UNIVERSITAS FLORES |
SELAMAT DIES NATALIS UNIFLOR YANG KE 41 TAHUN". Terima Kasih karena sudah manjadi bagian dari perjalanan hidup kami. Semoga Tuhan Selalu menyertai semua acivitas akademik yang terus bahu membahu membangun lembaga pendidikan untuk anak bangsa di bumi tercinta ini.
Tahun 1998 tahun dimana Negara indonesia penuh ketidak pastian di bidang ekonomi dan politik. Setelah tamat SMA harus rela pulang kampung untuk membantu orang tua.
Setelah pulang kampung penuh ketidakpastian harus rela mengadu nasip untuk menyambung hidup. Harapan untuk bergantung hidup pada orang tua terasa berat dan menyakitkan. Apa yang harus dilakukan dengan modal ijazah SMA di zaman itu. Tidak ada skill yang ada hanya ijazah. Pusing bagaimana cara harus melanjutkan hidup dan mewujudkan mimpi. Mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, sementara orang tua cuma seorang petani dan keluarga bergantung hidup pada buruh proyek dan kuli bangunan.
Namun mimpi terus bergelora dalam dada untuk mewujudkan mimpi untuk kuliah. Berbagai informasi dan pilihan terus di coba dengan alternatif kuliah sambil kerja agar bisa melanjutkan pendidikan atau kuliah. Dan ditengah gejolak ekonomi keputusan harus tetap di ambil. Lebih baik susah sekaramg daripada susah kemudian dan tak kunjung selesai.
Tahun 2000 dengan bermodal tabungan dan kesepakatan keluarga akhirnya memutuskan untuk kuliah tapi kuliah di mana? Ini persoalan besar. Dari berbagai pendapat dan keputusan keluarga jatuh di Kampus terdekat yaitu UNIVERSITAS FLORES. Saat itu banyak yang tidak tahu juga termasuk saya karena tidak setenar kampus-kampus di Pulau Jawa dan Kupang. Dia tenggelam diantara ketenaran kampus-kampus lainnya.
Pertama kali menginjakan kaki si Kampus Universitas Flores yang masih berlokasi di Jln. Soekarno depan lapangan Pancasila Ende atau lebih di kenal dengan lapangan perse, saya sempat terhenyak karena kondisi kampus seadanya. Tak ada fasilitas yang mewah dan Para Dosen yang juga masih sangat terbatas. Saat mendaftar sebagai mahasiswa baru di FKIP Program Studi matematika jumlah mahasiswa juga tidak sampai 200 orang. Namun dalam perjalanan saya pindah ke Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil.
Mewujudkan mimpi sebagai anak desa untuk bisa kuliah adalah mimpi setiap orang. Hanya sebagai anak petani mimpi itu terasa berat dan menyakitkan. Semangat yang membara terus tumbuh tak terasa dalam asa.
Tak terasa Perjalanan Kampus Biru UNIVERSITAS FLORES terus berjalan dan berbenah dengan segala dinamika kekurangan dan kelebihannya. Bahkan terbersit dalam benak setelah pindah kampus di jalan Sam Ratulangi tepat di bawah kaki Gunung Wongge ruang kuliah cuma satu dalam aula dan di sekat-sekat. Dalam pikiran saya ini kampus untuk orang miskin saja karena yang kuliah rata-rata ekonominya terbatas.
Seiring waktu pada akhir studi tahun 2006 Kampus biru terus berbenah dan melaju untuk menjadi yang kampus yang lebih baik. Sarana Prasarana Kuliah serta kualifikasi Dosen terus di tingkatkan. Wajahnya sudah semakin tampan dan cantik. Hal ini sesuai tagline nya " SATUKAN LANGKAH BULATKAN TEKAD MENUJU UNIFLOR BERMUTU"