Sunday, 12 April 2020
Seluruh umat Katolik sejagat akan merayakan Kamis Putih yang jatuh pada 9 April 2020. Dalam tradisi Gereja Katolik, Kamis Putih adalah simbol dari Trihari Suci menjelang perayaan Paskah yang dikenang sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematiannya di kayu salib.
Kamis Putih secara khusus mengenang malam perjamuan terakhir Yesus bersama dua belas murid-Nya. Yang disertai dengan membasuh kaki para murid sebagai simbol pelayanan tulus dari seorang pemimpin.
Tradisi ini terus dipertahankan dan masih terus ada di setiap perayaan Kamis Putih. Tradisi ini sekaligus menyatakan bahwa pelayanan dan cinta kasih Kristus bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.
Makna pembasuhan kaki di hari Kamis Putih juga untuk menyatakan bahwa Kristus melayani sesama dengan rendah hati dan penuh cinta kasih.
Hal-hal baik yang bisa dipelajari dari perayaan Kamis Putih antara lain: mempelajari tentang makna pelayanan, kerendahan hati, kebersamaan, dan kesederhanaan. Semua ini untuk memberikan pelajaran keteladanan mengenai penghormatan.
Langkah Yesus yang membasuh kaki murid-Nya adalah tindakan simbolis yang menyimbolkan penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kerendahan hati, dan keinginan untuk menjadi hamba yang mau melayani. Termasuk orang yang hina sekalipun.
Untuk diketahui, pada hari Kamis Putih 2016 lalu, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus pernah melakukan ritual mencium dan membasuh kaki para migran Muslim, Hindu, Katolik dan Kristen.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas di tengah sentimen anti-migran untuk meningkatkan tali persaudaraan pasca-serangan bom di Brussel, Belgia.
Sejumlah migran yang mengikuti proses pembasuhan kaki itu ada yang meneteskan air mata. Dalam kesempatan itu, Paus mengecam keras serangan bom di Brussels dan orang-orang di balik kekerasan tersebut. "Ada produsen, pedagang senjata yang menginginkan darah, bukan perdamaian; mereka menginginkan perang, bukan persaudaraan," kata Paus.
Para uskup Italia mempersembahkan Misa untuk korban virus corona, termasuk 87 Imam.
Para uskup di seluruh Italia mengunjungi pemakaman minggu lalu untuk berdoa dan mempersembahkan Misa bagi jiwa-jiwa mereka yang meninggal setelah tertular virus corona. Di antara 13.915 kematian akibat virus corona di Italia, setidaknya termasuk 87 Imam.
Dengarkan Tuhan rasa sakit yang timbul dari negeri ini yang masih kami percayai diberkati. Kami percaya bahwa dalam kematian di kayu salib Putra-Mu Yesus dan dalam penguburannya, setiap salib, setiap kematian, setiap penguburan ditebus dari pengabaian, dari kegelapan, dari ketiadaan, kata Uskup Francesco Beschi di sebuah pemakaman di Bergamo, sebuah kota Italia utara yang terpukul keras tempat 553 orang meninggal pada bulan Maret.
Minggu ini saya pergi ke kuburan dengan keinginan untuk menjadi suara doa dan rasa sakit yang tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka dan tetap tertutup tidak hanya di rumah kami, tetapi yang terpenting di dalam hati kami. Dalam beberapa hal, seolah-olah kota kita telah menjadi kuburan besar. Tidak ada yang terlihat lagi. Lenyap. Kita bisa saling bertemu melalui media dan media sosial, untungnya, tetapi kota ini sepi.
Italia telah memasuki minggu keempat dari karantina nasional. Pada tanggal 1 April, Perdana Menteri Giuseppe Conte mengumumkan bahwa batas waktu karantina negara telah diperpanjang hingga 13 April tetapi mencatat bahwa penguncian tidak akan berakhir sampai 'kurva reda'.
Pentingkah Membuat Tanda Salib ?
Ketika melihat orang membuat tanda salib sebelum dan sesudah melakukan sebuah aktivitas, kita langsung tahu kalau dia orang Katolik. Mengapa orang Katolik harus membuat tanda salib? Bukankah itu sebuah ritual penyembahan berhala?
Membuat tanda salib membawa kita kembali ke asal mula praktik ini pertama kali muncul dalam kehidupan orang Kristen, yakni sekitar abad ke-3 Masehi. Tertullianus, seorang pembela iman Kristen, memberikan kesaksian dalam tulisannya, ‘Kita orang Kristen memberi tanda (menutupi) dahi kita dengan tanda salib’.
Lebih lanjut, Tertullianus menulis, ‘Dalam setiap perjalanan dan perpindahan, ketika keluar dari atau kembali ke rumah, sebelum makan, sebelum tidur, dalam setiap aktivitas dan pekerjaan, kita menandai dahi kita dengan tanda salib’.
Santo Sirilus dari Yerusalem yang hidup di abad ke-4 Masehi juga memberikan kesaksian serupa. Dia menulis dalam karyanya berjudul, Catechetical Lectures, ‘Hendaklah kita tidak merasa malu mengakui (sebagai pengikut dari dia) yang tersalib. Entah mengenakan medali, dengan tangan kosong memberi tanda salib di dahi atau di seluruh bagian tubuh, menandai roti yang kita makan, gelas berisi minuman yang hendak kita minum, ketika meninggalkan rumah dan kembali lagi ke rumah, ketika kita sedang tidur atau kembali terjaga, ketika sedang di perjalanan atau ketika hendak tidur’.
Menurut tradisi, orang Katolik yakin bahwa membuat tanda salib diinspirasi oleh sebuah ayat dari kitab Yehezkiel; tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan keji yang dilakukan di sana, (Yehezkiel 9:4). Orang Kristen awal menafsir huruf 'T' (Tau dalam alfabet Yunani) sebagai lambang salib. Sejak awal mereka percaya bahwa tanda salib memisahkan mereka dari orang kebanyakan dan menandai mereka sebagai orang pilihan Allah.
Katekismus Gereja Katolik menegaskan, ‘Orang Kristen memulai harinya, doanya, dan perbuatannya dengan tanda salib; Demi nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Sebagai orang yang dibaptis, ia mempersembahkan hari itu untuk kemuliaan Allah dan memohon rahmat Penebus yang memungkinkan dia bertindak dalam Roh Kudus sebagai putera Bapa. Tanda salib menguatkan kita dalam percobaan dan kesulitan.
Demikianlah, menandai diri dengan tanda salib itu penting karena tiga alasan berikut:
Pertama, salib adalah inti dan pusat iman kepercayaan kita. Menandai diri kita dengan tanda salib akan mengingatkan kita selalu akan seluruh pengorbanan dan harga yang sudah dibayar Yesus demi menebus dosa dan kesalahan kita.
Kedua, menandai diri dengan tanda salib bukan hanya sebuah pengakuan iman tetapi juga doa. Sebagai sebuah doa, tanda salib yang kita lakukan memiliki kekuatan yang luar biasa. Santo Yohanes Krisosomus bahkan sangat yakin bahwa setan akan sangat ketakutan dan lari terbirit-birit saat melihat kita membuat tanda salib.
Ketiga, tanda salib juga merupakan sebuah sikap tubuh yang sederhana dan memiliki akar tradisi biblis. Tanda salib akan selalu mengingatkan kita akan peristiwa iman yang telah berumur lebih dari 2000 tahun ketika Yesus mengorbankan diri-Nya demi menyelamatkan dan menebus kita. Dengan membuat tanda salib, kita membuka diri pada kehadiran dan pertolongan Tuhan Yesus dalam membimbing dan menyelamatkan seluruh perjalanan hidup kita.
Saturday, 11 April 2020
Yesus 3x memberitahu murid2-Nya bahwa Ia akan mati lalu bangkit di hari ke-3.
● Matius 16:21-23
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
● Matius 17:22-23
. Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia
dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.
● Matius 20:17-19
Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan:
Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati.
Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."
Pembacaan Alkitab: Yoh. 19:1-30
Doa baca: “Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci – “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam Lalu mereka melilitkan suatu spons, yang tela dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus.” (Yoh. 19:28 29)
Tuhan Yesus di bawah kedaulatan Allah diuji oleh maut (Yoh. 19:17-37). Golgota adalah tempat ia di salibkan, ini menunjukkan sesuatu yang nista dan memalukan. Ia juga digolongkan dalam barisan pemberontak-pemberontak, dan diperlakukan sebagai seorang pemberontak (Yoh. 19:18). Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah dibunuh oleh seluruh umat manusia dan juga untuk seluruh umat manusia. Ketika mereka selesai menyalibkan Yesus, mereka mengundi jubah-Nya untuk menentukan siapa yang mendapatkannya. Hal ini terjadi supaya genab nubuat dalam Mazmur 22:19, kematian Tuhan adalah rencana kedaulatan Allah.
Tuhan Yesus diejek dengan memberikan anggur asam ketika Ia haus. Haus adalah rasa kematian (Luk. 16:24; Why. 21:8). Di atas salib Tuhan Yesus telah mengalami maut bagi kita. (Ibr. 2:9). Dalam penyaliban-Nya, pakaian dan minuman hak-Nya dirampok bersamaan dengan hayat-Nya. Walaupun demikian Tuhan bekerja terus hingga Ia disalibkan. Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa di atas salib Ia masih terus bekerja? Karena sebelum mati, Ia berseru, “sudah selesai!”. Ia masih bekerja untuk penebusan orang-orang berdosa, menghancurkan ular, dan membebaskan hayat ilahi, dan untuk menggenapkan kehendak kekal Allah. Kemudian Ia mati dan masuk ke dalam perhentian. Terpujilah Tuhan Yesus! Hanya Dialah yang dapat melakukan hal ini. Dalam proses kematian-Nya, dengan tindakan-Nya Dia membuktikan kepada penentang-Nya dan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya bahwa Dia adalah hayat. Allah kita, Allah sang Hayat, maut tidak berkuasa atas-Nya. Ini kabar gembira. Haleluya!
BERSUKA CITA SENTIASA DALAM TUHAN.
Baca: Filipi 4:4-9
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4)
Orang biasanya bersukacita ketika sedang berada dalam situasi yang baik dan menyenangkan. Tapi begitu keadaan berubah, berada dalam masalah, kesulitan, atau situasi yang gawat dan tak mengenakkan, rasa sukacita itu pun raib seketika. Yang ada tinggal rasa sedih, muram, kecewa, marah dan frustasi.
Rasul Paulus menulis kitab ini ketika sedang dalam keadaan tidak baik, berada di dalam penjara. Ia mengalami perlakuan yang tidak adil karena dijebloskan ke penjara tanpa berbuat kejahatan. Sesungguhnya ia punya alasan kecewa, sedih, jengkel, protes atau marah, tetapi hal itu tidak dilakukannya, karena ia tahu ini adalah konsekuensi yang harus diterima sebagai pemberita Injil. Penderitaan tak menghalanginya untuk terus melayani Tuhan, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21).
Rasul Paulus mengajarkan umat Tuhan untuk tetap bersukacita sekalipun dalam penderitaan dan berjerih lelah dalam melayani. Mengapa demikian? Menurut penelitian, jika orang gampang otaknya segera mengeluarkan noradrenalin, yaitu hormon yang sangat beracun, yang dapat membuatnya mudah sakit dan cepat tua. Sebaliknya, jika seseorang menghadapi segala sesuatu dengan sikap positif, otaknya akan mengeluarkan hormon betaendorfin, yang memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan, menurunkan agresivitas dalam hubungannya dengan sesama, meningkatkan semangat, daya tahan dan kreativitas diri. Jadi Tuhan tahu persis bagian mana dari diri manusia yang harus dikembangkan, itulah sebabnya Dia memerintahkan kita untuk selalu bersukacita di segala keadaan.
Kita bersukacita karena kita punya dasar yang kuat yaitu janji firman Tuhan, sebab "TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia." (Ratapan 3:25). Jangan fokus pada besarnya masalah atau situasi yang ada di sekeliling kita, melainkan arahkan mata kita kepada Tuhan, yang berjanji takkan membiarkan dan meninggalkan kita (baca Ibrani 13:5b).
Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati." (Yohanes 20:9)
Hari ini ada sukacita besar! Yesus Kristus telah bangikit di hari yang ke-3: kuburNya kosong! Kebangkitan Kristus berarti kemenangan iman Kristen; dan ini merupakan penggenapan dari nubuat mengenai Mesias yang tertulis dalam Mazmur 16:10: "...Engkau tidak menyerahan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan."
Apabila Yesus Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah iman percaya kita dan kita pun masih hidup di dalam dosa. Jika Kristus tidak dibangkitkan, Injil hanyalah sebagai buku cerita fiksi belaka dan percuma Injil diberitakan ke seluruh penjuru dunia ini. Namun dengan kebangkitan Kristus di hari yang ketiga ini berita Injil adalah ya dan amin, itulah sebabkan Injil harus diberitakan.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberi perintah kepada murid-muridNya dan juga kita, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum." (Markus 16:15-16). Jika Kristus tidak dibangkitkan, kelahiranNya dan kematianNya juga akan menjadi percuma dan sia-sia sehingga salib hanya akan menjadi akhir tragis dari kehidupan Yesus Kristus di bumi.
Kebangkitan Kristus telah memberikan kepastian bahwa di balik kematian ada kehidupan. Hal ini juga ditegaskan Tuhan Yesus sendiri, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati," (Yohanes 11:25). Jadi dengan kebangkitan Kristus ada jaminan pasti bahwa kita yang percaya juga akan dibangkitkan dari kematian dan beroleh kehidupan kekal.
Oleh karena itu Rasul Paulus menasihatkan, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Namun sampai saat ini masih ada orang Kristen yang begitu mudahnya menjual imannya demi jabatan, harta, popularitas, dan juga pasangan hidup; keselamtan ia tukarkan dengan kemewahan dunia ini.
Kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan dan bukti bahwa Injil Kristus adalah kebenaran sejati!