We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Wednesday, 23 February 2022

Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.(Markus 9: 38-40)



Sabda Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang bijaksana, sebagaimana sabda-Nya: "Jangan kamu cegah dia, sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita". 


Bukanlah hal yang mudah untuk memiliki sikap bijaksana, karena sikap bijaksana adalah merupakan rahmat Allah. Tidak semua pemimpin adalah juga seorang pamong, namun seorang pamong sudah tentu adalah seorang pemimpin. Mengapa demikian, karena seorang pamong senantiasa mengandalkan suara Tuhan yang muncul dari lubuk hatinya dalam setiap pengambilan keputusannya. 


Sehingga keputusan yang bijak akan menimbulkan keyakinan bahwa kebijaksanaannya dapat dipercaya karena untuk kepentingan orang banyak. Kita ini manusia lemah yang seringkali dikendalikan oleh hawa nafsu yang saling berjuang dalam tubuh kita. Hawa nafsu akan menggiring kita untuk selalu mengedepankan kepentingan diri kita sendiri, kesombongan, dan yang paling parah adalah mejadikan keakuannya sebagai Tuhan di dalam hatinya. 


Secara tidak langsung hal ini adalah merupakan godaan untuk menyingkirkan Tuhan dari kehidupannya. Sungguh memprihatinkan karena banyak orang tidak menyadarinya. Karena itu Yakobus dalam suratnya berkata: "Karena itu, tunduklah kepada Allah, dan lawanlah iblis, maka ia akan lari dari padamu". Untuk melawan kuasa iblis dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. 


Namun, dengan belajar menjadi orang yang memiliki semangat kerendahan hati dan tiada hentinya berdoa memohon agar roh kebijaksanaan dicurahkan ke dalam hati kita, maka kita akan dimampukan untuk menjadi orang yang bijaksana.


Yesus menghargai manusia berdasarkan perbuatan-perbuatannya, "siapa yang tidak melawan, ada di pihak kita". Manusia bijaksana adalah yang selalu mau mempertimbangkan kebahagiaan dan keselamatan bagi sesama. 


Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.


"Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di oihak kita," begitulah ayat emas dari pelita sabda hari ini. Jawaban Yesus kepada para murid ini merupakan rangkuman dari ajaran-Nya, terutama dalam relasi dengan sesama. 


Sudah sejak.awal Yesus mengajarkan kepada para murid agar tidak manjadi ekslusif alias menutup diri terhadap kelompok lain, agama lain, ras lain  atau kelompok lain. Kita harus mengembangkan sikap terbuka terhadap sesama atau pihak lain, terutama yang memiliki kehendak baik dan mengajarkan kebaikan.


Inilah yang disebut membangun persaudaraan sejati dengan siapa pun. Perbedaan tidak boleh menghalangi kebersamaan. Berbeda tidak berarti harus saling berhadapan dan berlawanan. 


Pelita sabda hari ini menegaskan bagaimana Yesus sangat menghargai orang-orang lain yang mengadakan pengusiran setan demi nama-Nya. Ketika para murid berusaha mengahalang-halangi mereka, Tuhan justru berkata "Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita." 


Tuhan mengajarkan sikap menghargai orang lain dengan segala perbuatan dan karyanya jika itu memang baik. Bersama itu juga sejatinya Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana harus bersikap terbuka terhadap sesama. Itulah artinya hidup bersesama. Tetap semangat dan berkah Dalem.


Mencintai kesabaran adalah salah satu tindakan menghargai sebuah proses menuju sebuah tujuan. Lewat proses itu kita mampu untuk bertanggung jawab terhadap setiap capaian yang hendak kita raih. Dengan kata lain, proses senantiasa memiliki dua nilai penting, yaitu kesabaran dan tanggung jawab. 


Akan tetapi banyak orang atau kita sendiri berusaha menuju sebuah target tanpa melalui proses. Pada saat itulah, nilai kesabaran menjadi hilang sehingga pemahaman akan sebuah tanggung jawab hanyalah pemahaman yang dangkal.


Hari ini kita diajak untuk mencintai kebijaksanaan. Melalui apa? Banyak hal telah disediakan Tuhan agar kita mampu menemukannya dengan mudah. Akan tetapi, pernahkah kita menyadari rahmat Tuhan itu? Misalkan ketika hendak berangkat bekerja, apakah kita menyadari bahwa perjalanan yang kita lalui bisa selamat karena penyertaan Tuhan? Atau sudahkah kita bersyukur untuk hari baru yang telah di anugerahkan Tuhan kepada kita? 


Kebijaksanaan tidak menuntut hal yang besar dan muluk-muluk. Cukup dengan hening sejenak dan mensyukuri rahmat Tuhan pada hari ini, maka kita akan mampu mencicipi sukacita karena kesederhanaan kita dalam bertindak. 


Syukuri apa yang telah kita terima. Mulai dari yang kecil, maka kita akan tahu rasa syukur yang muncul dari proses kesabaran dan tanggung jawab. Di situlah kebijaksanaan kita akan bertumbuh dan mendewasakan kita.


Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita. Mari kita bekerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik dan demi kebaikan kita semua. Ingatlah bahwa kemuliaan Tuhan dan berkat-Nya yang kekal akan menjadi milik kita, jika kita mampu bertahan dan menang melewati momen yang penuh tantangan ini.


“Jangan kalian cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia memihak kita.”


Renungan Untuk kita Semua Umat TUHAN.

Untuk apa iri hati dan merasa terancam dengan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain? Pada saat kita iri hati pada kelebihan teman, kesuksesan sesama, dan kebaikan yang mereka tunjukkan, pada saat itu kita menunjukkan kelemahan kita. Seharusnya, kelebihan dan kebaikan yang dilakukan oleh sesama menjadi motivasi untuk melakukan hal yang sama atau pun menciptakan suasana hidup yang persis sama. 


Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya tentang reaksi mereka kepada seorang yang melakukan mujizat dalam nama-Nya. Dalam peringatan-Nya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan kebaikan dalam Nama-Nya, tidak melawan Dia, tetapi memihak Dia. 


Pada satu satu sisi, Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa menjadi pengikut-Nya bukan berpihak satu orang atau pun sekelompok orang. Pada sisi lain, nilai kebaikan Tuhan berlaku untuk semua orang dan dapat dilakukan oleh siapa saja yang berniat baik. Jadi, tak boleh merasa risih, iri hati, atau pun terancam dengan kebaikan dan kesuksesan sesama. 


Kecenderungan eksklusivisme semakin terasa dalam kehidupan kita sekarang ini, dan orang semakin mudah melakukan diskriminasi terhadap sesamanya. Berbagai macam alasan dan latar belakang digunakan untuk menolak orang yang tidak sepaham atau tidak menerima pendapat kita. Jikalau perlu mereka dihancurkan.


Godaan eksklusivisme seperti itu juga terjadi di kalangan para murid Yesus. Salah seorang murid, yaitu Yohanes, datang kepada Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu. Lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita". Ternyata yang dipikirkan Yohanes itu tidak benar di mata Gurunya.


Sabda Tuhan hari ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang bijaksana, sebagaimana sabda-Nya: "Jangan kamu cegah dia, sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita" (Yoh.9:40).


Bukanlah hal yang mudah untuk memiliki sikap bijaksana, karena sikap bijaksana adalah merupakan rahmat Allah. Tidak semua pemimpin adalah juga seorang pamong, namun seorang pamong sudah tentu adalah seorang pemimpin. 


Mengapa demikian, karena seorang pamong senantiasa mengandalkan suara Tuhan yang muncul dari lubuk hatinya dalam setiap pengambilan keputusannya. Sehingga keputusan yang bijak akan menimbulkan keyakinan bahwa kebijaksanaannya dapat dipercaya karena untuk kepentingan orang banyak.


Kita ini manusia lemah yang seringkali dikendalikan oleh hawa nafsu yang saling berjuang dalam tubuh kita. Hawa nafsu akan menggiring kita untuk selalu mengedepankan kepentingan diri kita sendiri. Untuk melawan kuasa iblis dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah. 


Namun, dengan belajar menjadi orang yang memiliki semangat kerendahan hati dan tiada hentinya berdoa memohon agar roh kebijaksanaan dicurahkan ke dalam hati kita, maka kita akan dimampukan untuk menjadi orang yang bijaksana. 


Yesus menghargai manusia berdasarkan perbuatan-perbuatannya, "siapa yang tidak melawan, ada di pihak kita". Manusia bijaksana adalah yang selalu mau mempertimbangkan kebahagiaan dan keselamatan bagi sesama.

Tuesday, 22 February 2022

Pesta Takhta Santo Petrus. "Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-KU, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga" (Matius, 16:13-19)


Gereja merayakan Pesta Santo Petrus. Baik  Petrus maupun Paulus mengalami banyak penderitaan, penganiayaan.  Keduanya mati sebagai martir karena iman akan Yesus Kristus. Kemartiran  tidak harus selalu berarti mengorbankan hidup karena iman akan Kristus.  Kemartiran juga berarti mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadi  demi nilai-nilai Injil.


Sebuah lukisan berjudul "ordination"  karya seorang pelukis Perancis, Nicolas Poussin (1594-1665),  menggambarkan bagaimana Yesus menyerahkan kunci surga kepada Santo  Petrus di hadapan para rasul lainnya seperti yang kita baca pada Injil  hari ini: "Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, apa yang  kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di  dunia ini akan terlepas di surga". 


Kita tahu bagaimana kualitas  para rasul, Petrus yang pernah tiga kali menyangkal Yesus, Thomas yang  pernah meragukan Yesus yang bangkit, dan Yakobus dan Yohanes yang  berambisi duduk di kiri dan kanan Yesus di surga nanti, Mateus bekas  pemungut cukai, juga para rasul yang lain. 


Mereka bukanlah  pribadi-pribadi yang hebat pun pula pejabat yang mempunyai kedudukan.  Namun dalam kenyataannya kita melihat bahwa dalam kebersamaan dengan  Tuhan Yesus, mereka berubah dari orang-orang yang tidak berkualitas  menjadi orang-orang yang berkualitas. 


Kuasa Allah bisa  memampukan mereka untuk berubah. Memang perubahan itu tidak akan terjadi  seketika, tidak seperti kalau kita makan cabai langsung terasa pedas.  Namun dengan semangat mau tetap bersama dengan Tuhan dan mengikuti  kaidahnya, siapa tahu lama kelamaan kita akan diubah oleh kuasa Allah.


Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita semua, bahwa iman kepada Tuhan  adalah jawaban manusia terhadap karya Allah yang menuntun dan  menyelamatkan manusia menuju hidup abadi. Itulah yang dikehendaki Allah,  sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri bahwa imanlah yang  menyelamatkan. 


Namun, iman itu harus dihidupi oleh manusia itu sendiri  dengan dan dalam cinta kasih. Itulah iman yang hidup dan sekaligus juga  memperkuatnya. Di situlah iman semakin mendalam dihayati sebagai  kebenaran yang membenarkan manusia. 


Segala sesuatu yang  dilakukan dan dialami Kristus adalah karya Allah yang benar-benar  menyelamatkan manusia sesuai dengan janji-Nya. Kristus tidak dapat  dipisahkan dari Allah Bapa, karena itu, ketaatan kepada ajaran Kristus  adalah juga ketaatan kepada Allah. 


Allah Bapa yang berkarya melalui  Kristus. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami sabda-Nya terlebih yang  menyangkut iman, dan bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi orang  beriman.


Pembaptisan adalah tanda orang mengimani Kristus. Namun,  apakah kita menyadari bahwa iman itu mesti diperjuangkan untuk  dihayati, sehingga kita dapat hidup baik dan benar. Kristus berkarya  menyelamatkan umat manusia sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang begitu  besar cinta-Nya kepada manusia. 


Kita diharapkan memliki rasa cinta  kepada Kristus dan iman akan karya penyelamatan Allah, sehingga Allah  berkenan melimpahkan petolongan-Nya lebih berlimpah lagi yaitu dengan  mengutus Roh Kudus, Roh Cinta Kasih Allah sendiri untuk membimbing kita  agar tetap mampu melaksanakan kehendak Allah. 


Selain dari pada itu, kita  juga diharapkan untuk terus mengembangkan cinta untuk memperdalam iman  kita, agar semakin banyak orang diselamatkan oleh Kristus. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-KU, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga.

 

Tuhan mempercayakan kita dengan kuasa yang berbeda-beda. Dengan kekuasaan itu, kita sekiranya tak menjadi pribadi yang otoriter. Berkuasa tanpa menghargai harga diri orang lain atau pun berkuasa dengan merendahkan sesama. Kekuasaan yang kita miliki mesti membangun dan menuntun sesama ke jalan yang benar.


Hari ini, Gereja merayakan pesta takhta St. Petrus, Rasul. Tuhan memberikan kuasa kepada Santu Petrus. Kuasa itu bertujuan agar Petrus menjadi gembala yang bisa menuntun umat Tuhan pada jalan yang benar. Kuasa itu pun membangun sesama agar tak terjebak pada jalan yang salah. 


Tanggung jawab Petrus pada Gereja Tuhan menjadi model bagi kita menjalankan tanggung jawab atas kuasa yang kita miliki. Kita selalu diingatkan bahwa keluarga merupakan gereja kecil. Sekiranya, gereja kecil ini bisa bertumbuh dengan baik karena tanggung jawab dan peran orangtua. 


Kursi Santo Petrus juga dikenal sebagai Takhta Santo Petrus, adalah sebuah singgasana kayu terbungkus perunggu yang secara fisik berada di Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan. Pada dasarnya ini adalah kursi yang rumit.


Namun ada makna simbolis yang mendalam di kursi ini. Kursi digambarkan sebagai simbol misi khusus Petrus dan Penerusnya untuk menggembalakan kawanan domba Kristus, menjaganya tetap bersatu dalam iman dan dalam kasih.


Inilah misi yang dipercayakan kepada Petrus, seperti yang kita dengar dalam Injil hari ini dan bukan hanya kepada Petrus tetapi juga kepada para Penerusnya.


Pesta ini juga menelusuri suksesi Apostolik bagi Gereja universal saat ini sampai ke Petrus. Dalam pengertian itu, Paus Fransiskus disebut sebagai penerus St. Petrus dan Paus mewarisi otoritas apostolik yang sama yang diberikan kepada St. Petrus.


Wewenang ini harus digunakan untuk mengajarkan kebenaran dan untuk melayani dengan kerendahan hati, untuk memelihara kesatuan Gereja sebagai Tubuh Kristus sehingga menjadi tanda keselamatan bagi dunia.


Namun belakangan ini, banyak skandal mengerikan telah mengguncang Gereja hingga ke dasar dan Gereja telah tenggelam jauh ke dalam krisis dengan skandal, ajaran sesat dan perpecahan.


Namun, Pesta Tahta Petrus mengingatkan kita bahwa Gereja dibangun di atas batu karang dan gerbang neraka, alam maut tidak akan pernah bisa memusnahkannya. Ini adalah kata-kata Kristus sendiri, yang adalah Kepala Gereja. 


Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."  Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"


Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"   Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.


Tuhan Yesus, Engkau memanggil rasul-rasul-Mu untuk memimpin komunitas orang percaya.  Engkau telah memberi komunitas tersebut berupa: rasul,  guru dan pengajar jemaat.  Kini kami semua berada dalam komunitas tersebut.  Bantu kami untuk juga mewujudkan panggilan-Mu untuk melayani-Mu sebagai saksi sehingga menarik orang untuk mengenal-Mu sebagai Jalan, Kebenaran, dan Hidup. 


1.Jawaban Kita: 

“Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Mengingat budaya kita saat ini, cara orang Kristen menjawab pertanyaan ini menjadi masalah yang penting dibanding jaman sebelumnya. Ada usaha yang mencoba menanamkan keraguan dan kebingungan di sekitar pertanyaan siapa Kristus. 


Padahal jika kita tidak dapat memberikan kesaksian yang memadai tentang siapa Kristus itu, bagaimana dunia akan datang kepada anugerah keselamatan yang hanya ditawarkan oleh Kristus? Mari kita berdoa untuk peningkatan iman sehingga jawaban kita kepada sesama kita dapat menjadi otentik dan meyakinkan: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup."


2.Batu Karang Gereja Kami: 

Pengakuan Petrus bahwa Yesus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"  itulah yang menjadi dasar berdirinya gereja/komunitas orang percaya.  Berdasarkan pengakuan itu gereja terus menjalankan apa yang menjadi perintah Kristus: Terus Berkarya Dalam Karya Penyelamatan.  


Melalui gereja Kristus terus berkarya untuk menebus dan menyelamatkan manusia.  Intinya Kristus terus berkarya dan tidak akan pernah meninggalkan gereja sendirian. Dia memilih kita untuk mengambil peran penting dalam karya penyelamatan-Nya.   Dia akan terus memberi kita bimbingan yang kita butuhkan. 


3.Kunci Kerajaan Sorga: 

Kini Kunci Kerajaan Sorga ada di tangan Gereja. Kita harus menyadari bahwa kita dipilih oleh Kristus untuk menjadi saksi Kerajaan. Kita tahu bahwa Roh Kudus memimpin kita.  


Kegagalan umat Perjanjian Lama adalah memegang erat kunci itu dan tidak membagikan berita sukacita kepada dunia.  Kita tidak boleh mengulangi kegagalan tersebut.  Kita wajib membagi: Pengampunan,  Berkat dan Belas Kasih Allah bagi sesama.  Kita adalah Pemegang Kunci.  


Renungan untuk kita Semua.

Kita mengenal seseorang dengan baik kalau kita menjalin relasi yang akrab dengan orang tersebut. Relasi yang akrab itu tercipta lewat perjumpaan yang terus menerus dan disertai dengan komunikasi dari hati ke hati. 


Kalau hal itu tidak dilakukan, barangkali kita hanya mengenal nama dan sosok orang itu dan tidak mengenalnya dengan baik. Begitu pula dalam relasi kita dengan Tuhan. Tuhan mengenal kita dengan baik. Karenanya, kita pun perlu berupaya untuk berelasi akrab dengan Tuhan agar kita bisa mengenal-Nya dengan baik. 


Pengakuan iman Simon Petrus menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan Yesus. Dia menyadari siapa Tuhan Yesus yang telah diikutinya. Dengan ini, Simon Petrus tidak sekadar mengikuti Tuhan Yesus, namun dia juga berupaya mengenal dan berelasi dengan Tuhan Yesus lebih dekat. Hasilnya terlahir pengakuan iman, di mana Simon Petrus mengakui keilahian Tuhan Yesus.


 Hal ini mengingatkan kita dalam mengikuti Tuhan Yesus. Kita mesti mengikuti dan berelasi dengan Tuhan Yesus dari dekat. Tujuannya, agar kita bisa mengenal-Nya dan mengakui keilahian-Nya dengan baik. Semakin mendalam dan dekat kita berelasi dengan Tuhan, semakin mendalam pula pengenalan kita pada keilahian-Nya. 


Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19)


Pengakuan iman Petrus diikuti berkah dan pujian dari Tuhan. _Pertama,_ Tuhan menganugerahkan nama "Petrus" (yang berarti batu karang) kepada Simon dan ia dinyatakan sebagai dasar bagi Gereja yang dibangun Tuhan. 


Atas dasar iman Petrus (para rasul) inilah persekutuan Gereja berdiri dan maut takkan menguasainya. Artinya Gereja Kristus akan tegak berdiri hingga di ujung waktu. _Kedua,_ Petrus diserahi kunci kerajaan surga yang dapat mengikat kebaikan baik di dunia maupun di surga.


Pelita sabda ini mengingatkan kita untuk selalu mendasarkan iman kita atas para rasul. Jika di setiap ibadah kita mendaraskan dan mengulangi syahadat iman para rasul, kita diajak untuk selalu  hidup pada pada jalur dan jalan yang benar, yakni beriman seturut iman para rasul. 


Pelita sabda ini juga menegaskan bahwa hidup kita tidak hanya berujung dan berhenti di dunia tetapi ada lanjutannya, yakni dalam alam abadi. Kebaikan yang diikat di dunia akan terikat dalam hidup selanjutnya.


 Karenanya tak ada kata sia-sia untuk suatu perbuatan baik. Teruslah mengikat kebaikan karena kebaikan itu akan kita bawa dalam hidup setelah kita meninggalkan dunia. Tetap semangat dan berkah Dalem.

Monday, 21 February 2022

YESUS Mengusir Roh Jahat dari Seorang Anak Yang Bisu. (Markus, 9: 14-29) .


Kisah tentang seorang anak yang kerasukan roh jahat, yang membisukan dan menulihkan. Apabila roh itu menyerangnya, anak itu dibanting-bantingnya ke tanah, mulutnya berbusa, giginya kertakan dan tubuhnya kejang. Para murid Yesus mencoba mengusir roh jahat itu tetapi mereka tidak mampu mengusirnya. Yesus-lah yang mampu mengeluarkan roh jahat itu dari si anak.


Kita pun mengalami kerasukan setan yang membisukan dan menulihkan. Ketika roh itu menyerang, kita tidak mampu mendengarkan sabda Allah, kita tidak mampu menyuarakan cinta dan kebenaran, kita dibanting-banting oleh konflik kepentingan dan perhitungan untung rugi. Kita menjadi bisu bertutur dan tuli mendengar cinta Allah dan kebenaran-Nya.


Pertanyaannya adalah, adakah orang yang berupaya menyembuhkan kita? Pernahkan kita sendiri menyadari kebisuan dan ketulian itu?


Bukan hal yang mudah untuk mengusir setan yang membisukan dan menulihkan kita. Tetapi mari kita membiarkan Yesus hadir dan berkarya dalam diri kita, ini adalah resepnya. Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa, doa dan puasa adalah caranya. 


Semoga Tuhan mendengarkan doa-doa kita, membersihkan kita dari segala kerasukan setan sehingga dengan kebijaksanaan dalam hidup bersama Kristus kita menjadi murni dan menghasilkan buah cinta, kedamaian, kasih sayang, kebaikan dan keadilan. 


Markus 9:14-29 Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.  Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"


Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." 


Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"


Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.


Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya.  Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"


Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!"



Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati." Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri

Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?" Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa."


Yesus, kami datang ke hadapan-Mu dengan membawa kepada-Mu semua area kehidupan kami yang membutuhkan sentuhan penyembuhan-Mu. Engkaulah harapan kami.  Bantu kami tumbuh dalam kepercayaan sehingga cinta kami kepada-Mu tumbuh lebih kuat dan lebih dalam. Amin


1. Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu:

Ketika Yesus, Petrus, Yakobus, dan Yohanes kembali dari gunung dalam peristiwa Transfigurasi, mereka menemukan murid-murid lain berdebat dengan beberapa ahli Taurat. Ketika Yesus bertanya apa yang sedang mereka bicarakan, seorang pria menjawab bahwa dia telah membawa putranya agar Yesus dapat mengusir roh jahat dalam tubuh anaknya. 


Dalam ketidakhadiran-Nya, para murid mencoba mengusir roh jahat itu tetapi mereka tidak berhasil. Pria ini telah berharap bahwa murid-murid Yesus akan dapat bertindak dalam nama Yesus, meskipun Dia sedang tidak ada bersama mereka. 


Saat ini orang mungkin tidak mengharapkan kita untuk mengusir setan, namun kita masing-masing tetap dipanggil untuk membuat Kristus hadir di dunia. Perhatikan contoh wanita Samaria yang bertemu Yesus di sumur; dia segera pergi ke kota dan memberi tahu orang-orang tentang pengalamannya, "Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat."(Yohanes 4:39). 


Kesaksian hidup kita seharusnya berdampak pada orang lain. Orang banyak seharusnya bisa berharap pada kita untuk membantu mereka bertemu dengan Yesus. Paling tidak mereka dapat merasakan belas kasih Kristus melalui kita.  Dengan demikiam iman yang kita miliki adalah iman yang hidup, yang terlihat oleh orang-orang di sekitar kita. 


2. Jika Engkau Dapat:

Kita tidak tahu di mana atau bagaimana orang itu mendengar tentang Yesus dan mujizat yang telah Dia buat, tetapi dia membawa putranya kepada Yesus. Ketika Yesus tidak ada, Dia rela membiarkan para murid mencoba mengusir roh jahat, dan mungkin berkecil hati karena kegagalan mereka. Ada kemungkinan bahwa sebagian dari antusiasmenya telah berkurang dan mungkin kepercayaan dirinya telah terpengaruh juga.


 Dia meminta bantuan Yesus dengan agak ragu-ragu, "Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Yesus berfokus pada kata "jika," dan sang ayah menanggapi dengan iman dan pengetahuan bahwa dia membutuhkan iman yang lebih dalam: ": "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" 


Kita masing-masing telah diberi karunia iman dalam baptisan. Oleh karena itu adalah tanggung jawab kita untuk memelihara karunia itu. Seruan, “Saya percaya, bantu ketidakpercayaan saya!” menunjukkan kecenderungan batin untuk berkeinginan bertumbuh dalam imanpercaya lebih dalam dan selalu merindukan Tuhan. Terus menerus memohon agar kita lebih dekat.  Itulah tujuan hidup kita.  


Ketika para murid bertanya kepada Yesus mengapa mereka gagal dalam upaya mereka untuk mengusir roh jahat, Dia menjawab dengan blak-blakan bahwa doa diperlukan. Tampaknya para murid mengandalkan pengetahuan dan kekuatan mereka sendiri daripada doa. 


Kehidupan Kristen kita membutuhkan doa. Ini adalah wujud hubungan antara Yesus sang pokok anggur dan kita ranting-rantingnya. Hal ini penting untuk menghasilkan buah: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5).  Tanpa Yesus kita tidak dapat memuliakan Allah.  Marilah kita meminta karunia agar kita dapat memuliakan Allah.


kita  menyadari bahwa dengan jalinan relasi yang sepenuh hati, maka Allah akan beserta kita. Kita akan dibimbing serta akan dilindungi oleh Roh Kudus dari segala hal yang jahat. Hendaknya kita mau untuk hanya berserah kepada Allah serta seturut kehendak Allah saja.


 Sebagaimana sabda-Nya: "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai beraikan". Oleh sebab itu, hendaknya kita mau untuk membaca Kitab Suci, meresapkannya dalam hati serta mewujudnyatakannya dalam hidup. 


Sesungguhnya, kisah Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu, mengajak kita untuk mau menghayati hidup harian kita dengan spiritualitas agar supaya kita semakin dekat dengan Allah, percaya kepada-Nya agar semakin besar perbuatan kita yang dilandasi cinta kasih, serta murah hati. Tuhan selalu mengingatkan kita, antara lain: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu"


Hendaknya kita mau untuk memusatkan perhatian hanya kepada Tuhan dan hidup serta tinggal di dalam Allah saja. Kita harus berjuang untuk menjadikan iman kita hidup, tumbuh serta berkembang dari waktu ke waktu. Mau untuk memohon agar Yesus membersihkan, menguduskan, dan menyembuhkan kita . 


Dengan demikian kita akan dapat membawa Yesus dalam keluarga dan saudara seiman yang membutuhkan. Kita akan dapat untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya.

Friday, 18 February 2022

Syarat-syarat mengikut YESUS "Menyangkal Diri Dan Mengikuti-Nya. Barangsiapa kehilangan nyawa demi Aku dan karena Injil, akan menyelamatkan nyawanya."( Markus 8:34-9:1")

 
Syarat  Mengikuti  YESUS.


Pada suatu ketika Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikut Aku.


Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya.


Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Kalau seseorang malu karena Aku dan karena perkataan-Ku  di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."


Kata Yesus lagi kepada mereka, "Aku berkata kepadamu; Sungguh, di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa." 


Yesus dengan jelas menyebutkan apa yang membuat seseorang menjadi  murid sejati. Misteri salib adalah jantung dari semua kehidupan kita. Para pendengar Yesus sungguh akan sudah biasa dengan setiap tindakan memikul palang salib di bahu mereka. 'Dia yang tidak berdosa' merangkul salib karena kasih untuk dunia kita hancur ini.


Tuhan berikan kami bahu-bahu yang kuat setiap hari untuk menemui orang, untuk meringankan beban sesama. Bantu kami untuk merasakan konsolasi atau penghiburan yang kami terima, ketika  kami pergi keluar membantu seseorang.


Melaksanakan kehendak Allah itu harus dilakukan dengan sepenuh hati, karena Kristus bukan hanya menjadi HAKIM atas perbuatan manusia, tetapi juga yang memberikan hidup kepada mereka yang kehilangan nyawanya karena Dia. Manusia diciptakan sebagai pribadi yang harus mewujudkan diri sebagai pernyataan yang disabdakan Allah agar manusia dapat hidup abadi yang membahagiakan. 


Manusia berdosa, sehingga kesenangan serta kenikmatan duniawi menguasai manusia, namun, Allah tetap menghendaki keselamatan manusia. Maka, Allah melimpahkan rahmat-Nya agar manusia bertobat yaitu mau kembali mengikuti kehendak Allah, mau untuk menyalibkan nafsu kedagingannya. Sebab Allah yang maha pengasih dan maha penyayang tidak gembira melihat manusia mati meskipun karena dosanya sendiri.


Untuk mewujudkan diri sebagai manusia ciptaan Allah, manusia harus berpedoman pada kehendak Allah. Manusia juga telah mengalami, karena melakukan menurut kehendaknya sendiri, akibatnya manusia merasakan kerusakan dalam dirinya dan bahkan kerusakan itu terus berjalan dan akhirnya akan rusak total dan akhirnya manusia mati binasa. 


Maka, apabila manusia mau tetap hidup, manusia harus melaksanakan kehendak Allah. Tetapi sebagai pribadi, manusia harus mempertanggungjawabkan dosanya melalui kerelaannya untuk menerima akibat dosa itu. Manusia harus mau menerima kerusakan dan kematian itu dengan mengikuti teladan Kristus.


 " Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkan nyawanya" (Mrk.8:35).


Kristus datang ke dunia ini untuk melaksanakan kehendak Allah menyelamatkan manusia. Penderitaan dan kematian Kristus merupakan tanda tanggung jawab-Nya terhadap tugas perutusan Allah. Itu dikehendaki Allah, justru karena Allah memperlakukan manusia sebagai pribadi yang berdaulat dan berkenan mencurahkan kembali hidup Ilahi yang abadi apabila manusia mau bertanggung jawab. 


Itulah kemurahan hati Allah yang begitu besar yang sepantasnya kita syukuri. Dan ucapan terima kasih kepada Tuhan yang paling sesuai dengan kemurahan hati Allah itu ialah "mempersembahkan hidup kita sendiri". Tubuh kita akan binasa karena dosa.


 Namun Allah akan membangkitkannya di akhir zaman. Karena itu, hendaknya kita mau menanggapi kehendak Allah itu dengan menyerahkan diri seutuhnya, termasuk tubuh kita selama hidup di dunia ini. Cara itu akan membersihkan hati dan budi kita. 


Dalam perjalanan hidup di dunia yang berubah-ubah ini, kita pun akan dapat menangkap kehendak Allah, karena kita hidup menurut roh, terang, dan tidak menurut daging. Melaksanakan kehendak Allah itu merupakan tindakan dan sikap yang menghidupkan dan bahkan membahagiakan.


Kecenderungan manusiawi kita adalah menolak dan menghindari penderitaan. Kita ingin kita dan orang-orang yang kita kasihi selalu dalam keadaan baik, terbebas dari bahaya, bencana, sakit dan derita. 


Mungkin ini salah satu alasan mengapa Petrus, sebagaimana dikisahkan dalam bacaan kemarin, tidak mau kalau Yesus harus menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh. Sikap Petrus ini keliru karena ia bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.


 Yesus memberitahukan kita bahwa yang harus menderita bukan hanya diri-Nya tetapi setiap orang yang menjadi murid-Nya. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 


Inilah jalan yang secara eksplisit disebut oleh Yesus agar kita dapat mengikuti-Nya, menyangkal diri dan tidak menghindari penderitaan tetapi menjadikannya sebagai salib yang harus dipikul. Penyangkalan diri nyata dalam berbagai bentuk pengendalian diri terhadap berbagai macam nafsu, kenikmatan, keserakahan dan kesenangan terhadap hal-hal duniawi. 


Memanggul salib nyata dalam kesediaan kita untuk berkorban demi pelayanan dan kebaikan hidup bersama serta tidak berupaya membebaskan diri dari penderitaan tetapi rela menanggungnya dengan penyerahan dan pengharapan kepada Tuhan.


Yesus lalu menambahkan, mengikut Aku. Sebab dengan mengikuti Dia, kita tidak hanya mendapat teladan dari-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib tetapi juga mendapatkan kekuatan dan pertolongan dari-Nya sehingga penyangkalan diri kita dan jerih lelah kita memikul salib sungguh-sungguh mendatangkan keselamatan. 


Markus 8:34 — “ Lalu YESUS memanggil orang banyak dan Murid-murid-NYA dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau MENGIKUT AKU, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan MENGIKUT AKU.”


Markus 9:1 — “ KATA-NYA lagi kepada mereka: "AKU berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa KERAJAAN ALLAH telah datang dengan kuasa.”


 Hal mengikut YESUS KRISTUS memang bukan pertama kali kita dengar tapi bagi orang-orang yang ada di sekitar TUHAN YESUS waktu itu, ketika ucapan ini keluar dari MULUT YESUS KRISTUS, mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang TUHAN YESUS sampaikan.


Dari sekian banyak ucapan TUHAN YESUS memang dalam satu konteks tertentu seringkali hanya menimbulkan tanda tanya bagi murid-murid. Termasuk ketika TUHAN YESUS berkata “menurut kata orang siapakah AKU ini ? Ada yang berkata “ENGKAU adalah Elia, ENGKAU salah satu dari seorang nabi, ENGKAU Yeremia dan ada yang mengatakan bahwa YESUS adalah Yohanes pembaptis.” 


TUHAN YESUS akhirnya berkata “Menurut kamu siapakah AKU ini?” yang sangat mengherankan disini adalah murid-murid yang sudah berbulan-bulan MENGIKUT TUHAN YESUS, masih belum kenal juga siapa YESUS KRISTUS.


Kalau salah satu MURID-NYA bisa berkata “ENGKAU-lah MESIAS ANAK ALLAH yang hidup” itu tidak berangkat dari sebuah kesimpulan pengalaman rohani Petrus karena Alkitab berkata “Bapakulah yang mengilhamkannya.” 


Jadi hari itu ROH KUDUS meminjam mulut Petrus untuk mengucapkan kalimat-kalimat pengakuan tentang YESUS KRISTUS adalah ANAK ALLAH. Artinya, tidak ada satupun dari murid-murid YESUS ini yang kenal betul siapa YESUS KRISTUS.


Mereka hanya mengenal TUHAN YESUS KRISTUS sebatas GURU itu sebabnya YESUS KRISTUS dipanggil RABI. Mereka tidak mengerti betul pelayanan KE-MESIAS-AN YESUS kalau bukan ROH TUHAN yang meminjam mulut Petrus. 


Pelayanan KE-MESIAS-AN ini bukanlah pelayanan yang sederhana karena dalam perjanjian lama pelayanan ini berhubungan dengan MEZBAH, DARAH dan HADIRAT ALLAH. Pada zaman itu jika salah melayani resikonya mati. ALLAH ingin agar YESUS KRISTUS diakui sebagai MESIAS dan YESUS KRISTUS sendiri yang nanti menjadi korban DARAH-NYA sebagai MEZBAH-NYA.


TUHAN YESUS banyak kali menegaskan hal MENGIKUT YESUS KRISTUS sebagai komitmen dan juga pengalaman yang tidak boleh main-main. Hal ini dikatakan TUHAN YESUS ketika DIA hendak berjalan menuju ke Yudea dan dalam catatan jurnal-jurnal yang bisa ditemukan, pelayanan TUHAN YESUS di Yudea ini adalah enam bulan terakhir menjelang KEMATIAN-NYA. 


Jadi TUHAN YESUS tidak lagi ke Galilea sebab TUHAN YESUS tahu WAKTU-NYA sudah tiba. Enam bulan menjelang paskah dimana TUHAN YESUS akan menjadi korban paskah maka migrasilah YESUS KRISTUS ke Yudea. Dalam perjalanan ini maka TUHAN YESUS ingin menegaskan hal MENGIKUT TUHAN, apakah murid-murid sudah tahu betul apa resiko dari MENGIKUT TUHAN dan apa syaratnya.


TUHAN YESUS memanggil, maka ini sesuatu yang khusus karena tidak semua orang bisa datang, hanya orang-orang tertentu saja yang YESUS KRISTUS tahu bahwa ada kemungkinan mereka bisa melakukan syarat-syaratnya. Setelah TUHAN YESUS memanggil mereka barulah dimulai dialog “Setiap orang yang mau MENGIKUT AKU, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan MENGIKUT AKU.”


Dalam bahasa Grika ayat ini berkata “Setiap orang yang mau mengikut di BELAKANG-KU” jadi ada kata di BELAKANG-KU. Kata ini bukan hanya sekedar mengikut saja tapi kata ini mengandung arti kedisiplinan, konsistensinya. Dalam teks bahasa Grika kata ini mahal sekali sebab orang yang mau MENGIKUT TUHAN harus tetap berada di belakang. Dan kata ini menjelaskan bahwa sebagai PENGIKUT KRISTUS YESUS TUHAN kita harus bercermin dari kehidupan YESUS KRISTUS. Artinya, apa yang TUHAN YESUS lakukan itu juga yang harus kita lakukan.


TUHAN YESUS kemudian berkata “Barangsiapa mau MENGIKUT AKU, ia harus menyangkal dirinya.” Kata menyangkal diri inilah yang mungkin membingungkan murid-murid karena harus meniadakan diri atau menganggap diri tidak penting. Hal menyangkal diri ini memiliki arti apapun yang dia lakukan dan sekalipun apa yang dikerjakan berhasil bahkan diterima orang, maka dia harus mau untuk tidak mendapatkan pujian sedikitpun. Bila perlu keberadaannya disangkal sama sekali.


YESUS KRISTUS ingin mengajar kepada murid-murid bahwa MENGIKUT TUHAN apapun yang kita buat dan setinggi apapun pujian yang kita dapat, kita tidak berhak meminta bagian dalam pujian tersebut. Dengan demikian bila orang tidak menganggap kita, dan tidak memberikan pujian atas apa yang kita lakukan, kita tidak boleh marah sebab jika tidak, kita belum menyangkal diri.


Dalam PELAYANAN-NYA, TUHAN YESUS menyembuhkan banyak orang tapi TUHAN YESUS selalu katakan bahwa itu karena KUASA ALLAH agar NAMA TUHAN dimuliakan, walaupun YESUS KRISTUS punya hak atas hal itu.


Jadi kalau kita berbicara tentang hal mengikut YESUS KRISTUS, itu berhubungan dengan ego. Karena rata-rata kalau kita sudah melakukan sesuatu dan hasilnya baik, lalu kita tidak disebut maka kita bisa menyimpan kemarahan kita selama bertahun-tahun.


TUHAN YESUS mengajar kita untuk bisa memberi dengan ketulusan dalam pelayanan apapun dan kalau sampai kita menuntut pengakuan maka kita belum pada tahap menyangkal diri.


Markus 8:34, Barangsiapa mau MENGIKUT TUHAN YESUS harus pikul salib. Hal terpenting yang perlu kita bahas dalam kalimat ini adalah, salib disini bukan menunjukkan pada SALIB YESUS tetapi pada salib kita sendiri.


Apa yang TUHAN YESUS katakan tentang pikul salib, pada saat itu sangat sulit untuk dipahami oleh orang Yahudi. Mengapa ? Karena era YESUS KRISTUS melayani adalah era dimana orang-orang Yahudi ini dijajah oleh orang Roma. Dan sudah menjadi tanggung jawab yang umum bahwa semua orang dari generasi ke generasi harus mau angkat senjata mengusir Roma dari bumi Yahudi karena bagi mereka Roma adalah musuh terbesar mereka.


Ketika YESUS KRISTUS katakan bahwa IKUT TUHAN itu angkat salib mereka merasa ini adalah sesuatu yang aneh, karena bagaimana mungkin salib bisa dipakai menghadapi musuh. Dalam MENGIKUT TUHAN kita harus sadari bahwa MUSUH TUHAN adalah musuh kita dan siapakah MUSUH TUHAN ? Dosa. Itu sebabnya musuhilah dosa. Kalau mungkin dalam dirimu ada dosa yang sulit untuk diakui maka akan sulit juga diperangi.


"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk ALLAH. Aku telah disalibkan dengan KRISTUS; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan KRISTUS yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam ANAK ALLAH yang telah mengasihi aku dan menyerahkan DIRI-NYA untuk aku." Galatia 2:19-20


Kita masih hidup di dalam daging kita. Namun jadilah orang benar bagi KRISTUS YESUS TUHAN dengan cara pikul salib. Semakin banyak kejahatan engkau perangi maka hidupmu akan semakin berkenan di hadapan KRISTUS TUHAN. Jangan dulu kita memikul SALIB TUHAN sebab TUHAN katakan, siapa yang bisa minum CAWAN-NYA ? Salib kita dulu yang harus kita pikul.


Pada dasarnya apa yang TUHAN YESUS katakan ini sederhana untuk dilakukan, Markus 9:1 — “ AKU berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa KERAJAAN ALLAH telah datang dengan kuasa.”


Kematian di sini tidak menunjukkan pada kematian fisik melainkan menunjuk pada apa yang TUHAN YESUS katakan pada Markus 8:35-37 — “ Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena AKU dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"


Jika kita bisa melepas hidup ini dengan menyangkal diri, pikul salib, TUHAN YESUS pasti memelihara dan otomatis nyawa pun TUHAN YESUS pelihara karena itu masuklah dalam kategori orang yang tidak akan mati atau tidak akan dikuasai dengan rasa takut mati sebab mereka akan hidup sampai melihat KERAJAAN ALLAH datang dengan kuasa, Amin.

Thursday, 17 February 2022

Siapakah Yesus? ( Markus 8: 27-33)

Siapakah Yesus!?.


Sabda Tuhan hari ini kembali menanyakan kepada kita semua: Siapakah Yesus?.  Mengapa hal ini ditanyakan kembali, karena banyak orang selalu mengatakan bukan yang ke luar dari lubuk hatinya, melainkan apa kata orang. Yesus ingin mendapatkan jawaban menurut iman dan kepercayaan kita serta sedalam apakah kita memahamiNya.


Sebagaimana hal itu juga pernah ditanyakan kepada Petrus: "Siapakah Aku ini?" Sesungguhnya, Tuhan ingin menegaskan akan kualitas iman kita, apakah iman kita seteguh dan sekokoh  iman Petrus kepada Allah yang karena keteguhan dan kekokohannya disebut batu karang Gereja.  Petrus berkehendak untuk dapat tinggal dalam Allah, maka Petrus berusaha sepenuh hati menjadikan imannya berkualitas, hidup dan bertumbuh dari waktu ke waktu. 


Hendaknya kita mau untuk memiliki iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Sehingga apabila suatu ketika suatu saat ditanya oleh Tuhan, "Siapakah Aku ini?", maka kita akan dapat menjawab dan jawaban itu  muncul dari lubuk hati yang terdalam bahwa *Engkau-lah Tuhan-ku dan Allah-ku.


Engkau adalah Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup. Engkau adalah Mesias, Sang Penyelamat yang akan membebaskan umat beriman dari penderitaan. Mengapa kita bisa menjawab dengan lantang, karena kasih Allah kepada kita orang beriman  yang kemudian menyertai, membimbing, dan melindungi kita dengan mengutus Roh Kudus untuk  bersemayam di hati ini. 


Kita harus mengenal Allah secara pribadi dengan jalinan relasi sepenuh hati dengan-Nya melalui doa. Dengan jalinan relasi yang sebaik mungkin serta dengan sepenuh hati melalui sabda-Nya dan meresapkannya dalam hati, maka kita akan dapat mengenal serta memahami kepribadian Yesus seutuhnya. 


Mesias adalah seorang yang harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak serta dibunuh sebelum akhirnya bangkit dari kematian. Kita semua yang dibaptis dalam kematian-Nya  memperoleh harkat dan martabat yang setara di hadapan Allah hendaknya mau untuk bertanggung jawab membangun Tubuh Kristus serta Gereja-Nya demi kemuliaan-Nya.


 Mau untuk lebih mendalam lagi pengenalan akan Yesus, kebenaran serta ajaran-ajaran-Nya.Dengan demikian, suatu ketika suatu saat kita akan dapat berserah serta seturut kehendaknya dengan penuh keikhlasan, akan dapat membagikan berkat, rahmat, serta kasih-Nya kepada sesama karena hati kita jadikan sebagai panduan hidup kita.


"Menurut kamu siapakah Aku ini?"

Sebuah pertanyaan personal yang Yesus tujukan kepada para murid-Nya. Sebuah pengakuan iman muncul dari seorang Petrus: "Engkaulah Mesias Anak Allah". Jawaban ini tentu munculnya dari pengalaman perjumpaan, kedekatan dan keimanan Petrus. 


Walaupun iman Petrus salah memahami makna Mesias karena Petrus memahami Mesias dari pandangan politik. Akan tetapi makna Mesias itu berkaitan dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus bagi keselamatan manusia. kita yang menjadi murid Kristus juga pertanyaan yang sama ditujukan kepada kita. Apakah jawaban kita? Siapa Yesus dalam hidup kita?


Kita akan mampu menjawab dengan tepat kalau kita dekat, mengalami, dan merasakan penyertaan-Nya. Jawaban kita menentukan cara kita menghidupi iman kita.


Kalau kita hanya menjawab menurut kepentingan kita maka kita akan proyeksikan semua Rahmat Tuhan hanya untuk menjawab kepentingan kita sendiri. Ketika kebutuhan kita tak terjawab oleh Tuhan, maka kita mudah untuk meninggalkan-Nya.


Tapi kalau kita menjawab menurut rencana Allah maka kita akan mengalami Rahmat Mesias itu lebih untuk keselamatan semua manusia. Dan Rahmat itu tetap kita akan rasakan baik dalam suka maupun dalam duka, baik dalam sakit maupun sehat.


Allah kita selalu memberikan diri sepenuhnya dan juga memberi kesempatan baru. Sesudah air bah yang memusnahkan bumi dan manusia. Allah mengulangi maksud-Nya. Allah kembali mengadakan perjanjian dengan manusia dan keturunannya.


Sejak itu bumi dan segala yang hidup tidak akan dilenyapkan air bah, segala ciptaan Allah serahkan kepada manusia untuk dijaga dan dipelihara, dan kepada manusia diserahi tugas untuk memenuhi bumi dengan keturunan.


Pemberian diri Allah tanpa batas itu kita imani di zaman Perjanjian Baru. Yesus sebagai pewahyuan diri Allah mengambil sepenuhnya bagi penebusan manusia hingga wafat di kayu salib. Misteri cinta yang pasti tidak bisa dicerna oleh akal manusia. Kasih dan kehendak Allah ini di luar nalar manusia. Alhasil pengenalan manusia kepada Yesus pun sangat beragam.


Dari antara orang banyak ada yang mengenal Yesus sebagai Yohanes Pembaptis, Elia atau salah seorang dari para Nabi. Namun Petrus, kepala para rasul memberi kesaksian yang tepat, Engkau adalah Mesias.


Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi."


Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.


Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. 


Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.


Renungan  Untuk Kita  Semua.

Ketika kita menyatakan telah mengenal Tuhan Yesus dengan baik, mungkin kita mendapat pertanyaan siapakah Tuhan Yesus itu? 


Ketika Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus "siapakah Aku ini?" maka dengan spontan dan tegas ia menjawab bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias. Jawaban Petrus sudah benar, namun tidak disertai dengan pemahaman yang benar. Hal ini terbukti ketika ia menegur Tuhan Yesus saat menjelaskan apa yang akan dialami oleh Mesias. 


Bagi Tuhan Yesus, ini terjadi karena Petrus belum benar-benar mengenalNya dengan baik sehingga tidak dapat memahami apa yang menjadi kehendak Allah. 


Seringkali kita juga seperti Petrus, kita sering berdoa Bapa Kami, "Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga', akan tetapi kita lebih sering memaksakan agar kehendak kita yang terlaksana atau terkabul. 


Hal ini terjadi karena kita belum sepenuhnya mengenal Tuhan sehingga kita tidak bisa memahami kehendak Tuhan. Seringkali juga kita memanjatkan doa dengan rangkaian kata-kata yang indah namun isinya minim makna. 


Marilah kita membuka hati kita agar Tuhan tinggal di dalam diri kita sehingga kita semakin mampu mengenal Tuhan dengan sesungguhnya. Dengan berbagai pengalaman hidup yang senantiasa melibatkan Tuhan akan membuat kita semakin mengenalNya dan memahami kehendakNya. 

Wednesday, 16 February 2022

Yesus Menyembuhkan Orang Buta di Betsaida (Markus 8:22-26)

Yesus  Menyembuhkan Orang Buta di betsaida


Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. 


Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: “Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” 


Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: “Jangan masuk ke kampung!”


Satu keuntungan yang didapatkan orang buta dalam kisah penyembuhan hari ini adalah disentuh oleh Yesus. Dua kali dia disentuh Yesus, sehingga bisa sembuh dari sakitnya. Sentuhan Yesus membawa perubahan pada hidupnya. 


Dia melihat cahaya, bisa membedakan antara gelap dan terang. Mukjizat yang diterimanya membawa dampak positif karena dia lalu bisa menikmati hidup sebagaimana mestinya.


Sentuhan Yesus merupakan tanda bahwa Allah mengasihi umat-Nya. Allah memperhatikan penderitaan manusia dan bersedia menyembuhkan, sebab Ia ingin agar keselamatan dialami oleh setiap orang. 


Jika orang buta itu butuh disentuh oleh Yesus agar mengalami kesembuhan, bagaimana dengan kita? Apakah selama ini kita juga pernah merasakan disentuh oleh Tuhan, sehingga mengalami perubahan hidup?


Sabda Allah merupakan sentuhan paling utama bagi kita. Banyak orang yang mengalami perubahan ketika menemukan ayat Kitab Suci sebagai pedoman hidup mereka. Banyak orang yang mensyukuri hidup melalui kutipan-kutipan Kitab Suci. Itulah sentuhan rohani yang selama ini bisa kita rasakan. Suara Allah yang bergema dalam sanubari kita, itulah bentuk sentuhan rohani yang ditawarkan bagi kita.


Memang pertumbuhan iman harus diimbangi dengan cita rasa rohani. Orang mengalami disentuh oleh Allah karena hidup rohaninya diolah dengan baik. Ada yang betah di ruang adorasi untuk berdoa dengan khusyuk; ada yang kerasan bermeditasi selama berjam-jam. 


Itu semua merupakan contoh bagaimana iman dihidupi dengan cita rasa rohani. Namun, ada pula yang selalu buru-buru ketika berdoa; atau memilih jadwal misa dengan mempertimbangkan durasi khotbah seorang imam. Jika hidup kita masih dikuasai oleh sikap like and dislike, tidak akan pernah muncul yang namanya cita rasa rohani dalam pertumbuhan iman.


Rasul Yakobus mengatakan kepada jemaatnya: “Hendaklah kalian menjadi pelaksana Sabda, dan bukan hanya pendengar.’ Sabda ini kiranya tergambar dalam tindakan beberapa orang yang membawa seorang buta dan memohon kepada Yesus supaya la menjamah si buta itu.


Niat dan usaha mereka membuat orang buta itu bisa bertemu dengar Yesus sehingga Yesus berbuat sesuatu untuk menyembuhkan dia. Kita bisa membayangkan bahwa si buta akan sangat sulit bertemu dengan Yesus jika ia tidak dibawa dan didampingi. Dia mungkin akan tetap buta. Tindakan mereka mengubah si buta jadi melihat melalui tindakan Yesus.


Senang sekali mendegar kisah-kisah orang yang berjasa membantu orang lain, baik melalui pengalaman langsung sehari-hari maupun dalam berita yang tersiar di media sosial. Mungkin orang-orang itu tidak mampu menolong secara langsung, namun usaha dan jasa mereka menjadi ‘jembatan penolong’ bagi orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. 


Kisah penyembuhan orang buta di Betsaida itu berlangsung bertahap. Ketika orang buta itu dibawa kepada Yesus supaya dicelikkan matanya agar dapat melihat, Yesus tidak langsung menyembuhkannya. Yesus mulai dengan memegang tangan orang yang buta itu, dan membawanya ke luar kampung, kemudian meludahi matanya, dan meletakkan tangan atasnya. 


Setelah perbuatan Yesus itu, ternyata orang yang buta itu belum melihat dengan sempurna. Orang buta itu baru dapat melihat samar-samar. Setelah Yesus meletakkan tangan-Nya untuk kedua kalinya pada mata orang yang buta itu, ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.


Kisah ini mengingatkan kita setidaknya untuk dua hal. Pertama, Yesus tidak pernah menyia-nyiakan orang yang datang dan memohon kepada-Nya. Orang buta dibuat-Nya melihat, orang lumpuh dapat berjalan,  orang bisu dapat bicara,  dan orang yang menderita sakit akhirnya sembuh.


Segala sesuatu memerlukan proses, tidak serta merta seperti kalau kita makan cabe langsung terasa pedasnya. Ada proses atau tahapan yang harus terjadi. Ibarat naik tangga, sebelum tiba di puncak, seseorang harus terlebih dahulu menapaki anak tangga pertama kedua, dan seterusnya.


Oleh karena itu, marilah kita datang dan memohon kepada Yesus, terlebih di saat kita membutuhkan-Nya. Namun kita harus sabar apabila harapan kita belum terkabulkan. Hanya kesabaran itulah kuncinya. 


Semoga Allah Tritunggal yang Mahakudus mencelikkan mata hati kita agar dapat melihat segala kebaikan-Nya dan membuka pengertian kita untuk dapat memahami hal yang pantas kita mohonkan daripada-Nya.


Tuhan, Yesus, terang dunia, begitu banyak orang yang buta akan kebaikan-Mu. Begitu banyak yang tidak dapat melihat jalan saat melalui kegelapan penderitaan. Tuhan, kami membutuhkan sentuhan penyembuhan-Mu. Amin


1. Kebutaan Orang Lain: 

“Ketika Yesus dan murid-muridnya tiba di Betsaida, orang-orang membawa seorang buta kepadanya dan memohon agar Yesus menyentuhnya.” Orang buta ini tidak datang sendiri untuk mencari kesembuhan dari Yesus. Orang lain yang membawanya kepada Yesus. 


Kita terkadang berpikir bahwa misi kita sebagai murid yang setia adalah untuk meyakinkan orang-orang yang belum bergereja tentang kebenaran Yesus Kristus. Injil ini mengajarkan kita cara yang berbeda. Kita dipanggil untuk membawa orang lain kepada Kristus dalam persahabatan. 


Kita dapat melakukan ini dengan menyaksikan identitas kita dalam kata-kata dan tindakan kita. Kita dapat melakukannya lebih baik di saat orang berada dalam kebutuhan terdalam mereka.  Bagi yang buta tercelikkan matanya.  Bagi yang haus dan dahaga mendapat kelegaan.  


2. Kebutaan Kita: 

“Dia memegang tangan orang buta itu dan membawanya ke luar desa.” Tuhan tidak akan merebut kehendak bebas kita, tetapi Dia akan memberi kita banyak kesempatan untuk keluar dari kegelapan rohani kita. 


Dia dapat menggunakan apapun juga pengalaman kita: kepindahan ke kota baru, mobil yang mogok, penyakit, atau tragedi keadaan apa pun yang mendorong kita untuk melepaskan kendali diri dan bersandar pada-Nya. Ketika situasi ini terjadi, Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada kita. 


Dia ingin memberikan kejelasan dan memulihkan kedamaian dan keamanan di hati kita. Mari kita membiarkan Yesus memegang tangan kita dan percaya pada pemeliharaan-Nya serta mengingat bahwa Dia selalu bersama kita. Yesus, kami percaya pada-Mu. 


3. Hidup dalam Terang Iman: 

Yesus tidak terburu-buru menyembuhkan orang buta itu. Mungkin Dia dengan lembut membebaskan pria ini dari kegelapan total ke dalam kepenuhan cahaya. Yesus juga lembut terhadap kita. Pertobatan menjadi murid adalah proses seumur hidup, dan Yesus menemani kita secara intim saat kita melakukan perjalanan menuju Dia. 


Pengalaman kita tentang kesabaran, kebaikan, dan kelembutan-Nya harus menginspirasi kita untuk bersabar dengan diri kita sendiri dan orang lain. 


Setelah penyembuhannya, Yesus memberi tahu orang buta itu, "Jangan pergi ke desa." Dalam pertobatan kita dari kegelapan menuju terang Kristus, kita tidak kembali dari mana kita berasal. Kita telah memiliki mata baru dari Kristus sehingga kita menolak godaan untuk kembali ke dosa masa lalu. 


Marilah  kita  Berdoa: 

Yesus, kami ingin mengikuti-Mu. Kami ingin menjadi murid yang setia. Kami merasa tidak mampu memimpin orang lain kepada-Mu ketika kami sendiri begitu buta dalam banyak hal. Tolong ilhami kami untuk merenungkan cinta dan perhatian-Mu untuk setiap jiwa yang kami temui. Semoga kami membawa mereka lebih dekat kepada-Mu dengan kesaksian otentik kami sebagai murid-Mu.


Semoga kita masing-masing menjadi ‘jembatan penolong’ sehingga banyak orang mengenal Tuhan, banyak orang bertemu dengan Yesus, banyak orang mendapat solusi atas berbagai kesulitan hidup yang mereka hadapi.

Tuesday, 15 February 2022

Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat YESUS. Namun Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. Maka Berhati- Hatilah Dengan Kelicikan Orang Farisi. (Markus, 8 :11-13.)

Kelicikan Orang  Farisi.

Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari padaNya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hatiNya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang. 


Kehadiran Yesus di tengah masyarakat selalu mengganggu ketenangan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus sudah semakin dikenal oleh masyarakat, baik di kalangan Yahudi maupun yang bukan Yahudi. Mujizat yang dilakukannya sudah menggerakkan hati banyak orang. Orang yang disembuhkannya sudah menjadi saksi kehebatan Yesus Kristus, bahwa Dia adalah Anak Allah. 


Mereka yang sudah menyaksikan mujizat-mujizat yang dibuat Yesus sudah menjadi pewarta kebaikan Yesus ke mana saja sehingga nama Yesus semakin dikenal dan kehebatannya memikat hati banyak orang. Dari hari ke hari, para pengikut-Nya semakin banyak. Orang tidak lagi mau mendengarkan ngomongan orang Farisi dan ahi-ahli Taurat, tetapi lebih senang mendengarkan Yesus. Kehebatan Yesus sudah menjadi tantangan besar untuk orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.


 Sudah banyak kali orang Farisi dan ahli Taurat melontarkan pertanyaan kepadaNya dengan maksud untuk menjerat Dia, tetapi pertanyaan mereka selalu menjadi bumerang untuk diri mereka sendiri. Karena seringkali merasa terjebak, maka hari ini mereka mau mencoba Yesus lagi, meminta Dia untuk meminta tanda dari surga untuk membuktikan bahwa misi-Nya sungguh mendapat restu dari surga. 


Menanggapi permintaan ini, Yesus merasa kasihan dengan mereka, karena hati mereka belum juga terbuka melihat tanda-tanda yang sudah dibuatNya. Dengan penuh kesal Dia berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? 


Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda. Kemudian Ia meninggalkan mereka.” Yesus merasa kecewa karena pikiran dan hati orang Farisi dan ahli-ahli Taurat begitu keras. Yesus sesungguhnya sudah menunjukkan begitu banyak tanda. 


Dia sendiri adalah tanda kasih Allah. Ia selalu menaruh kasih kepada orang berdosa yang bertobat; Ia adalah tanda kasih Allah yang penuh belaskasihan; Ia adalah tanda pengampunan Allah, yang tidak menghukum manusia berdosa yang bertobat, melainkan mengampuni dosa-dosa mereka dan menyelamatkan mereka. Yesus adalah tanda penebusan kita umat manusia. 

 

Yesus tidak membuat tanda bagi orang yang keras hatinya dan selalu menolak Allah. Tanda atau mujizat bukanlah permainan sulap yang mau menyenangkan mata orang yang melihatnya, tetapi satu bentuk jawaban Tuhan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Mujizat Yesus bertujuan untuk memperkuat iman dari mereka yang percaya kepada-Nya. Kepada mereka yang mau mencobai Tuhan demi kepuasan diri, kepada mereka mujizat tidak akan dilayani. 


 Kecenderungan amat besar dalam tradisi hidup kita adalah serba terburu-buru. Budaya instan dengan segala kemudahan dan iming-iming yang mengenakkan memang sudah menjadi atmosfir hidup kita. Tanpa bersifat munafik, kita memang kerap kali terbantu dengan aneka macam yang instan. Namun satu nilai yang tergusur dalam hidup kita adalah sikap berani bertahan dan bertekun saat mengalami pencobaan.


Orang-orang Farisi mempermasalahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus. Padahal Yesus sudah banyak memberikan tanda dan keselamatan kepada semua orang. Orang-orang Farisi belum puas dan percaya pada kesaksian Yesus. 


Tidaklah mengherankan bila Yesus mengeluhkan kedegilan hati mereka. Dalam hidup harian ada kalanya kita membuat Yesus tidak sabar dengan kedegilan hati kita. Sudah banyak tanda dan mukjizat yang telah dibuat-Nya tetapi kita masih belum menyadari dan belum membuka mata untuk itu.

 

Perubahan hidup seseorang dari tidak baik menuju baik membutuhkan proses dan tidak sekali jadi. Tidak bisa langsung jadi seperti yang kita harapan. Kita rupanya belum bersikap bijaksana.


Sebagai orang yang beriman kita lupa bahwa setiap pengalaman hidup yang Tuhan berikan tentu memiliki maksud tersendiri. Tuhan ingin agar kita kuat dan bertahan dalam situasi apapun berkat salib Kristus. Apapun bentuknya pencobaan, Tuhan selalu mengingatkan kita untuk selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sampai kapanpun. 


Segala sesuatu dan peristiwa yang terjadi, baik akibat ulah manusia ataupun akibat keadaan alam, tidak lepas dari Allah. Maka, semua itu juga dapat digunakan oleh Allah sebagai "tanda" kehendak atau rencana-Nya. Kehendak dan rencana Allah terhadap manusia tidak akan menyimpang dari kehendak dan rencana untuk menyelamatkan manusia. 


Sesuatu yang menyenangkan dimaksudkan untuk menguatkan iman sedangkan sesuatu yang pahit, tidak menyenangkan, penderitaan atau kesulitan dimaksudkan untuk mengingatkan. Maka apabila kita mampu menangkap kehendak atau rencana Tuhan dan menerima apa yang kita hadapi itu menjawab kebutuhan kita, itu berarti kita mengakui bahwa apa yang kita hadapi adalah tanda cinta kasih Allah. 


Sebagaimana kesaksian Yohanes Pembaptis, bahwa orang-orang yang cara hidupnya memadamkan karya Roh tidak akan mengenali panggilan dan kehadiran Kristus di tengah-tengah mereka. Segala yang ada ini adalah ciptaan Tuhan, merupakan tanda akan Tuhan, dan tanda kehadiran atau kehendak Tuhan. Kita harus menyadari bahwa kita ini hidup dalam tanda, apa yang hakiki dan sejati bagi kita hanya dapat kita saksikan dalam tanda. 


Agar kita hidup dengan bijak, kita harus tanggap akan tanda-tanda zaman atau situasi. Menangkap makna tanda dengan tepat dan menanggapinya dengan cara yang tepat, itulah yang disebut kebijaksanaan. Kita harus tekun melatih dan merawat kepekaan serta mensyukuri segala sesuatu yang kita hadapi dalam hidup ini sebagai tanda cinta kasih Allah.


Dalam  Injil , mengapa orang Farisi meminta tanda, karena mereka tidak mensyukuri, tidak menerima apa yang mereka saksikan dan hadapi sebagai tanda cinta kasih Allah. 


"Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan" (1Tes 5:16-22). 


Roh Kudus adalah Cinta Kasih Allah yang dicurahkan ke dalam diri kita untuk memurnikan hati kita. Orang yang bergembira dan banyak berdoa, karena mensyukuri segala sesuatu sebagai tanda cinta kasih Allah, itu sama dengan melatih diri peka akan tanda zaman, sebab tidak akan memadamkan karya Roh, akan menghargai nubuat-nubuat para nabi, akan memandang sesuatu dari sisi positif. 


Iman kepada Tuhan adalah jawaban manusia terhadap karya Allah yang menuntun dan menyelamatkan manusia menuju hidup abadi. Itulah yang dikehendaki Allah, sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri bahwa iman lah yang menyelamatkan.


 Namun, iman itu harus dihidupi oleh manusia itu sendiri dengan dan dalam cinta kasih. Itulah iman yang hidup dan sekaligus juga memperkuatnya. Di situlah iman semakin mendalam dihayati sebagai kebenaran yang membenarkan manusia. 


Segala sesuatu yang dilakukan dan dialami Kristus adalah karya Allah yang benar-benar menyelamatkan manusia sesuai dengan janji-Nya. Kristus tidak dapat dipisahkan dari Allah Bapa, karena itu, ketaatan kepada ajaran Kristus adalah juga ketaatan kepada Allah.


 Allah Bapa yang berkarya melalui Kristus. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami sabda-Nya terlebih yang menyangkut iman, dan bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi orang beriman. 


Pembaptisan adalah tanda orang mengimani Kristus. Namun, apakah kita menyadari bahwa iman itu mesti diperjuangkan untuk dihayati, sehingga kita dapat hidup baik dan benar. Kristus berkarya menyelamatkan umat manusia sesuai dengan kehendak Allah Bapa yang begitu besar cinta-Nya kepada manusia.


 Kita diharapkan memliki rasa cinta kepada Kristus dan iman akan karya penyelamatan Allah, sehingga Allah berkenan melimpahkan petolongan-Nya lebih berlimpah lagi yaitu dengan mengutus Roh Kudus, Roh Cinta Kasih Allah sendiri untuk membimbing kita agar tetap mampu melaksanakan kehendak Allah. Selain dari pada itu, kita juga diharapkan untuk terus mengembangkan cinta untuk memperdalam iman kita, agar semakin banyak orang diselamatkan oleh Kristus. 


Bapa Surgawi, kami datang ke hadapan-Mu i berusaha untuk mengenal-Mu, melayani-Mu, dan mengasihi-Mu. Kuatkan iman kami dan buka mata kami untuk melihat banyak cara-Mu dalam mengungkapkan diri kepada kami.

1. Berdebat dengan Tuhan:

Orang-orang Farisi telah menghabiskan seluruh hidup mereka mempelajari firman Allah dalam Perjanjian Lama, namun mereka gagal untuk mengenali Yesus ketika Dia ada di depan mereka.


 Ini adalah salah satu dari banyak kisah di mana sekelompok orang Farisi mendekati Yesus untuk berdebat dengannya, mengujinya, dan menjebaknya. Mereka merasa popularitas mereka sedang terancam. Atau mungkin mereka dibutakan oleh keangkuhan. Namun ironisnya mereka menuntut tanda dari Surga untuk menguji Yesus. 


Tentu saja, kita bisa jatuh ke dalam pencobaan yang sama—mencari tanda—terutama selama masa pergolakan emosional ketika kepercayaan kita digoyahkan. Tetapi Tuhan kita berbelas kasih kepada kita ketika kita meminta dengan tulus, ketika kita mau mencoba memahami keadaan kita dan memperdalam iman kita. Dia juga mengundang kita untuk mewartakan, “Jadilah kehendak-Mu,” terlepas dari apakah Dia memberi kita tanda yang kita cari atau tidak.


2. Kedalaman kasih-Nya: 

Betapa lelahnya Yesus dalam perikop Injil ini. Kita bisa membayangkan dia frustrasi dan sedih atas sikap keras kepala mereka. Dia melihat setiap orang Farisi sebagai anak yang dikasihi, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan diberkati dengan pengetahuan, kebijaksanaan, dan tradisi iman Yahudi. 


Namun, terlepas dari banyak keuntungan spiritual mereka, mereka dengan sengit berdebat dengan-Nya dan menuntut Dia membuktikan dir-Nya dengan sebuah tanda.  Padahal Dia baru saja secara ajaib menyembuhkan orang tuli dan buta (Markus 7:31-37), namun mereka menuntut tanda lain. 

Dalam hidup kita, tidak ada salahnya untuk meminta tanda, tetapi pencarian tanda kita harus selalu didasarkan pada iman dan kerendahan hati—penuh harapan, dan tidak pernah sombong atau putus asa. 


3. Dia Meninggalkan Mereka: 

Kita diyakinkan dalam Yohanes 3:16 bahwa “Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa tetapi memiliki hidup yang kekal.” Namun, Yesus, yang sepenuhnya ilahi, juga sepenuhnya manusia. Dia tidak pernah berhenti mencintai orang farisi yang mendesaknya. 


Mengapa Dia meninggalkan mereka? Agaknya, Dia menyadari bahwa mereka tidak benar-benar mencari tanda mereka hanya ingin membuat-Nya tampak lemah dan bodoh. Yesus  pergi ke pantai lain. Ini adalah pelajaran bagi kita! Yesus tidak akan pernah berhenti mengasihi kita, tetapi Dia tidak akan memaksa kita untuk menerima-Nya. 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...