata ini mengandung arti kedisiplinan, konsistensinya. Dalam teks bahasa Grika kata ini mahal sekali sebab orang yang mau MENGIKUT TUHAN harus tetap berada di belakang. Dan kata ini menjelaskan bahwa sebagai PENGIKUT KRISTUS YESUS TUHAN kita harus bercermin dari kehidupan YESUS KRISTUS. Artinya, apa yang TUHAN YESUS lakukan itu juga yang harus kita lakukan.


TUHAN YESUS kemudian berkata “Barangsiapa mau MENGIKUT AKU, ia harus menyangkal dirinya.” Kata menyangkal diri inilah yang mungkin membingungkan murid-murid karena harus meniadakan diri atau menganggap diri tidak penting. Hal menyangkal diri ini memiliki arti apapun yang dia lakukan dan sekalipun apa yang dikerjakan berhasil bahkan diterima orang, maka dia harus mau untuk tidak mendapatkan pujian sedikitpun. Bila perlu keberadaannya disangkal sama sekali.


YESUS KRISTUS ingin mengajar kepada murid-murid bahwa MENGIKUT TUHAN apapun yang kita buat dan setinggi apapun pujian yang kita dapat, kita tidak berhak meminta bagian dalam pujian tersebut. Dengan demikian bila orang tidak menganggap kita, dan tidak memberikan pujian atas apa yang kita lakukan, kita tidak boleh marah sebab jika tidak, kita belum menyangkal diri.


Dalam PELAYANAN-NYA, TUHAN YESUS menyembuhkan banyak orang tapi TUHAN YESUS selalu katakan bahwa itu karena KUASA ALLAH agar NAMA TUHAN dimuliakan, walaupun YESUS KRISTUS punya hak atas hal itu.


Jadi kalau kita berbicara tentang hal mengikut YESUS KRISTUS, itu berhubungan dengan ego. Karena rata-rata kalau kita sudah melakukan sesuatu dan hasilnya baik, lalu kita tidak disebut maka kita bisa menyimpan kemarahan kita selama bertahun-tahun.


TUHAN YESUS mengajar kita untuk bisa memberi dengan ketulusan dalam pelayanan apapun dan kalau sampai kita menuntut pengakuan maka kita belum pada tahap menyangkal diri.


Markus 8:34, Barangsiapa mau MENGIKUT TUHAN YESUS harus pikul salib. Hal terpenting yang perlu kita bahas dalam kalimat ini adalah, salib disini bukan menunjukkan pada SALIB YESUS tetapi pada salib kita sendiri.


Apa yang TUHAN YESUS katakan tentang pikul salib, pada saat itu sangat sulit untuk dipahami oleh orang Yahudi. Mengapa ? Karena era YESUS KRISTUS melayani adalah era dimana orang-orang Yahudi ini dijajah oleh orang Roma. Dan sudah menjadi tanggung jawab yang umum bahwa semua orang dari generasi ke generasi harus mau angkat senjata mengusir Roma dari bumi Yahudi karena bagi mereka Roma adalah musuh terbesar mereka.


Ketika YESUS KRISTUS katakan bahwa IKUT TUHAN itu angkat salib mereka merasa ini adalah sesuatu yang aneh, karena bagaimana mungkin salib bisa dipakai menghadapi musuh. Dalam MENGIKUT TUHAN kita harus sadari bahwa MUSUH TUHAN adalah musuh kita dan siapakah MUSUH TUHAN ? Dosa. Itu sebabnya musuhilah dosa. Kalau mungkin dalam dirimu ada dosa yang sulit untuk diakui maka akan sulit juga diperangi.


"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk ALLAH. Aku telah disalibkan dengan KRISTUS; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan KRISTUS yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam ANAK ALLAH yang telah mengasihi aku dan menyerahkan DIRI-NYA untuk aku." Galatia 2:19-20


Kita masih hidup di dalam daging kita. Namun jadilah orang benar bagi KRISTUS YESUS TUHAN dengan cara pikul salib. Semakin banyak kejahatan engkau perangi maka hidupmu akan semakin berkenan di hadapan KRISTUS TUHAN. Jangan dulu kita memikul SALIB TUHAN sebab TUHAN katakan, siapa yang bisa minum CAWAN-NYA ? Salib kita dulu yang harus kita pikul.


Pada dasarnya apa yang TUHAN YESUS katakan ini sederhana untuk dilakukan, Markus 9:1 — “ AKU berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa KERAJAAN ALLAH telah datang dengan kuasa.”


Kematian di sini tidak menunjukkan pada kematian fisik melainkan menunjuk pada apa yang TUHAN YESUS katakan pada Markus 8:35-37 — “ Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena AKU dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"


Jika kita bisa melepas hidup ini dengan menyangkal diri, pikul salib, TUHAN YESUS pasti memelihara dan otomatis nyawa pun TUHAN YESUS pelihara karena itu masuklah dalam kategori orang yang tidak akan mati atau tidak akan dikuasai dengan rasa takut mati sebab mereka akan hidup sampai melihat KERAJAAN ALLAH datang dengan kuasa, Amin.

Thursday, 17 February 2022

Siapakah Yesus? ( Markus 8: 27-33)

Siapakah Yesus!?.


Sabda Tuhan hari ini kembali menanyakan kepada kita semua: Siapakah Yesus?.  Mengapa hal ini ditanyakan kembali, karena banyak orang selalu mengatakan bukan yang ke luar dari lubuk hatinya, melainkan apa kata orang. Yesus ingin mendapatkan jawaban menurut iman dan kepercayaan kita serta sedalam apakah kita memahamiNya.


Sebagaimana hal itu juga pernah ditanyakan kepada Petrus: "Siapakah Aku ini?" Sesungguhnya, Tuhan ingin menegaskan akan kualitas iman kita, apakah iman kita seteguh dan sekokoh  iman Petrus kepada Allah yang karena keteguhan dan kekokohannya disebut batu karang Gereja.  Petrus berkehendak untuk dapat tinggal dalam Allah, maka Petrus berusaha sepenuh hati menjadikan imannya berkualitas, hidup dan bertumbuh dari waktu ke waktu. 


Hendaknya kita mau untuk memiliki iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Sehingga apabila suatu ketika suatu saat ditanya oleh Tuhan, "Siapakah Aku ini?", maka kita akan dapat menjawab dan jawaban itu  muncul dari lubuk hati yang terdalam bahwa *Engkau-lah Tuhan-ku dan Allah-ku.


Engkau adalah Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup. Engkau adalah Mesias, Sang Penyelamat yang akan membebaskan umat beriman dari penderitaan. Mengapa kita bisa menjawab dengan lantang, karena kasih Allah kepada kita orang beriman  yang kemudian menyertai, membimbing, dan melindungi kita dengan mengutus Roh Kudus untuk  bersemayam di hati ini. 


Kita harus mengenal Allah secara pribadi dengan jalinan relasi sepenuh hati dengan-Nya melalui doa. Dengan jalinan relasi yang sebaik mungkin serta dengan sepenuh hati melalui sabda-Nya dan meresapkannya dalam hati, maka kita akan dapat mengenal serta memahami kepribadian Yesus seutuhnya. 


Mesias adalah seorang yang harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak serta dibunuh sebelum akhirnya bangkit dari kematian. Kita semua yang dibaptis dalam kematian-Nya  memperoleh harkat dan martabat yang setara di hadapan Allah hendaknya mau untuk bertanggung jawab membangun Tubuh Kristus serta Gereja-Nya demi kemuliaan-Nya.


 Mau untuk lebih mendalam lagi pengenalan akan Yesus, kebenaran serta ajaran-ajaran-Nya.Dengan demikian, suatu ketika suatu saat kita akan dapat berserah serta seturut kehendaknya dengan penuh keikhlasan, akan dapat membagikan berkat, rahmat, serta kasih-Nya kepada sesama karena hati kita jadikan sebagai panduan hidup kita.


"Menurut kamu siapakah Aku ini?"

Sebuah pertanyaan personal yang Yesus tujukan kepada para murid-Nya. Sebuah pengakuan iman muncul dari seorang Petrus: "Engkaulah Mesias Anak Allah". Jawaban ini tentu munculnya dari pengalaman perjumpaan, kedekatan dan keimanan Petrus. 


Walaupun iman Petrus salah memahami makna Mesias karena Petrus memahami Mesias dari pandangan politik. Akan tetapi makna Mesias itu berkaitan dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus bagi keselamatan manusia. kita yang menjadi murid Kristus juga pertanyaan yang sama ditujukan kepada kita. Apakah jawaban kita? Siapa Yesus dalam hidup kita?


Kita akan mampu menjawab dengan tepat kalau kita dekat, mengalami, dan merasakan penyertaan-Nya. Jawaban kita menentukan cara kita menghidupi iman kita.


Kalau kita hanya menjawab menurut kepentingan kita maka kita akan proyeksikan semua Rahmat Tuhan hanya untuk menjawab kepentingan kita sendiri. Ketika kebutuhan kita tak terjawab oleh Tuhan, maka kita mudah untuk meninggalkan-Nya.


Tapi kalau kita menjawab menurut rencana Allah maka kita akan mengalami Rahmat Mesias itu lebih untuk keselamatan semua manusia. Dan Rahmat itu tetap kita akan rasakan baik dalam suka maupun dalam duka, baik dalam sakit maupun sehat.


Allah kita selalu memberikan diri sepenuhnya dan juga memberi kesempatan baru. Sesudah air bah yang memusnahkan bumi dan manusia. Allah mengulangi maksud-Nya. Allah kembali mengadakan perjanjian dengan manusia dan keturunannya.


Sejak itu bumi dan segala yang hidup tidak akan dilenyapkan air bah, segala ciptaan Allah serahkan kepada manusia untuk dijaga dan dipelihara, dan kepada manusia diserahi tugas untuk memenuhi bumi dengan keturunan.


Pemberian diri Allah tanpa batas itu kita imani di zaman Perjanjian Baru. Yesus sebagai pewahyuan diri Allah mengambil sepenuhnya bagi penebusan manusia hingga wafat di kayu salib. Misteri cinta yang pasti tidak bisa dicerna oleh akal manusia. Kasih dan kehendak Allah ini di luar nalar manusia. Alhasil pengenalan manusia kepada Yesus pun sangat beragam.


Dari antara orang banyak ada yang mengenal Yesus sebagai Yohanes Pembaptis, Elia atau salah seorang dari para Nabi. Namun Petrus, kepala para rasul memberi kesaksian yang tepat, Engkau adalah Mesias.


Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."


Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.


Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. 


Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.


Renungan  Untuk Kita  Semua.

Ketika kita menyatakan telah mengenal Tuhan Yesus dengan baik, mungkin kita mendapat pertanyaan siapakah Tuhan Yesus itu? 


Ketika Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus "siapakah Aku ini?" maka dengan spontan dan tegas ia menjawab bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias. Jawaban Petrus sudah benar, namun tidak disertai dengan pemahaman yang benar. Hal ini terbukti ketika ia menegur Tuhan Yesus saat menjelaskan apa yang akan dialami oleh Mesias. 


Bagi Tuhan Yesus, ini terjadi karena Petrus belum benar-benar mengenalNya dengan baik sehingga tidak dapat memahami apa yang menjadi kehendak Allah. 


Seringkali kita juga seperti Petrus, kita sering berdoa Bapa Kami, "Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga', akan tetapi kita lebih sering memaksakan agar kehendak kita yang terlaksana atau terkabul. 


Hal ini terjadi karena kita belum sepenuhnya mengenal Tuhan sehingga kita tidak bisa memahami kehendak Tuhan. Seringkali juga kita memanjatkan doa dengan rangkaian kata-kata yang indah namun isinya minim makna. 


Marilah kita membuka hati kita agar Tuhan tinggal di dalam diri kita sehingga kita semakin mampu mengenal Tuhan dengan sesungguhnya. Dengan berbagai pengalaman hidup yang senantiasa melibatkan Tuhan akan membuat kita semakin mengenalNya dan memahami kehendakNya. 

Wednesday, 16 February 2022

Yesus Menyembuhkan Orang Buta di Betsaida (Markus 8:22-26)

Yesus  Menyembuhkan Orang Buta di betsaida


Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. 


Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: “Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” 


Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: “Jangan masuk ke kampung!”


Satu keuntungan yang didapatkan orang buta dalam kisah penyembuhan hari ini adalah disentuh oleh Yesus. Dua kali dia disentuh Yesus, sehingga bisa sembuh dari sakitnya. Sentuhan Yesus membawa perubahan pada hidupnya. 


Dia melihat cahaya, bisa membedakan antara gelap dan terang. Mukjizat yang diterimanya membawa dampak positif karena dia lalu bisa menikmati hidup sebagaimana mestinya.


Sentuhan Yesus merupakan tanda bahwa Allah mengasihi umat-Nya. Allah memperhatikan penderitaan manusia dan bersedia menyembuhkan, sebab Ia ingin agar keselamatan dialami oleh setiap orang. 


Jika orang buta itu butuh disentuh oleh Yesus agar mengalami kesembuhan, bagaimana dengan kita? Apakah selama ini kita juga pernah merasakan disentuh oleh Tuhan, sehingga mengalami perubahan hidup?


Sabda Allah merupakan sentuhan paling utama bagi kita. Banyak orang yang mengalami perubahan ketika menemukan ayat Kitab Suci sebagai pedoman hidup mereka. Banyak orang yang mensyukuri hidup melalui kutipan-kutipan Kitab Suci. Itulah sentuhan rohani yang selama ini bisa kita rasakan. Suara Allah yang bergema dalam sanubari kita, itulah bentuk sentuhan rohani yang ditawarkan bagi kita.


Memang pertumbuhan iman harus diimbangi dengan cita rasa rohani. Orang mengalami disentuh oleh Allah karena hidup rohaninya diolah dengan baik. Ada yang betah di ruang adorasi untuk berdoa dengan khusyuk; ada yang kerasan bermeditasi selama berjam-jam. 


Itu semua merupakan contoh bagaimana iman dihidupi dengan cita rasa rohani. Namun, ada pula yang selalu buru-buru ketika berdoa; atau memilih jadwal misa dengan mempertimbangkan durasi khotbah seorang imam. Jika hidup kita masih dikuasai oleh sikap like and dislike, tidak akan pernah muncul yang namanya cita rasa rohani dalam pertumbuhan iman.


Rasul Yakobus mengatakan kepada jemaatnya: “Hendaklah kalian menjadi pelaksana Sabda, dan bukan hanya pendengar.’ Sabda ini kiranya tergambar dalam tindakan beberapa orang yang membawa seorang buta dan memohon kepada Yesus supaya la menjamah si buta itu.


Niat dan usaha mereka membuat orang buta itu bisa bertemu dengar Yesus sehingga Yesus berbuat sesuatu untuk menyembuhkan dia. Kita bisa membayangkan bahwa si buta akan sangat sulit bertemu dengan Yesus jika ia tidak dibawa dan didampingi. Dia mungkin akan tetap buta. Tindakan mereka mengubah si buta jadi melihat melalui tindakan Yesus.


Senang sekali mendegar kisah-kisah orang yang berjasa membantu orang lain, baik melalui pengalaman langsung sehari-hari maupun dalam berita yang tersiar di media sosial. Mungkin orang-orang itu tidak mampu menolong secara langsung, namun usaha dan jasa mereka menjadi ‘jembatan penolong’ bagi orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. 


Kisah penyembuhan orang buta di Betsaida itu berlangsung bertahap. Ketika orang buta itu dibawa kepada Yesus supaya dicelikkan matanya agar dapat melihat, Yesus tidak langsung menyembuhkannya. Yesus mulai dengan memegang tangan orang yang buta itu, dan membawanya ke luar kampung, kemudian meludahi matanya, dan meletakkan tangan atasnya. 


Setelah perbuatan Yesus itu, ternyata orang yang buta itu belum melihat dengan sempurna. Orang buta itu baru dapat melihat samar-samar. Setelah Yesus meletakkan tangan-Nya untuk kedua kalinya pada mata orang yang buta itu, ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.


Kisah ini mengingatkan kita setidaknya untuk dua hal. Pertama, Yesus tidak pernah menyia-nyiakan orang yang datang dan memohon kepada-Nya. Orang buta dibuat-Nya melihat, orang lumpuh dapat berjalan,  orang bisu dapat bicara,  dan orang yang menderita sakit akhirnya sembuh.


Segala sesuatu memerlukan proses, tidak serta merta seperti kalau kita makan cabe langsung terasa pedasnya. Ada proses atau tahapan yang harus terjadi. Ibarat naik tangga, sebelum tiba di puncak, seseorang harus terlebih dahulu menapaki anak tangga pertama kedua, dan seterusnya.


Oleh karena itu, marilah kita datang dan memohon kepada Yesus, terlebih di saat kita membutuhkan-Nya. Namun kita harus sabar apabila harapan kita belum terkabulkan. Hanya kesabaran itulah kuncinya. 


Semoga Allah Tritunggal yang Mahakudus mencelikkan mata hati kita agar dapat melihat segala kebaikan-Nya dan membuka pengertian kita untuk dapat memahami hal yang pantas kita mohonkan daripada-Nya.


Tuhan, Yesus, terang dunia, begitu banyak orang yang buta akan kebaikan-Mu. Begitu banyak yang tidak dapat melihat jalan saat melalui kegelapan penderitaan. Tuhan, kami membutuhkan sentuhan penyembuhan-Mu. Amin


1. Kebutaan Orang Lain: 

“Ketika Yesus dan murid-muridnya tiba di Betsaida, orang-orang membawa seorang buta kepadanya dan memohon agar Yesus menyentuhnya.” Orang buta ini tidak datang sendiri untuk mencari kesembuhan dari Yesus. Orang lain yang membawanya kepada Yesus. 


Kita terkadang berpikir bahwa misi kita sebagai murid yang setia adalah untuk meyakinkan orang-orang yang belum bergereja tentang kebenaran Yesus Kristus. Injil ini mengajarkan kita cara yang berbeda. Kita dipanggil untuk membawa orang lain kepada Kristus dalam persahabatan. 


Kita dapat melakukan ini dengan menyaksikan identitas kita dalam kata-kata dan tindakan kita. Kita dapat melakukannya lebih baik di saat orang berada dalam kebutuhan terdalam mereka.  Bagi yang buta tercelikkan matanya.  Bagi yang haus dan dahaga mendapat kelegaan.  


2. Kebutaan Kita: 

“Dia memegang tangan orang buta itu dan membawanya ke luar desa.” Tuhan tidak akan merebut kehendak bebas kita, tetapi Dia akan memberi kita banyak kesempatan untuk keluar dari kegelapan rohani kita. 


Dia dapat menggunakan apapun juga pengalaman kita: kepindahan ke kota baru, mobil yang mogok, penyakit, atau tragedi keadaan apa pun yang mendorong kita untuk melepaskan kendali diri dan bersandar pada-Nya. Ketika situasi ini terjadi, Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada kita. 


Dia ingin memberikan kejelasan dan memulihkan kedamaian dan keamanan di hati kita. Mari kita membiarkan Yesus memegang tangan kita dan percaya pada pemeliharaan-Nya serta mengingat bahwa Dia selalu bersama kita. Yesus, kami percaya pada-Mu. 


3. Hidup dalam Terang Iman: 

Yesus tidak terburu-buru menyembuhkan orang buta itu. Mungkin Dia dengan lembut membebaskan pria ini dari kegelapan total ke dalam kepenuhan cahaya. Yesus juga lembut terhadap kita. Pertobatan menjadi murid adalah proses seumur hidup, dan Yesus menemani kita secara intim saat kita melakukan perjalanan menuju Dia. 


Pengalaman kita tentang kesabaran, kebaikan, dan kelembutan-Nya harus menginspirasi kita untuk bersabar dengan diri kita sendiri dan orang lain. 


Setelah penyembuhannya, Yesus memberi tahu orang buta itu, "Jangan pergi ke desa." Dalam pertobatan kita dari kegelapan menuju terang Kristus, kita tidak kembali dari mana kita berasal. Kita telah memiliki mata baru dari Kristus sehingga kita menolak godaan untuk kembali ke dosa masa lalu. 


Marilah  kita  Berdoa: 

Yesus, kami ingin mengikuti-Mu. Kami ingin menjadi murid yang setia. Kami merasa tidak mampu memimpin orang lain kepada-Mu ketika kami sendiri begitu buta dalam banyak hal. Tolong ilhami kami untuk merenungkan cinta dan perhatian-Mu untuk setiap jiwa yang kami temui. Semoga kami membawa mereka lebih dekat kepada-Mu dengan kesaksian otentik kami sebagai murid-Mu.


Semoga kita masing-masing menjadi ‘jembatan penolong’ sehingga banyak orang mengenal Tuhan, banyak orang bertemu dengan Yesus, banyak orang mendapat solusi atas berbagai kesulitan hidup yang mereka hadapi.

Tuesday, 15 February 2022

Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat YESUS. Namun Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. Maka Berhati- Hatilah Dengan Kelicikan Orang Farisi. (Markus, 8 :11-13.)

Kelicikan Orang  Farisi.

Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang. 


Kehadiran Yesus di tengah masyarakat selalu mengganggu ketenangan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus sudah semakin dikenal oleh masyarakat, baik di kalangan Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Mujizat yang dilakukannya sudah menggerakkan hati banyak orang. Orang yang disembuhkannya sudah menjadi saksi kehebatan Yesus Kristus, bahwa Dia adalah Anak Allah. 


Mereka yang sudah menyaksikan mujizat-mujizat yang dibuat Yesus sudah menjadi pewarta kebaikan Yesus ke mana saja sehingga nama Yesus semakin dikenal dan kehebatannya memikat hati banyak orang. Dari hari ke hari, para pengikut-Nya semakin banyak. Orang tidak lagi mau mendengarkan ngomongan orang Farisi dan ahi-ahli Taurat, tetapi lebih senang mendengarkan Yesus. Kehebatan Yesus sudah menjadi tantangan besar untuk orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.


 Sudah banyak kali orang Farisi dan ahli Taurat melontarkan pertanyaan kepadaNya dengan maksud untuk menjerat Dia, tetapi pertanyaan mereka selalu menjadi bumerang untuk diri mereka sendiri. Karena seringkali merasa terjebak, maka hari ini mereka mau mencoba Yesus lagi, meminta Dia untuk meminta tanda dari surga untuk membuktikan bahwa misi-Nya sungguh mendapat restu dari surga. 


Menanggapi permintaan ini, Yesus merasa kasihan dengan mereka, karena hati mereka belum juga terbuka melihat tanda-tanda yang sudah dibuatNya. Dengan penuh kesal Dia berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? 


Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda. Kemudian Ia meninggalkan mereka.” Yesus merasa kecewa karena pikiran dan hati orang Farisi dan ahli-ahli Taurat begitu keras. Yesus sesungguhnya sudah menunjukkan begitu banyak tanda. 


Dia sendiri adalah tanda kasih Allah. Ia selalu menaruh kasih kepada orang berdosa yang bertobat; Ia adalah tanda kasih Allah yang penuh belaskasihan; Ia adalah tanda pengampunan Allah, yang tidak menghukum manusia berdosa yang bertobat, melainkan mengampuni dosa-dosa mereka dan menyelamatkan mereka. Yesus adalah tanda penebusan kita umat manusia. 

 

Yesus tidak membuat tanda bagi orang yang keras hatinya dan selalu menolak Allah. Tanda atau mujizat bukanlah permainan sulap yang mau menyenangkan mata orang yang melihatnya, tetapi satu bentuk jawaban Tuhan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Mujizat Yesus bertujuan untuk memperkuat iman dari mereka yang percaya kepada-Nya. Kepada mereka yang mau mencobai Tuhan demi kepuasan diri, kepada mereka mujizat tidak akan dilayani. 


 Kecenderungan amat besar dalam tradisi hidup kita adalah serba terburu-buru. Budaya instan dengan segala kemudahan dan iming-iming yang mengenakkan memang sudah menjadi atmosfir hidup kita. Tanpa bersifat munafik, kita memang kerap kali terbantu dengan aneka macam yang instan. Namun satu nilai yang tergusur dalam hidup kita adalah sikap berani bertahan dan bertekun saat mengalami pencobaan.


Orang-orang Farisi mempermasalahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus. Padahal Yesus sudah banyak memberikan tanda dan keselamatan kepada semua orang. Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. 


Tidaklah mengherankan bila Yesus mengeluhkan kedegilan hati mereka. Dalam hidup harian ada kalanya kita membuat Yesus tidak sabar dengan kedegilan hati kita. Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat-Nya tetapi kita masih belum menyadari dan belum membuka mata untuk itu.

 

Perubahan hidup seseorang dari tidak baik menuju baik membutuhkan proses dan tidak sekali jadi. Tidak bisa langsung jadi seperti yang kita harapan. Kita rupanya belum bersikap bijaksana.


Sebagai orang yang beriman kita lupa bahwa setiap pengalaman hidup yang Tuhan berikan tentu memiliki maksud tersendiri. Tuhan ingin agar kita kuat dan bertahan dalam situasi apapun berkat salib Kristus. Apapun bentuknya pencobaan, Tuhan selalu mengingatkan kita untuk selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sampai kapanpun. 


Segala sesuatu dan peristiwa yang terjadi, baik akibat ulah manusia ataupun akibat keadaan alam, tidak lepas dari Allah. Maka, semua itu juga dapat digunakan oleh Allah sebagai "tanda" kehendak atau rencana-Nya. Kehendak dan rencana Allah terhadap manusia tidak akan menyimpang dari kehendak dan rencana untuk menyelamatkan manusia. 


Sesuatu yang menyenangkan dimaksudkan untuk menguatkan iman sedangkan sesuatu yang pahit, tidak menyenangkan, penderitaan atau kesulitan dimaksudkan untuk mengingatkan. Maka apabila kita mampu menangkap kehendak atau rencana Tuhan dan menerima apa yang kita hadapi itu menjawab kebutuhan kita, itu berarti kita mengakui bahwa apa yang kita hadapi adalah tanda cinta kasih Allah. 


Sebagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis, bahwa orang-orang yang cara hidupnya memadamkan karya Roh tidak akan mengenali panggilan dan kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Segala yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, merupakan tanda akan Tuhan, dan tanda kehadiran atau kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kita ini hidup dalam tanda, apa yang hakiki dan sejati bagi kita hanya dapat kita saksikan dalam tanda. 


Agar kita hidup dengan bijak, kita harus tanggap akan tanda-tanda zaman atau situasi. Menangkap makna tanda dengan tepat dan menanggapinya dengan cara yang tepat, itulah yang disebut kebijaksanaan. Kita harus tekun melatih dan merawat kepekaan serta mensyukuri segala sesuatu yang kita hadapi dalam hidup ini sebagai tanda cinta kasih Allah.


Dalam  Injil , mengapa orang Farisi meminta tanda, karena mereka tidak mensyukuri, tidak menerima apa yang mereka saksikan dan hadapi sebagai tanda cinta kasih Allah. 


"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" (1Tes 5:16-22). 


Roh Kudus adalah Cinta Kasih Allah yang dicurahkan ke dalam diri kita untuk memurnikan hati kita. Orang yang bergembira dan banyak berdoa, karena mensyukuri segala sesuatu sebagai tanda cinta kasih Allah, itu sama dengan melatih diri peka akan tanda zaman, sebab tidak akan memadamkan karya Roh, akan menghargai nubuat-nubuat para nabi, akan memandang sesuatu dari sisi positif. 


Iman kepada Tuhan adalah jawaban manusia terhadap karya Allah yang menuntun dan menyelamatkan manusia menuju hidup abadi. Itulah yang dikehendaki Allah, sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri bahwa iman lah yang menyelamatkan.


 Namun, iman itu harus dihidupi oleh manusia itu sendiri dengan dan dalam cinta kasih. Itulah iman yang hidup dan sekaligus juga memperkuatnya. Di situlah iman semakin mendalam dihayati sebagai kebenaran yang membenarkan manusia. 


Segala sesuatu yang dilakukan dan dialami Kristus adalah karya Allah yang benar-benar menyelamatkan manusia sesuai dengan janji-Nya. Kristus tidak dapat dipisahkan dari Allah Bapa, karena itu, ketaatan kepada ajaran Kristus adalah juga ketaatan kepada Allah.


 Allah Bapa yang berkarya melalui Kristus. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami sabda-Nya terlebih yang menyangkut iman, dan bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi orang beriman. 


Pembaptisan adalah tanda orang mengimani Kristus. Namun, apakah kita menyadari bahwa iman itu mesti diperjuangkan untuk dihayati, sehingga kita dapat hidup baik dan benar. Kristus berkarya menyelamatkan umat manusia sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang begitu besar cinta-Nya kepada manusia.


 Kita diharapkan memliki rasa cinta kepada Kristus dan iman akan karya penyelamatan Allah, sehingga Allah berkenan melimpahkan petolongan-Nya lebih berlimpah lagi yaitu dengan mengutus Roh Kudus, Roh Cinta Kasih Allah sendiri untuk membimbing kita agar tetap mampu melaksanakan kehendak Allah. Selain dari pada itu, kita juga diharapkan untuk terus mengembangkan cinta untuk memperdalam iman kita, agar semakin banyak orang diselamatkan oleh Kristus. 


Bapa Surgawi, kami datang ke hadapan-Mu i berusaha untuk mengenal-Mu, melayani-Mu, dan mengasihi-Mu. Kuatkan iman kami dan buka mata kami untuk melihat banyak cara-Mu dalam mengungkapkan diri kepada kami.

1. Berdebat dengan Tuhan:

Orang-orang Farisi telah menghabiskan seluruh hidup mereka mempelajari firman Allah dalam Perjanjian Lama, namun mereka gagal untuk mengenali Yesus ketika Dia ada di depan mereka.


 Ini adalah salah satu dari banyak kisah di mana sekelompok orang Farisi mendekati Yesus untuk berdebat dengannya, mengujinya, dan menjebaknya. Mereka merasa popularitas mereka sedang terancam. Atau mungkin mereka dibutakan oleh keangkuhan. Namun ironisnya mereka menuntut tanda dari Surga untuk menguji Yesus. 


Tentu saja, kita bisa jatuh ke dalam pencobaan yang sama—mencari tanda—terutama selama masa pergolakan emosional ketika kepercayaan kita digoyahkan. Tetapi Tuhan kita berbelas kasih kepada kita ketika kita meminta dengan tulus, ketika kita mau mencoba memahami keadaan kita dan memperdalam iman kita. Dia juga mengundang kita untuk mewartakan, “Jadilah kehendak-Mu,” terlepas dari apakah Dia memberi kita tanda yang kita cari atau tidak.


2. Kedalaman kasih-Nya: 

Betapa lelahnya Yesus dalam perikop Injil ini. Kita bisa membayangkan dia frustrasi dan sedih atas sikap keras kepala mereka. Dia melihat setiap orang Farisi sebagai anak yang dikasihi, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan diberkati dengan pengetahuan, kebijaksanaan, dan tradisi iman Yahudi. 


Namun, terlepas dari banyak keuntungan spiritual mereka, mereka dengan sengit berdebat dengan-Nya dan menuntut Dia membuktikan dir-Nya dengan sebuah tanda.  Padahal Dia baru saja secara ajaib menyembuhkan orang tuli dan buta (Markus 7:31-37), namun mereka menuntut tanda lain. 

Dalam hidup kita, tidak ada salahnya untuk meminta tanda, tetapi pencarian tanda kita harus selalu didasarkan pada iman dan kerendahan hati—penuh harapan, dan tidak pernah sombong atau putus asa. 


3. Dia Meninggalkan Mereka: 

Kita diyakinkan dalam Yohanes 3:16 bahwa “Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa tetapi memiliki hidup yang kekal.” Namun, Yesus, yang sepenuhnya ilahi, juga sepenuhnya manusia. Dia tidak pernah berhenti mencintai orang farisi yang mendesaknya. 


Mengapa Dia meninggalkan mereka? Agaknya, Dia menyadari bahwa mereka tidak benar-benar mencari tanda mereka hanya ingin membuat-Nya tampak lemah dan bodoh. Yesus  pergi ke pantai lain. Ini adalah pelajaran bagi kita! Yesus tidak akan pernah berhenti mengasihi kita, tetapi Dia tidak akan memaksa kita untuk menerima-Nya. 

Yesus Memperingatkan Murid-MuridNya, kata-Nya: "Berjaga-jagalah & waspada Terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." Markus 8:14-21


Mengikuti Tuhan Yesus bukanlah hal yang mudah. Sering dalam hidup kita dikhawatirkan dengan hal-hal duniawi yang membelenggu diri kita, bisa masalah makan, ketakutan masa depan dan masih banyak lainnya, sehingga kita kurang mempercayakan hidup kita kepada Tuhan Yesus. Hal ini juga dialami para murid yang khawatir akan makanan yang akan di makan. Dimana dikatakan dalam Injil Markus 8:14-21.


Para murid lupa bawa roti, hanya bawa sebuah roti saja. Mereka bagaimana bingung bagaimana nantinya mereka makan, karena pasti tidak cukup. Padahal mereka baru saja melihat Tuhan Yesus membuat mukjizat penggandaan roti dengan 7 roti bisa memberi makan 4.000 orang.


Seringkali kita degil seperti para Murid, yang masih mengkhawatirkan hidup kita, sehingga membuat iman kita gugur di tengah jalan karena keragu-raguan kita. Seperti benih yang jatuh di semak berduri, karena kesulitan dan tekanan dalam kehidupan kita, membuat iman kita mati.


Kalau hari ini kita masih hidup dan telah melewati berbagai macam badai masalahan dalam hidup kita dan telah banyak mengalami mukjizat, bukankah itu sebagai bukti nyata penyertaan Tuhan dalam hidup kita.


Masalah yang sering terjadi dalam hidup kita adalah kita mempunyai banyak keinginan-keinginan duniawi yang membuat kita cemas dan tidak merasa puas.


Rasul Yakobus sangat baik menasehati kepada kita bahwa sering kita jatuh dalam pencobaan karena keinginan kita sendiri, dimana kita diseret dan terpikat olehnya. Akibatnya keinginan yang telah dibuahi melahirkan dosa dan akhirnya mendatangkan maut (Yak 1:12-18)


Mari saat ini berani mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan Yesus, memang sesuatu yang tidak mudah, tetapi kita boleh percaya ada sukacita diakhir perjalanan kita bersama Tuhan Yesus dan kita tidak akan pernah dikecewakan. Ingatlah setiap pemberian yang baik dan setiap.anugerah yang sempurna, datangnya dari ayas, diturunkan oleh Bapa segala terang.


Sebagaimana kita pahami, manusia hidup itu bukan hanya dari roti saja tetapi terutama justru dari sabda Allah, karena tujuan hidup manusia selama di dunia yang fana ini adalah hidup abadi. 


Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. 


Apa yang dilakukan oleh Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda, merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua.


Melalui bacaan Injil hari ini kita juga diingatkan untuk mau menyendengkan telinga, membuka hati serta pikiran, serta menjadikan hati sebagai panduan hidup agar kita selalu waspada akan segala sesuatu yang kita lihat, segala sesuatu yang kita dengar, apakah berguna bagi kita serta keluarga kita. 


Masih ingat akan karunia Allah: Mata, hendaknya kita gunakan untuk melihat yang baik-baik. Pikiran, hendaknya kita gunakan untuk mikir yang baik-baik. Hidung, hendaknya kita gunakan untuk mencium segala sesuatu yang baik-baik. Telinga, hendaknya kita gunakan untuk mendengar yang baik-baik. Mulut hendaknya kita gunakan untuk mengunyah serta berkata yang baik-baik. 


Mau untuk menjaga kebersihan hati dengan menjadikan hati yang positif. Dengan demikian hati kita terbuka akan segala sesuatu yang dapat membuat kita maju menambah informasi tentunya yang berguna dalam tumbuh kembang iman kita. 


Kita akan dapat menjadikan hati sebagai Kenisah atau Bait Allah sehingga Allah berkenan tinggal di hati kita. 


Kalau kita mau untuk mematuhinya, maka kita akan dapat merasakan kedekatan kita pada Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing kita menapak kehidupan serta menjadikan hidup kita benar dihadapan-Nya.  Kita diberi kemampuan untuk dapat mendengarkan suara hati dengan baik sekali pun di sekitar kita penuh kebisingan. 


Sebaliknya, kalau kita menjadikan pikiran sebagai panduan hidup, maka hati akan berada di bawah kendali pikiran, hati akan dibutakan oleh pikiran sehingga menjadi sarang segala sesuatu yang sifatnya negatif. 


Akan sulit menerima kenyataan ketika melihat kelebihan orang lain, bahkan cenderung berusaha menyingkirkan orang tersebut karena dianggap sebagai saingan atau penghalang, maka apa pun yang sudah dilakukan orang itu akan menjadi negatif dan tidak diterimanya dengan baik. Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kepada kita agar tidak seperti orang Farisi dan pengikut Herodes. 


Mereka diibaratkan memiliki ragi yang tidak bermanfaat karena hanya untuk kepentingan dirinya sendiri serta menutup diri. Padahal kalau kita mau untuk membuka hati, maka kita akan dapat memahami bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita dan tinggal di dalam hati kita. 


Hendaknya kita mau untuk "Eling lan waspada". Eling untuk selalu menjaga iman kita kepada Kristus, dan "waspada" terhadap ragi yang bukan kebenaran Tuhan. 


Kita diingatkan agar jangan sampai terkena ragi kaum Farisi dan ragi Herodes yaitu kemunafikan yang akan membuat kita menjadi orang yang "sok semuci suci", yang selalu menjadikan hidup keagamaan sebagai tampilan lahiriahnya saja, yang mudah sekali menggurui dan mencela hidup keagamaan sesamanya. Ada banyak orang semacam itu di sekitar kita.


Allah yang selalu menatap kita, yang penuh kasih serta belas kasih merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam sebagaimana yang dikatakannya: *Masihkah kamu belum mengerti?


Sabda Tuhan  ini kembali mengingatkan kita untuk mau menjadi gembala umat yang baik bagi sesama dengan penuh kasih, mempersatukan dan membawa kedamaian. Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. Apa yang dilakukan Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda, merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua. 


Melalui ini kita juga diingatkan untuk mau menyendengkan telinga, membuka hati serta pikiran, serta menjadikan hati sebagai panduan hidup agar kita selalu waspada akan segala sesuatu yang kita lihat, segala sesuatu yang kita dengar, apakah berguna bagi kita serta keluarga kita. Kita akan dimampukan untuk  dapat menjadikan hati sebagai Kenisah atau Bait Allah sehingga Allah berkenan tinggal di hati kita. 


Kalau kita mau untuk mematuhinya, maka kita akan dapat merasakan kedekatan kita pada Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing kita menapak kehidupan serta menjadikan hidup kita benar dihadapan-Nya. Kita diberi kemampuan untuk dapat mendengarkan suara hati dengan baik sekali pun di sekitar kita penuh kebisingan. 


Sebaliknya, kalau kita menjadikan pikiran sebagai panduan hidup, maka hati akan berada di bawah kendali pikiran, hati akan dibutakan oleh pikiran sehingga menjadi sarang segala sesuatu yang sifatnya negatif. Akan sulit menerima kenyataan ketika melihat kelebihan orang lain, bahkan cenderung berusaha menyingkirkan orang tersebut karena dianggap sebagai saingan atau penghalang, maka apapun yang sudah dilakukan orang itu akan menjadi negatif dan tidak diterima dengan baik. 


Tuhan Yesus hari ini mengingatkan kita agar tidak seperti orang Farisi dan pengikut Herodes. Mereka diibaratkan memiliki ragi yang tidak bermanfaat karena hanya untuk kepentingan dirinya sendiri serta menutup diri. Padahal kalau kita mau untuk membuka hati, maka kita akan dapat memahami bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup kita dan tinggal di dalam hati kita. Hendaknya kita mau untuk "Eling lan waspada". 


Eling untuk selalu menjaga iman kita kepada Kristus, dan "waspada" terhadap ragi yang bukan kebenaran Tuhan. Kita diingatkan agar kita jangan sampai terkena ragi kaum Farisi dan ragi Herodes yaitu kemunafikan yang akan membuat kita menjadi orang yang "sok semuci suci", yang selalu menjadikan hidup keagamaan sebagai tampilan lahiriahnya saja, yang mudah sekali menggurui dan mencela hidup keagamaan sesamanya. 


Allah yang selalu menatap kita, yang penuh kasih serta belas kasih merasakan kesedihan yang teramat sangat mendalam sebagaimana yang dikatakannya: Masihkah kamu belum mengerti?. Semoga kita dimampukan untuk sungguh-sungguh memiliki sikap hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.


Ketakutan atau kekhawatiran seringkali membuat kita melakukan tindakan-tindakan picik dan rakus. Lihatlah mereka yang menjadikan harta sebagai tuhan


Meski kaya raya, mereka masih saja merasa kurang dan tetap mengkhawatirkan akan hari esok, sehingga mereka tidak henti-hentinya meraup sebanyak-banyaknya keuntungan ekonomi dari berbagai penjuru dunia


Bahkan mereka berani melakukan berbagai macam eksploitasi, tanpa memerhatikan kemelaratan ekonomi yang dialami oleh sekelompok besar penduduk dunia. Ketamakanpun menguasai hidup mereka, bukan hanya di bidang ekonomi tetapi dalam hampir segala bidang. Tuhan Yesus ingin murid-murid-Nya mewaspadai ketamakan tersebut.


Ketika para murid-Nya sadar bahwa mereka hanya membawa sebuah roti dalam perjalanan mereka diatas perahu, Beliau segera mewaspadai mereka supaya berjaga-jaga dan mengawasi diri dari ragi atau pengaruh cara berpikir dan beriman dari orang Farisi dan Herodes


Sayang sekali para murid tidak menangkap maksudNya. Orang Farisi degil dan sempit, masih saja meminta tanda, padahal tanda ada didepan mata mereka. Herodes suka dengan kesenangan yang berlebihan dan hawa nafsu


Orang  berhobi berlebihan biasanya tidak pernah merasa cukup atas apa yang ada padanya. Kesenangannya telah memperbudak dirinya


Yesus meyakinkan para murid supaya percaya pada pemeliharaan Allah. Yesus mengingatkan kembali peristiwa luar biasa ketika Yesus memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang sisa 12 bakul dan tujuh roti untuk empat ribu orang sisa 7 bakul (19-21). Persoalan makan dan minum semuanya dapat diatasi dengan baik bersama dengan Yesus


Tuhan, Bapa, saat kami menempatkan diri kami di hadapan-Mu pada saat doa ini, kami bersyukur karena kasih-Mu kepada kami tidak bergantung pada apa yang kami ketahui atau pahami. Engkau mengasihi kami karena kami milik-Mu. Engkau telah menciptakan kami. Engkau tahu semua yang telah kami jalani. 


Bukalah pikiran kami dan lembutkan hati kami sehingga kami dapat melihat kehadiran-Mu dalam hidup kami, kehadiran-Mu di sekitar kami.  Kami memohon agar Engkau membantu kami tumbuh dalam pemahaman kami tentang semua yang dilakukan dan diajarkan oleh Putra-Mu Yesus Kristus. Amin


1. Kesimpulan yang Salah:

Murid-murid baru saja melihat Yesus menyembuhkan putri perempuan Siro fenisia dan laki-laki tuli (Markus 7:24-37). Mereka baru saja melihat Yesus memberi makan empat ribu orang dengan tujuh roti dan sedikit ikan (Markus 8:1-9). Namun para murid masih tidak dapat mengerti kata-kata Yesus tentang ragi ke dalam konteksnya. 


Mereka menyimpulkan bahwa Dia khawatir karena mereka hanya membawa satu roti! Padahal orang-orang Farisi baru saja menuntut tanda dari Yesus (Markus 8:11), dan sekarang murid-murid-Nya sendiri tidak mengerti ajaran Dia. Tampak terdengar seolah Yesus frustrasi akan kemampuan para murid untuk mengerti. 


Dalam kehidupan kita sendiri, betapa mudahnya kita menjadi terfokus pada masalah materi dan pemahaman praktis kita dan lupa untuk mencoba melihat situasi yang ada melalui mata Tuhan. Kita dapat bergumul tentang suatu ajaran tertentu namun tanpa berusaha untuk membentuk hati nurani kita menurut pikiran Alkitab.  


Kita bisa gagal untuk mempercayai Tuhan, dan hati kita menjadi keras pada harapan tertentu tentang bagaimana suatu masalah harus diselesaikan. Apa yang akan kita katakan jika Yesus bertanya, “Apakah hatimu telah mengeras?”


2. Ingat:

Para murid tampaknya telah melupakan semua yang telah mereka lihat dan alami bersama Tuhan, dan Yesus bertanya, “Dan tidakkah kamu ingat…?” Mereka telah melihat bagaimana badai dapat menjadi tenang; menyembuhkan orang kusta, orang buta, dan orang tuli; dan mengusir setan serta memberi makan ribuan orang. Mereka telah mendengar ajaran-Nya, dan Dia telah menjelaskannya kepada mereka. Namun demikian, mereka gagal melihat dan mendengar apa yang dilakukan Yesus. 


Dalam kehidupan kita sendiri, kita bisa melupakan semua yang telah Tuhan lakukan untuk melindungi dan membimbing kita, kita bisa melupakan semua yang telah Dia berikan kepada kita dan bagaimana Dia telah menyembuhkan kita. Kita bisa melupakan cara Tuhan bekerja dalam kehidupan orang lain. Namun setidaknya ingatlah apa yang telah Tuhan lakukan bagi kita.  


Kita perlu berhenti sejenak dan mengingat bahwa, “Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mazmur 124:8) agar “ supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” (1 Korintus 2:5).


3. Ragi:

Ada berbagai jenis ragi yang digunakan manusia  tetapi semuanya memiliki satu kesamaan: mereka membuat adonan roti mengembang. Orang-orang Farisi mencoba menguji Yesus, menuntut tanda-tanda dari-Nya, dan berusaha membuat orang banyak menentang-Nya. 


Kepedulian mereka terhadap posisi mereka sendiri, cara mereka memahami iman mereka, dan harga diri mereka menyatu menjadi kekerasan hati. Mereka tidak percaya pada Yesus dan hal itu mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka. Ragi mereka adalah untuk menarik orang menjauh dari pesan Kristus.


Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjadi ragi yang memperkaya masyarakat dengan Injil. Yesus berkata, “Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?


Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."(Lukas 13:20-21). 


Berdoa: 

Tuhan Yesus, sangat mudah bagi kami untuk menganggap bahwa iman kami bersifat pribadi dan tidak terkait dengan orang lain.  Tapi itu tidak benar.  Iman kami membangun atau meruntuhkan iman orang lain juga. Kami membawa ragi kami bagi sesama.  Beri kekuatan agar kami dapat hidup dengan iman, harapan, dan kasih.  Dengan cara itu kami dapat membawa cahaya dan cinta-Mu kepada orang lain. Amin

Sunday, 13 February 2022

“Berbahagialah orang miskin, celakalah orang kaya.” Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. (Lukas 6:17.20-26.)

Rumah Orang Kaya & Orang Miskin.


Pada waktu itu Yesus bersama kedua belas rasul-Nya turun dari gunung dan berdiri di suatu tempat yang datar. Di situ telah berkumpul banyak murid dan sejumlah besar orang yang datang dari seluruh Yudea, dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Yesus menengadah, memandang murid-murid-Nya lalu berkata, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. 


Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. 


Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar.


 Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”


Berbahagailah orang yang percaya pada Allah, sumber hidup bahagia. Setiap orang ducuptakab untuk bahagia, nsmun segala sarana, kekayaan dan bakat duniawi hanyakah sarana untuk bahagia. Allah adalah tujuan dan sekaligus lenggenapan kebahagiaan manusia. 


Untuk yang sedang menderita, sedih dan sesak hidupnya, Tuhan menyapa dan memberikan harapan bahwa pada saatnya kebahagiaan lebih besar akan datang sebagai anugerah. Tugas mansuia adalah mengembangkan segala anugerah dengan saling berbagi dan menolong.


 Untuk mereka yang kaya, Tuhan menyapa agar tetap menyadari bahwa semua anugerah duniawi  berasal dari Allah dan mesti digunakan secara bijaksana dalam semangat saling berbagi dan mengasihi mereka yang lemah. Bahagia di dunia perlu dilestarikan dan dibagikan dalam perjalanan hidup menuju tujuan kebahagiaan sorgawi. 


Dari masa ke masa manusia ingin supaya hidupnya tenang, tentram, damai dan bahagia. Kebanyakan orang beranggap kebahagian hidup itu tercapai apabila sukses mengumpulkan harta dan uang dengan banyak dan melimpah dan mendapat kehormatan, kekuasaan, serta popularitas yang luas. 


Nyatanya orang-orang seperti itu amat sangat tidak bahagia hidupnya. Karena kesemua kenikmatan hidup itu bersifat sementara. Dengan demikian bahagia tidaknya hidup ini bukan karena kekayaan materi saja. Kalau begitu apa yang menentukan kebahagiaan itu. 


Sesungguhnya kebahagiaan hidup ini ditentukan dari dalam diri sendiri. Mengapa? 

1. Kebahagiaan ditentukan oleh kepercayaannya akan masa depan yang penuh pengharapan akan keselamatan. Dalam konteks ini, seperti telah dikatakan di atas, bahwa kebahagiaan tidak diukur oleh banyaknya harta dan uang yang dimiliki. Kira ini yang dimaksudkan St. Paulus dalam 1 Korintus15: 12.16,20 yang menegaskan bahwa Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus mdmbawa semua orang kepada kehidupan kekal dan kebahagiaan abadi. 


Kebahagian adalah bagian dari kebangkitan Kristus. Kita bahagia karena kita mau hidup dalam Kristus Tuhan yang membawa kita kepada hidup yang sejati itu. Dengan demikian nubuat nabi Yeremia ( Yeremia 17:5-8) benar bahwa orang yang mengandalkan hidupnya pada Allah adalah seperti pohon yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir akan tahun kering dan tidak berhenti menghasilkan buah.


2. Secara rohani, kebahagiaan itu tergantung relasi kita dengan Tuhan. Ketenangan dan ketentraman serta kedamaian batin kita sungguh ditentukan dekat tidaknya relasi kita dengan Tuhan seperti yang Nabi Yeremia tegaskan kepada kita bahwa Tuhan Allah sesungguhnya menginginkan manusia menaruh hidupnya pada Tuhan dan jangan mengandalkan pada kemampuan atau kekuatan diri sendiri.


3. Sesungguhnya tidak ada manusia yang mau hidupnya terkutuk tetapi mau hidup bahagia dan terberkati. Supaya hidup terberkati, seperti nabi Yeremia tegaskan bahwa jalan yang harus ditempuh untuk hidup bahagia adalah hidup dengan mengandalkan Tuhan. 


Berkenaan dengan itu dapat dikatakan bahwa segala kemegahan manusia, segala kehormatan yang fana dan segala kebesaran dunia ini hanyalah sia-sia dan kebodohan belaka jika dibandingkan dengan kemuliaan Allah yang kekal. 


4. Dalam Injil Lukas 6:17.20-26 Yesus menegaskan bahwa salah satu cara untuk hidup bahagia adalah dengan menjadi miskin dihadapan Tuhan dalam artian kita harus mencari Tuhan setiap saat; bergantung sepenuhnya pada penyelenggaraan Tuhan karena kita tidak memiliki apa-apa untuk dibanggakan. 


Bagi orang yang hidup miskin dihadapan Tuhan itu  mempunyai sifat hati yang terbuka terhadap sesuatu yang datang dari luar, terutama yang datang dari Allah. Berbeda dengan orang yang kaya secara materi  Orang yang miskin terbuka akan segala saran dari luar dan berusaha mendekatkan diri dengan Allah dengan doa untuk memohon pertolongan Allah.


RENUNGAN Untuk Kita Semua.

Yesus bersama keduabelas muridnya turun dan bertemu dengan sejumlah besar pengikutnya dan orang-orang lain di "tempat yang datar". Tempat ini disebut untuk mengingatkan orang kepada bagian Injil Lukas yang mengutip Yesaya 40:3-5, yakni Lukas 3:4-6, tentang tanah yang tinggi rendah yang akan diratakan dan jalan yang berkelok-kelok yang akan diluruskan .


 sehingga orang-orang melihat Tuhan. Di tempat datar seperti inilah menurut Lukas orang-orang kini mendapati Yesus. Ke sanalah mereka berdatangan dari "Yudea dan Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon" (Lukas 6:17). Kedua daerah yang disebut terakhir ini bukan wilayah Israel dulu. 


Tetapi Yesus mengumpulkan yang umat baru ke tempat datar - tempat Tuhan kelihatan itu - itu. Dan semua orang dapat memandanginya, bukan hanya mereka yang termasuk umat Perjanjian Lama saja.


Seruan Yesaya 40:3-5 itu dikutip dalam Lukas 3:4-6 yang juga menjelaskan pewartaan Yohanes Pembaptis mengenai "tobat untuk pengampunan dosa". Bertobat diterangkan sebagai upaya menanggalkan pikiran-pikiran yang mengekang batin (="tanah tinggi rendah dan jalan berkelok-kelok") dan membiarkan diri dipimpin menuju Tuhan sendiri di jalan batin yang lurus (lihat ulasan Injil Minggu Adven II/C bulan Desember 2009). 


Kini dalam Lukas 6:20-26 ditampilkan gambaran mengenai kenyataan hidup dalam umat yang baru itu dengan memakai empat Sabda Bahagia (ayat 20-23) dan empat peringatan untuk berwaspada (ayat 24-26).


Orang dapat menggambarkan suatu hal sebagaimana adanya. Bisa pula orang mengatakan apa yang mesti dijalankan. Sabda Bahagia dalam Injil menggambarkan apa yang terjadi dalam kalangan orang-orang yang hidup mengikuti Yesus, bukan mengajarkan hal-hal yang mesti dilakukan. 


Dengan perkataan lain, Sabda Bahagia itu ungkapan yang sifatnya deskriptif, bukan preskriptif. Mungkin ada yang berkeberatan, Sabda Bahagia dan peringatan-peringatan itu kan pengajaran yang mesti diikuti agar masuk Kerajaan Allah? Bukan! Keliru bila Sabda Bahagia dan peringatan ditangkap sebagai resep hidup bahagia, hidup kristen yang baik-baik, aman adem ayem, ikut ajaran agama saja supaya semua tenang, kalau menderita ya menderita tapi nanti beres. Begitu hidup beragama jadi kekangan, bukan pemerdekaan batin.


 hendak berbicara kepada orang yang miskin, yakni orang yang kekurangan material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup, paling-paling pas-pasan saja. Tetapi Injil juga berbicara kepada orang berkepunyaan, orang yang berkelebihan, orang yang tak merasakan kekurangan. 


Kepada yang miskin dikatakan bahwa mereka tak dilupakan Kerajaan Allah, mereka itu malah boleh merasa empunya Kerajaan Allah. Kepada orang kaya tidak dikatakan kalian tak memiliki Kerajaan Allah. Namun kehidupan mereka itu kiranya tak ada artinya ("celakalah....") bila mereka sudah puas dan merasa aman dengan kelimpahan mereka. 


Wartanya apa? Yesus tidak menjajakan kemiskinan sebagai keutamaan dan mencerca kekayaan sebagai sumber laknat. Seandainya begitu, wartanya akan segera basi, tak berbeda dengan retorika orang-orang yang membuat orang miskin sebagai komoditi dagang politik dan yang menjadi parasit orang berduit dan memperoleh ketenaran sebagai pembela kaum miskin dengan gampang.


Sabda Bahagia itu, sebagaimana lazimnya warta gembira, membuat orang bisa berharap akan merdeka sekalipun masih terbelit kemiskinan atau terjerat ikatan-ikatan kekayaan. Penjelasannya begini. Kemiskinan yang membuat orang makin melarat atau kekayaan yang membuat orang lupa daratan menjadi karikatur martabat manusia yang tak lucu, malahan membuat orang pilu. 


Tuhan yang Maha Rahim tak tahan melihat manusia ciptaanNya merosot. Maka Kerajaan Allah yang diwartakan utusanNya yang utama itu - Anak Manusia - dimaksud untuk membangun wahana di mana manusia bisa menata kembali martabatnya yang utuh, tidak lusuh karena kemelaratan atau busuk tertimbun kekayaan.

Saturday, 12 February 2022

Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ia memberi mereka makanan untuk badan lewat roti dan makanan jiwa lewat sabda-Nya.( Markus 8:1-10)

Yesus yang memberi makan lima ribu orang. 


Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata:


"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh."


Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." 


Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak.  Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan.


Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang.  Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.


Kadang cinta membuat orang menjadi khilaf dan egois.. Apa pun akan dilakukannya untuk mendapatkan cinta dari orang yg diinginkannya, bahkan sampai ada yg memakai santet..


Cinta yg tulus tidak dapat dipisahkan dengan kasih, jika cinta tanpa kasih akan menghasilkan "Nafsu, Ambisi, dan Paksaan", sebab di dalam kasih ada kesetiaan, pengorbanan dan kesabaran..


kita bisa melihat dan belajar dari orang2 yg mengikuti Tuhan Yesus.. Dengan setia mereka mengikuti Yesus, tanpa makan, tanpa mengeluh lapar, padahal sudah 3 hari mereka tidak makan.. Tindakan mereka adalah wujud nyata dari kesetiaan dan pengorbanan, mereka berani menahan lapar untuk setia kepada Yesus, yg akhirnya tindakan mereka dibalas oleh Yesus dengan memberi mereka makan.. Itulah bentuk nyata kasih Yesus kepada mereka.


"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan." Jadi, jika kita ingin mendapatkan cinta yg tulus, mari kita libatkan kasih didalamnya, sebab cinta tanpa kasih adalah cinta yg besifat sementara, sebab cinta itu hanyalah "Cinta Karena Nafsu"


 Hati adalah pusat hidup setiap manusia. Dari hati kitalah segala gerakan dimulai. Mata melihat namun bila hati belum menggerakkan, diri kita enggan bergerak. Walaupun fisik kita lemah, lesu dan lelah namun semangat dari hati yang membara dan berkobar-kobar akan memberi kekuatan berlipat ganda. 


Hati Yesus tergerak oleh belaskasihan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya selama tiga hari dan tidak mempunyai makanan lagi. Tuhan Yesus lewat kisah Injil hari ini mengajak kita untuk tidak cuci tangan, alias tidak mau tahu terhadap kebutuhan orang lain. Kita diajak peduli terhadap kesulitan, kebutuhan dan penderitaan orang lain.


Penggandaan roti ini terjadi karena iman dan ucapan syukur serta kerelaan untuk berbagi. Dalam situasi kekurangan makanan untuk kira-kira empat ribu orang Yesus mengucap syukur. 


Bersyukur adalah ungkapan orang beriman dan berpengharapan. Bersyukur adalah ungkapan orang yang mampu mengucapkan terimakasih. Bersyukur juga adalah ungkapan orang yang terbuka dan mau berbagi. 


Orang yang bersyukur adalah orang yang mau memberi perhatian dan rela berbagi dengan orang lain. Maka jangan heran bila orang-orang yang bisa bersyukur akan mendapat anugerah yang melimpah. Mereka menerima bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi menyadari bahwa ia menjadi penyalur rahmat Allah. Ia mau berbagi dengan yang lain, terlebih yang membutuhkan.


Agar arah pikiran juga iman kita tidak gampang dibelokkan oleh tujuan-tujuan tertentu yang menguntungkan sepihak, kita perlu memupuk jalinan dan relasi yang erat satu sama lain. 


Kita perlu saling mendukung dalam iman dan mengucap syukur bersama-sama sehingga berbuah untuk saling berbagi. Kerjasama dengan orang-orang yang berkehendak baik akan semakin memampukan dan meluaskan perhatian kita pada orang-orang yang membutuhkan bantuan.


 Firman Tuhan hari ini Markus 8:1-10. "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh." (Markus 8:2-3).


Artinya seperti Kristus berbelas kasihan kepada mereka yang dalam kekurangan dan kesukaran, Ia juga mempunyai kepedulian khusus bagi mereka yang mengalami kesukaran karena bertekun mengikuti Dia. Kristus berkata, Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. 


Jika orang-orang Farisi yang angkuh memandang dengan hina, Yesus yang rendah hati memandang dengan belas kasihan dan kelembutan. Demikianlah kita juga harus menghormati semua orang. Itulah yang dipikirkan Yesus, Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Kerugian apa pun yang kita derita atau kesukaran apa pun yang kita hadapi, jika semuanya itu dilakukan untuk Kristus karena kasih kepada-Nya, maka pasti Ia akan memelihara kita sehingga kita bisa melalui berbagai kesukaran itu.


Orang-orang yang mencari Tuhan, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik (Mzm. 34:11). Perhatikanlah bahwa Yesus dengan rasa kasih berkata (ay. 3), Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan. Kristus mengerti dan memikirkan tubuh kita.


 Jika kita memuliakan Dia, kita akan dipuaskan. Dia mempertimbangkan bahwa banyak dari antara mereka datang dari jauh dan berada jauh dari rumah. Saat kita melihat orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan khotbah, menyenangkan untuk berpikir bahwa Kristus mengetahui dari mana mereka datang, meskipun kita tidak mengetahuinya. Aku tahu di mana engkau diam (Why. 2:13). Kristus tentu tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, karena bukan kebiasaan-Nya membiarkan mereka yang telah mengikuti Dia pergi dengan perut kosong. (Tafsiran Alkitab)


Secara umum kita sering sekali menyamakan Tuhan dengan manusia dalam memahami diri kita dan dalam mengharapkan orang mengerti akan kita, sehingga kita akan selalu merasa bahwa Tuhan tidak tahu apa yang kita perlukan dan Tuhan tidak mengerti akan kesulitan kita. Hal inilah yang sering sekali membuat kita sulit untuk mempercayai sesuatu yang belum terjadi dan mempercayai bahwa Tuhan tahu persoalan yang kita hadapi. 


Itulah yang mau disampaikan oleh firman Tuhan hari ini bahwa Kristus mengetahui setiap kesulitan kita meskipun orang lain tidak mengetahuinya dan Kristus tentu tidak mau menyuruh kita pulang dengan lapar, karena bukan kebiasaan-Nya membiarkan kita yang telah mengikuti Dia pergi dengan perut kosong.


Oleh sebab itu sebagai orang beriman hendaknyalah kita senantiasa tetap setia dan taat mengikut Tuhan sekalipun saat ini kita hidup dalam segala persoalan. Jangan pernah ragu akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, melainkan tetaplah percaya dan tetap dengan setia serta taat mengikut Tuhan sekalipun banyak kerikil-kerikil tajam yang harus kita lewati, karena Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita dengan perut kosong melainkan Tuhan akan selalu membuka jalan untuk mengenyangkan kita.


 Seperti firman Tuhan dalam Keluaran 23:25, "Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minumanmu dan Aku akan menjauhkan penyakit dari tengah-tengahmu." Amin. 


Sekali peristiwa sejumlah besar orang mengikuti Yesus. Karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.


" Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. 


Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.


RENUNGAN  Untuk Kita Semua :

Telanjang atau ditelanjangi secara sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Dosa atau kesalahan menyebabkan telanjang, ketika dosa itu diketahui dan terbuka kepada umum. Itulah kira-kira yang dialami Adam dan Hawa setelah jatuh dalam dosa kerena melawan perintah Tuhan dengan makan buah dari pohon yang ada di tengah Taman Eden. Dosa melahirkan dosa. 


Adam mengkambinghitamkan Hawa atas dosa yang telah mereka lakukan. Hawa mempersalahkan ular yang menawarkan buah itu kepadanya. Belum ada kesadaran dan kejujuran untuk mengakui kesalahan. Inilah masalah manusia berdosa. Akibat dosa adalah permusuhan, penderitaan, dan kesulitan hidup, dan keterasingan. Itulah kisah kejatuhan manusia dalam Kitab Kejadian yang kita dengar hari ini.


Manusia jatuh harus diangkat. Manusia berdosa harus dibebaskan. Mereka jatuh dan terpenjara oleh dosa adalah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran dan keadilan ilahi. Kristus datang untuk membebaskan mereka dan memenuhi rasa lapar dan haus mereka. Sabda, kesehatan, dan roti adalah tiga hal yang selalu dibawa oleh Yesus dalam karya-Nya. Ini adalah pembebasan integral yang dibawa oleh Yesus kepada manusia. 


Demikian  Yesus yang memberi makan lima ribu orang. Ia memberi mereka makanan untuk badan lewat roti dan makanan jiwa lewat sabda-Nya. Kristus adalah pembebas, penutup ketelanjangan manusia akibat dosa. Ia sendiri ditelanjangi, dan Ia ingin supaya kita menelanjangi diri dalam dan dengan pertobatan, dan kemudian mengenakan pakaian spiritual yang baru.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...