Ada datang juga pemungut pemungut cukai untuk dibabtis dan mereka bertanya kepadanya, " Guru, apakah yang harus kami perbuat ?" Jawabnya, " Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu." Dan prajurit prajurit juga bertanya kepadanya, " Dan kami, apakah yang harus kami perbuat ?" Jawab Yohanes kepada mereka, " Jangan merampas dan jangan memeras dan cukuplah dirimu dengan gajimu." Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu,
" Aku membabtis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang dan nembuka tali kasutNyapun aku tidak layak, Ia membabtis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditanganNya dan untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu dan jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan."
“Pertobatan” berasal dari kata Yunani metanoia (“perubahan pikiran”). Dalam Alkitab, pertobatan dikatakan sebagai “berbalik” dua kali lipat:—berpaling dari dosa (Yehezkiel 3:19; 18:30); dan bergerak menuju Tuhan (Sir 17:20–21; Hos 6:1). Ini lebih dari sekedar penyesuaian sikap. Ini berarti perubahan hidup yang radikal. Itu membutuhkan “buah yang baik sebagai bukti pertobatanmu” (Luk 3:8).
Itulah sebabnya Yohanes mengatakan kepada orang banyak, tentara, dan pemungut cukai bahwa mereka harus membuktikan iman mereka melalui karya amal, kejujuran, dan keadilan sosial.
Bapa, hari ini kita masing-masing dipanggil untuk berdiri di antara orang banyak dan mendengar “kabar baik” dari panggilan Yohanes untuk bertobat. Kami harus memeriksa hidup kami, bertanya dari hati kami, seperti yang mereka lakukan: “Apa yang harus kami lakukan?” Pertobatan kami seharusnya muncul bukan dari ketakutan kami akan murka yang akan datang, tetapi dari perasaan sukacita akan kedekatan dengan Allah kami yang menyelamatkan.
Bapa, ini adalah rekomendasi pertama Yohanes Pembaptis: "Barangsiapa memiliki dua jubah harus berbagi dengan orang yang tidak memilikinya." Ini sangat mendasar, —tetapi hampir selalu diabaikan! Dalam ajaran sosial Gereja, kami senantiasa diingatkan bahwa penggunaan milik pribadi kami harus selalu berorientasi sosial. St Basilius Agung, mengungkapkan hal yang sama: "Roti di lemari Anda adalah milik mereka yang lapar. Jubah di lemari pakaian Anda adalah milik mereka yang telanjang. Sepatu yang tidak dipakai adalah milik mereka yang tidak memakai sepatu. Uang di lemari besi Anda adalah milik orang miskin.
" Bapa, di masa Adven ini, kami yang mencari pertobatan, yang menunggu kedatangan Mesias, perlu melakukan keadilan, memberikan haknya masing-masing, berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Karena tanpa kasih dan hati yang terbuka untuk orang lain, ksmi tidak akan dapat menerima Yesus dan pesan Injil-Nya yang penuh kuasa. ️
Tuhan Yesus, bagi-Mu amal adalah nilai tertinggi. Pada malam terakhir Anda, Anda berkata: "Aku memberimu perintah baru: Kasihilah satu sama lain seperti aku telah mengasihi kamu, jadi kamu harus saling mengasihi." Nyalakan cinta seperti itu di dalam hati kami, ya Tuhan. Bantu kami melihat-Mu dalam setiap orang yang kami temui hari ini, dan buat kami cukup berani untuk bermurah hati kepada mereka. Aku percaya pada-Mu. Datang, Tuhan Yesus, datang.
BEBERAPA POKOK PERMENUNGAN
- Pertobatan adalah cara terbaik yang harus dibuat oleh setiap orang menyongsong kelahiran Yesus.
- Memberi dan berbagi kepada yang miskin dan yang sangat membutuhkan adalah cara terbaik yang mengungkapkan rasa syukur karena menerima rahmat pengampunan. Yohanes Pembaptis berseru, " Barang siapa mempunya dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya." ( Luk. 3 : 11 )
- Rasa syukur dan bahagia menyambut kelahiran Tuhan adalah ungkapan iman yang sesungguhnya. Nabi Zefanya menyerukan, " Bersorak sorailah, hai putri sion, bergembiralah hai Israel." ( Zef. 3 : 14 ) Rasul Paulus menambahkan, " Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan." ( Flp. 4 : 4 )
Apa yang harus kami perbuat? ketika Yohanes pembaptis mewartakan pertobatan: Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia perbuat juga demikian." Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah di tentukan bagimu." Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukuplah dirimu dengan gajimu."
Tetapi kerena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak."
Lalu siapakah Yohanes Pembaptis itu ?
Menurut Lukas, dia itu suara di padang gurun, di kesunyian, suara yang memperdengarkan kehadiran Tuhan dan mengajak kekuatan-kekuatan ilahi menyiapkan orang agar mampu menerima Tuhan sendiri
Yohanes Pembaptis bergerak dalam senyapnya awang-uwung yang sarat dengan kekuatan-kekuatan ilahi, tetapi ia juga bisa didengar oleh orang-orang yang hidup dalam kebisingan sehari-hari
Pada saat itu datanglah orang-orang kepadanya untuk dibaptis, karena mereka juga mengira bahwa dialah Mesias. Ada tiga kelompok yang bertanya kepada Yohanes bagaimana mewujudkan sukacita lewat jalan pertobatan.
Kelompok pertama adalah orang banyak, tanpa identitas. Mereka bertanya apa yang kiranya mereka perbuat untuk mewujudkan pertobatan ? Bagi Yohanes, mereka ini harus saling berbagi. Adalah sukacita besar kalau orang saling berbagi dalam hidup
Kelompok kedua adalah para pemungut cukai. Yohanes berkata kepada mereka supaya mereka berlaku jujur: “Jangan menagih lebih banyak yang telah ditentukan”. Yohanes Pembaptis hebat! Dia tidak mengatakan “gantilah pekerjaanmu” tetapi berlakulah adil !
Kelompok ketiga adalah para prajurit Romawi, wakil dari kaum kafir. Yohanes berkata kepada mereka untuk bersikap adil: “Jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu !”
Bagi Yohanes Pembaptis, sukacita yang benar dilandasi oleh cinta kasih. Dengan cinta kasih orang dapat berbagi, bersikap jujur dan adil. Semua ini membantu setiap pribadi untuk menanti kedatangan Tuhan yang oleh Paulus “sudah dekat”.
Yohanes juga menunjukkan satu sikap pertobatan bagi kita semua yakni kerendahan hati. Ia mengakui dirinya sebagai bukan Mesias
Membungkuk dan membuak tali sepatuNya pun Yohanes merasa tidak layak. Yohanes hanya membaptis dengan air, tetapi sang Mesias yang tidak lain Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api
Kebajikan kerendahan hati Yohanes menginspirasikan kita untuk rendah hati di hadapan Tuhan dan mengakui diri kita sebagai orang berdosa yang membutuhkan Tuhan
Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk selalu bersukacita dalam Tuhan. Masing-masing kita memiliki pergumulan hidup tertentu
Namun dalam pergumulan itu hendaklah kita selalu memandang kepada Tuhan sebagai sumber sukacita dan keselamatan kita.
Tuhan Yesus berkata, “terlepas dari Aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa” ( Yoh 15:5 ). Itu sebabnya tepat sekali Paulus yang mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”. Tuhan sudah dekat! Apakah ada sukacita di dalam hatimu?
Kita juga diundang untuk memahami pertobatan sebagai jalan untuk menyambut kedatangan Tuhan.
Yohanes Pembabtis mengatakan kepada tiga kelompok yang berbeda yakni orang banyak, para pemungut cukai dan prajurit Romawi untuk bertobat dengan membangun mentalitas saling berbagi dalam kasih, jujur dan adil
Ini adalah model pertobatan yang radikal. Apakah kita juga memiliki kemampuan saling berbagi dalam kasih ? Pertanyaannya, bagaimana cara kita untuk berjaga-jaga dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus??
Jawabannya adalah:
Pertama, kita harus bertobat. Pesan inilah yang kita dapat dari Minggu kedua masa adven. Apa itu bertobat? Bertobat berarti kita menyadari bahwa kita berdosa, kita menyesal lalu kita mohon ampun kepada Tuhan. Kata kunci pertobatan adalah menyadari, menyesal lalu mohon ampun kepada Tuhan. Dalam bahasa Yohanes Pembaptis kita menyiapkan jalan dan meluruskan jalan bagi Tuhan.
Kedua, setelah kita bertobat, apa yang harus kita lakukan?? Inilah pertanyaan mendasar dari pesan yang kita dapat dalam minggu ketiga masa adven ini.
Hari ini adalah Hari Minggu Adven III. Sering disebut Minggu ‘Gaudete”. Dalam bahasa Latin, “Gaudete” berarti ‘bersukacitalah!”. Disebut sebagai minggu Gaudete karena pada minggu ini kita diajak dan diundang untuk bersukacita menyambut Yesus, Sang Mesias yang kedatangannya sudah semakin dekat. Rasa sukacita itu kemudian kita ungkapkan dan kita aktualisasikan dalam tindakan konkrit sebagaimana yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis sebagai pesan bagi kita dalam minggu adven ketiga ini.
- Kita harus berbagi dengan tulus apa yang kita punya (sesuai kemampuan kita) kepada sesama, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan pertolongan kita. Berbagi tidak harus berupa materi (uang, makanan, dll). Kita juga bisa berbagi pengetahuan yg benar, bakat untuk melayani dan menghibur, sapaan, senyuman, dukungan, perhatian, ide2 baik, waktu, tenaga dan kehadiran kita dalam kebersamaan dengan keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar kita.
- Tidak mengambil keuntungan dari tugas dan tanggungjawab yang sudah dipercayakan kepada kita; baik sebagai Rohaniwan/I, pengurus gereja, guru, karyawan dan apapun itu jabatan kita. Melalu tugas dan panggilan kita masing-masing, kita diajak untuk memperjuangkan kebenaran, kejujuran dan memperlakukan orang lain dengan baik.
- St. Yohanes Pembaptis mengajak kita untuk merasa cukup dengan apa yang kita miliki atau kita punya saat ini dan tidak menginginkan apa yang bukan menjadi hak kita. Dengan kata lain, jangan merasa iri hati dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.
0 comments:
Post a Comment