We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Wednesday, 29 June 2022

HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS (Lukas 15:3-7)

DOMBA YANG HILANG.


Bergembiralah bersama dengan daku,sebab dombaku yang hilang telah kutemukan. Domba yang hilang adalah gambaran kita manusia,yang seringkali kita mengikari Tuhan yang amat mencintai kita.Kita meninggalkan kasih-Nya dan jatuh dalam dosa dan mau memisahkan diri dari kasih Tuhan.Namun seperti gembala Tuhan tidak ingin membiarkan kita hilang dan tersesat.


Sekalipun kita menghilang ia tetap setia mencari dan menemukan kita.Sebab kasih-Nya pada orang benar dan pendosa tetaplah sama,tanpa pandang bulu.Inilah cinta Tuhan yang tidak dapat di ukur oleh perhitungan manusia.Sebuah cinta tanpa batas.Tuhan begitu mengasihi manusia.


karena kita berharga di mata-Nya.Betapa Allah benar2 menghargai setiap manusia,pribadi per pribadi tanpa membeda-bedakan yang benar dan yang salah.Ia memosisikan dan menempatkan kita manusia sebagai subjek yang patut dikasihi dan di hargai dalam sukacita surgawi.


Semoga kitapun demikian bagi orang-orang yang terdekat dengan kita,orang -orang yang terdekat dengan kita,yaitu orang-orang yang dipercayakan kepada kita agar menjadi gembala yang baik bagi sesama di sekitar kita dan dimanapun kita berada.


Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: 


Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”


Yesus bersabda, “Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”


Ada keunikan dalam diri manusia, yaitu kerinduan akan kesempurnaan. Hasrat akan kesempurnaan membawa manusia pada keinginan untuk mencari kepastian. Segala sesuatu harus jelas seturut kategori yang sudah dibuat. Ketika sesuatu atau seseorang tidak sesuai dengan kategori yang berlaku, hal itu atau orang itu harus disingkirkan.


Pada kenyataannya, cita-cita akan kesempurnaan hanyalah ilusi. Kita akan menjumpai begitu banyak ketidaksempurnaan di tengah-tengah keseharian hidup. Kita akan berjumpa dengan carut-marut kehidupan. 


Mari kita bayangkan Allah Putra yang hadir di tengah-tengah manusia. Allah Putra yang dikandung oleh Bunda Maria kemudian tinggal dan hidup bersama dengan kita. Itulah Yesus yang tidak segan berjumpa dengan ketidaksempurnaan, dengan carut-marut kehidupan!


Hari ini kita merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Mahakudus. Hati Yesus mengingatkan kita untuk kembali pada semangat Yesus, yakni semangat inklusif, semangat merengkuh dan menerima mereka yang hidup dalam ketidaksempurnaan. Itulah hati yang kokoh, hati yang luas yang mampu membuka berbagai kemungkinan, hati yang tidak memberi label dan cap, hati yang mengarahkan manusia pada transformasi kesejatian hidup.



 hari ini berbicara tentang perumpamaan yang cukup popular. Perumpamaan yang ditampilkan adalah perumpamaan yang menjadi fenomena kehidupan konkret. Seorang gembala akan begitu kehilangan jika salah satu dari dombanya hilang, meskipun ia masih mempunyai 99 ekor yang lain. 


Seorang gembala yang baik akan mencari yang hilang itu, dari pada menunggu yang 99 yang aman. Bandingannya menjadi jelas, 1 dibanding  99. Namun justru yang satu itulah yang menjadi perhatian ketika itu. Harapan, kecemasan dan sekaligus sumber kegembiraan tertumpu pada yang hanya satu itu.


Dalam konteks ini, satu merupakan bilangan yang kecil, namun tidak bisa begitu saja dengan mudah mengatakan hanya satu. Justru yang satu inilah yang menjadi fokus refleksi dari apa yang diajarkan Yesus. Apakah yang 99 menjadi tidak berarti? Ada kesan demikian, tidaklah begitu pemaknaan yang lebih jauh. Yang 99 ekor tetap menjadi yang berharga dan tidak diharapkan untuk menghilang.


 Pada konteks ini, yang satulah yang didahulukan karena itulah sumber masalah bagi sang gembala. 99 ekor lainnya dalam kondisi aman, ditinggal untuk mencari yang satu tidak akan membuat masalah. Maka yang satu itulah yang perlu menjadi perhatian.


Kehilangan merupakan situasi yang tidak mudah begitu saja diterima dengan sepenuh hati. Kehilangan sering kali membawa dampak pada keadaan seperti tanpa harapan, ada sesuatu yang berkurang. Namun apabila yang hilang itu kemudian ditemukan melalui proses pencarian, kebahagian besar menanti di ujung sana. Kebahagiaan inilah yang layak untuk dibagikan kepada orang lain atau orang lain menjadi bagian dari kebahagiaan itu dan diundang untuk turut merasakan.


Kebahagiaan seperti inilah yang dicari banyak orang. Sekecil apapun bentuk kehilangan kita, akan membawa pada kesedihan. Namun sekecil apapun penemuan yang kita dapat, membawa kita pada sukacita yang luar biasa. Sumber sukacita terletak dalam hati. 


Kegembiraan yang hanya dipermukaan akan dengan mudah luntur. Namun kegembiraan yang berasal dari hati akan bertahan lama dan membawa dampak yang lebih dalam dan luas.


Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Hati Kudus Yesus. Injil Yohanes mengungkapkan bahwa dari Hati Yesus mengalirkan berbagai rahmat untuk Gereja. Dari lambung-Nya yang tertikam, keluarlah darah dan air yang menjadi lambang sakramen-sakramen dalam Gereja.


 Hatilah yang menjadi sumber dan pusat dari apa yang diwartakan Yesus. Hati menjadi pusat karena dari sanalah mengalir kehidupan. Hati dalam pengertian ini adalah seluruh pusat hidup. Apa yang menjadi sumber dan tujuan karya Yesus berkaitan erat dengan persoalan hati.


Kasih yang Yesus ajarkan mempunyai relasi yang erat dengan hati. Kasih yang tulus dan total berasal dari hati, entah kasih kepada Allah maupun kasih kepada sesama. Tanpa disertai dengan hati, kasih hanya sekedar senang. Jika ukurannya senang, maka tidak akan terjadi relasi yang lebih dalam.


Seorang gembala pasti akan lebih senang dengan yang 99 ekor. Namun karena ia mempunyai relasi hati yang mendalam dengan apa yang dimilikinya, seekor dombapun menjadi sumber kegembiraan yang mendalam baginya. Kehilangan satu ekor sama dengan kehilangan 100 ekor. Maka ia berusaha mencari yang seekor sampai ketemu dan dibawa pulang.


Kerahiman Allah tidak pernah memperhitungkan jumlah. Kerahiman Allah hanya mensyaratkan keterbukaan hati dan ketulusan. Kerahiman Allah senantiasa memperhitungkan dan memelihara segalanya, bahkan yang paling kecil sekalipun. Mungkin kita merasa sebagai yang satu ekor itu. Namun yakinlah, yang seekorpun dicari dan diselamatkan oleh Tuhan. Dari hati-Nya mengalir aliran kehidupan dan keselamatan.

Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis Lukas, 1:57-66.80

Yohanes Pembaptis (Lukas, 1:57-66.80)


Pada waktu itu, genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya. 


Tetapi Elisabet, ibunya, berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada Zakharia untuk bertanya nama apa yang hendak ia berikan kepada anaknya itu. Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini, “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya. Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia, dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. 


Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Semua yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia. Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Ia kemudian tinggal di padang gurun sampai tiba harinya ia harus menampakkan diri kepada Israel.


l Lukas 1:57-66.80."Kemudian genaplah bagi Elizabet untuk bersalin dan ia melahirkan seorang anak laki laki, sanak saudara nya akan memberikan nama zakaria menurut nama bapak nya. Tetapi Elizabet berkata ia harus dinamai Yohanes.


Elizabet dan Zakaria pasangan yang sudah lanjut usia tapi belum memiliki keturunan, mereka hidup taat dan rajin berdoa kepada Allah.


Allah melihat ketekunan mereka dalam berdoa, kemudian mengutus malaikat Gabriel untuk mengatakan kepada Zakaria, bahwa istrinya akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki laki dan engkau harus memberikan nama Yohanes yang artinya Tuhan berkenan, Zakaria tidak percaya dikarenakan mereka sudah lanjut usia yang menurut pemikiran manusia tidaklah mungkin dapat memiliki anak lagi.


Karena ketidak percayaannya maka Allah memberikan peringatan bagi siapapun yang meragukan kuasa Allah, Zakaria mendapat hukuman bisu hingga anaknya dilahirkan atas ketidak percayaan nya kepada kehendak ALLAH.


Pelajaran Yang Dapat Kita Ambil Adalah: Kita Sebagai Manusia Ciptaan-Nya Teguhlah Dalam Iman Kepercayaan Kepada Allah Tanpa Meragukan Dan Menduakan Dengan Segala Bentuk Yang Bersifat Keduniawian, Dan Tekunlah Berdoa Seperti Apapun Keadaan Hidup Kita Saat Ini.


 Walaupun Mungkin Secara Pemikiran Manusia Seolah Tidak Ada Jalan Keluar lagi Dalam Menghadapi Persoalan Hidup Yang Dirasakannya, Percayalah Bagi Tuhan Tidak Ada Yang Mustahil Untuk Melakukan Apapun Atas Kuasa dan  Kehendak-NYA Kepada Siapapun Begitupun Dengan Semua Alam Semesta Ini Ada Dalam Kekuasaan-Nya. 


Berbahagialah kita saat ini yang tetap teguh dalam Iman dan tekun dalam doa berpengharapan hanya kepada ALLAH tanpa menduakanNya dengan siapapun dan segala bentuk harta benda tahta yang bersifat duniawi.



Setiap pribadi lahir ke dunia sebagai karunia Allah bagi dunia. Allah menyertai dengan kuasa roh-Nya agar kehadiran sorang bayi di dunia menjadi penyalur berkat Allah. Keajaiban hidup terjadi pada periatiwa kelahiran St.Yohanes Pempaptis dan kelahiran kita juga. Tangan Tuhan yang  ajaib berkarya dalam hidup kita sejak awal mula agar kita membawa sukacita bagi dunia. Inilah tugas mulia yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Salam sehat dan bahagia. 


 Hari ini kita rayakan Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis, satu-satunya orang selain Bunda Maria, yang hari  kelahirannya dirayakan Gereja. Ini menyoroti peran yang sangat penting yang dimiliki Santo Yohanes Pembaptis dalam sejarah keselamatan seluruh umat manusia.


Santo Yohanes Pembaptislah yang dinubuatkan oleh para nabi sebagai yang terakhir di antara para nabi karena perannya mewartakan kedatangan keselamatan dari Allah, penggenapan rencana keselamatan Allah yang telah lama ditunggu-tunggu yang akan datang melalui Putra-Nya, Yesus Kristus, yang kebetulan juga adalah kerabat Santo Yohanes Pembaptis sendiri, karena ibunya Elizabeth adalah kerabat Maria.


 Santo Yohanes Pembaptis adalah orang yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya sebagai orang yang akan dipersiapkan dan dipanggil dari rahim ibunya untuk mewartakan keselamatan Allah.


Terkait dengan keadaan yang sama menakjubkannya dari kelahiran Santo Yohanes Pembaptis, di mana pasangan lanjut usia Zakharia dan Elizabeth, menerima kata-kata dari Malaikat Allah melalui Zakharia sendiri di Bait Allah, mengatakan bahwa nabi akan lahir untuk Elizabeth. Ketika Zakharia meragukan hal ini, dia menjadi bisu sampai saat Yohanes lahir dan ketika Zakharia menulis namanya seperti yang diucapkan oleh Malaikat Tuhan, lidahnya secara ajaib dilonggarkan.


Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis memang benar-benar ajaib dan sebagai pertunjukan yang jelas akan keajaiban dan kuasa Tuhan dan pengingat akan apa yang pernah Tuhan sendiri lakukan, ketika Tuhan membuat pasangan lanjut usia lainnya untuk dapat melahirkan seorang anak, yaitu bapak leluhur semua orang Israel dan banyak bangsa, yaitu Abraham dan Sara. Melalui putranya Ishak, banyak bangsa akan diturunkan dari Abraham sebagai pemenuhan janji Allah kepadanya. Demikian pula, kelahiran Santo Yohanes Pembaptis adalah pemenuhan janji-janji Allah melalui para nabi.


Santo Yohanes Pembaptis adalah orang yang dipercayakan dengan tugas yang sulit untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Dia harus meluruskan jalan bagi Tuhan dan inilah sebabnya, julukannya yang terkenal Pembaptis tidak hanya untuk membedakannya dari Rasul dan Penginjil Santo Yohanes tetapi juga untuk menyoroti perannya yang sangat penting dalam membaptis sebagai bagian dari seruan untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan.


anto Yohanes Pembaptis adalah orang yang disebut sebagai suara yang berseru di padang gurun, Luruskanlah jalan bagi Tuhan dan dia juga memanggil orang-orang untuk bertobat karena Kerajaan Allah sudah dekat karena Mesias akan datang. Dia bekerja keras, membaptis banyak orang, setidaknya dalam ribuan kemungkinan jika tidak lebih banyak. 


Banyak orang mengindahkan kata-kata dan panggilannya, dan banyak di antara mereka kemudian akan terus mengikuti Tuhan dan akhirnya menjadi orang Kristen.


Namun, Santo Yohanes Pembaptis juga menghadapi banyak tantangan dan rintangan dalam pelayanan dan pengabdiannya kepada Tuhan. Sama seperti banyak nabi yang datang sebelum dia dan seperti yang akan dialami oleh Tuhan Yesus sendiri, Santo Yohanes Pembaptis menghadapi tentangan dan penolakan keras dari mereka yang menolak untuk mendengarkan dia dan percaya pada kata-katanya.


Santo Yohanes Pembaptis tanpa rasa takut menyerang orang-orang Farisi dengan menyebut mereka keturunan ular beludak yang jahat, orang-orang munafik yang mengaku setia dan memandang rendah orang lain yang mereka anggap kurang saleh dan lebih buruk dari mereka, namun sikap dan tindakan mereka jahat. 


Dengan semangat dan keberanian, dia juga menghukum raja Herodes karena hubungannya yang tidak bermoral dan tidak sah dengan istri saudaranya, yang akhirnya menyebabkan dia ditangkap, dipenjarakan dan akhirnya mati menjadi martir.


Saat kita merayakan kelahiran santo dan hamba Allah yang agung ini, marilah kita semua mengingat iman yang besar, komitmen dan semangat serta keberanian yang besar yang dengannya Santo Yohanes Pembaptis telah bekerja untuk kemuliaan yang lebih besar dari Tuhan. 


Kita semua telah diberkati untuk hidup pada zaman dan waktu ketika Mesias dan keselamatan Allah telah dinyatakan kepada kita di dalam Kristus dan melalui iman yang telah kita terima melalui Gereja.


 sekarang, Tuhan juga telah memerintahkan kita semua murid-Nya untuk pergi menyebarkan Kabar Baik dan kebenaran-Nya kepada semua orang. Semoga Tuhan membantu kita dan menguatkan kita dalam iman, membantu kita untuk hidup seperti para pendahulu kita yang suci dalam segala hal. Semoga Tuhan memberkati kita semua, sekarang dan selamanya. 

Thursday, 14 April 2022

Hari Kamis Putih Umat Katolik, sebagai Penetapan Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat. Ada 3 misteri iman yang kita rayakan saat Kamis Putih. Dan Peristiwa Penting lainnya Saat Kamis Putih.



Hari Kamis Putih adalah Hari penting bagi umat kristen khususnya Umat Katolik. Pada hari ini Gereja merayakan dan mengenang Perjamuan Tuhan dan penetapan Perintah Baru.


Sebelum Hari Raya Paskah mulai, Yesus beserta para murid mengadakan makan bersama. Yesus tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk kembali kepada Bapa. Tetapi pada saat inilah Yesus memberi pesan dan kenangan yg tidak boleh dilupakan oleh Umat Allah. 


Liturgi dirayakan di sore/malam hari. Nama resmi perayaan hari ini adalah Missa Perjamuan Tuhan (Missa Vespertina in Cena Domini) yg menunjukkan kenangan akan Perjamuan Tuhan bersama para murid.


Dalam Perayaan Kamis Suci ini, beberapa hal mendapat perhatian:

* Perjamuan Terakhir Sebagai Pendirian Ekaristi. 

Awalnya perjamuan paskah Yahudi. Tetapi pada malam itu, Yesus mengambil roti dan mengangkat cawan, dan menyebut Roti dan Anggur menjadi TUBUH dan DARAH-NYA serta memerintahkan untuk melakukan itu sebagai kenangan akan Kristus. 

Ekaristi adalah rahmat khusus dan ungkapan cinta Kristus yg tanpa batas bagi umat yg percaya kepada-Nya. 


* Pendirian Sakramen Imamat. 

Dalam pendirian (institusi) Sakramen Ekaristi itu, juga Yesus sekaligus menetapkan SAKRAMEN IMAMAT. Dengan memerintahkan para murid untuk melakukan Perjamuan Tuhan sebagai peringatan akan  Dia, pada saat itu juga Yesus memberikan kuasa Imamat-Nya kepada para rasul yg menjadi Sakramen Imamat dalam Gereja hingga saat ini. Dengan merayakan Ekaristi, aspek penting Imamat diungkapkan langsung yaitu mengundang dan mempersatukan umat kembali sekeliling korban salib yg dihadirkan dalam Ekaristi. 

inilah salah tugas penting para pelayaan tertahbis.


* Pembasuhan Kaki

Pada malam terakhir itu juga lahir Hukum Baru (Mandatum Novum) yaitu Hukum Cinta Kasih dengan pembasuhan kaki sebagai pra lambang kerendahan hati untuk saling melayani. 

Yesus berkata: 

"Mengertikah kamu apa yang Kulakukan terhadapmu? Kamu memanggil Aku Guru dan Tuhan, dan memang benar.... Maka jika Aku, Tuhan dan Guru-Mu membasuh kakimu, kamu juga harus saling membasuh kaki. Aku telah memberikan kepadamu suatu teladan, supaya apa yang telah Kulakukan, juga harus kamu lakukan" (Yoh 13:12-15).

Pembasuhan kaki lambang cinta kasih dan tanda pelayanan total Yesus Kristus kepada umat-Nya sampai sehabis-habisnya dan sedalam-dalamnya bahkan sampai rela mati di kayu salib.


* Pemindahan Sakramen Mahakudus.

Setelah Perayaan Ekaristi, acara dilanjutkan dengan pemindahan  Sakramen Maha Kudus sambil perarakan sekelling gereja menuju tempat atau altar persinggahan sementara selama kamis dan Jumat Agung. 

Pemindahan ini menyampaikan pesan atau makna yg mengingatkan kita kepada Yesus yg pergi dan berdoa di Taman Getsemani.


* Tuguran - Tirakatan

Sesuai tradisi setelah Sakamen Maha Kudus ditahtakan di altar persinggahan sementara, ini merupakan moment yg sangat baik bagi umat berdoa - berjaga. Berdoa langsung di hadapan Sakramen Maha Kudus, seraya menanggapi undangan Yesus yg mengajak murid2 berdoa. "Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku" (Mt 26:38).


Sebagai murid Kristus kita dipanggil untuk saling melayani satu sama lain. 

Malam ini kita diingatkan kembali oleh Tuhan dalam perjamuan bahwa kita wajib saling melayani dan mensyukuri rahmat Sakramen yg ditetapkan Tuhan sendiri bagi kita umat-Nya.


Kenangan Penetapan Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat


Yesus menetapkan Sakramen imamat agar melalui Sakramen Imamat, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus dan menjadi makanan dan minuman setiap hari di atas altar dan janji hidup abadi. Karena itu roti ini melalui rahmat imamat yang dipecahkan di Meja Perjamuan berubah menjadi Roti yang adalah Tubuh Kristus, Roti yang melampaui manna, roti yang lebih kaya dari yang diberikan kepada bangsa Israel di Padang Gurun, roti yang mengatasi perbanyakan roti di dalan injil, roti yang mempersatukan, roti yang memberi kekuatan, roti yang diwariskan lewat Tradisi Lisan, roti yang ditulis dalam Kitab Suci, roti yang diajarkan oleh Magisterium Gereja, roti yang membentuk Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik, roti yang menjadikan manusia kediaman Allah, Tubuh Mistik Kristus dan Bait Roh Kudus, roti yang adalah anugerah Surgawi, hasil bumi dan karya manusia, roti hasil jerih lelah manusia, roti kegembiraan, roti persahabatan, roti untuk saling berbagi, dan roti yang diberikan kepada yang lapar akan Allah.



Perayaan Kamis Putih hari ini mengingatkan kita akan Perjamuan Malam Terakhir di mana Yesus memecahkan roti dan anggur bersama para murid (Mat. 26:17-30, Mrk. 14:12-31, Luk. 22:7-24, Yoh. 13:1-3) juga kenangan akan penyangkalan Petrus dan pengkhianatan Yudas Iskariot. Dalam perjamuan itu, Yesus menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya kepada Bapa dalam wujud roti dan anggur yang diberikan kepada para rasul untuk memberi kekuatan bagi mereka. Yesus juga minta apa yang Dia lakukan malam itu terus dilakukan oleh para pengikut-Nya.


Ada 3 misteri iman yang kita rayakan saat Kamis Putih, yakni:


1. Teladan melayani saat Yesus membasuh kaki para rasul-Nya di mana Ia menjadikan diri sebagai pelayan bagi mereka.

2. Penetapan Ekaristi di mana setiap kali kita merayakan Misa, kita mengenang kembali persis apa yang diamanatkan Yesus saat Perjamuan Malam Terakhir.

3. Tahbisan imamat para rasul di mana Yesus sendiri memerintahkan para rasul-Nya untuk melanjutkan dan melakukan pelayanan sakramen, secara khusus Ekaristi, sebagai peringatan akan pemgurbanan-Nya. Dengan demikian, Yesus menetapkan para rasul sebagai imam-imam baru penerus-Nya.



AKU MEMBERIKAN PERINTAH BARU KEPADAMU, YAITU SUPAYA KAMU SALING MENGASIHI. SEPERTI AKU TELAH MENGASIHI KAMU, DEMIKIAN JUGA KAMU HARUS SALING MENGASIHI. TERPUJILAH.


Kita harus bangga akan salib Tuhan kita Yesus Kristus, pohon keselamatan, kehidupan, dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan pembebasan kita.


Pada hari Kamis Putih ini kita merayakan keluhuran cinta kasih Yesus yang tanpa batas. Ia mewariskan tanda cinta kasihNya itu dengan menetapkan Sakramen Ekaristi yang secara khusus dihormati dalam Adorasi, dan Sakramen Imamat, yang dibaharui oleh setiap imam dan diadakan demi melanjutkan Ekaristi. "Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku." Cinta kasih Yesus juga ditunjukkannya dengan membasuh kaki para murid sebagai teladan kerendahan hati dan pelayanan tanpa pamrih.

*

Hari Kamis Putih merupakan perayaan kenangan Perjamuan Malam Terakhir Yesus bersama para muridNya. Perjamuan terakhir Yesus dengan para muridNya bukanlah perjamuan keputusasaan, kesedihan, melainkan perjamuan yang penuh keakraban, perjamuan persaudaraan, penuh makna. Perjamuan itu simbol penyerahan hidupNya yang total, tubuh dan darahNya diberikan demi keselamatan murid-muridNya. Itulah Ekaristi kudus, kenangan Kurban Salib Kristus.


Karena kasihlah Yesus melakukan hal ini, karena kasihlah Yesus ingin memberikan contoh kepada para muridNya. Meskipun Yesus sudah tahu, dari kedua belas muridNya, tidak semua mencintai DiriNya, bahkan setelah dibasuh malah mengkhianatiNya. Pemberian diri Yesus yang sehabis-habisnya itu dilambangkan dalam Upacara Pembasuhan Kaki para rasul. Untuk semua pengurbanan dan cinta Tuhan kita diajak untuk juga memberi pelayanan yang sama yaitu rela melayani dengan kasih dan cinta. Sumber kekuatan akan senantiasa ditemukan saat kita rayakan perjamuan Tuhan dalam Ekaristi.



HARI KAMIS PUTIH

(Mengenang Perjamuan Tuhan)

* Malam hari ini kita merayakan misteri

   perjamuan malam terakhir yang diada-

   kan Yesus bersama murid-murid-Nya.

   Pada saat inilah Yesus menetapkan

   Sakramen Ekaristi dan Sakramen

   Imamat.

   Dia juga menegaskan semangat untuk

   saling melayani dengan membasuh kaki

   murid-murid-Nya.

   Perjamuan malam terakhir adalah 

   kenangan akan Yesus yang mengurban-

   kan diri-Nya sampai wafat di kayu salib.

   Inilah misteri cinta kasih Allah yang

   Mahaagung kepada Umat manusia.

* Yesus merayakan misteri pengurbanan

   diri-Nya itu dalam wujud roti dan anggur

   dan bersabda, "Lakukanlah ini sebagai

   kenangan akan Daku."

   Perintah ini dilaksanakan Gereja dengan

   merayakan Ekaristi kudus setiap hari.

* Hari ini dapat dikatakan sebagai hari

   ulang tahun Ekaristi, hari ulang tahun

   Imamat, bahkan juga hari ulang tahun

 perkawinan karena perkawinan adalah sakramen cinta kasih.Mari kita bergembira karena pengudusan hidup kita dalam Dia.


Selamat merayakan hari raya Kamis Putih,

semoga kita semakin terdorong untuk

mengamalkan perintah baru yang diberi-

kan-Nya yakni perintah cinta kasih.

Friday, 25 March 2022

HARI RAYA KABAR SUKACITA. Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. Lukas, 1:26-38

 

Bunda  Maria dikandung  Tanpa  Noda.

Dikandung Tanpa Noda adalah Perawan Maria dikandung dalam rahim ibunya tanpa noda dosa. Doktrin Gereja menyatakan bahwa sejak saat pertama keberadaannya, Santa Maria dilindungi oleh Tuhan dari Dosa Asal dan dipenuhi dengan rahmat pengudusan yang biasanya datang dalam baptisan setelah lahir. Gereja Katolik percaya Bunda Maria bebas dari dosa pribadi dan dosa turun-temurun.


Dikandung Tanpa Noda diumumkan sebagai dogma pada tahun 1854 oleh Paus Pius IX. Itu berarti bahwa harus diterima sebagai pernyataan iman yang sempurna. Tapi mengapa fokus ini kepada Perawan Maria? Kita harus ingat bahwa setiap pengajaran tentang Bunda Maria pada akhirnya harus menunjuk kepada Kristus.


Meskipun Allah menghapus dosa dari Perawan Maria pada saat dia dikandung, namun Allah tidak menghapus kehendak bebasnya dan kebebasan memilihnya. Kabar Sukacitanya, Bunda Maria membuat pilihannya agar rencana Allah digenapi di dalam dirinya.


Kita telah dibersihkan dari dosa ketika di pembaptisan. Maka kita seharusnya dan tetap berada dalam kasih karunia Allah dengan memilih untuk selalu melakukan kehendak-Nya, sama seperti Bunda Maria memilih untuk melakukan kehendak Allah.


Di Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda ini, mari kita mohon juga dengan perantaraan Bunda Maria untuk memperoleh rahmat melakukan kehendak Allah dalam hidup kita. 


Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." 


Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.


 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan." 


Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. 


Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.                                                                           


Hari ini kita merayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Sukacita dari Tuhan, bahwa Bunda Maria akan menjadi Bunda Putera Allah. Sewaktu Ia mendengar permintaan Tuhan, dia menerima permintaan itu dengan tulus hati.


 Dia tidak meminta persyaratan; dia tidak menggembar-gemborkan berita itu; ia tidak memaksakan rencananya sendiri; dia tidak menganggap dirinya hebat karena dia akan menjadi Bunda Putera Allah; dia diamkan berita gembira itu dalam hatinya. 


Karena kediamannya, hampir-hampir dia diceraikan oleh Yusuf secara diam-diam. Sebaliknya, ia menyerahkan dirinya secara total kepada Tuhan. Dengan penuh iman dan rendah hati, ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan, katanya: “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu!” Satu model ketaatan yang luar biasa dari seorang gadis muda di jaman itu. 


Apakah di jaman kita ada gadis atau laki-laki muda yang punya sifat seperti Maria, di mana dia memberi diri secara total dan melakukan kehendak Tuhan tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri? Saya yakin ada. 


Kita harus mengangkat jempol buat mereka dan mendoakan agar rencana Tuhan sungguh bekerja dalam diri mereka sehingga kehendak Tuhan sungguh terjadi dalam hidup dan pelayanan mereka. Kalau Bunda Maria sudah menjadi alat, penyalur keselamatan Tuhan untuk manusia, semoga mereka-mereka yang sudah dipercayakan Tuhan juga selalu menjadi alat dan penyalur keselamatan Tuhan ke atas kita semua. 

 

kita merayakan hari raya Kabar Sukacita hari ini, kita juga diajak untuk mengandung dan melahirkan Yesus Kristus dalam tutur kata dan perbuatan kita sehari-hari. Seperti Maria, kita pun dipanggil untuk menjadi pribadi yang taat di hadapan Tuhan. 


Juruselamat jadinya hadir di dalam diri Maria sesudah ia mengatakan: “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”  Itu berarti keterbukaan yang tulus menerima tawaran Tuhan dan kesediaan menjalankan rencana Tuhan dengan penuh tanggung jawab sudah harus menjadi bagian dari cara hidup kita setiap hari. 


Renungan Untuk Kita  Semua.

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Setiap kejadian yang terjadi di luar rencana kita adalah juga kabar gembira Tuhan untuk kita. Peristiwa itu mungkin saja tidak masuk akal bagi kita seperti kondisi pandemi saat ini, sulit untuk dipahami, tetapi semua itu terjadi karena sesuai kehendak Tuhan, dan bukan kehendak kita. 


Begitu pula dalam bacaan Injil hari ini, ketika malaikat Gabriel datang kepada Maria dan  memberitahukan bahwa ia akan mengandung, Maria berkata, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?” Maria pasti membayangkan betapa dahsyat hukuman yang akan diperolehnya. Ia pasti bergolak secara mental. 


Apa kata orang dan pembelaan apa yang akan disampaikannya? Tetapi ia memilih taat atas berita itu. Simaklah perkataannya, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Ia tidak menolak, tetapi menerimanya dengan sepenuhnya berserah kepada Allah. Maria tahu bahwa Allah, yang kepada-Nya ia percaya, berkuasa menolong dan melindunginya.


Setiap hari kita dihadapkan pada ujian yang menuntut keteguhan iman. Seperti kondisi saat adanya kejadian virus  yang mewabah, kekuatan dalam kehidupan beriman kita dipertaruhkan. Tak sedikit orang yang, ketika mengalaminya, imannya gugur dan meragukan Tuhan bahkan mereka menyalahkan Tuhan atas semua kejadian ini.


Tuhan bekerja di luar kemampuan kita. Ia menyertai kita sehingga kita tidak perlu gentar atas setiap peristiwa. Sebagai orang-orang yang percaya, kita dipanggil untuk berserah kepada Tuhan, dan segala sesuatu dapat Tuhan lakukan bagi kita.

Tuesday, 15 March 2022

Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Matius 23: 1-12)


Yesus tidak menghendaki orang banyak di korbankan, dijadikan objek tipuan belaka. Yesus tak ingin kepentingan pribadi, prestasi dan prestise, kuasa dan ambisi seseorang pemimpin yang mengorbankan keselamatan banyak orang. Yesus sendiri menggembalakan, memimpin, menuntun orang melalui pemberian diri yang total, melayani dengan rendah hati.


Turuti dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu. Yesus minta para murid-Nya agar mereka cermat dalam menyikapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Para murid harus berhati-hati karena kedua golongan ini pandai mengajarkan hal-hal baik dan berat tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan pengajaran mereka. Ikuti ajaran mereka tetapi jangan ikuti perilaku mereka.


Kita seringkali mengabaikan ajaran atau nasihat yang bijak karena kita tidak puas dengan perilaku dari para pengajarnya. Kita tidak memanfaatkan secara maksimal serpihan-serpihan kebijaksanaan mereka untuk membangun hidup kita menjadi lebih baik dan bermutu. 


Kita cenderung jatuh dalam keburukan dengan dalih, pejabatnya saja hidupnya begitu. Ketahuilah, disini kepada kita dibebankan dosa ganda, yakni dosa mengabaikan kebenaran atau kebaikan yang kita ketahui dari pejabat dan dosa menghakimi sesama.


Jangan-jangan kita menjadi seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, hanya pandai berbicara dan mengajarkan kebaikan dan kebenaran kepada sesama tanpa kita sendiri mau melakukannya. 


Terkadang, hidup kita menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk membangun kehidupan mereka menjadi lebih bermutu. Kalau kita sendiri mau menjadi pribadi yang bermutu, kita harus selalu mengupayakan keselarasan antara kata dan tindakan. Tuhan menyertai segala usaha dan upaya kita dalam membangun kehidupan yang damai dengan sesama. 


Matius 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya:

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.

Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 


Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 


Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 


Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.


Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.


Matius 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.


Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat;mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.

Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.

Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.

Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.


Farisi

Beberapa kali dalam Injil kita menemukan Yesus memanggil orang-orang Farisi untuk bertobat.  Dia menyebutkan kemunafikan mereka dan mendapati diri-Nya jengkel pada kekerasan hati mereka. Namun, Yesus mengakui otoritas mereka sebagai hamba Taurat yang telah Allah  berikan kepada Musa. Cara hidup merekalah yang memisahkan mereka dari Allah yang mereka layani. Mereka hidup secara tidak otentik. 

Marilah kita mengizinkan Yesus untuk melihat ke dalam jiwa kita untuk mencabut semua kecenderungan kefarisian yang mungkin tersembunyi di dalam diri kita. 


Untuk Dilihat Orang: 

Orang-orang Farisi melakukan pekerjaan mereka untuk dilihat oleh manusia. Kita tahu bahwa untuk dilihat, diketahui, dikenali adalah kebutuhan manusia. Berapa banyak anak yatim piatu, tunawisma, atau orang sakit atau orang yang terpinggirkan berbicara tentang penderitaan mereka? Seberapa banyak mereka mendapat perhatian orang?  Sebagian besar mereka tidak dilihat.  Mereka diabaikan.  Tidak ada tatapan kasih dari orang lain.  Bahkan sebagian besar orang menganggap mereka tidak ada.  

Yesus mengingatkan kita bahwa cukup Bapa saja yang melihat apa yang kita lakukan. Itu sudah cukup.  Melakukan sesuatu demi menghormati manusia yang lain.  Hal itu cukup menyenangkan Tuhan. Agar kita dapat disucikan, marilah kita menyadari bahwa kita berada di bawah tatapan Bapa kita yang melihat segala sesuatu yang tersembunyi (Matius 6:4). 


Tuan dan Hamba: 

Yesus adalah Tuan, dan Dia mengajar kita untuk melayani. Janganlah kita berusaha untuk disebut sebagai tuan, bapa, atau guru, tetapi cukuplah Yesus yang memanggil kita untuk mengikuti-Nya.  Dia yang menyatakan Bapa-Nya kepada kita, adalah Tuan, Guru, dan Bapa kita.  


Kristus sebagai raja memanggil kita untuk mengambil bagian dalam panggilan-Nya untuk melayani. Bagi orang Kristen, 'memerintah berarti melayani Dia,' khususnya ketika kita melayani 'yang miskin dan menderita.


Sebagai pribadi, ada dorongan dalam diri manusia untuk menampilkan diri sebagai perwujudan kemandirian yang berbeda dengan pribadi-pribadi lain. 


Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa pribadi manusia adalah gambar Pribadi Allah Tritunggal yang terwujud sebagai pribadi sosial. 


Di hadapan Tuhan, kita adalah milik-Nya dan di antara orang lain kita sepadan dan sesama. 


Sekali pun dalam masyarakat dan Gereja ada kedudukan ataupun jabatan, namun di hadapan Tuhan setiap orang sama dan harus bertindak sebagai sesama umat agar tidak menjadi sandungan bagi orang lain.


Banyak orang memanfaatkan kedudukan demi mendapatkan berbagai kemudahan atau fasilitas. 


Di tengah mentalitas seperti itu, banyak orang tersentak jika ada presiden atau pejabat negara yang tampil *low profile* dan memilih diperlakukan biasa-biasa saja.


Melalui bacaan Injil hari ini sesungguhnya kita diingatkan bahwa sebagai ciptaan Allah, kita tidak dapat melepaskan diri dari Allah. Demikian pula dalam memandang diri kita di antara sesama. 


Di hadapan Tuhan semua manusia adalah sama dan sepadan. Hal ini sangat penting, karena manusia merupakan pribadi yang mandiri yang dapat mengatakan: "Inilah aku dan aku bukan engkau atau dia". 


Karena akibat dosa, kemandirian itu dapat disalahgunakan. Memang harus diakui bahwa setiap pribadi memiliki keunikan, tetapi tidak berarti hanya memiliki kelebihan dari orang lain. 


Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan di hadapan Tuhan kelebihan seseorang tidak berarti berjasa bagi Allah. Setiap orang di hadapan Allah hanyalah hamba yang melaksanakan tugas. 


"Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias".


Memang kenyataannya dalam masyarakat kita istilah atau sebutan-sebutan itu ada, tetapi karena manusia adalah ciptaan Allah, maka semuanya itu kita letakkan pada hubungannya dengan Allah. 


Dalam hal ini, kita dapat mengambil contoh sikap Gereja sendiri terhadap anggotanya. Bahasa hukum Gereja sangat berbeda dengan bahasa hukum masyarakat manusia. 


Apa pun yang diperintahkan Gereja bagi umat, bukan untuk kepentingan diri Gereja, melainkan demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia sendiri dalam Kristus. 


Perintah Gereja bukan yang terbesar, tetapi yang terkecil, agar tidak memberi beban-beban yang memberatkan. Sebagai contoh misalnya kelima peraturan Gereja Katolik yang wajib dilakukan umat Katolik.


Allah tidak berhenti berkarya menyelamatkan manusia sekali pun manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Justru karena kasih-Nya tak putus-putusnya Allah menuntun manusia melalui para imam-Nya dengan penuh kesabaran. 


Karena kehendak Allah ialah keselamatan manusia dan hanya Allah yang berhak memberikan keselamatan itu.


Marilah hening sejenak, kita renungkan, siapakah manusia sehingga Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk menebus manusia dengan penderitaan dan kematian di salib yang begitu hina dan tak terbayangkan beratnya. 

Monday, 14 March 2022

Murah Hatilah Seperti Bapamu Murah Hati. (Lukas, 6:36-38)



Media sosial, tidak jarang kita jumpai orang saling mencerca, memfitnah dan menghakimi. Ujaran kebencian dan hoax pun dengan mudah disebar begitu saja. Ruang untuk sejenak berpikir dan berdiam diri mempertimbangkan baik buruknya sikap-sikap ketergesaan menghakimi hampir tidak dikondisikan. 


Manusia menampilkan diri sebagai homo homoni lupus, serigala bagi sesama. Tanpa banyak berpikir dan introspeksi diri. Ajaran Yesus tentang murah hati dapat dimaknai sebagai seruan untuk mengimplementasikan Hukum Cinta Kasih. Kasihilah Allahmu dengan segenap hati dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.


Kemurahan hati tampak dalam sikap hidup keseharian sebagai penegasan dimensi kemanusiaan kita. Lakukan yang baik dan hindari yang jahat sebagai kaidah dasar moral etis universal dapat menjadi rujukan dalam hidup.


Apakah secara gegabah menghakimi dan mempersalahkan sesama secara subjektif tanpa mendalami esensi persolan dengan baik? Apakah kebiasaan memfitnah dan menjadi penyebar hoax itu termasuk sikap yang terpuji? Tentu saja tidak.


Yesus mengajak kita semua untuk mengembangkan budaya murah hati. Sebab kemurahan hati adalah sikap esensial Yang Ilahi. Dengan sikap murah hati, kasih dan pengampunan diekspresikan bagi sesama. Pemahaman secara obyektif dibangun, sikap bijaksana dalam membaca persoalan dan memperlakukan sesama dihidupi.


Seringkali kita jatuh bangun dalam upaya melakukan pertobatan yang sepenuh hati. Bagi Tuhan hal itu tidak masalah, yang penting mau berusaha untuk bertobat dan dengan rendah hati mau untuk memohon belas kasihan Tuhan.


Sesungguhnya kalau kita mau untuk memahami kalender liturgi Gereja, ada beberapa kali Tuhan memperingatkan kita antara lain masa Adven, masa Pra Paskah, dan sebelum perayaan Ekaristi harian atau mingguan dimulai selalu ada Imam yang bersedia untuk melayani dan menanti kita di kamar pengakuan. 


Semuanya terpulang pada diri kita masing-masing, akankah kita terus menerus memendam dosa yang telah kita perbuat, atau kita mau untuk sejenak meluangkan waktu dan masuk ke kamar pengakuan. 


Kita adalah umat Tuhan yang sangat rentan dengan dosa yang itu-itu saja. Melalui kepanjangan tangan-Nya, yaitu Imam, Tuhan menyediakan Sakramen Tobat bagi kita.


Apakah kita masih akan tetap terjerat dalam dosa atau melakukan pertobatan dan kembali pada Allah?. Semuanya terpulang pada diri pribadi masing-masing, sebab ada orang yang senang berendam dalam lumpur dosa.


Marilah kita hidup di dalam kasih. Hidup di dalam kasih berarti hidup di dalam Allah dan Allah menghendaki kita untuk bermurah hati, santun, lemah lembut, sabar, sederhana, mau memaafkan, mengasihi, tenang dan penuh kedamaian, selalu bersyukur dan memuji Allah, serta bijaksana.


Bagaimana caranya agar kita dapat melaksanakan kehendak Tuhan, kita harus memiliki Niat, maka Allah akan memampukan kita untuk tidak mudah menghakimi, tidak mudah menghukum, dan mau berbagi dengan sesama. 


Sebagaimana sabda-Nya: "Janganlah kamu menghakimi orang lain, maka kamu-pun tidak akan dihakimi. Janganlah kamu menghukum, maka kamu tidak akan dihukum. Ampunilah, maka kamu akan diampuni. Berilah, maka kamu akan diberi". 


Semuanya bermuara dari hati, hati yang tidak menyimpan segala sesuatu yang sifatnya negatif, mau untuk menjaga kebersihannya, mau untuk menjadikannya sebagai kediaman Allah, mau untuk menjadikannya sebagai lentera di dalam menapak hidup, dan mau untuk menjadikannya sebagai panduan hidup.


Roh Kudus akan membantu kita agar memandang sesama kita dengan kasih tanpa praduga buruk, agar kita tidak terlalu cepat menilai orang secara negatif, yang membuat kehidupan bersama terasa tidak enak. 


Sebab, praduga negatif itu akan menjauhkan kita dari kebenaran, karena tidak ada orang yang berbuat salah semata-mata karena mengetahui bahwa perbuatan itu salah, maka ia lakukan. 


Setiap perbuatan, juga perbuatan yang salah, pasti memiliki motivasi yang baik, sekurang-kurangnya motivasi yang netral.


Praduga negatif itu bagaikan balok di mata kita, sedangkan perbuatan salah orang lain itu bagaikan selumbar , sebagaimana dikatakan oleh Kristus. 


Karena itu, kita harus dapat menghilangkan "balok" di mata kita itu terlebih dahulu, agar kita dapat mengambil "selumbar" di mata orang lain. Artinya, dalam membantu sesama memperbaiki kesalahannya. 


Kita harus mengakui bahwa tubuh kita ini adalah sumber kelemahan kita, yang menyebabkan kita meskipun mau melakukan kebaikan, tetapi yang kita lakukan justru yang tidak baik.


Kita harus bersyukur, berkat Kristus, yaitu Allah Putra yang menjadi manusia, tubuh kemanusiaan kita yang lemah itu diangkat ke keilahian-Nya. 


Maka, bila kita menyatu dengan Allah yang mengetahui kedalaman hati setiap orang, terhadap apa yang kita lakukan dalam menilai orang lain, orang bukan hanya melihat perbuatan kita, tetapi terutama melihat karya cinta kasih Allah.  Dengan kita memiliki sikap seperti itu, akan memperteguh dan memperdalam iman kita. 


Seringkali kita menilai orang lain hanya dari satu perbuatan nya yang kita lihat, hal itu karena kita kurang bersekutu dengan Tuhan.


"Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.  (Luk 6:37)


Seringkali sayapun juga masih suka menghakimi orang lain karena saya merasa bahwa hidup saya jauh lebih baik dari mereka, padahal, hidup sayapun tidak jauh beda dengan mereka.


Setelah saya menyadari akan kesalahan diri saya maka saya pun berubah ke, melupakan dan mengasihi walaupun seringkali saya mengalami kegagalan tapi saya terus-menerus berjuang untuk mewujudkannya, tentunya dengan pertolongan Roh Kudus.


Bagaimana dengan diri kita saat ini?

Untuk menjadi pribadi yang murah hati seperti Bapa, kita janganlah mudah untuk menghakimi atau mengadili, melainkan marilah kita memaafkan, memberi dengan tulus hati bahkan menolong dengan sukacita di hati.


Mengapa diri kita ini mudah mencela, menghakimi dan menghukum orang lain? Karena kita lebih banyak melihat kelemahan atau keterbatasan seseorang dan jarang melihat kebaikan dan kelebihan orang lain.


Tuhan itu Murah Hati, Dia tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita tetapi Dia selalu siap memberikan pengampunan dan belaskasih.


Biasanya, kita cenderung lebih mudah mengasihi orang-orang yang dikenal atau orang-orang yang memiliki hubungan baik Namun akan sulit untuk mengasihi orang yang tidak memiliki hubungan baik dengan kita. Lebih mudah untuk melihat kekurangan-kekurangan orang lain.Yesus menginginkan kita saling mengasihi, bukan saling menjatuhkan. Lalu bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang mengasihi ?


Yaitu dengan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Kasih yang kita terima dari Allah dalam hidup kita harus dialirkan dan dinyatakan kepada orang lain. Jangan menghakimi dan jangan menghukum, karena ini akan menghasilkan permusuhan, kebencian, dan perpecahan


Menghakimi orang lain tidak memuliakan nama Tuhan, kita tidak menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan inginkan dari kita adalah agar mengasihi sesama dan saling mengampuni (37)


Itulah tindakan nyata yang harus kita lakukan terhadap orang lain karena kasih Allah yang telah ada dalam hidup kita. Kalau kita mengasihi maka kita akan dikasihi, kalau kita membenci maka kita akan dibenci


Memang lebih mudah bagi kita untuk menilai orang lain dibanding melihat kedalam diri sendiri. Untuk itu kita perlu membangun diri yang rapuh ini dengan nilai-nilai yang berasal dari kebenaran firman Tuhan


Hanya dengan mengisi diri  dengan firman Tuhan, maka kita dapat membangun diri menjadi lebih baik sehingga  dapat menjadi berkat bagi orang lain. Namun jika tidak, maka kita ibarat orang buta menuntun orang buta


Oleh karena itu penting bagi kita untuk melakukan introspeksi diri. Jangan mudah menunjukkan jari ke wajah orang lain untuk menuding atau menyalahkan, sementara kehidupan kita sesungguhnya tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengannya


Kita memerlukan kasih dan kemurahan hati. Kasih dan kemurahan hati bukan hanya untuk didengar dan dibicarakan saja. Kita harus memiliki kasih itu karena kasih merupakan tanda bahwa kita adalah pengikut Tuhan Yesus Kristus yang sejatia sama seperti Bapamu.


Lukas 6:36-38. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."" Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.


Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."


Marilah kita Berdoa.

Bapa Surgawi, Engkau menyatakan diri-Mu kepada kami sebagai pemberi anugerah yang penuh belas kasih. Tolonglah kami agar dapat membuka hati untuk menerima rahmat kemurahan hati-Mu. Engkaulah Sang Pemberi berkat dan kehidupan.  Kami bersyukur atas kemurahan hati-Mu. Dan kamipun ingin memberikan hati kami kepada-Mu agar Engkau mengisi hati kami dengan kemurahan-Mu sehingga kami dapat memberikan diri kami kepada orang lain. 


Yesus memulai pengajaran ini dengan ungkapan yang tepat: "....sama seperti..." Dia mengundang kita untuk berbelas kasih, tetapi tidak menurut standar kita sendiri. Dia sendiri adalah standar itu. 


Jelas dari Perjanjian Lama, misalnya, bahwa kita semua terlalu mudah menjadikan diri kita sendiri sebagai standar. Lihatlah perjalanan Umat Pilihan ke Tanah Perjanjian. Mereka terus-menerus terombang-ambing antara mengikuti Tuhan atau mengikuti keinginan dan kehendak sendiri. 


Orang Israel sering mencari dewa-dewa lain selain Allah, yang dapat mereka bentuk sesuai dengan citra mereka sendiri. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kita melihat kecenderungan yang sama di antara Dua Belas Rasul. Sepuluh orang murid marah kepada Yakobus dan Yohanes,  bukan karena mereka menginginkan kursi kehormatan di samping Yesus, tetapi karena kedua bersaudara itu memintanya sebelum mereka melakukannya (Markus 10:35). 


Standar yang Yesus berikan mengungkap hal kecenderungan manusiawi kita. Sebab yang sering terjadi, pemahaman kita yang picik menjadi tongkat pengukur. Bukannya tidak  mengikuti kehendak Tuhan. Pengertian dan pemahaman kita yang serba terbatas itu yang menjadi tolok ukur kita.   


Tuhan sendiri adalah ukuran bagi kita. Kita tidak dipanggil untuk mengampuni hanya sekali atau dua kali, tetapi sebagaimana Allah mengampuni kita (Matius 18:21). Kita dipanggil untuk memberi dengan ukuran Tuhan. Kita tidak dipanggil untuk menghakimi orang lain. Tetapi dengan hati yang terbuka dan murah hati memberikan pengampunan dan belas kasih kepada sesama. 


Ketika kita mengetahui dan mengalami bahwa Dia yang layak menghakimi dunia ternyata Dia mengulurkan tangan penuh belas kasih kepada kita.  Ketika kita merasa layak untuk dihukum namun justru sebaliknya Dia memberi pengampunan.  Di saat seperti itu kita dapat berkata bahwa rahmat-Nya tidak hanya layak bagi kita saja. Rahmat-Nya juga layak untuk sesama,  untuk semua manusia.  Sama seperti kita sesama tidak layak menerima penghukuman. 


Sesama kita tidak layak dihakimi.  Sebab segala kebaikan-Nya telah mengalir. Dia telah mencurahkan diri-Nya sendiri dengan pengampunan dan kemurahan. Itu karena Dia penuh kasih.  Bahkan Dia sejatinya adalah kasih.  Semuanya itu membuat kita mampu memberikan cinta yang sama kepada orang lain. Kita perlu mengalami belas kasih dari Tuhan setiap hari. 


Berdoa: 

Yesus, kami menyadari kebutuhan kami akan belas kasih-Mu. Bukalah  hati kami dan biarlah damai sejahtera-Mu menyelimuti  pikiran dan hati kami.  Biarkan kami mengalami tatapan kasih-Mu, kebaikan-Mu, kemurahan hati-Mu.  


Engkau adalah Pemberi  Anugerah.  Dalam Yesus, Engkau curahkan pengampunan dan penebusan. Biarkan kami mengalami kasih-Mu lebih dalam sehingga Engkau dapat menjadikan kami sebagai alat-Mu bagi orang lain. Amin

Tuesday, 1 March 2022

"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.(Markus, 10-13:16)

(Markus, 10-13:16)


Melalui Sakramen Perkawinan, Allah menghendaki agar persatuan suami-istri adalah persatuan saling membahagiakan satu sama lain, saling memberikan perlindungan yang kokoh, saling memandang satu dengan yang lain sebagai pribadi yang berharga, saling menghadirkan keramahan dan kelembutan, dan saling menghibur di dalam menapak kehidupan.


Sesungguhnya yang diharapkan oleh Tuhan dari kita adalah Semangat Cinta Kasih, Semangat Kesetiaan, dan Semangat Pengampunan. Dalam semangat inilah Allah berharap kita dapat menjaga keluhuran martabat dan kesucian Sakramen Perkawinan. Kasih suami-istri sejati terwujud dalam kelahiran anaknya. 


Kesetiaan Allah kepada suami-istri itu harus merupakan kesetiaan suami-istri kepada anaknya. Anak itu murni, tidak berpikir atau berbuat jahat, belum tahu berpihak, justru sangat membutuhkan kasih dari yang mengadakannya yaitu Allah, bapak dan ibunya. 


Sikap polos, tulus, saling pengertian satu sama lain, tidak mementingkan diri. Seperti anak-anak itulah yang diharapkan Yesus dari kita sebagai pengikut-Nya, khususnya dalam kebersamaan hidup perkawinan dan keluarga.


Selain itu, kita diingatkan akan tanggung jawab dari buah cinta kita yaitu anak-anak, dalam tumbuh kembangnya khususnya tumbuh kembang imannya. Hendaknya anak-anak sejak dini diajak, dibiasakan untuk mengikuti perayaan Ekaristi. 


Memang bukan hal yang mudah mengajak anak-anak untuk duduk dan diam di Gereja. Seringkali kita terganggu kalau ada anak-anak berlari-larian, ribut atau menangis di Gereja. Dengan segala kejengkelan kita menatap orang tua anak itu. 


Padahal, Yesus dengan kedua belah tangan-Nya terbuka menerima anak-anak, sebagaimana sabda-Nya: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga. Barangsiapa menerima anak-anak dengan kasih, dia telah menerima Kerajaan Allah. 


Kerajaan Allah itu adalah suatu suasana hidup yang dipimpin dan dikuasai oleh Allah. Yesus membawa Kerajaan Allah itu dengan memeluk anak-anak, memberikan berkat bagi mereka.


Sebagai orang tua hendaknya kita mencari cara untuk membuat anak-anak merasa nyaman di rumah Tuhan. Pernah di suatu Gereja, saya melihat anak-anak membawa persembahan hasil karyanya, membawa gambar buatannya dengan apa adanya tanpa merasa khawatir dicela karena mungkin gambarnya jelek. 


Pokoknya mereka membawa hasil karyanya dengan antusias, dengan riang hati. Sesudah komuni, bagi anak-anak yang belum menyambut komuni mereka maju bergiliran untuk diberkati / "komuni batuk/dahi" oleh Romo. 


Mereka menyambutnya dengan ekspresi kegembiraan, dengan riang hati anak-anak itu berlari agar tidak ketinggalan mendapatkan berkat Kristus "Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya di atas mereka, Ia memberkati mereka". Apa yang dilakukan oleh Yesus adalah merupan cinta-Nya dan sebagai bukti bahwa Allah teramat sangat menyayangi dan mencintai anak-anak.


Yesus memarahi para murid karena menghalangi anak-anak yang datang kepada-Nya. Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku. Jangan menghalang-halangi mereka. Sebab orang-orang seperti itulah yang empuya Kerajaan Allah. 


Kedatangan anak kecil menjadi sukacita bagi Yesus tetapi justru kekhawatiran bagi para murid karena akan menghalangi Yesus dalam berkarya. Peristiwa ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk mengajar para murid sekaligus menyingkapkan tentang siapa yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.


Saya selalu terkesan mendengar kata anak kecil. Semua orang pernah menjadi anak kecil. Bahkan mereka yang sudah lanjut usia terkadang cenderung memiliki atau akan kembali ke sifat anak kecil lagi. Tak dipungkiri, inilah siklus hidup yang terjadi dan dialami hampir setiap orang. 


Ketika beranjak remaja lalu tumbuh dewasa dan lanjut usia, terkadang kita memiliki kerinduan ingin memiliki mata seorang anak kecil. Mereka yang melihat dunia tanpa kepahitan, yang melompat girang di taman rumput dan yang bertanya tentang hal-hal kecil dengan rasa penuh ingin tahunya. 


Anak kecil bahagia bukan karena punya harta yang melimpah tetapi karena teman yang banyak, yang bisa diajak untuk berbagi canda dan tawa. Dibalik itu, kualitas seperti anak kecil yang jujur, tulus, polos, ceria dan bahagia inilah yang dibutuhkan saat ini. Mari kita belajar dari seorang anak kecil yang kedatangannya selalu membawa penghiburan dan sukacita. 


Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.


Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.


Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. 


Yesus, ketika kami datang ke hadapan-Mu hari ini, kami membayangkan diri kami sebagai seorang anak kecil. Kami melihat-Mu tersenyum pada kami saat kami berjalan untuk menerima pelukan-Mu. Kami sungguh bersyukur atas hidup kami. Kami bersyukur sebab kami bisa datang kepada-Mu sebagai seorang anak. 


Mencintai-Mu bukan karena kami tahu tentang Engkau. Namun karena kami percaya dan berserah kepada-Mu.  Karena kami percaya bahwa Engkau mencintai kami apa adanya.  Ajari kami,  Tuhan, untuk datang kepada-Mu dalam kesederhanaan kami, seperti anak kecil. Amin


1. Biarkan Anak-anak Datang kepada-Ku:  Di seluruh Injil, kita mendengar orang-orang membawa anak-anak mereka kepada Yesus untuk disembuhkan, tetapi dalam kasus ini, tampaknya orang-orang membawa anak-anak mereka kepada Yesus hanya agar anak-anak dapat bertemu dan Yesus. 


 Mereka tidak meminta apa pun kecuali agar anak-anak mereka dekat dengan Yesus dan disentuh oleh-Nya. Mereka ingin anak-anak mereka mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus. Kita dapat membayangkan bahwa, setelah Yesus dengan marah menyuruh para murid untuk membiarkan anak-anak datang kepada-Nya, Dia tersenyum kepada anak-anak itu. Kita bisa melihat-Nya meletakkan tangan lembut di kepala mereka.


 Mungkin kita bahkan bisa membayangkan Dia menggendong mereka satu persatu sambil tertawa. Yesus senang berada bersama anak-anak. Dia ingin bertemu dengan anak-anak kita dengan cara yang sama—dan agar mereka dapat mempercayai Yesus dan diberkati.  Seberapa setiakah kita dalam membawa anak-anak kita kepada Kristus? Apakah mereka dibaptis? Bagaimana dengan cucu, keponakan,  anak teman kita? Apakah kita meminta Yesus untuk memberkati mereka? Bagaimana kehidupan rumah tangga dan keluarga kita dibentuk oleh iman kita? 


2. Kerajaan Milik Orang-Orang Seperti Ini: 

Ketika Yesus berkata bahwa Kerajaan itu milik “orang-orang seperti ini”, kita perlu mempertimbangkan karakteristik anak kecil: kerentanan, kepercayaan, ketergantungan, rasa ingin tahu, dan kemauan untuk percaya.


 Anak-anak juga sering sangat gigih, pemaaf, murah hati, penyayang, dan sederhana. Karakteristik ini kontras dengan apa yang kita lihat pada seseorang yang belum dewasa: egois, suka menuntut, mudah bosan, mudah marah. Yesus meminta kita untuk menjadi seperti anak kecil, bukan kekanak-kanakan.


3. Seperti Anak Kecil:  

Ketika kita menjadi seperti anak kecil, kita mempercayai Bapa kita untuk memberikan apa yang terbaik bagi kita. Kita memohon  bantuan-Nya dengan semua kebutuhan kita. Kita mengharapkan Dia untuk penghiburan dan dorongan. Ketika kita seperti anak kecil, kita rendah hati. Kita tahu kita kecil dan lemah namun memiliki Bapa yang pemurah.  Kita tahu kita juga dipanggil untuk tumbuh. 


Kita tumbuh ketika kita tekun dalam ibadah dan Pemahaman Alkitab serta Sarasehan.  Kita bertumbuh ketika kita mau berbagi perjalanan spiritual kita dengan teman-teman, ketika kita dapat membuka diri terhadap pembimbing spiritual yang baik. Kita tahu bahwa kita membutuhkan bantuan Tuhan dan orang lain untuk tumbuh menjadi orang suci yang Dia inginkan.


Marilah  Kita  Berdoa: 

Tuhan, sepertinya mudah untuk menjadi seperti anak kecil, tetapi ada begitu banyak rintangan. Alih-alih menghabiskan waktu dengan-Mu dalam kesempatan ibadah dan pertemuan gerejawi.  Kami sering puas mencari kesenangan kami sendiri.  Meski Engkau tahu setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan dalam hidup kami,  terkadang kami berusaha menghindar untuk membawa hal-hal yang terjadi ke hadapan-Mu.  


Kami sering menolak bergantung dan meminta bantuan. Tuhan, bagaimana bisa begitu sulit untuk berserah dan menjadi kecil? Namun kami terhibur ketika kami mengetahui bahwa Engkau selalu membuka tangan-Mu untuk menerima kami.  Dan Engkau akan tersenyum pada kami dan memberi kami kekuatan untuk memulai yang baru setiap hari. Terima kasih, Tuhan, atas kesabaran-Mu yang tiada habisnya, dan atas kasih-Mu yang tak bersyarat. Amin

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...