YESUS Menghadap Orang Farisi. |
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga.
Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!
Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.
Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.
Kata munafik berasal dari kata Yunani, hypokrites. Menunjuk pada orang yang biasanya menggunakan topeng. Seiring dengan perkembangannya, kata munafik dimengerti secara lebih luas, yakni orang yang suka berpura-pura, bermuka dua untuk suatu tujuan tertentu. Kemunafikan adalah kata lain dari kepalsuan atau tindakan menipu orang lain.
Yesus mengkritik dan mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena Yesus tahu kepalsuan mereka. Mereka melakukan segala aturan, adat istiadat supaya mendapat pujian. Mereka menganggap diri paling suci, taat pada aturan namun penuh dengan kemunafikan dan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.
Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik. Sebab ada tertulis, bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Peringatan terhadap kemunafikan, kita harus menjaga diri agar tidak terlihat religius dan tidak berperasaan. Ini adalah godaan yang umum bagi manusia. Banyak orang jatuh ke dalam perangkap mempertahankan kebiasaan religius sambil membiarkan hati mereka mengembara. Kita harus selalu waspada agar hati kita tetap tertuju kepada Tuhan agar ibadat dan ketaatan kita mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada Allah dan sesama.
Hidup beriman sebagaimana diajarkan dan ditelasdankan Tuhan Yesus adalah hidup berbelas kasih secara utuh, tulus dan sedeehana. Berdoa, berpuasa, beribadat, bekerja dengan tekun dan melayani sesama merupakan satu paket yang tidak boleh disipah-pisahkan.
Tidak cukup hanya melakukan salah satu saja. Setiap hembusan nafas yang kita alami adalah anugerah yang selayaknya dihayati sebagai kesempatan untuk menghidupi iman dengan rasa syukur, rendah hati dan belas kasih. Salam sehat dan bahagia.
Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
Marilah Doa :
Yesus, izinkan kami dengan sikap iklas dan niat suci menghampiri-Mu dalam doa. Bantu kami untuk mengatasi kebutaan apa pun yang mungkin ada dalam diri kami dan beri kami kesediaan yang terbuka untuk berubah. Amin
1. Munafik:
Yesus secara langsung menuduh orang-orang dalam Injil hari ini soal sikap kemunafikan. Dengan menggunakan definisi yang ada dalam nubuat Yesaya: “Yesaya 29:13 (TB) Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.”
Kemunafikan adalah godaan juga bagi kita seperti halnya bagi orang-orang pada zaman Yesaya, dan juga bagi orang-orang Farisi ini. Ada banyak manifestasi dari dosa ini. Orang-orang Farisi dengan mrnganggap benar sendiri telah salah menilai niat para murid. Betapa jarang kita menimbang sesama kita dengan timbangan yang sama dengan diri kita sendiri. Apakah kemunafikan semacam ini juga merupakan kelemahan kita?
2. Hati Mereka Jauh dari-Ku:
Orang-orang Farisi mencintai tradisi mereka sendiri sampai tingkat yang membutakan mereka terhadap kebenaran. Bahkan sampai mengeraskan hati mereka. Mereka tidak dapat mengenali dan memeluk Yesus yang telah ada di tengah-tengah mereka.
Kita juga dapat jatuh dalam hal yang sama. Di satu pihak menyatakan cinta kita kepada Yesus namun di pihak lain menolak satu atau lebih dari ajaran-Nya.
Untuk menjaga hati kita tetap dekat dengan Yesus, kita harus berdoa untuk memeriksa sikap kita agar tidak terjadi perpecahan kepribadian. Sebab kita harus mendasari setiap perbuatan dengan hati yang tulus. Semoga kita memiliki keberanian dan ketabahan untuk menjadi murid Kristus yang sejati dalam semua aspek kehidupan kita.
3. Meniadakan Firman Allah:
Yesus menuduh orang Farisi meniadakan firman Allah dengan alasan demi mendukung dan menegakkan tradisi mereka. Di bagian injil lain mereka dituduh telah mengikatkan beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.” (Matius 23:4).
Ini adalah peringatan keras bagi kita yang berada dalam posisi otoritas rohani atas orang lain— guru, pembimbing, pemimpin pelayanan, orang tua, dll. Kita dapat mewaspadai dan menghindari tindakan yang dapat merusak upaya orang lain untuk dekat di hati Yesus.
Dalam menjalankan otoritas kita, kita harus memohon kerendahan hati, berusaha mencari yang terbaik bagi mereka yang berada di bawah asuhan kita, dan terus mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup bagi Kristus.
Orang-orang Yahudi sangat meninggikan tradisi (menunjuk pada sekumpulan perintah dan ajaran tidak tertulis para rabi yang terkenal pada masa lalu, kumpulan 613 peraturan sebagai pedoman bagi setiap aspek kehidupan
Perintah negatif berjumlah 365, yang bertepatan dengan jumlah hari dalam satu tahun matahari. Sedangkan perintah positif berjumlah 248, yang dikatakan merupakan jumlah seluruh tulang dan organ utama dalam tubuh manusia )
Tradisi ini mereka campur adukkan dengan ibadah. Mereka sudah tidak dapat membedakan yang mana berotoritas ilahi. Ketika melihat para murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, mereka menganggap hal itu najis. Hal ini berbeda dengan kebiasaan mereka yang selalu melakukan pembersihan secara lahiriah
Di kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus, pembasuhan tangan sebelum makan termasuk kesalehan yang dijalankan oleh para imam dan mereka yang berurusan dengan ibadat
Adat seperti itu dirincikan didalam Talmud, yakni kumpulan penjelesan aturan dan hukum yang terangkum dalam Misyny, Misyny sendiri merupakan penjabaran dari hukum-hukum Taurat
Bagaimanapun juga, tidak ada kewajiban seperti itu bagi yang bukan imam. Orang Farisi dan para ahli Taurat tidak termasuk golongan imam. Memang ada kewajiban membasuh diri sebelum masuk dalam Bait sebelum beribadat
Tetapi yang dibicarakan dalam Injil hari ini ialah pembasuhan tangan secara ritual sebelum makan. Sebenarnya Yesus tidak akan terlalu ditanya-tanya mengenai hal serupa, karena permasalahannya hanya menyangkut para imam Yahudi
Sebenarnya, ada motif terselubung dibalik kedatangan mereka dari Yerusalem ke tempat Yesus. Mereka datang untuk mencari kesalahan Yesus (1-5). Karena itu Yesus secara keras menegur mereka.
Demi kemunafikan, mereka rela mengabaikan perintah Allah (6-8). Selain itu, orang Yahudi juga mengabaikan pemeliharaan terhadap orangtua. Mereka berpikir kalau sudah mempersembahkan kurban kepada Allah, maka tidak perlu memerhatikan orangtuanya (9-13)
Mereka menggantikan kemurnian moral dengan hal-hal seremonial. Yesus menjelaskan bahwa makanan yang masuk dari luar tidak mencemari hati. Kenajisan sesungguhnya terdapat di hati yang dikeluarkan melalui perkataan dan tindakan jahat
Tuhan tahu kejahatan yang ada dalam hati seseorang, meski ditutupi dengan sikap atau perkataan baik. Seseorang bisa terlihat benar dari luar, tetapi hatinya belum tentu mengasihi Allah
Tradisi dan adat istiadat tidak salah seluruhnya. Tetapi kebenaran TUHAN jauh melampaui tradisi dan adat istiadat manusia
Adat istiadat dan tradisi seharusnya didasarkan pada Firman Allah. Allah ingin hati kita mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, hati kita akan terisi hal-hal yang mengutamakan Tuhan
Mulai dari keluarga sampai dengan komunitas terbesar yakni negara selalu ada aturan-aturan atau adat kebiasaan yang berlaku. Salah satu tujuan dari peraturan atau adat kebiasaan itu adalah untuk ketertiban dan keamanan hidup bersama sebagai satu keluarga atau satu negara.
Misalnya di salah satu keluarga tidak boleh ada kata makian antar saudara atau orangtua kepada anak. Jika ada yang sampe keluarkan kata makian, akan mendapat hukuman yg juga sudah disepakati bersama.
Di keluarga lain, ada kebiasaan jika mau bepergian dan saat masuk kembali ke rumah, harus melalui pintu depan dan di ruang tamu harus berhenti sejenak untuk menyapa dan berdoa sejenak di depan patung hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Bunda Maria. Itu adat kebiasaan di keluarga: komunitas terkecil.
Terkadang masalah sepele dan tidak prinsipil menimbulkan masalah besar akibat kesalahpahaman. Soal mencuci tangan sebelum makan misalnya, adalah aturan manusia dan kebiasaan manusia. Tetapi itu dipersoalkan oleh orang Farisi dan Ahli Taurat.
Mereka mempersalahkan Yesus dan Murid2-Nya karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Bahkan membawa-bawa nama Tuhan. Bukannya Yesus tidak setuju, tetapi itu bukan hal prinsip yang harus diperdebatkan. Ada aturan yang lebih tinggi dari itu dan sangat prinsipil yaitu hukum Tuhan.
Tidak heran jika Yesus katakan mereka orang-orang munafik: "JawabNya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Mrk 7:6-8).
Mungkin kita juga begitu, terlalu mengutamakan penampilan, santun, manis berkata-kata, memoles diri supaya memberi kesan baik dan suci, padahal semua itu hanya kemunafikan: hanya untuk diterima oleh sesama, hanya untuk formalitas, sementara hati penuh kebencian, kedengkian, permusuhan dan egois. Namun, kita berdoa, supaya jangan sampai kita seperti itu. Hukum Tuhan di atas segala-galanya. Dan itu adalah soal hati yang tulus.
Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.
RENUNGAN:
Tuhan Yesus mengingatkan kita semua yang seringkali mengutamakan tradisi atau kebiasaan dan mengabaikan hal-hal pokok yaitu mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini. Seringkali kita memperdebatkan cara baptisan.
sementara inti dari baptisan itu diabaikan. Atau, kita seringkali, dan terus menerus, memperdebatkan tradisi perayaan Natal, sebelum tgl 25 Desember ataukah setelahnya? Kita berlelah-lelah memperdebatkannya, sementara kita lupa pada inti dari perayaan Natal itu sendiri. Tentunya Tuhan Yesus tidak berkenan terhadap segala sikap dan tindakan kita yang menyebabkan kondisi seperti ini.
Oleh karena itulah Tuhan Yesus mengecam sikap orang-orang Farisi yang lebih mengutamakan tradisi daripada mengutamakan Tuhan. Tuhan Yesus mengecam sikap munaik mereka yang seolah-olah memuliakan Tuhan namun sesungguhnya kehidupan mereka sehari-hari tidak mencerminkan orang yang sungguh-sungguh taat pada perintah Tuhan. Mereka hidup dalam kemunafikan dan menganggap diri lebih baik dan suci, dibandingkan melaksanakan perintah Tuhan.
Melalui sabda Tuhan hari ini, Tuhan Yesus tidak bermaksud menghilangkan tradisi melainkan hendak meluruskan pola pikir, sikap, dan cara memperlakukan tradisi tersebut agar tidak mengalahkan atau mengabaikan ketaatan kita kepada perintah Tuhan.
Bagi Tuhan Yesus, ukuran suci atau najis tidak ditentukan oleh ketaatan pada tradisi, tetapi lebih ke isi hati kita, apakah kita sungguh-sungguh taat pada perintahNya atau tidak.
Tuhan Yesus menghendaki kita untuk tidak bersikap dan bertindak sebagai orang munaik yang seolah-olah takut akan Tuhan, namun hati dan kehidupan kita jauh dari Tuhan.
Marilah kita berusaha untuk selalu mengutamakan perintah Tuhan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup kita senantiasa menjadi perwujudan kasih Tuhan kepada sesama disekitar kita.