We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Tuesday, 21 December 2021

Maria Mengunjungi Elisabet Saudarinya. Elisabet Berkata "Berbahagialah kamu antara semua wanita! Berbahagialah anak yang akan kamu lahirkan itu!



Tidak lama kemudian, Maria segera berangkat ke sebuah kota di Yudea, di kawasan pergunungan. Dia pergi ke rumah Zakharia lalu memberikan salam kepada Elisabet. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, anak dalam kandungannya bergerak. Elisabet dikuasai oleh Roh Allah, lalu dia berseru,


"Berbahagialah kamu antara semua wanita! Berbahagialah anak yang akan kamu lahirkan itu! Mengapakah penghormatan yang sebesar ini diberikan kepadaku, sehingga ibu Tuhanku datang melawat aku? Sebaik sahaja aku mendengar salammu, anak dalam kandunganku bergerak kerana bersukacita. Alangkah bahagianya kamu kerana percaya bahawa apa yang dikatakan oleh Tuhan kepadamu akan berlaku!"


Bunda Maria mengunjungi Elisabet. Sebuah sukacita yang mendalam dirasakan oleh Elisabet karena Maria mengunjunginya. Maria tahu pergumulan hati Elisabet yang mengandung pada masa tua. Elisabet merasa dikuatkan dengan kehadiran Maria. 


Elisabet sungguh merasakan bahwa dia tidak sendirian dalam pergumulan ini. Bagi Elisabet, akan ada orang lain yang selalu membantu di sekitarnya. Kehadiran Maria telah menguatkan dan meneguhkan Elisabet bahwa apa yang dialaminya sungguh-sungguh sebuah jalan keselamatan untuk umat manusia.


Yohanes Pembaptis melonjak riang dalam rahim Elisabet saat disalami Maria. Maria yang mengandung Tuhan menebar sukacita bagi siapa pun yang dikunjunginya. Keselamatan telah tiba. Berbahagialah mereka yang menantiNya! Nubuat keselamatan selalu dituturkan turun-temurun di antara bangsa Israel. Barangkali inilah alasan sukacita besar yang dialami oleh Elisabet dan Yohanes Pembaptis saat menerima kunjungan Maria.


Maria adalah Model Adven kita. Ia memberi teladan bagaimana kita harus menjalani Adven untuk mempersiapkan kedatangan Kristus. Teladan Maria mengunjungi Elisabet adalah teladan yang harus kita ikuti. Bunda Maria telah menunjukkan bahwa dia bukanlah pribadi yang egois dan tidak sibuk dengan dirinya sendiri. 


Kita diajak untuk keluar dari segala zona nyaman dan ego kita. Kita diajak untuk tidak sibuk dengan diri kita sendiri !. Berani peduli dan berbagi. Karena rencana Tuhan Yesus yang paling agung adalah supaya manusia beroleh keselamatan.

Renungan Singkat

Sesudah menerima pewartaan khabar gembira dari Malaikat Gabriel, Maria membawa bayi Yesus dalam kandungannya. Bayi itu adalah Allah Putera yang menjadi manusia dalam rahim Maria. Maka, kehadiran Maria merupakan selubung manusiawi dan kehadiran Tuhan Allah yang ada di tengah-tengah manusia (bdk. Zef. 3: 17-18).


Tuhan Allah tidak lagi hadir dalam kemegahan dan kemuliaan-Nya, tetapi ada dalam kehadiran Maria yang sederhana. Kemurnian bayi Yohanes Pembaptis dalam rahim Elisabet mampu menangkap Kehadiran Tuhan Allah itu sehingga bersorak gembira dan melonjak kegirangan (bdk. Zef. 3: 17; Luk. 1: 41). Kerana kehadiran Tuhan Allah dalam rahim Maria itu juga, Elisabet dipenuhi dengan Roh Kudus dan memuji Maria:


"Berbahagialah kamu antara semua wanita! Berbahagialah anak yang akan kamu lahirkan itu!"


Kehadiran kita pun sentiasa mendatangkan sukacita bagi sesama manusia bila kita mahu membawa Tuhan ke mana-mana. Seperti Maria yang menghadirkan sukacita besar bagi keluarga Elisabet, kerana ia membawa Sang Emanuel dalam rahimnya. Tuhan rela mendatangi kita bukan dalam kemegahan dan kemuliaan, melainkan dalam rupa Bayi mungil yang akan lahir di kandang domba di Betlehem. 


Maka, marilah kita meresapkan hidup kita dengan semangat Injil sehingga kita mampu menghadirkan sukacita bagi siapa saja yang kita jumpai dalam hidup kita sehari-hari.



Ya Allah, bukalah mata hati kami agar mampu merayakan Kehadiran Putera-Mu. Kobarkanlah sukacita dalam diri kami kerana kehadiran-Mu yang sederhana di tengah-tengah kami. 


Apakah Maria tinggal dirumah Elisabet? 

Kisah kunjungan Maria kepada Elisabet saudarinya dalam Kitab Suci merupakan sebuah kisah yang indah. 

Ini juga contoh suatu ikatan dan relasi keluarga yang baik. 

Kisah ini dicatat hanya pada Injil Lukas tidak pada Injil Sinoptik lain. Betul, kisah ini juga mengisahkan suatu teka-teki yang mungkin diperdebatkan...

“Apakah Maria itu tinggal di rumah Elisabet hingga dia melahirkan?” 

Kitab Suci mencatat bahawa ketika Maria, Ibu Yesus, menerima khabar sukacita dari Malaikat Gabriel di Nazareth, Gabriel juga memberikan informasi kepada calon Bonda Tuhan itu, bahawa saudarinya yang dinyatakan mandul itu telah hamil tua, iaitu berumur enam bulan: “Dan sesungguhnya,  Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu” (Luk 1:38). 

Catatan akan keadaan kandungan Elisabet dalam Injil Lukas, merupakan catatan penting untuk memberikan jawaban, apakah Maria itu tinggal bersama Elisabet ketika saudarinya itu melahirkan. Secara eksplisit Kitab Suci tidak memberikan pernyataan akan hal itu. 

Namun, Injil Lukas memberikan kepada kita beberapa petunjuk yang amat jelas, bahawa Maria hadir semasa kelahiran Yohanes Pembaptis. 


Pertama.

Injil Lukas menyatakan, “Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pergunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ, ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet” (Luk 1: 39-40).Pernyataan Injil Lukas “beberapa waktu kemudian” menjadi dasar pertama, bahawa Maria tinggal bersama Elisabet, hingga dia melahirkan kerana  perjalanan dari Nasareth menuju Ain Karim, kota ke cil yang menurut Tradisi adalah tempat tinggal Zakharia dan Elisabet di Yehuda, cukup jauh.


 Jarak ini memberikan gambaran, bahawa Maria harus menempuh perjalanan yang cukup panjang. Sehingga, sejak Maria mendapatkan khabar dari Gabriel, sampai ke tempat Elisabet memerlukan waktu cukup lama. Tentu usia kandungan Elisabet lebih dari enam bulan ketika Maria berjumpa dengan sanaknya itu. 


Kedua.

Pernyataan dari Injil Lukas bahawa “Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet lalu pulang kembali ke rumahnya” (Bdk. Luk 1:56). Pernyataan ini amat jelas, bahawa Maria pasti hadir semasa kelahiran Yohanes Pembaptis. 


Mungkin, orang yang membaca Injil ini masih ragu atau menyangkal hal itu kerana petikan “Kelahiran Yohanes Pembaptis” (Luk 1:57-66) tidak ada pernyataan Maria hadir semasa peristiwa kelahiran Yohanes. Namun, kunjungan Maria kepada saudarinya sungguh lama, iaitu tiga bulan. Tiga bulan bagi kunjungan antara saudara bukanlah suatu kunjungan yang lumrah, se lain ada sesuatu lain yang dinantikan, iaitu peristiwa penting dalam hidup Elisabet, kelahiran Yohanes Pembaptis. 


Selain itu, secara matematis petunjuk “enam bulan” ketika Bonda Maria mendapatkan khabar dari Malaikat Tuhan dan petunjuk “tiga bulan” Bonda Maria tinggal bersama Elisabet, hal ini suatu kesengajaan yang ditulis oleh Lukas untuk memberikan gambaran, bahawa Maria hadir dan melihat sanaknya itu melahirkan.


Apakah Maria tinggal bersama Elisabet ketika dia melahirkan?. 

Pertanyaan ini dapat dijawab dengan tegas: YA.....!!!

Injil Lukas tidak serta merta menuliskan jumlah bulan tanpa ada maksud di balik tulisannya. Injil Lukas mahu menekankan betapa pentingnya relasi Maria-Elisabeth yang juga menjadi penting pula relasi Yohanes Pembaptis, sebagai orang yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Bdk. Mat 3:1-3) dan Yesus adalah “Jalan, Kebenaran, dan Hidup” (Yoh 14:6).

Feast of the Blessed Virgin Mary Visits Her Sister Elizabeth.


 The example of Our Lady of visiting Elizabeth is an example that needs to be followed.  Mother Mary shows that she is not a selfish person even though we know that the problems faced by Mother Mary are also very big.  We are invited to get out of all our comfort zones and selfishness. 


 Most importantly, we are not busy with ourselves.  Dare to care and share.  Remember God's greatest plan is for all mankind to be saved.  Let's take part in realizing the plan to bring salvation by wanting to bring goodness to others around us who really need it.


 LIFE doesn't always go the way we expect.  Even though we have done our best, faithfully following Christ, it often happens that the plans we carefully devise and build, fall to pieces in an instant.


 Our Lady's visit to her sister Elizabeth today gives confirmation to all of us, that God has a BEAUTIFUL PLAN FOR EACH OF US.  Maybe not according to what we want, but He always gives the best for His children. 


 Let's hone our eyes of faith so that we are sensitive to his plans and wills, and change and improve our behavior to live according to his word.  Believe and believe that Allah has the most beautiful plan for you.


 Let's build an optimistic attitude, never doubt His power, trust and rely on God alone.  If Allah wills, then nothing is impossible for Him.


 Our waiting is not hopeless.  God's Christmas is just around the corner.  Happy feelings will soon be poured out. Keep on persevering in prayer wherever we are.  HAVE YOU PROVIDED A ROOM IN YOUR HEART INN FOR JESUS?


Anyone must feel very happy and happy, when they get a visit from family, relatives or friends who they love very much.


 Moreover, people who visit are not ordinary people but are very influential and even very important in their lives.  His presence must have given him an extraordinary spirit, as well as indescribable happiness.


 Today's Gospel tells of Mary visiting her sister Elizabeth.  Elizabeth felt happy and happy because her brother visited.  On this joy he said,


 "Who am I that the mother of my Lord has come to visit me?"  This is a noble and sincere expression and describes a woman who is very humble.


 Elizabeth was aware of the strengthening visit, for she felt that Mary was a noble and holy person who was chosen by God to be the mother of His Son.


 When Elizabeth heard Mary's greeting, the child jumped in her womb and Elizabeth was filled with the Holy Spirit.  This signifies that the child that Elizabeth conceived knew that the one who had come to visit her was the Mother of God herself.


 Mary's visit to her sister Elizabeth is a sign as well as proof that God Himself is present in the midst of His people.  This visit is at the same time a sign of the sublime relationship between God and His beloved people.  He does not want His people to fall into sin, so he himself comes and is present to visit us.


 Today we are getting closer to the celebration of Christmas.  We will be visited by Mary and Jesus as Elizabeth felt.  We are invited to reflect together: what should we prepare to be able to experience a beautiful encounter with Jesus?


 It is not we who come to Him, but He Himself who comes to greet us.  May we be more ready to welcome His coming, as Elizabeth received Him, rejoiced, and had more faith.


 Let us prepare ourselves so that our hearts are also fit to be a 'MANGER', where the Baby lies. May our hearts be worthy to be His dwelling place so that He is always within us and with joy we proclaim His coming wherever we go.”  COME GOD IN OUR HEARTS, WE ARE WAITING FOR YOU".


Mary's visit to Elizabeth confirmed her as a blessed person.  Elizabeth, who was full of the Holy Spirit, cried out with a loud voice:


 "Blessed are you among all women and blessed is the fruit of your womb.  Who am I that the mother of my Lord has come to visit me?

 For behold, when your greetings reached my ears, the child in my womb leapt for joy.

 And blessed is he who has believed, for whatever is said to him from the Lord will be done."{ Luke.  1:42-45 }


 Elizabeth confirmed Mary as the Mother of the Son of God, and this confirmation made Mary grateful by singing:


 "My soul glorifies the Lord, and my heart rejoices in God my Savior, for he has seen the lowliness of his servant.

 Behold, from now on all generations will call me blessed, because the Almighty has done great things for me and His name is Holy.

 And His mercy is from generation to generation over those who fear Him.{ Luke.  1:46-50 } The Song of Mary expresses Mary's gratitude for God's provision in her life.

 God really participates in the lives of His people who always hope for His work of salvation.

Sunday, 19 December 2021

Hope for the Coming of the Messiah Luke, 1:39-45


Five more days to Christmas Day.  The days counting down to Christmas Day are referred to as days of hope and wonder. Christmas is a time of gifts and presents not only for Christians but also for those who take the opportunity to celebrate it.  Are we still hoping and wondering will get a Christmas present?  Do we expect to get what we want?  Hope is the mother of disappointment.  Try to see the funny side of this hope so that we are not too sad and disappointed.


 There was a mother wondering what her husband would give her as a Christmas present, she then made an excuse and told her husband, last night I dreamed that I was wearing a diamond necklace.  I wonder what it means.


 Her husband replied, mi will know tonight.  When the husband came home from work at night, he carried a gift wrapper in his hand while giving it to his wife and telling her to open it.  The wife was very happy and excited to open the gift.  And it turned out to be a book entitled, How to Interpret Dreams.


 Some say that to avoid disappointment it is better not to have hope.  No expectations no disappointments.  But this is not what we are discussing.  We must have hope and then prepare for joy.


 From the Gospel accounts, we hear about Mary visiting Elizabeth and this was not just a courtesy call.  As we know, a lot has happened before and a lot will happen after that.


 Both Mary and Elizabeth, they were waiting with hope for the coming of the Messiah.  Even though Mary and Elizabeth were waiting for the Messiah to come, they did not expect it to happen in their time.  They also did not expect that they would have an important role in it.


 Mary was engaged to Joseph and then the Annunciation occurred and Mary accepted God's will.  Elizabeth was barren and when Zechariah was doing his priestly duties in the Temple, he had a vision, he went home and at that very moment Elizabeth became pregnant.


 After Mary visited Elizabeth, it was the meeting of two pregnant women.  Neither expected themselves to become pregnant, neither did they expect themselves to play an important role in the coming of the Messiah.  Both have hope that they have more than they expected and a lot of excitement.


 Maria and Elizabeth get their first Christmas present.  It was not what they expected and it was also far beyond their expectations.  But their gift is not only for themselves.  Their gift is the gift of life, the gift to be used to prepare others to meet and experience the Messiah.


 So what do we expect for our Christmas gifts?  It is better to have no hope so that there is no disappointment or we are optimistic and have hope.  Like Mary and Elizabeth who expected God to fulfill the promise of the Messiah.


 Let us also expect the Messiah to come into us and our lives with joyful hope.  This is not a gift book entitled, how to interpret dreams.  But these are the gifts God wants from us.  God comes to us as gifts, whether expected or not.  God comes and shows us what He wants us to do with that gift.


 Mary and Elizabeth knew that their self-giving was meant to fulfill the hope of the coming of the Messiah.  May we too be enabled to use our gifts and lead others to Jesus.  Truly, blessed is he who has believed, for the word of the Lord which was spoken to him shall be fulfilled.

Wednesday, 15 December 2021

Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal & Santa Hoa

 


Santa  Yohanna Fransiska Fremio de Chantal, Lahir di kota Dijon, Prancis pada tanggal 28 Januari 1527. 

Pada usia 20 tahun Yohanna menikah dengan Kristophorus de Rabutin, yang disebut juga Pangeran de Chantal. Suatu hari Pangeran de Chantal, tertembak mati oleh kawannya sendiri sewaktu mereka berburu di hutan. Peristiwa naas ini sungguh menyedihkan. Yohanna menjadi janda.


Pada tahun 1640, Yohanna mendirikan biara pertama dari Ordo Suster-suster Visitasi di kota Anecy atas desakan Fransiskus. Ordo ini segera tersebar dan diminati banyak orang. Pada tahun 1622, sepeninggal Fransiskus dari Sales, telah berdiri 13 buah biara Ordo Visitasi. Jumlah biara ini meningkat menjadi 90 buah ketika Yohanna sendiri meninggal dunia pada tanggal 13 Desember 1641. 


Meskipun tampaknya Yohanna sangat berhasil dalam karyanya, namun ia sendiri tidak luput dari berbagai rintangan dan kesulitan, lebih-lebih setelah kematian pembimbingnya Fransiskus dari Sales. Kesedihan besar menimpanya lagi ketika seorang anaknya dan beberapa rekan sebiara meninggal dunia.


Ketika ia wafat, Santo Vinsensius a Paulo hadir juga untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Tentang Yohanna, Vinsensius berkata: "Dia adalah orang yang sungguh beriman; berbagai penderitaan yang menghiasi sebagian besar hidupnya dihadapinya dengan kesabaran dan iman yang teguh. la tak pernah lalai dalam kesetiaannya kepada Tuhan yang memanggilnya. Maka saya anggap dia adalah orang yang paling suci yang saya jumpai di 

bumi ini." 

Dalam sebuah ekstase yang dialaminya, Vinsensius melihat sebuah bola api melayang ke udara, lalu melebur ke dalam sebuah bola api lainnya dan akhirnya menghilang dalam cahaya api ilahi. Penglihatan ini disusuli oleh suatu penerangan ilahi tentang arti kedua bola api itu: bola api pertama adalah jiwa Yohanna Fransiska yang disambut oleh jiwa Fransiskus dari Sales, bola api kedua. Mereka bersama-sama berbaur menyatu dan masuk ke dalam cahaya api surgawi. Yohanna tinggal di kota Moulins dan di sana pulalah ia wafat (13 Desember 1641).


Santo Hoa: 

Lahir di negeri Tiongkok pada tanggal 31 Desember 1775 dari sebuah keluarga kafir. Pada tanggal 15 April 1840 ketika berusia 65 tahun, ia ditangkap, dirantai dan kemudian digantung.

Tuesday, 14 December 2021

Berikut adalah empat hal yang perlu Anda ketahui mengenai pemberian Tuhan


Yohanes 10:1-21  Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Yohanes 10:10


Singkatnya, segala yang buruk berasal dari iblis, sedangkan segala yang baik berasal dari Yesus. Penting sekali kita mengerti hal tersebut, mengingat ada begitu banyak pengajaran yang mengatakan bahwa Tuhan memang baik, tetapi Dia juga mengijinkan hal yang buruk untuk menguji iman kita. 


 Tuhan tidak pernah mencobai ataupun mengijinkan yang buruk untuk menguji kehidupan kita (Yakobus 1:13). Firman Tuhan mengatakan Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Kasih adalah cara Tuhan untuk membawa seseorang kepada pertobatan (Roma 2:4).


Berikut adalah empat hal yang perlu Anda ketahui mengenai pemberian Tuhan.

1. TUHAN HANYA MEMBERIKAN YANG BAIK (Yakobus 1:17)

Dia tidak pernah menguji atau mencobai kita dengan kecelakaan, sakit penyakit, atau kemiskinan kepada anak-anak-Nya (Yakobus 1:13). Yeremia 29:11 menjamin hal tersebut bahwa rancangan-Nya bukanlah rancangan kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera
2.  SEMUA BERKAT SUDAH DIBERIKAN (Efesus 1:3)

Tidak ada satupun berkat yang Tuhan tahan, semua sudah diberikan dan disediakan bagi setiap orang yang percaya, sejak 2000 tahun lalu ketika Yesus tergantung di atas kayu salib. Kematian dan kebangkitan Yesus telah merobek pintu Sorga sehingga semua berkat tersebut, yaitu keselamatan, kesembuhan, kesehatan, umur panjang, kelimpahan, kuasa Roh Kudus, kemenangan atas dosa dan maut, dan pembebasan dari kutuk tercurah. 

Jika kita belum menerima berkat-berkat dan anugerah tersebut, itu bukan lagi karena Tuhan yang menahannya, karena Dia sudah memberikan seluruhnya kepada kita melalui Yesus.

3.  PEMBERIAN TUHAN HANYA DAPAT DITERIMA MELALUI IMAN (Roma 4:13-14)

Mungkin kita pernah mendengar TIGA LANGKAH MENERIMA BERKAT TUHAN atau LIMA HAL YANG PERLU DIJAUHI AGAR DISEMBUHKAN, seolah kita harus melakukan perbuatan baik tertentu untuk menerima pemberian Tuhan. Roma 4:13-14 mengatakan, justru kalau kita mengharapkan janji berdasarkan perbuatan, sia-sialah iman dan batallah janji Tuhan. 


Kita tidak dapat menerima kebaikan dan kemurahan Tuhan melalui perbuatan, melainkan hanya melalui IMAN. Seperti saya bahas di poin nomor dua bahwa semua berkat sudah dianugerahkan kepada kita, dengan kata lain, bagian Tuhan untuk memberikan kepada kita sudah selesai. Kini tersisa bagian kita untuk menerima segala berkat tersebut melalui iman (Roma 5:2). 


4.   TUHAN TIDAK MENGHENDAKI YANG BURUK BAGI KITA (Mazmur 139:14-16)

Tuhan yang menenun dan membentuk hidup kita. Tuhan yang merancangkan hari-hari kita sebelum ada satupun. Tuhan hanya merancangkan yang baik untuk anak-anak-Nya. Bukan Tuhan yang merancangkan kita bangkrut di usia 35 tahun, kanker di usia 40 tahun, dan kemudian mati muda.


 Kehendak Tuhan adalah kita sehat, diberkati, umur panjang, dan menjadi berkat untuk banyak orang. Yakobus 1:14 mengatakan manusia terseret kepada hal-hal buruk karena keinginan dan keputusan yang menyimpang dari kebenaran, bukan karena kehendak Tuhan.

Monday, 13 December 2021

Santa Lusia & Santa Odilia atau Ottilia Doakanlah Kami. Perawan Dan Martir.


Lahir pada akhir abad ketiga. Orang tuanya adalah bangsawan yang kaya raya serta terhormat. Lusia seorang gadis yang jelita dengan sepasang mata yang indah. Para pemuda bangsawan jatuh hati kepadanya. Ibunya mendesaknya untuk menikah dengan salah seorang dari mereka yang telah dipilihnya bagi Lusia. 


Tetapi Lusia tidak tertarik. la tahu bahwa ibunya menderita sakit pendarahan. Lusia membujuknya untuk pergi ke gereja St. Agatha dan berdoa mohon kesembuhan. Lusia  pergi menemaninya dan mereka berdoa bersama. Ketika Tuhan mendengar doa mereka serta menyembuhkan ibunya, Lusia mengatakan kepada ibunya tentang ikrarnya untuk menjadi pengantin Kristus.


 Sebagai ungkap rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya. Tetapi pemuda kepada siapa ibunya telah menjanjikan Lusia, amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikat Kristus. la mengancam hendak membutakan kedua mata Lusia. Tetapi, Lusia bahkan rela kehilangan kedua matanya daripada tidak menjadi pengantin Kristus. Dan itulah yang terjadi.


 Banyak patung yang kelak dibuat menggambarkan St. Lusia dengan matanya yang indah di telapak tangannya. Yesus membalas cinta Lusía yang gagah berani. la melakukan mukjizat dengan memulihkan mata Lusia kembali, bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya.


Kekejaman Kaisar Dicletianus terhadap penganut Kristus telah terkenal. Hakim yang kafir berusaha mengirim Lusia ke rumah wanita pendosa. la berharap agar Lusia dapat dibujuk untuk mengingkari Kristus. Tetapi ketika mereka berusaha membawanya ke sana, Tuhan menjadikan tubuh Lusía demikian berat sehingga mereka tidak dapat mengangkatnya. Pada akhirnya, Lasia ditikam dan menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304.


Santa Odilia atau Ottilia:

 Lahir di Obernheim, sebuah desa pegunungan Vove, Prancis pada tahun 660. Dia mengabdikan dirinya dalam karya-karya amal membantu orang-orang miskin dengan semangat pengabdian dan cinta kasih yang tinggi. Odilia wafat pada tanggal 13 Desember 720.


Santa Lusia, Perawan dan Martir Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni. Ia berjanji tidak menikah. 

Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. 


Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus. Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis. Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. 


Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. 


Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. 


Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa, mata Lusia dicungkil oleh algojo-algojo yang menderanya, ada pula cerita yang mengatakan bahwa Lusia sendirilah yang mencungkil matanya dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 13 Desember 304. 

Semoga kisah suci hidup Santa Lusia memberi peringatan kepada kita, lebih-lebih para putri kita yang manis-manis, supaya bertekun dalam doa dan mohon perlindungannya.


Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni. Ia berjanji tidak menikah. Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. 


Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus. 


Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis. Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. 


Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. 


Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. 


Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa,Santa Lusia, Perawan dan Martir


Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni.


 Ia berjanji tidak menikah. Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. 


Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus. Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis.


 Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. 


Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. 


Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. 


Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. 


Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa, mata Lusia dicungkil oleh algojo-algojo yang menderanya, ada pula cerita yang mengatakan bahwa Lusia sendirilah yang mencungkil matanya dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 13 Desember 304. 


Semoga kisah suci hidup Santa Lusia memberi peringatan kepada kita, lebih-lebih para putri kita yang manis-manis, supaya bertekun dalam doa dan mohon perlindungan.


Konon, Odilia lahir di Obernheim, sebuah desa di pegunungan Vosge, Prancis pada tahun 660. Ayahnya, Adalric, seorang tuan tanah di daerah Alsace, ibunya bernama Bereswindis. Odilia lahir dalam keadaan buta sehingga menjadi bahan ejekan tetangga yang sangat memalukan keluarganya. Ayahnya sedih sekali menghadapi kenyataan pahit ini. 


Ia merasa bahwa kebutaan itu sangat merendahkan martabat keluarganya yang bangsawan itu. Sia-sia saja semua usaha istrinya untuk meyakinkan dia bahwa kebutaan itu mungkin merupakan suatu kehendak Tuhan yang mempunyai suatu maksud tersembunyi bagi kemuliaanNya. Siapa tahu anak ini di kemudian hari dapat menjadi berkat bagi orang lain. Adalric benar-benar bingung dan tidak sudi menerima kehadiran anak buta ini sebagai buah hatinya sendiri. 


Dia bahkan menghendaki agar bayinya itu dibunuh saja. Tak ada jalan lain bagi ibu Bereswindis kecuali melarikan puterinya yang malang itu ke suatu tempat yang aman demi keselamatannya. Ia berprinsip: biarlah puterinya diserahkan kepada orang lain untuk dijadikan sebagai anak angkat. 


Orang lain itu ialah seorang ibu petani yang dahulu pernah menjadi pembantu di rumahnya. Ketika peristiwa pelarian ini diketahui banyak orang, ibu Bereswindis menyuruh ibu pengasuh itu melarikan bayinya ke Baume-les-Dames, dekat Besancon. Di sana ada sebuah biara suster.


 Untunglah bahwa suster-suster di biara itu rela menerima dan bersedia mengasuh Odilia. Sampai umur 12 tahun, anak itu belum juga dibaptis. Pada suatu hari Tuhan menggerakkan Santo Erhart, Uskup Regensburg, pergi ke biara Baume-les-Dames, tempat puteri malang itu berada. Di sana ia mempermandikan puteri buta itu dengan nama Odilia. 


Uskup Erhart pun menyentuh mata puteri buta itu, dan seketika itu juga matanya terbuka, dan ia dapat melihat. Mujizat ini segera diberitahukan kepada keluarga Odilia. Uskup Erhart pun memberitahukan kesembuhan mata Odilia di biara Suster-suster Baume-les-Dames kepada ayahnya. Tetapi sang ayah tetap menolak menerima dan mengakui Odilia sebagai anaknya. Hugh, kakak Odilia yang kagum akan mujizat penyembuhan adiknya berusaha mempertemukan Odilia dengan ayahnya di sebuah bukit, disaksikan oleh kerumunan rakyat. Melihat kenekatan Hugh, sang ayah menjadi berang, lalu memenggal kepala Hugh.


Tetapi kemudian ia menyesali perbuatannya yang kejam itu dan dengan terharu menerima Odilia sebagai anaknya. Odilia meneruskan karyanya di Obernheim bersama kawan-kawannya. Dia mengabdikan dirinya dalam karya-karya amal membantu orang-orang miskin dengan semangat pengabdian dan cinta kasih yang tinggi. Tak lama kemudian ayahnya bermaksud menikahkan dia dengan seorang pangeran. 


Hal ini ditolaknya dengan tegas dan Odilia kemudian melarikan diri ke tempat yang jauh dari ayahnya. Meskipun ia tetap dikejar-kejar dan dipaksa ayahnya, namun ia tetap pada pendiriannya.


 Akhirnya ayahnya mengalah dan membujuknya pulang dan berjanji mendirikan sebuah rumah yang bisa dijadikan sebagai biara di Hohenburg. Di situ ia menjadi kepala biara. Ia juga mendirikan biara lain di Niedermunster. Odilia wafat pada tanggal 13 Desember 720. Banyak mujizat terjadi di kuburnya.

Sunday, 12 December 2021

Hari ini adalah Hari Minggu Adven III. Sering disebut Minggu ‘Gaudete” Lukas 3 :10-18



Pada waktu itu orang banyak bertanya kepada Yohanes,  "Apakah yang harus kami lakukan?" Jawannya,  " Barang siapa yang mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan , hendaklah ia berbuat demikian." 


Ada datang juga pemungut pemungut cukai untuk dibabtis dan mereka bertanya kepadanya,  " Guru, apakah yang harus kami perbuat ?"  Jawabnya,  " Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu." Dan prajurit  prajurit  juga bertanya kepadanya,  " Dan kami, apakah yang harus kami perbuat ?"  Jawab Yohanes kepada mereka,  " Jangan merampas dan jangan memeras dan cukuplah dirimu dengan gajimu."  Tetapi karena orang banyak  sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu, 


 " Aku membabtis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang dan nembuka tali kasutNyapun aku tidak layak, Ia membabtis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditanganNya dan untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu dan jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan." 


“Pertobatan” berasal dari kata Yunani metanoia (“perubahan pikiran”). Dalam Alkitab, pertobatan dikatakan sebagai “berbalik” dua kali lipat:—berpaling dari dosa (Yehezkiel 3:19; 18:30); dan bergerak menuju Tuhan (Sir 17:20–21; Hos 6:1). Ini lebih dari sekedar penyesuaian sikap. Ini berarti perubahan hidup yang radikal. Itu membutuhkan “buah yang baik sebagai bukti pertobatanmu” (Luk 3:8). 

Itulah sebabnya Yohanes mengatakan kepada orang banyak, tentara, dan pemungut cukai bahwa mereka harus membuktikan iman mereka melalui karya amal, kejujuran, dan keadilan sosial. 


Bapa, hari ini kita masing-masing dipanggil untuk berdiri di antara orang banyak dan mendengar “kabar baik” dari panggilan Yohanes untuk bertobat. Kami harus memeriksa hidup kami, bertanya dari hati kami, seperti yang mereka lakukan: “Apa yang harus kami lakukan?” Pertobatan kami seharusnya muncul bukan dari ketakutan kami akan murka yang akan datang, tetapi dari perasaan sukacita akan kedekatan dengan Allah kami yang menyelamatkan. 


Bapa, ini adalah rekomendasi pertama Yohanes Pembaptis: "Barangsiapa memiliki dua jubah harus berbagi dengan orang yang tidak memilikinya." Ini sangat mendasar, —tetapi hampir selalu diabaikan! Dalam ajaran sosial Gereja, kami senantiasa diingatkan bahwa penggunaan milik pribadi kami harus selalu berorientasi sosial. St Basilius Agung, mengungkapkan hal yang sama: "Roti di lemari Anda adalah milik mereka yang lapar. Jubah di lemari pakaian Anda adalah milik mereka yang telanjang. Sepatu yang tidak dipakai adalah milik mereka yang tidak memakai sepatu. Uang di lemari besi Anda adalah milik orang miskin. 


" Bapa, di masa Adven ini, kami yang mencari pertobatan, yang menunggu kedatangan Mesias, perlu melakukan keadilan, memberikan haknya masing-masing, berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Karena tanpa kasih dan hati yang terbuka untuk orang lain, ksmi tidak akan dapat menerima Yesus dan pesan Injil-Nya yang penuh kuasa. ️ 


Tuhan Yesus, bagi-Mu amal adalah nilai tertinggi. Pada malam terakhir Anda, Anda berkata: "Aku memberimu perintah baru: Kasihilah satu sama lain seperti aku telah mengasihi kamu, jadi kamu harus saling mengasihi." Nyalakan cinta seperti itu di dalam hati kami, ya Tuhan. Bantu kami melihat-Mu dalam setiap orang yang kami temui hari ini, dan buat kami cukup berani untuk bermurah hati kepada mereka. Aku percaya pada-Mu. Datang, Tuhan Yesus, datang.


BEBERAPA POKOK PERMENUNGAN


  1.  Pertobatan adalah cara terbaik yang harus dibuat oleh setiap orang menyongsong kelahiran Yesus.
  2. Memberi dan berbagi kepada yang miskin dan yang sangat membutuhkan adalah cara terbaik yang mengungkapkan rasa syukur  karena menerima rahmat pengampunan. Yohanes Pembaptis berseru, " Barang siapa mempunya dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya." ( Luk. 3 : 11 )
  3. Rasa syukur dan bahagia menyambut kelahiran Tuhan adalah ungkapan iman yang sesungguhnya. Nabi Zefanya menyerukan, " Bersorak sorailah, hai putri sion, bergembiralah hai Israel." ( Zef. 3 : 14 ) Rasul Paulus menambahkan, " Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan." ( Flp. 4 : 4 )



    Apa yang harus kami perbuat?                ketika Yohanes pembaptis mewartakan pertobatan: Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia perbuat juga demikian." Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah di tentukan bagimu." Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukuplah dirimu dengan gajimu." 


Tetapi kerena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak."


Lalu siapakah Yohanes Pembaptis itu ? 


Menurut Lukas, dia itu suara di padang gurun, di kesunyian, suara yang memperdengarkan kehadiran Tuhan dan mengajak kekuatan-kekuatan ilahi menyiapkan orang agar mampu menerima Tuhan sendiri


Yohanes Pembaptis bergerak dalam senyapnya awang-uwung yang sarat dengan kekuatan-kekuatan ilahi, tetapi ia juga bisa didengar oleh orang-orang yang hidup dalam kebisingan sehari-hari


Pada saat itu datanglah orang-orang kepadanya untuk dibaptis, karena mereka juga mengira bahwa dialah Mesias. Ada tiga kelompok yang bertanya kepada Yohanes bagaimana mewujudkan sukacita lewat jalan pertobatan.

 

Kelompok pertama adalah orang banyak, tanpa identitas. Mereka bertanya apa yang kiranya mereka perbuat untuk mewujudkan pertobatan ? Bagi Yohanes, mereka ini harus saling berbagi. Adalah sukacita besar kalau orang saling berbagi dalam hidup


Kelompok kedua adalah para pemungut cukai. Yohanes berkata kepada mereka supaya mereka berlaku jujur: “Jangan menagih lebih banyak yang telah ditentukan”. Yohanes Pembaptis hebat! Dia tidak mengatakan “gantilah pekerjaanmu” tetapi berlakulah adil ! 


Kelompok ketiga adalah para prajurit Romawi, wakil dari kaum kafir. Yohanes berkata kepada mereka untuk bersikap adil: “Jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu !”


Bagi Yohanes Pembaptis, sukacita yang benar dilandasi oleh cinta kasih. Dengan cinta kasih orang dapat berbagi, bersikap jujur dan adil. Semua ini membantu setiap pribadi untuk menanti kedatangan Tuhan yang oleh Paulus “sudah dekat”.


Yohanes juga menunjukkan satu sikap pertobatan bagi kita semua yakni kerendahan hati. Ia mengakui dirinya sebagai bukan Mesias 


Membungkuk dan membuak tali sepatuNya pun Yohanes merasa tidak layak. Yohanes hanya membaptis dengan air, tetapi sang Mesias yang tidak lain Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api 


Kebajikan kerendahan hati Yohanes menginspirasikan kita untuk rendah hati di hadapan Tuhan dan mengakui diri kita sebagai orang berdosa yang membutuhkan Tuhan


Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk selalu bersukacita dalam Tuhan. Masing-masing kita memiliki pergumulan hidup tertentu


Namun dalam pergumulan itu hendaklah kita selalu memandang kepada Tuhan sebagai sumber sukacita dan keselamatan kita. 


Tuhan Yesus berkata, “terlepas dari Aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa” ( Yoh 15:5 ). Itu sebabnya tepat sekali Paulus yang mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”. Tuhan sudah dekat! Apakah ada sukacita di dalam hatimu?


Kita juga diundang untuk memahami pertobatan sebagai jalan untuk menyambut kedatangan Tuhan. 


Yohanes Pembabtis mengatakan kepada tiga kelompok yang berbeda  yakni orang banyak, para pemungut cukai dan prajurit Romawi untuk bertobat dengan membangun mentalitas saling berbagi dalam kasih, jujur dan adil 


Ini adalah model pertobatan yang radikal. Apakah kita juga memiliki kemampuan saling berbagi dalam kasih ? Pertanyaannya, bagaimana cara kita untuk berjaga-jaga dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus??


Jawabannya adalah:

Pertama, kita harus bertobat. Pesan inilah yang kita dapat dari Minggu kedua masa adven. Apa itu bertobat? Bertobat berarti kita menyadari bahwa kita berdosa, kita menyesal lalu kita mohon ampun kepada Tuhan. Kata kunci pertobatan adalah menyadari, menyesal lalu mohon ampun kepada Tuhan. Dalam bahasa Yohanes Pembaptis kita menyiapkan jalan dan meluruskan jalan bagi Tuhan.


Kedua, setelah kita bertobat, apa yang harus kita lakukan?? Inilah pertanyaan mendasar dari pesan yang kita dapat dalam minggu ketiga masa adven ini.


Hari ini adalah Hari Minggu Adven III. Sering disebut Minggu ‘Gaudete”. Dalam bahasa Latin, “Gaudete” berarti ‘bersukacitalah!”.  Disebut sebagai minggu Gaudete karena pada minggu ini kita diajak dan diundang untuk bersukacita menyambut Yesus, Sang Mesias yang kedatangannya sudah semakin dekat. Rasa sukacita itu kemudian kita ungkapkan dan kita aktualisasikan dalam tindakan konkrit sebagaimana yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis sebagai pesan bagi kita dalam minggu adven ketiga ini. 

  1. Kita harus berbagi dengan tulus apa yang kita punya (sesuai kemampuan kita) kepada sesama, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan pertolongan kita. Berbagi tidak harus berupa materi (uang, makanan, dll). Kita juga bisa berbagi pengetahuan yg benar, bakat untuk melayani dan menghibur, sapaan, senyuman, dukungan, perhatian, ide2 baik, waktu, tenaga dan kehadiran kita dalam kebersamaan dengan keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar kita. 
  2. Tidak mengambil keuntungan dari tugas dan tanggungjawab yang sudah dipercayakan kepada kita; baik sebagai Rohaniwan/I, pengurus gereja, guru, karyawan dan apapun itu jabatan kita. Melalu tugas dan panggilan kita masing-masing, kita diajak untuk memperjuangkan kebenaran, kejujuran dan memperlakukan orang lain dengan baik. 
  3. St. Yohanes Pembaptis mengajak kita untuk merasa cukup dengan apa yang kita miliki atau kita punya saat ini dan tidak menginginkan apa yang bukan menjadi hak kita. Dengan kata lain, jangan merasa iri hati dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...