We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Sunday, 19 December 2021

Hope for the Coming of the Messiah Luke, 1:39-45


Five more days to Christmas Day.  The days counting down to Christmas Day are referred to as days of hope and wonder. Christmas is a time of gifts and presents not only for Christians but also for those who take the opportunity to celebrate it.  Are we still hoping and wondering will get a Christmas present?  Do we expect to get what we want?  Hope is the mother of disappointment.  Try to see the funny side of this hope so that we are not too sad and disappointed.


 There was a mother wondering what her husband would give her as a Christmas present, she then made an excuse and told her husband, last night I dreamed that I was wearing a diamond necklace.  I wonder what it means.


 Her husband replied, mi will know tonight.  When the husband came home from work at night, he carried a gift wrapper in his hand while giving it to his wife and telling her to open it.  The wife was very happy and excited to open the gift.  And it turned out to be a book entitled, How to Interpret Dreams.


 Some say that to avoid disappointment it is better not to have hope.  No expectations no disappointments.  But this is not what we are discussing.  We must have hope and then prepare for joy.


 From the Gospel accounts, we hear about Mary visiting Elizabeth and this was not just a courtesy call.  As we know, a lot has happened before and a lot will happen after that.


 Both Mary and Elizabeth, they were waiting with hope for the coming of the Messiah.  Even though Mary and Elizabeth were waiting for the Messiah to come, they did not expect it to happen in their time.  They also did not expect that they would have an important role in it.


 Mary was engaged to Joseph and then the Annunciation occurred and Mary accepted God's will.  Elizabeth was barren and when Zechariah was doing his priestly duties in the Temple, he had a vision, he went home and at that very moment Elizabeth became pregnant.


 After Mary visited Elizabeth, it was the meeting of two pregnant women.  Neither expected themselves to become pregnant, neither did they expect themselves to play an important role in the coming of the Messiah.  Both have hope that they have more than they expected and a lot of excitement.


 Maria and Elizabeth get their first Christmas present.  It was not what they expected and it was also far beyond their expectations.  But their gift is not only for themselves.  Their gift is the gift of life, the gift to be used to prepare others to meet and experience the Messiah.


 So what do we expect for our Christmas gifts?  It is better to have no hope so that there is no disappointment or we are optimistic and have hope.  Like Mary and Elizabeth who expected God to fulfill the promise of the Messiah.


 Let us also expect the Messiah to come into us and our lives with joyful hope.  This is not a gift book entitled, how to interpret dreams.  But these are the gifts God wants from us.  God comes to us as gifts, whether expected or not.  God comes and shows us what He wants us to do with that gift.


 Mary and Elizabeth knew that their self-giving was meant to fulfill the hope of the coming of the Messiah.  May we too be enabled to use our gifts and lead others to Jesus.  Truly, blessed is he who has believed, for the word of the Lord which was spoken to him shall be fulfilled.

Wednesday, 15 December 2021

Santa Yohanna Fransiska Fremio de Chantal & Santa Hoa

 


Santa  Yohanna Fransiska Fremio de Chantal, Lahir di kota Dijon, Prancis pada tanggal 28 Januari 1527. 

Pada usia 20 tahun Yohanna menikah dengan Kristophorus de Rabutin, yang disebut juga Pangeran de Chantal. Suatu hari Pangeran de Chantal, tertembak mati oleh kawannya sendiri sewaktu mereka berburu di hutan. Peristiwa naas ini sungguh menyedihkan. Yohanna menjadi janda.


Pada tahun 1640, Yohanna mendirikan biara pertama dari Ordo Suster-suster Visitasi di kota Anecy atas desakan Fransiskus. Ordo ini segera tersebar dan diminati banyak orang. Pada tahun 1622, sepeninggal Fransiskus dari Sales, telah berdiri 13 buah biara Ordo Visitasi. Jumlah biara ini meningkat menjadi 90 buah ketika Yohanna sendiri meninggal dunia pada tanggal 13 Desember 1641. 


Meskipun tampaknya Yohanna sangat berhasil dalam karyanya, namun ia sendiri tidak luput dari berbagai rintangan dan kesulitan, lebih-lebih setelah kematian pembimbingnya Fransiskus dari Sales. Kesedihan besar menimpanya lagi ketika seorang anaknya dan beberapa rekan sebiara meninggal dunia.


Ketika ia wafat, Santo Vinsensius a Paulo hadir juga untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Tentang Yohanna, Vinsensius berkata: "Dia adalah orang yang sungguh beriman; berbagai penderitaan yang menghiasi sebagian besar hidupnya dihadapinya dengan kesabaran dan iman yang teguh. la tak pernah lalai dalam kesetiaannya kepada Tuhan yang memanggilnya. Maka saya anggap dia adalah orang yang paling suci yang saya jumpai di 

bumi ini." 

Dalam sebuah ekstase yang dialaminya, Vinsensius melihat sebuah bola api melayang ke udara, lalu melebur ke dalam sebuah bola api lainnya dan akhirnya menghilang dalam cahaya api ilahi. Penglihatan ini disusuli oleh suatu penerangan ilahi tentang arti kedua bola api itu: bola api pertama adalah jiwa Yohanna Fransiska yang disambut oleh jiwa Fransiskus dari Sales, bola api kedua. Mereka bersama-sama berbaur menyatu dan masuk ke dalam cahaya api surgawi. Yohanna tinggal di kota Moulins dan di sana pulalah ia wafat (13 Desember 1641).


Santo Hoa: 

Lahir di negeri Tiongkok pada tanggal 31 Desember 1775 dari sebuah keluarga kafir. Pada tanggal 15 April 1840 ketika berusia 65 tahun, ia ditangkap, dirantai dan kemudian digantung.

Tuesday, 14 December 2021

Berikut adalah empat hal yang perlu Anda ketahui mengenai pemberian Tuhan


Yohanes 10:1-21  Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Yohanes 10:10


Singkatnya, segala yang buruk berasal dari iblis, sedangkan segala yang baik berasal dari Yesus. Penting sekali kita mengerti hal tersebut, mengingat ada begitu banyak pengajaran yang mengatakan bahwa Tuhan memang baik, tetapi Dia juga mengijinkan hal yang buruk untuk menguji iman kita. 


 Tuhan tidak pernah mencobai ataupun mengijinkan yang buruk untuk menguji kehidupan kita (Yakobus 1:13). Firman Tuhan mengatakan Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Kasih adalah cara Tuhan untuk membawa seseorang kepada pertobatan (Roma 2:4).


Berikut adalah empat hal yang perlu Anda ketahui mengenai pemberian Tuhan.

1. TUHAN HANYA MEMBERIKAN YANG BAIK (Yakobus 1:17)

Dia tidak pernah menguji atau mencobai kita dengan kecelakaan, sakit penyakit, atau kemiskinan kepada anak-anak-Nya (Yakobus 1:13). Yeremia 29:11 menjamin hal tersebut bahwa rancangan-Nya bukanlah rancangan kecelakaan, melainkan rancangan damai sejahtera
2.  SEMUA BERKAT SUDAH DIBERIKAN (Efesus 1:3)

Tidak ada satupun berkat yang Tuhan tahan, semua sudah diberikan dan disediakan bagi setiap orang yang percaya, sejak 2000 tahun lalu ketika Yesus tergantung di atas kayu salib. Kematian dan kebangkitan Yesus telah merobek pintu Sorga sehingga semua berkat tersebut, yaitu keselamatan, kesembuhan, kesehatan, umur panjang, kelimpahan, kuasa Roh Kudus, kemenangan atas dosa dan maut, dan pembebasan dari kutuk tercurah. 

Jika kita belum menerima berkat-berkat dan anugerah tersebut, itu bukan lagi karena Tuhan yang menahannya, karena Dia sudah memberikan seluruhnya kepada kita melalui Yesus.

3.  PEMBERIAN TUHAN HANYA DAPAT DITERIMA MELALUI IMAN (Roma 4:13-14)

Mungkin kita pernah mendengar TIGA LANGKAH MENERIMA BERKAT TUHAN atau LIMA HAL YANG PERLU DIJAUHI AGAR DISEMBUHKAN, seolah kita harus melakukan perbuatan baik tertentu untuk menerima pemberian Tuhan. Roma 4:13-14 mengatakan, justru kalau kita mengharapkan janji berdasarkan perbuatan, sia-sialah iman dan batallah janji Tuhan. 


Kita tidak dapat menerima kebaikan dan kemurahan Tuhan melalui perbuatan, melainkan hanya melalui IMAN. Seperti saya bahas di poin nomor dua bahwa semua berkat sudah dianugerahkan kepada kita, dengan kata lain, bagian Tuhan untuk memberikan kepada kita sudah selesai. Kini tersisa bagian kita untuk menerima segala berkat tersebut melalui iman (Roma 5:2). 


4.   TUHAN TIDAK MENGHENDAKI YANG BURUK BAGI KITA (Mazmur 139:14-16)

Tuhan yang menenun dan membentuk hidup kita. Tuhan yang merancangkan hari-hari kita sebelum ada satupun. Tuhan hanya merancangkan yang baik untuk anak-anak-Nya. Bukan Tuhan yang merancangkan kita bangkrut di usia 35 tahun, kanker di usia 40 tahun, dan kemudian mati muda.


 Kehendak Tuhan adalah kita sehat, diberkati, umur panjang, dan menjadi berkat untuk banyak orang. Yakobus 1:14 mengatakan manusia terseret kepada hal-hal buruk karena keinginan dan keputusan yang menyimpang dari kebenaran, bukan karena kehendak Tuhan.

Monday, 13 December 2021

Santa Lusia & Santa Odilia atau Ottilia Doakanlah Kami. Perawan Dan Martir.


Lahir pada akhir abad ketiga. Orang tuanya adalah bangsawan yang kaya raya serta terhormat. Lusia seorang gadis yang jelita dengan sepasang mata yang indah. Para pemuda bangsawan jatuh hati kepadanya. Ibunya mendesaknya untuk menikah dengan salah seorang dari mereka yang telah dipilihnya bagi Lusia. 


Tetapi Lusia tidak tertarik. la tahu bahwa ibunya menderita sakit pendarahan. Lusia membujuknya untuk pergi ke gereja St. Agatha dan berdoa mohon kesembuhan. Lusia  pergi menemaninya dan mereka berdoa bersama. Ketika Tuhan mendengar doa mereka serta menyembuhkan ibunya, Lusia mengatakan kepada ibunya tentang ikrarnya untuk menjadi pengantin Kristus.


 Sebagai ungkap rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya. Tetapi pemuda kepada siapa ibunya telah menjanjikan Lusia, amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikat Kristus. la mengancam hendak membutakan kedua mata Lusia. Tetapi, Lusia bahkan rela kehilangan kedua matanya daripada tidak menjadi pengantin Kristus. Dan itulah yang terjadi.


 Banyak patung yang kelak dibuat menggambarkan St. Lusia dengan matanya yang indah di telapak tangannya. Yesus membalas cinta Lusía yang gagah berani. la melakukan mukjizat dengan memulihkan mata Lusia kembali, bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya.


Kekejaman Kaisar Dicletianus terhadap penganut Kristus telah terkenal. Hakim yang kafir berusaha mengirim Lusia ke rumah wanita pendosa. la berharap agar Lusia dapat dibujuk untuk mengingkari Kristus. Tetapi ketika mereka berusaha membawanya ke sana, Tuhan menjadikan tubuh Lusía demikian berat sehingga mereka tidak dapat mengangkatnya. Pada akhirnya, Lasia ditikam dan menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304.


Santa Odilia atau Ottilia:

 Lahir di Obernheim, sebuah desa pegunungan Vove, Prancis pada tahun 660. Dia mengabdikan dirinya dalam karya-karya amal membantu orang-orang miskin dengan semangat pengabdian dan cinta kasih yang tinggi. Odilia wafat pada tanggal 13 Desember 720.


Santa Lusia, Perawan dan Martir Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni. Ia berjanji tidak menikah. 

Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. 


Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus. Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis. Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. 


Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. 


Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. 


Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa, mata Lusia dicungkil oleh algojo-algojo yang menderanya, ada pula cerita yang mengatakan bahwa Lusia sendirilah yang mencungkil matanya dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 13 Desember 304. 

Semoga kisah suci hidup Santa Lusia memberi peringatan kepada kita, lebih-lebih para putri kita yang manis-manis, supaya bertekun dalam doa dan mohon perlindungannya.


Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni. Ia berjanji tidak menikah. Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. 


Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus. 


Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis. Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. 


Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. 


Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. 


Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa,Santa Lusia, Perawan dan Martir


Kata cerita kuno: Lusia lahir di Sirakusa, di pulau Sisilia, Italia pada abad ke-4. Orangtuanya adalah bangsawan Italia yang beragama Kristen. Ayahnya meninggal dunia ketika ia masih kecil, sehingga perkembangan dirinya sebagian besar ada dalam tanggungjawab ibunya Eutychia. Semenjak usia remaja, Lusia sudah berikrar untuk hidup suci murni.


 Ia berjanji tidak menikah. Namun ketika sudah besar, ibunya mendesak dia agar mau menikah dengan seorang pemuda kafir. Hal ini ditolaknya dengan tegas. Pada suatu ketika ibunya jatuh sakit. Lusia mengusulkan agar ibunya berziarah ke makam Santa Agatha di Kathania untuk memohon kesembuhan. Usulannya ditanggapi baik oleh ibunya. Segera mereka ke Kathania. 


Apa yang dikatakan Lusia ternyata benar-benar dialami ibunya. Doa permohonan mereka dikabulkan: sang ibu sembuh. Bahkan Santa Agatha sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua. Sebagai tanda syukur, Lusia diizinkan ibunya tetap teguh dan setia pada kaul kemurnian hidup yang sudah diikrarkannya kepada Kristus. Kekaisaran Romawi pada waktu itu diperintahi oleh Diokletianus, seorang kaisar kafir yang bengis.


 Ia menganggap diri keturunan dewa, oleh sebab itu seluruh rakyat harus menyembahnya atau menyembah patung dewa-dewa Romawi. Umat Kristen yang gigih membela dan mempertahankan imannya menjadi korban kebengisan Diokletianus. 


Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi pemuda-pemuda yang menaruh hati pada Lusia namun ditolak lamarannya: mereka benci dan bertekad membalas dendamnya dengan melaporkan identitas keluarga Lusia sebagai keluarga Kristen kepada kaisar. 


Kaisar termakan laporan ini sehingga Lusia pun ditangkap, mereka merayu dan membujuknya dengan berbagai cara agar bisa memperoleh kemurniannya. Tetapi Lusia tak terkalahkan. Ia bertahan dengan gagah berani. Para musuhnya tidak mampu menggerakkan dia karena Tuhan memihaknya. 


Usahanya untuk membakar Lusia tampak tak bisa dilaksanakan. Akhirnya seorang algojo memenggal kepalanya sehingga Lusia tewas sebagai martir Kristus oleh pedang seorang algojo kafir. Lusia dihormati di Roma, terutama di Sisilia sebagai perawan dan martir yang sangat terkenal sejak abad ke-6. Untuk menghormatinya, dibangunlah sebuah gereja di Roma. Namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa. 


Mungkin karena namanya berarti 'cahaya' maka pada Abad Pertengahan orang berdoa dengan perantaraannya memohon kesembuhan dari penyakit mata. Konon, pada waktu ia disiksa, mata Lusia dicungkil oleh algojo-algojo yang menderanya, ada pula cerita yang mengatakan bahwa Lusia sendirilah yang mencungkil matanya dan menunjukkan kepada pemuda-pemuda yang mengejarnya. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 13 Desember 304. 


Semoga kisah suci hidup Santa Lusia memberi peringatan kepada kita, lebih-lebih para putri kita yang manis-manis, supaya bertekun dalam doa dan mohon perlindungan.


Konon, Odilia lahir di Obernheim, sebuah desa di pegunungan Vosge, Prancis pada tahun 660. Ayahnya, Adalric, seorang tuan tanah di daerah Alsace, ibunya bernama Bereswindis. Odilia lahir dalam keadaan buta sehingga menjadi bahan ejekan tetangga yang sangat memalukan keluarganya. Ayahnya sedih sekali menghadapi kenyataan pahit ini. 


Ia merasa bahwa kebutaan itu sangat merendahkan martabat keluarganya yang bangsawan itu. Sia-sia saja semua usaha istrinya untuk meyakinkan dia bahwa kebutaan itu mungkin merupakan suatu kehendak Tuhan yang mempunyai suatu maksud tersembunyi bagi kemuliaanNya. Siapa tahu anak ini di kemudian hari dapat menjadi berkat bagi orang lain. Adalric benar-benar bingung dan tidak sudi menerima kehadiran anak buta ini sebagai buah hatinya sendiri. 


Dia bahkan menghendaki agar bayinya itu dibunuh saja. Tak ada jalan lain bagi ibu Bereswindis kecuali melarikan puterinya yang malang itu ke suatu tempat yang aman demi keselamatannya. Ia berprinsip: biarlah puterinya diserahkan kepada orang lain untuk dijadikan sebagai anak angkat. 


Orang lain itu ialah seorang ibu petani yang dahulu pernah menjadi pembantu di rumahnya. Ketika peristiwa pelarian ini diketahui banyak orang, ibu Bereswindis menyuruh ibu pengasuh itu melarikan bayinya ke Baume-les-Dames, dekat Besancon. Di sana ada sebuah biara suster.


 Untunglah bahwa suster-suster di biara itu rela menerima dan bersedia mengasuh Odilia. Sampai umur 12 tahun, anak itu belum juga dibaptis. Pada suatu hari Tuhan menggerakkan Santo Erhart, Uskup Regensburg, pergi ke biara Baume-les-Dames, tempat puteri malang itu berada. Di sana ia mempermandikan puteri buta itu dengan nama Odilia. 


Uskup Erhart pun menyentuh mata puteri buta itu, dan seketika itu juga matanya terbuka, dan ia dapat melihat. Mujizat ini segera diberitahukan kepada keluarga Odilia. Uskup Erhart pun memberitahukan kesembuhan mata Odilia di biara Suster-suster Baume-les-Dames kepada ayahnya. Tetapi sang ayah tetap menolak menerima dan mengakui Odilia sebagai anaknya. Hugh, kakak Odilia yang kagum akan mujizat penyembuhan adiknya berusaha mempertemukan Odilia dengan ayahnya di sebuah bukit, disaksikan oleh kerumunan rakyat. Melihat kenekatan Hugh, sang ayah menjadi berang, lalu memenggal kepala Hugh.


Tetapi kemudian ia menyesali perbuatannya yang kejam itu dan dengan terharu menerima Odilia sebagai anaknya. Odilia meneruskan karyanya di Obernheim bersama kawan-kawannya. Dia mengabdikan dirinya dalam karya-karya amal membantu orang-orang miskin dengan semangat pengabdian dan cinta kasih yang tinggi. Tak lama kemudian ayahnya bermaksud menikahkan dia dengan seorang pangeran. 


Hal ini ditolaknya dengan tegas dan Odilia kemudian melarikan diri ke tempat yang jauh dari ayahnya. Meskipun ia tetap dikejar-kejar dan dipaksa ayahnya, namun ia tetap pada pendiriannya.


 Akhirnya ayahnya mengalah dan membujuknya pulang dan berjanji mendirikan sebuah rumah yang bisa dijadikan sebagai biara di Hohenburg. Di situ ia menjadi kepala biara. Ia juga mendirikan biara lain di Niedermunster. Odilia wafat pada tanggal 13 Desember 720. Banyak mujizat terjadi di kuburnya.

Sunday, 12 December 2021

Hari ini adalah Hari Minggu Adven III. Sering disebut Minggu ‘Gaudete” Lukas 3 :10-18



Pada waktu itu orang banyak bertanya kepada Yohanes,  "Apakah yang harus kami lakukan?" Jawannya,  " Barang siapa yang mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan , hendaklah ia berbuat demikian." 


Ada datang juga pemungut pemungut cukai untuk dibabtis dan mereka bertanya kepadanya,  " Guru, apakah yang harus kami perbuat ?"  Jawabnya,  " Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu." Dan prajurit  prajurit  juga bertanya kepadanya,  " Dan kami, apakah yang harus kami perbuat ?"  Jawab Yohanes kepada mereka,  " Jangan merampas dan jangan memeras dan cukuplah dirimu dengan gajimu."  Tetapi karena orang banyak  sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu, 


 " Aku membabtis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripadaku akan datang dan nembuka tali kasutNyapun aku tidak layak, Ia membabtis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditanganNya dan untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu dan jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan." 


“Pertobatan” berasal dari kata Yunani metanoia (“perubahan pikiran”). Dalam Alkitab, pertobatan dikatakan sebagai “berbalik” dua kali lipat:—berpaling dari dosa (Yehezkiel 3:19; 18:30); dan bergerak menuju Tuhan (Sir 17:20–21; Hos 6:1). Ini lebih dari sekedar penyesuaian sikap. Ini berarti perubahan hidup yang radikal. Itu membutuhkan “buah yang baik sebagai bukti pertobatanmu” (Luk 3:8). 

Itulah sebabnya Yohanes mengatakan kepada orang banyak, tentara, dan pemungut cukai bahwa mereka harus membuktikan iman mereka melalui karya amal, kejujuran, dan keadilan sosial. 


Bapa, hari ini kita masing-masing dipanggil untuk berdiri di antara orang banyak dan mendengar “kabar baik” dari panggilan Yohanes untuk bertobat. Kami harus memeriksa hidup kami, bertanya dari hati kami, seperti yang mereka lakukan: “Apa yang harus kami lakukan?” Pertobatan kami seharusnya muncul bukan dari ketakutan kami akan murka yang akan datang, tetapi dari perasaan sukacita akan kedekatan dengan Allah kami yang menyelamatkan. 


Bapa, ini adalah rekomendasi pertama Yohanes Pembaptis: "Barangsiapa memiliki dua jubah harus berbagi dengan orang yang tidak memilikinya." Ini sangat mendasar, —tetapi hampir selalu diabaikan! Dalam ajaran sosial Gereja, kami senantiasa diingatkan bahwa penggunaan milik pribadi kami harus selalu berorientasi sosial. St Basilius Agung, mengungkapkan hal yang sama: "Roti di lemari Anda adalah milik mereka yang lapar. Jubah di lemari pakaian Anda adalah milik mereka yang telanjang. Sepatu yang tidak dipakai adalah milik mereka yang tidak memakai sepatu. Uang di lemari besi Anda adalah milik orang miskin. 


" Bapa, di masa Adven ini, kami yang mencari pertobatan, yang menunggu kedatangan Mesias, perlu melakukan keadilan, memberikan haknya masing-masing, berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Karena tanpa kasih dan hati yang terbuka untuk orang lain, ksmi tidak akan dapat menerima Yesus dan pesan Injil-Nya yang penuh kuasa. ️ 


Tuhan Yesus, bagi-Mu amal adalah nilai tertinggi. Pada malam terakhir Anda, Anda berkata: "Aku memberimu perintah baru: Kasihilah satu sama lain seperti aku telah mengasihi kamu, jadi kamu harus saling mengasihi." Nyalakan cinta seperti itu di dalam hati kami, ya Tuhan. Bantu kami melihat-Mu dalam setiap orang yang kami temui hari ini, dan buat kami cukup berani untuk bermurah hati kepada mereka. Aku percaya pada-Mu. Datang, Tuhan Yesus, datang.


BEBERAPA POKOK PERMENUNGAN


  1.  Pertobatan adalah cara terbaik yang harus dibuat oleh setiap orang menyongsong kelahiran Yesus.
  2. Memberi dan berbagi kepada yang miskin dan yang sangat membutuhkan adalah cara terbaik yang mengungkapkan rasa syukur  karena menerima rahmat pengampunan. Yohanes Pembaptis berseru, " Barang siapa mempunya dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya." ( Luk. 3 : 11 )
  3. Rasa syukur dan bahagia menyambut kelahiran Tuhan adalah ungkapan iman yang sesungguhnya. Nabi Zefanya menyerukan, " Bersorak sorailah, hai putri sion, bergembiralah hai Israel." ( Zef. 3 : 14 ) Rasul Paulus menambahkan, " Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan." ( Flp. 4 : 4 )



    Apa yang harus kami perbuat?                ketika Yohanes pembaptis mewartakan pertobatan: Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia perbuat juga demikian." Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah di tentukan bagimu." Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukuplah dirimu dengan gajimu." 


Tetapi kerena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak."


Lalu siapakah Yohanes Pembaptis itu ? 


Menurut Lukas, dia itu suara di padang gurun, di kesunyian, suara yang memperdengarkan kehadiran Tuhan dan mengajak kekuatan-kekuatan ilahi menyiapkan orang agar mampu menerima Tuhan sendiri


Yohanes Pembaptis bergerak dalam senyapnya awang-uwung yang sarat dengan kekuatan-kekuatan ilahi, tetapi ia juga bisa didengar oleh orang-orang yang hidup dalam kebisingan sehari-hari


Pada saat itu datanglah orang-orang kepadanya untuk dibaptis, karena mereka juga mengira bahwa dialah Mesias. Ada tiga kelompok yang bertanya kepada Yohanes bagaimana mewujudkan sukacita lewat jalan pertobatan.

 

Kelompok pertama adalah orang banyak, tanpa identitas. Mereka bertanya apa yang kiranya mereka perbuat untuk mewujudkan pertobatan ? Bagi Yohanes, mereka ini harus saling berbagi. Adalah sukacita besar kalau orang saling berbagi dalam hidup


Kelompok kedua adalah para pemungut cukai. Yohanes berkata kepada mereka supaya mereka berlaku jujur: “Jangan menagih lebih banyak yang telah ditentukan”. Yohanes Pembaptis hebat! Dia tidak mengatakan “gantilah pekerjaanmu” tetapi berlakulah adil ! 


Kelompok ketiga adalah para prajurit Romawi, wakil dari kaum kafir. Yohanes berkata kepada mereka untuk bersikap adil: “Jangan merampas, jangan memeras, cukupkanlah dirimu dengan gajimu !”


Bagi Yohanes Pembaptis, sukacita yang benar dilandasi oleh cinta kasih. Dengan cinta kasih orang dapat berbagi, bersikap jujur dan adil. Semua ini membantu setiap pribadi untuk menanti kedatangan Tuhan yang oleh Paulus “sudah dekat”.


Yohanes juga menunjukkan satu sikap pertobatan bagi kita semua yakni kerendahan hati. Ia mengakui dirinya sebagai bukan Mesias 


Membungkuk dan membuak tali sepatuNya pun Yohanes merasa tidak layak. Yohanes hanya membaptis dengan air, tetapi sang Mesias yang tidak lain Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api 


Kebajikan kerendahan hati Yohanes menginspirasikan kita untuk rendah hati di hadapan Tuhan dan mengakui diri kita sebagai orang berdosa yang membutuhkan Tuhan


Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk selalu bersukacita dalam Tuhan. Masing-masing kita memiliki pergumulan hidup tertentu


Namun dalam pergumulan itu hendaklah kita selalu memandang kepada Tuhan sebagai sumber sukacita dan keselamatan kita. 


Tuhan Yesus berkata, “terlepas dari Aku, kamu tidak bisa berbuat apa-apa” ( Yoh 15:5 ). Itu sebabnya tepat sekali Paulus yang mengatakan, “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan”. Tuhan sudah dekat! Apakah ada sukacita di dalam hatimu?


Kita juga diundang untuk memahami pertobatan sebagai jalan untuk menyambut kedatangan Tuhan. 


Yohanes Pembabtis mengatakan kepada tiga kelompok yang berbeda  yakni orang banyak, para pemungut cukai dan prajurit Romawi untuk bertobat dengan membangun mentalitas saling berbagi dalam kasih, jujur dan adil 


Ini adalah model pertobatan yang radikal. Apakah kita juga memiliki kemampuan saling berbagi dalam kasih ? Pertanyaannya, bagaimana cara kita untuk berjaga-jaga dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus??


Jawabannya adalah:

Pertama, kita harus bertobat. Pesan inilah yang kita dapat dari Minggu kedua masa adven. Apa itu bertobat? Bertobat berarti kita menyadari bahwa kita berdosa, kita menyesal lalu kita mohon ampun kepada Tuhan. Kata kunci pertobatan adalah menyadari, menyesal lalu mohon ampun kepada Tuhan. Dalam bahasa Yohanes Pembaptis kita menyiapkan jalan dan meluruskan jalan bagi Tuhan.


Kedua, setelah kita bertobat, apa yang harus kita lakukan?? Inilah pertanyaan mendasar dari pesan yang kita dapat dalam minggu ketiga masa adven ini.


Hari ini adalah Hari Minggu Adven III. Sering disebut Minggu ‘Gaudete”. Dalam bahasa Latin, “Gaudete” berarti ‘bersukacitalah!”.  Disebut sebagai minggu Gaudete karena pada minggu ini kita diajak dan diundang untuk bersukacita menyambut Yesus, Sang Mesias yang kedatangannya sudah semakin dekat. Rasa sukacita itu kemudian kita ungkapkan dan kita aktualisasikan dalam tindakan konkrit sebagaimana yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis sebagai pesan bagi kita dalam minggu adven ketiga ini. 

  1. Kita harus berbagi dengan tulus apa yang kita punya (sesuai kemampuan kita) kepada sesama, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan pertolongan kita. Berbagi tidak harus berupa materi (uang, makanan, dll). Kita juga bisa berbagi pengetahuan yg benar, bakat untuk melayani dan menghibur, sapaan, senyuman, dukungan, perhatian, ide2 baik, waktu, tenaga dan kehadiran kita dalam kebersamaan dengan keluarga dan orang-orang yang ada di sekitar kita. 
  2. Tidak mengambil keuntungan dari tugas dan tanggungjawab yang sudah dipercayakan kepada kita; baik sebagai Rohaniwan/I, pengurus gereja, guru, karyawan dan apapun itu jabatan kita. Melalu tugas dan panggilan kita masing-masing, kita diajak untuk memperjuangkan kebenaran, kejujuran dan memperlakukan orang lain dengan baik. 
  3. St. Yohanes Pembaptis mengajak kita untuk merasa cukup dengan apa yang kita miliki atau kita punya saat ini dan tidak menginginkan apa yang bukan menjadi hak kita. Dengan kata lain, jangan merasa iri hati dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.

Saturday, 11 December 2021

NABI ELIA SUDAH DATANG, TETAPI ORANG TIDAK MENGENALl DIA. "MATIUS 17:10-13"


Nabi Elia diutus ke tengah bangsa Israel untuk mengajak dan mengajarkan mereka hidup dalam kasih dan taat pada Tuhan. Allah melihat bahawa banyak dari kaum Israel yang meninggalkan Firman Allah, hanya sedikit dari antara mereka yang berbuat baik dan hidup dalam kasih. 


 Elia tampil sebagai Nabi yang memberi pencerahan dan mengkritik hidup bangsa pilihan Allah. “Lalu tampillah Elia bagaikan api yang perkataannya laksana obor membakar”. Elia memberikan pencerahan atas kekelaman cara hidup bangsa Israel.


Dia melakukan banyak mukjizat pada zamannya. Meskipun pernyataannya keras, namun dia memiliki hati yang tulus untuk mengembalikan bangsa Israel pada cara hidup yang benar. Elia dipuja dan dikagumi bangsa Israel.


Yohanes Pembaptis menyamai Elia dalam hal tapa dan ketegasan hidupnya, dalam doa dan kenabiannya, untuk memberikan arah baru menuju kedatangan Mesias. Kedua tokoh ini tidak dipertentangkan, tetapi harus dilihat sebagai berkesinambungan. Namun menurut kata Yohanes sendiri, “Ia (Yesus), harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”


Yesus menegaskan bahawa pada zaman ini sesungguhnya Elia telah datang kembali dalam diri St. Yohanes Pembaptis untuk membawa pemulihan dan persiapan menyambut kedatangan Mesias. Itulah yang dimaksud Yesus tentang “Elia sudah datang, tetapi orang tidak MENGENALl dia.”


Perkembangan Gereja terus mengalami pergolakan ketegangan dalam menempuh arah baru. Lalu bagaimana kita boleh menyedari dan memahami kehadiran “Elia” di zaman sekarang ini? Pada masa adven ini, kita menantikan pemulihan terjadi di dalam hidup kita. Kelahiran Yesus yang kita peringati setiap tahun merupakan juga gambaran dari masa dimana nabi Elia dan Yohanes Pembaptis datang untuk memulihkan keadaan bangsa Israel. 


Tidak ada orang yang pernah melihat hidup, apalagi membayangkan hidup abadi. Maka, mengimani hidup abadi bagi manusia itu merupakan sesuatu yang sangat sulit, mudah goyah dan mudah terlupakan. Apalagi kalau sudah larut dalam kenikmatan duniawi. 


Sekali pun demikian, sesungguhnya di kedalaman hatinya ada keinginan untuk hidup kekal. Oleh karena itu, melalui sabda-Nya hari ini, kita diingatkan, bahwa selama manusia masih berada di dunia tidak akan dapat membayangkan hidup kekal yang membahagiakan itu.


Hidup yang membahagiakan itu hanya dapat diIMANi. Karena itu, Kristus menunjukkan hidup yang membahagiakan itu kepada ketiga murid-Nya, yaitu Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.


Maksud Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes ialah agar ketiga rasul itu kelak dapat memberikan kesaksian akan kemuliaan dan kebahagiaan hidup yang dijanjikan-Nya. Sebab kebahagiaan hidup abadi itu sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang kita saksikan di dunia ini. Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. 


Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia". Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia".


Kalau kita mau sejenak meluangkan waktu dalam keheningan "apakah kita memiliki keinginan untuk dapat ikut merasakan kemuliaan dan kebahagiaan hidup sebagaimana yang dijanjikan Allah".


Sejujurnya memang bukanlah hal yang mudah untuk dapat memahaminya. Semuanya itu akan dapat kita pahami apabila kita mau untuk memiliki iman yang hidup, tumbuh, dan berkembang dari waktu ke waktu. Dibutuhkan kepercayaan yang keluar dari lubuk hati yang terdalam. Kita tidak menyaksikan kebangkitan Kristus, tetapi kita percaya akan kesaksian para rasul yang mereka tulis pada Injil Kristus.


Mengimani Kristus berarti kita menerima semua kesaksian yang disampaikan Kristus adalah BENAR adanya, meskipun menurut akal manusia itu sepertinya tidak masuk akal. Orang yang berIMAN, berarti orang yang menerima keBENARan yang tidak tampak, yang tampak hanyalah tanda yang dapat berbeda, bahkan berlawanan, meskpun menandakan hal yang sama.


Apakah kita termasuk orang yang hanya percaya kepada yang dapat dilihat mata, yang dapat ditangkap oleh panca indra, kesudahan mereka adalah kebinasaan, karena sadar atau tidak hal itu menarik orang mencari kepuasan kenikmatan tubuh dan bertumpu pada yang tampak dan akal manusiawi. Akhirnya ia akan meninggalkan kebenaran yang ada di belakang yang tampak.


Apakah kita sudah mempersiapkan hati dan budi kita bagi kedatangan-Nya, dan apakah kita sudah menjadi Elia bagi satu sama lain. Dan, apakah kita mau menjadi seperti Elia, seperti Yohanes Pembaptis yang bersedia mengangkat suara protes kendati hidupnya terancam, tetap membela dan mewartakan kasih dan kesetiaan Allah kepada manusia. Hanya kepada-Nya ada keselamatan kita.


Orang Yahudi percaya akan akhir zaman dan Tuhan akan datang pada saat itu sebagai Hakim.  Namun mereka juga percaya bahwa nabi Elia akan datang kembali di bumi ini tepat menjelang akhir zaman itu, guna memulihkan keadaan yang kacau serta menyiapkan kedatangan Tuhan. 


Kepercayaan Yahudi tersebut di atas berlandaskan antara lain pada sebuah nas yang dapat dibaca dalam kitab Maleakhi. “Sesungguhnya Aku akan mengutus Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dasyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-nya, supaya jangan Aku datang memukul bumi, sehingga musnah” (Mal 4:5-6). 


Sebagai seorang Yahudi, Yesus pasti tahu banget apa yang dinubuatkan Maleakhi dan menjadi kepercayaan bangsa-Nya.  Hal ini nyata dalam perkataan-Nya ini, “Memang, Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu" (Mat 17:11). 


Yesus pun tahu dan Ia menegaskan bahwa Elia akan datang untuk memperdamaikan manusia dengan Tuhan, memperbaiki hubungan yang mungkin terputus dan rusak.  Tetapi – inilah keberatan Yesus terhadap keyakinan itu –- “Elia sudah datang dalam diri Yohanes Pembaptis” (bdk. Mat 11:14; 17:13). Tetapi apa yang terjadi? 


"Orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka" (Mat 17:12). Mereka justru membuatnya menderita (lih. Mrk 6:17-29). Begitu pun Mesias, yang tak lain adalah diri-Nya, yang datang menyusul “Elia” atau Yohanes Pembaptis. 


Tetapi mengapa diri-Nya harus ditolak, dideritakan dan dihinakan oleh mereka? Tidak jarang kita pun berlaku tak jauh berbeda. Pasti Tuhan pun telah mengutus “Elia” atau “Yohanes Pembaptis” zaman kini kepada kita. 


Ada orang yang telah hadir dan menyerukan pertobatan. Apakah kita mengenalnya dan memperlakukannya dengan baik? Persoalan yang sering terjadi, kita menganggap hanya diri kita sebagai “Elia, Yohanes Pembaptis”. Kita sajalah yang bisa memberi nasihat, arahan, perintah, dan harus didengarkan. 


Kita beranggapan hanya diri kita yang dihadirkan untuk meminta bahkan menuntut orang lain bertobat. Kita beranggapan bahwa hanya diri kita yang bisa memulihkan keadaan untuk Tuhan. Akibatnya, kita sulit menerima orang lain dan mengakui bahwa orang lain pun diutus dan dipakai Tuhan untuk berbuat baik, menyampaikan kabar baik. 


Hari-hari hidup kita sesungguhnya adalah saat bersiap diri untuk Tuhan; berbalik dari arah salah dan kembali dari jalan yang bias berlekuk-lekuk; kembali ke jalan Tuhan agar bisa menyambut dan bertemu dengan Tuhan.  Maka fokus kita sebenarnya, bukan hanya melihat diri sendiri, melainkan juga mengenal “Elia atau Yohanes Pembaptis” dan menerima seruannya.  Kita coba membatin kata-kata Tuhan, “Elia sudah datang, tetapi engkau tidak mengenal dia dan memperlakukannya menurut kehendakmu


Bagaimana kita melihat orang yang datang membantu kita? Seorang teman begitu sakit hati ketika upayanya untuk mengingatkan temannya tentang berita-berita miring tentang temannya itu, malah ditanggap secara negatif. Kadang kala, kita melihat secara miring orang yang datang membantu kita. Atau pun, kita lebih melihat bantuan dari orang lain karena itu memberikan kesenangan, tetapi kita tak mau kalau bantuan itu untuk mengoreksi, memperbaiki hidup kita, dan menasihati kita. 


Para murid bertanya tentang pandangan ahli-ahli taurat tentang kedatangan kembali nabi Elia. Tuhan Yesus menjawab bahwa Elia sudah datang, namun mereka tidak mengerti dan menyadari kedatangannya. Nabi Elia itu datang dalam rupa Yohanes Pembaptis. Di sini, orang-orang tak melihat dan memahami kebaikan Yohanes Pembaptis hingga hati dan pikiran mereka tertutup untuk melihat Elia yang dinantikan. Warta Kenabian.


Dibanyak tempat, pembaharu tidak begitu mudah diterima dan dimengerti oleh orang lain. Mereka yang sudah nyaman dengan situasi mereka akan merasa terusik apabila diadakan pembaruan. Jika sudah nyaman dengan kebobrokan hidup, so pasti akan menolak dengan keras jika ada yang hendak memperbaiki apa yang buruk. Kebaikan justru akan menjadi musuh terbesarnya, kebaikan justru akan mengancam dirinya. Maka dengan segala upaya ia kerahkan supaya sang pembaharu tidak jadi mengubah hidupnya.


Sebagai seorang nabi, Elia teguh menjadi corong kebenaran. Ia tidak ragu mengkritik bobroknya kehidupan sosial jamannya. Ia tidak ragu menyuarakan kebenaran, ia mengingatkan para penguasa bahwa hidup mereka telah menjauh dari perintah Allah. Mereka harus mengadakan pertobatan dan perbaikan hidup. Ia selalu membawa kabar bahwa di dalam Tuhan selalu ada pengharapan. Mereka yang merasa diuntungkan dengan situasi yang sudah nyaman tidak menerima warta kenabian yang dibawa Elia.


Demikian juga dengan warta kenabian Yohanes Pembaptis. Justru ia ditangkap, dipenjara dan mati dengan dipenggal kepalanya. Ia berbeda dengan orang-orang jamannya dan perbedaan itu justru dianggap sebagai ancaman para penguasa. Maka bagi mereka lebih baik ia ditenggelamkan dan tidak bersuara lagi. Namun Yohanes Pembaptis meninggalkan warisan yang berharga bagi para pengikutnya, yakni ia menunjukkan Sang Anak Domba kepada mereka semua. Yohanes Pembaptis membawa harapan keselamatan Allah.


Bagi kita, pertanyaan yang patut kita renungkan adalah apakah kita berani menjadi seperti mereka, membawa warta kenabian. Resiko yang sudah hampir pasti kita terima adalah kita dianggap aneh oleh orang-orang sejaman kita. Namun kita tetap layak bahwa di dalam Tuhan selalu ada harapan akan kebaharuan. Dunia lama akan diubah ke dalam dunia baru. Hidup kita yang lama kita tinggalkan dan masuk dalam hidup baru di dalam Tuhan. 


Maka Dari Semua Itu Hati dan pikiran kita mesti terbuka pada setiap bentuk kebaikan. Semoga kita mengapresiasi setiap kebaikan yang datang ke dalam hidup kita. Amin.

Santo Yohanes Roberts & Santo Miltiades


Santo Yohanes Roberts Lahir di Wales pada tahun 1577. la menemukan kebahagiaan besar dalam menggabungkan diri dalam Gereja Katolik. Sesudahnya, Yohanes tidak membuang-buang waktu untuk mengambil langkah untuk ditahbiskan sebagai seorang imam. la dan seorang biarawan lain mendapatkan ijin berangkat ke Inggris. Namun demikian, segera saja mereka ditangkap sebab mereka adalah imam Katolik dan diusir dari Inggris.


St Yohanes Roberts kembali ke Inggris lagi. Ia berkarya siang malam demi memelihara iman umat semasa penganiayaan keji oleh Ratu Elizabeth. Beberapa kali ia tertangkap, dijebloskan ke dalam penjara dan dibuang, tetapi ia selalu kembali. Terakhir kali ditangkap, Pater Yohanes baru saja selesai merayakan Misa. Tak ada jalan untuk melarikan diri. Ketika ditanya, ia memaklumkan dengan gagah bahwa ia seorang imam dan biarawan. 


la menjelaskan bahwa ia datang ke Inggris untuk berkarya demi keselamatan umat. "Andai aku hidup lebih lama," tambahnya, "aku akan terus melakukan apa yang sekarang aku lakukan." St Yohanes diadili secara tidak adil dan dijatuhi hukuman mati.


Malam sebelum pelaksanaan hukuman gantung, seorang perempuan Spanyol yang baik mengatur agar ia diperbolehkan mengunjungi 18 tahanan lainnya. Mereka juga menderita demi Kristus. Sepanjang makan malam bersama, St Yohanes dipenuhi sukacita. Lalu terpikir olehnya mungkin sebaiknya ia tidak mengungkapkan kebahagiaannya begitu rupa. 


"Apakah kau pikir aku memberikan teladan yang buruk dengan sukacitaku ini?" tanyanya kepada perempuan yang baik itu. "Tentu saja tidak," jawabnya, "Pater tak dapat melakukan yang terlebih baik selain dari membiarkan semua orang melihat kegagah-beranian penuh sukacita yang Pater miliki sementara Pater menyongsong maut demi Kristus.


"Keesokan harinya St Yohanes dihukum gantung. Khalayak ramai begitu terpesona oleh pribadi imam muda ini hingga mereka tak hendak membiarkan para algojo membuatnya menderita. St Yohanes Roberts wafat sebagai martír pada tahun 1610.Santo Miltiades:  Lahir di Afrika Utara. Ia memimpin Gereja Kristus sebagai Paus dari tahun 311. 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...