We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Tuesday, 8 February 2022

Peringatan Terhadap Kemunafikan Orang Farisi. Markus, 7:1-13

YESUS Menghadap Orang Farisi.


Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 


Sebab orang-orang Farisi  seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. 


Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!


 Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri. 


Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.


Kata munafik berasal dari kata Yunani, hypokrites. Menunjuk pada orang yang biasanya menggunakan topeng. Seiring dengan perkembangannya, kata munafik dimengerti secara lebih luas, yakni orang yang suka berpura-pura, bermuka dua untuk suatu tujuan tertentu. Kemunafikan adalah kata lain dari kepalsuan atau tindakan menipu orang lain.


Yesus mengkritik dan mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena Yesus tahu kepalsuan mereka. Mereka melakukan segala aturan, adat istiadat supaya mendapat pujian. Mereka menganggap diri paling suci, taat pada aturan namun penuh dengan kemunafikan dan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.


Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik. Sebab ada tertulis, bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.


Peringatan terhadap kemunafikan, kita harus menjaga diri agar tidak terlihat religius dan tidak berperasaan. Ini adalah godaan yang umum bagi manusia. Banyak orang jatuh ke dalam perangkap mempertahankan kebiasaan religius sambil membiarkan hati mereka mengembara. Kita harus selalu waspada agar hati kita tetap tertuju kepada Tuhan agar ibadat dan ketaatan kita mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada Allah dan sesama. 


Hidup beriman sebagaimana diajarkan dan ditelasdankan Tuhan Yesus adalah hidup berbelas kasih secara utuh, tulus dan sedeehana.  Berdoa, berpuasa, beribadat, bekerja dengan tekun dan melayani sesama merupakan satu paket yang tidak boleh disipah-pisahkan.  


Tidak cukup hanya melakukan salah satu saja. Setiap hembusan nafas yang kita alami adalah anugerah yang selayaknya dihayati sebagai kesempatan untuk menghidupi iman dengan rasa syukur, rendah hati dan belas kasih. Salam sehat dan bahagia. 


Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. 


Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"


Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 


Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."


Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.


Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.


Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah  maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.


Marilah  Doa :

Yesus, izinkan kami dengan sikap iklas dan niat suci menghampiri-Mu dalam doa. Bantu kami untuk mengatasi kebutaan apa pun yang mungkin ada dalam diri kami dan beri kami kesediaan yang terbuka untuk berubah. Amin


1. Munafik: 

Yesus secara langsung menuduh orang-orang dalam Injil hari ini soal sikap kemunafikan. Dengan menggunakan definisi yang ada dalam nubuat Yesaya: “Yesaya 29:13 (TB)  Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” 


Kemunafikan adalah godaan juga bagi kita seperti halnya bagi orang-orang pada zaman Yesaya, dan juga bagi orang-orang Farisi ini. Ada banyak manifestasi dari dosa ini. Orang-orang Farisi dengan mrnganggap benar sendiri telah salah menilai niat para murid. Betapa jarang kita menimbang sesama kita dengan timbangan yang sama dengan diri kita sendiri. Apakah kemunafikan semacam ini juga merupakan kelemahan kita? 


2. Hati Mereka Jauh dari-Ku: 

Orang-orang Farisi mencintai tradisi mereka sendiri sampai tingkat yang membutakan mereka terhadap kebenaran. Bahkan sampai mengeraskan hati mereka. Mereka tidak dapat mengenali dan memeluk Yesus yang telah ada di tengah-tengah mereka. 


Kita juga dapat jatuh dalam hal yang sama.  Di satu pihak menyatakan cinta kita kepada Yesus namun di pihak lain menolak satu atau lebih dari ajaran-Nya. 


Untuk menjaga hati kita tetap dekat dengan Yesus, kita harus berdoa untuk memeriksa sikap kita agar tidak terjadi  perpecahan kepribadian.  Sebab kita harus mendasari setiap perbuatan dengan hati yang tulus.  Semoga kita memiliki keberanian dan ketabahan untuk menjadi murid Kristus yang sejati dalam semua aspek kehidupan kita.


3. Meniadakan Firman Allah: 

Yesus menuduh orang Farisi meniadakan firman Allah dengan alasan demi mendukung dan menegakkan tradisi mereka. Di bagian injil lain mereka dituduh telah mengikatkan  beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.” (Matius 23:4). 


Ini adalah peringatan keras bagi kita yang berada dalam posisi otoritas rohani atas orang lain— guru,  pembimbing, pemimpin pelayanan, orang tua, dll. Kita dapat mewaspadai dan menghindari tindakan yang dapat merusak upaya orang lain untuk  dekat di hati Yesus. 


Dalam menjalankan otoritas kita, kita harus memohon kerendahan hati, berusaha mencari yang terbaik bagi mereka yang berada di bawah asuhan kita, dan terus mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup bagi Kristus.


Orang-orang Yahudi sangat meninggikan tradisi (menunjuk pada sekumpulan perintah dan ajaran tidak tertulis para rabi yang terkenal pada masa lalu, kumpulan 613 peraturan sebagai pedoman bagi setiap aspek kehidupan 


Perintah negatif berjumlah 365, yang bertepatan dengan jumlah hari dalam satu tahun matahari. Sedangkan perintah positif berjumlah 248, yang dikatakan merupakan jumlah seluruh tulang dan organ utama dalam tubuh manusia )


Tradisi ini mereka campur adukkan dengan ibadah. Mereka sudah tidak dapat membedakan yang mana berotoritas ilahi. Ketika melihat para murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, mereka menganggap hal itu najis. Hal ini berbeda dengan kebiasaan mereka yang selalu melakukan pembersihan secara lahiriah


Di kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus, pembasuhan tangan sebelum makan termasuk kesalehan yang dijalankan oleh para imam dan mereka yang berurusan dengan ibadat


Adat seperti itu dirincikan didalam Talmud, yakni kumpulan penjelesan aturan dan hukum yang terangkum dalam Misyny, Misyny sendiri merupakan penjabaran dari hukum-hukum Taurat


Bagaimanapun juga, tidak ada kewajiban seperti itu bagi yang bukan imam. Orang Farisi dan para ahli Taurat tidak termasuk golongan imam. Memang ada kewajiban membasuh diri sebelum masuk dalam Bait sebelum beribadat


Tetapi yang dibicarakan dalam Injil hari ini ialah pembasuhan tangan secara ritual sebelum makan. Sebenarnya Yesus tidak akan terlalu ditanya-tanya mengenai hal serupa, karena permasalahannya hanya menyangkut para imam Yahudi


Sebenarnya, ada motif terselubung dibalik kedatangan mereka dari Yerusalem ke tempat Yesus. Mereka datang untuk mencari kesalahan Yesus (1-5). Karena itu Yesus secara keras menegur mereka. 


Demi kemunafikan, mereka rela mengabaikan perintah Allah (6-8). Selain itu, orang Yahudi juga mengabaikan pemeliharaan terhadap orangtua. Mereka berpikir kalau sudah mempersembahkan kurban kepada Allah, maka tidak perlu memerhatikan orangtuanya (9-13) 


Mereka menggantikan kemurnian moral dengan hal-hal seremonial. Yesus menjelaskan bahwa makanan yang masuk dari luar tidak mencemari hati. Kenajisan sesungguhnya terdapat di hati yang dikeluarkan melalui perkataan dan tindakan jahat


Tuhan tahu kejahatan yang ada dalam hati seseorang, meski ditutupi dengan sikap atau perkataan baik. Seseorang bisa terlihat benar dari luar, tetapi hatinya belum tentu mengasihi Allah


Tradisi dan adat istiadat tidak salah seluruhnya. Tetapi kebenaran TUHAN jauh melampaui tradisi dan adat istiadat manusia 


Adat istiadat dan tradisi seharusnya didasarkan pada Firman Allah. Allah ingin hati kita mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, hati kita akan terisi hal-hal yang mengutamakan Tuhan


Mulai dari keluarga sampai dengan komunitas terbesar yakni negara selalu ada aturan-aturan atau adat kebiasaan yang berlaku. Salah satu tujuan dari peraturan atau adat kebiasaan itu adalah untuk ketertiban dan keamanan hidup bersama sebagai satu keluarga atau satu negara.


Misalnya  di salah satu keluarga tidak boleh ada kata makian antar saudara atau orangtua kepada anak. Jika ada yang sampe keluarkan kata makian, akan mendapat hukuman yg juga sudah disepakati bersama. 


Di keluarga lain, ada kebiasaan jika mau bepergian dan saat masuk kembali ke rumah, harus melalui pintu depan dan di ruang tamu harus berhenti sejenak untuk menyapa dan berdoa sejenak di depan patung hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Bunda Maria. Itu adat kebiasaan di keluarga: komunitas terkecil. 


Terkadang masalah sepele dan tidak prinsipil menimbulkan masalah besar akibat kesalahpahaman. Soal mencuci tangan sebelum makan misalnya, adalah aturan manusia dan kebiasaan manusia. Tetapi itu dipersoalkan oleh orang Farisi dan Ahli Taurat.


Mereka mempersalahkan Yesus dan Murid2-Nya karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Bahkan membawa-bawa nama Tuhan. Bukannya Yesus tidak setuju, tetapi itu bukan hal prinsip yang harus diperdebatkan. Ada aturan yang lebih tinggi dari itu dan sangat prinsipil yaitu hukum Tuhan. 


Tidak heran jika Yesus katakan mereka orang-orang munafik: "JawabNya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."  (Mrk 7:6-8).


Mungkin kita juga begitu, terlalu mengutamakan penampilan, santun, manis berkata-kata, memoles diri supaya memberi kesan baik dan suci, padahal semua itu hanya kemunafikan: hanya untuk diterima oleh sesama, hanya untuk formalitas, sementara hati penuh kebencian, kedengkian, permusuhan dan egois. Namun, kita berdoa, supaya jangan sampai kita seperti itu. Hukum Tuhan di atas segala-galanya. Dan itu adalah soal hati yang tulus.


Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. 


Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 


Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. 


Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 


RENUNGAN:

Tuhan Yesus mengingatkan kita semua yang seringkali mengutamakan tradisi atau kebiasaan dan mengabaikan hal-hal pokok yaitu mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini. Seringkali kita memperdebatkan cara baptisan.


sementara inti dari baptisan itu diabaikan. Atau, kita seringkali, dan terus menerus, memperdebatkan tradisi perayaan Natal, sebelum tgl 25 Desember ataukah setelahnya? Kita berlelah-lelah memperdebatkannya, sementara kita lupa pada inti dari perayaan Natal itu sendiri. Tentunya Tuhan Yesus tidak berkenan terhadap segala sikap dan tindakan kita yang menyebabkan kondisi seperti ini. 


Oleh karena itulah Tuhan Yesus mengecam sikap orang-orang Farisi yang lebih mengutamakan tradisi daripada mengutamakan Tuhan. Tuhan Yesus mengecam sikap munaik mereka yang seolah-olah memuliakan Tuhan namun sesungguhnya kehidupan mereka sehari-hari tidak mencerminkan orang yang sungguh-sungguh taat pada perintah Tuhan. Mereka hidup dalam kemunafikan dan menganggap diri lebih baik dan suci, dibandingkan melaksanakan perintah Tuhan.  


Melalui sabda Tuhan hari ini, Tuhan Yesus tidak bermaksud menghilangkan tradisi melainkan hendak meluruskan pola pikir, sikap, dan cara memperlakukan tradisi tersebut agar tidak mengalahkan atau mengabaikan ketaatan kita kepada perintah Tuhan. 


Bagi Tuhan Yesus, ukuran suci atau najis tidak ditentukan oleh ketaatan pada tradisi, tetapi lebih ke isi hati kita, apakah kita sungguh-sungguh taat pada perintahNya atau tidak. 


Tuhan Yesus menghendaki kita untuk tidak bersikap dan bertindak sebagai orang munaik yang seolah-olah takut akan Tuhan, namun hati dan kehidupan kita jauh dari Tuhan. 


Marilah kita berusaha untuk selalu mengutamakan perintah Tuhan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup kita senantiasa menjadi perwujudan kasih Tuhan kepada sesama disekitar kita. 

Monday, 7 February 2022

Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret. Semua orang Yang Menjamah Yesus Menjadi Sembuh Markus 6: 53-56.

Yesus Menyembukan orang  Sakit DiGenesaret.


Dikisahkan bahwa banyak orang berusaha datang menjumpai Yesus "Berlari-larilah mereka ke seluruh daerah ini dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana kabarnya Ia berada". Mereka pun memetik buah dari perjumpaan dengan Yesus. "Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh".


Dalam keheningan, di rumah, kita juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. Namun, ada hal yang perlu dipahami yakni bagaimana Tuhan akan hadir kalau hidup kita jauh dari Tuhan?, seakan tiada waktu lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi.


Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. Dalam Misa Kudus, Tuhan hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Sejatinya, melalui bacaan Injil  kita diingatkan akan kualitas iman kita, apakah iman yang kita miliki itu hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu?.


Mengapa hal itu harus diingatkan kembali, karena banyak umat beriman yang hidup rohaninya hanya sebatas rutinitas saja, sebatas tampilan lahiriahnya saja. Keinginan untuk lebih jauh mengenal akan kehadiran Tuhan di dalam dirinya seringkali terkalahkan oleh keinginannya untuk ikut memperebutkan harta duniawi.


Mengapa bisa demikian?, karena yang menjadi panduan hidupnya adalah pikirannya dan bukan hatinya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-harinya rajin membaca Kitab Suci, pernah mengikuti kursus Kitab Suci, pernah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan masih banyak lagi, namun keinginannya untuk mengenal lebih mendalam akan Yesus sepertinya tidak ada di hatinya.


Pada pemahaman saya orang yang demikian itu seharusnya memiliki keinginan yang mendalam untuk lebih mengenal Yesus serta mau mengajak sesamanya. Justru orang-orang yang hidup imannya datar-datar saja malah lebih mengenal Yesus.


 Sebagaimana dikisahkan dalam bacaan hari ini: "Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus".


Hal itu menggambarkan bagaimana orang-orang mengejar Yesus serta percaya akan kuasa Yesus dan mempunyai kerendahan hati dalam beriman. Mereka yakin bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya saja, maka mereka akan sembuh dan tentunya dalam iman kepada-Nya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantar kita supaya bisa berjumpa dengan Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, hendaknya kita mau untuk memiliki semangat dan kerendahan hati dalam beriman kepada-Nya. Mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup serta mau untuk memusatkan iman yang dimilikinya kepada-Nya. 


Mau untuk memohon kepada-Nya supaya diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja iman kepada-Nya akan pulih kembali, akan hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Akan hidup berserah serta seturut kehendak-Nya, serta mau untuk membagikan berkat, rahmat serta kasih-Nya kepada sesamanya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantarkan kita supaya bisa berjumpa dengan Yesus Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. 


Dalam  keheningan, di rumah, kita juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. 


Bagaimana Tuhan akan hadir kalau  hidup kita jauh dari Tuhan, seakan tiada waktu  lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi. Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. 


Dalam Misa Kudus, Tuhan  hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Umat beriman yang terkasih, kita diingatkan akan kualitas iman kita, apakah iman yang kita miliki itu hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu?. 


Mengapa hal itu harus diingatkan kembali, karena banyak umat beriman yang hidup rohaninya hanya sebatas rutinitas saja, sebatas tampilan lahiriahnya saja. Keinginan untuk lebih jauh mengenal akan kehadiran Tuhan di dalam dirinya seringkali terkalahkan oleh keinginannya untuk ikut memperebutkan harta duniawi. 


Mengapa bisa demikian?, karena yang menjadi panduan hidupnya adalah pikirannya dan bukan hatinya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-harinya rajin membaca Kitab Suci, pernah mengikuti kursus Kitab Suci, pernah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan masih banyak lagi, namun keinginannya untuk mengenal lebih mendalam akan Yesus sepertinya tidak ada di hatinya. 


Pada pemahaman saya orang yang demikian itu seharusnya memiliki keinginan yang mendalam untuk lebih mengenal Yesus serta mau mengajak sesamanya. Justru orang-orang yang hidup imannya datar-datar saja malah  lebih mengenal Yesus. 


Sebagaimana dikisahkan dalam bacaan hari ini: Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus. 


Hal itu menggambarkan bagaimana orang-orang mengejar Yesus serta percaya akan kuasa Yesus dan mempunyai kerendahan hati dalam beriman. Mereka yakin bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya saja, maka mereka akan sembuh dan tentunya dalam iman kepada-Nya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantar kita supaya bisa berjumpa dengan Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. 


Oleh karena itu, hendaknya kita mau untuk memiliki semangat dan kerendahan hati dalam beriman kepada-Nya. Mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup serta mau untuk memusatkan iman yang dimilikinya kepada-Nya. 


Mau untuk memohon kepada-Nya supaya diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja iman kepada-Nya akan pulih kembali, akan hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Akan hidup berserah serta seturut kehendak-Nya, serta mau untuk membagikan berkat, rahmat serta kasih-Nya kepada sesamanya.


Banyak orang memiliki keinginan untuk mengalami kehadiran Tuhan di tempat-tempat doa, kemudian berdevosi ke berbagai tempat ziarah, mengapa harus membuang uang yang begitu banyak, mengapa uangnya tidak diberikan saja ke rumah yatim atau menolong saudara-saudara kita yang hidupnya berkekurangan.


 Dengan sikap dan perilaku kita yang baik dan benar, secara tidak langsung kita juga telah menghadirkan Tuhan.  Dalam  keheningan, di rumah, kita pun juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. 


Bagaimana Tuhan akan hadir kalau  hidup kita jauh dari Tuhan, seakan tiada waktu  lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi. Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. 


Dalam Misa Kudus, Tuhan  hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Marilah kita  Berdoa.

Tuhan, bukalah pikiran dan hati kami saat menyongsong Rabo Abu.  Kami ingin menggunakan kesempatan Prapaskah ini untuk lebih dekat dengan-Mu. Beri kami rahmat untuk berdoa dengan baik di saat-saat ini. Amin


1. Terkenal: 

Yesus mulai dikenal sebagai rabi penting dan pembuat mukjizat di seluruh wilayah. Orang-orang "bergegas" untuk membawa orang sakit mereka kepada-Nya untuk disembuhkan. Mereka yakin bahwa Yesus memiliki kekuatan yang mereka cari. Mengapa? Sebab reputasi-Nya telah mendahuluinya. 


Banyak yang mengenal saksi mata yang telah disembuhkan atau melihat sendiri mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Dan mereka didorong oleh iman mereka untuk menyongsong kedatangan Mesias yang penuh kuasa. 


Di zaman kita, Yesus tinggal di setiap gereja dan setiap rempat suci di sekitar kita. Dia bahkan mungkin hanya beberapa langkah saja dari tempat tinggal kita. Dia siap menyambut penyerahan diri dan iman kita. 


2. Penyembuhan yang Luas: Orang-orang berbondong-bondong datang kepada Yesus dari desa-desa, dan "di mana pun mereka mendengar Dia." Betapa putus asanya keadaan mereka saat membawa orang sakit dari desa ke desa, berharap bisa melacak dan menemui tabib terkenal itu. 


Sudah tentu banyak yang terhalang oleh medan, pesan yang membingungkan, dan orang banyak yang mengelilingi Yesus.


 Namun tetap saja, mereka bertahan. Ketika mereka melihat Yesus, mereka tidak meminta tanda-tanda yang mencolok. Mereka dengan rendah hati memohon agar bisa menyentuh hanya rumbai jubah-Nya.  Iman mereka memungkinkan Yesus melakukan penyembuhan!


3. Hanya Rumbai: 

Yesus menyembuhkan siapa saja yang menyentuh rumbai jubah-Nya. Bayangkan kekuatan yang berasal dari Yesus dan reaksi orang-orang yang disembuhkan sekaligus! 

Ketika kita merefleksikan kekuatan Tuhan yang maha kuasa atau mengalaminya dalam hidup kita sendiri, jiwa kita secara alami merespons dengan ucapan syukur dan pujian. 


Berdoa. 

Ya Tuhan, kami tahu bahwa iman dapat memindahkan gunung, dan dalam hal ini, iman orang-orang menghasilkan banyak penyembuhan jasmani dan rohani. Tolong kuatkan  iman kami. Kami percaya. Bantulah ketidakpercayaan kami (Markus 9:24). Amin

Sunday, 6 February 2022

Yesus Berkata kepada Simon: "Jangan Takut, Mulai Dari Sekarang Engkau Akan Menjadi Penjala Manusia."

"Bertolaklah ke tempat yang dalam  tebarkanlah jalamu utk menangkap ikan" 


Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.


 Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 


Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.


 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 


Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


Saat kita alami frustrasi, kecewa dan merasa gagal, apakah kita masih mendengarkan nasihat orang lain?   Injil hari ini mau mengajar kita untuk melihat diri, apakah kita juga punya sikap yang sama dengan Simon Petrus? Simon Petrus bersama teman-temannya, sepanjang malam bekerja keras di danau untuk menangkap ikan, tetapi tidak menangkap apa-apa. 


Kita bisa bayangkan kekecewaan dan keletihan mereka. Mereka sudah korbankan tenaga, waktu dan kesabaran sepanjang malam, tetapi tidak mendapat apa-apa. Sekarang, di siang hari,  Yesus Kristus menyuruh Simon untuk tebarkan jalanya ke Danau. Kata Yesus kepadanya: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”  


Walaupun secara logika dan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang Nelayan, hal itu akan sia-sia, namun Simon menurut saja apa yang dikatakan Yesus Kristus. Kata Simon kepada Yesus: “Karena Engkau yang menyuruhnya, maka aku akan menebarkan jala juga.”  


Pertanyaan kita: Apakah Simon mengikuti perintah Yesus dengan tulus? Percayakah Simon bahwa akan terjadi mujizat setelah dia mengikuti perintah Yesus?  Tetapi setelah mereka menebarkan jala, tiba-tiba mereka menangkap begitu banyak ikan.


 Pada saat itu, Simon sangat heran! Jala mereka mulai koyak. Melihat hal itu, Simon Petrus tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku orang berdosa.”  Apa yang mendorong Simon sampai meminta Yesus tinggalkan dia? Dosa apakah yang sudah dibuatnya kepada Yesus?  


Simon sadar akan kesombongannya. Dari pernyataan Simon, kita bisa tahu bahwa tadinya dia mengikuti perintah Yesus tidak dengan tulus hati. Dia tidak pernah berpikir bahwa buah ketaatan yang tulus akan menghasilkan mujizat. Simon sepertinya masih mengagungkan pengetahuan dan pengalamannya sebagai Nelayan professional.


 Dia tidak percaya akan pengetahuan Yesus, sebagai Tukang Kayu, menyuruh Nelayan professional menebarkan jala di siang hari. Sadar akan kesombongannya, Simon jadinya malu sesudah melihat mujizat yang terjadi.   Simon semakin sadar bahwa dia seorang berdosa di hadapan Yesus Kristus. Dia sadar bahwa tadinya dia mengikuti perintah Yesus Kristus tidak dengan sepenuh hati; tidak keluar dari satu kesadaran iman bahwa Yesus adalah Tuhan, yang bisa melakukan mujizat.



Mungkin terkadang kita seperti sikap Simon Petrus, asal ikut tetapi tidak dengan tulus. Sesudah terlanjur baru sadar akan kelemahan kita; Mungkin terkadang juga kita sombong, tidak mau diperitahkan atau dinasihati oleh orang yang berbeda profesi, mungkin kita merasa bahwa kita jauh lebih hebat dari orang yang menasihati kita. 


Sikap yang terbaik adalah rendah hati dan terimalah perintah dan nasihat sesama dengan sepenuh hati. Tidak ada ruginya menjalankan perintah dengan penuh tanggungjawab dan iman yang teguh. 


Kerja dan usaha yang dijalani dengan tekun akan memberi hasil pada waktunya dan  tidak pernah sia-sia. Sepanjang malam Simon dan teman-teman berusaha menangkap ikan, namun tidak mendapatkan. Pada saat yang tepat, datanglah Tuhan untuk memberi berkat dan meminta agar Simon menebarkan jala ke tempat yang lebih dalam. 


Hasilnya luar  biasa. Sungguh menakjubkan!.  Manusia berusaha, Allah menopang dan melengkapinya. Di manapun para murid berada dan melakaanakan tugas mereka, Tuhan Yesus selalu menyertai dan menolong.  Tuhan turut bekerja bersama kita dab pekerjaan kita adalah sarana untuk bersaksi agar banyak orang mengalami kebaikan Tuhan dalam hidup ini. 


Merubah sebuah profesi itu tidak mudah. Simon Petrus yang semula seorang penjala ikan dimintai Yesus menjadi penjala manusia. Itu memerlukan pengorbanan yang total. Pernahkah kita melihat nelayan menangkap ikan menggunakan jala? Apa yang dia lakukan setelah mengangkat jalanya dari air? 


Biasanya memilah ikan-ikan yang didapat. Yang kecil dibuang kembali ke air dan yang besar diambil. Ikan itu bisa untuk dikonsumsi sendiri dan bisa dijual untuk nafkah kehidupan sehari-hari. Intinya adalah untuk kepentingan si penjala.


Yesus memanggil beberapa orang nelayan di danau Genesaret untuk menjadi murid-murid-Nya yang pertama. Dia bukan orang-orang hebat. Dia hanya orang sederhana yang tidak lebih baik daripada kebanyakan orang di lingkungannya. Karena itu, Yesus perlu menegaskan kepada Petrus, "Jangan takut!" (Luk. 5:10). 


Perkataan itu adalah sebuah peneguhan, kabar baik. Petrus diyakinkan bahwa ia dapat menjalankan misi itu dengan baik. Kini, kepada kita dipercayakan sebuah tugas: "Mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Frasa "akan menjala manusia" bisa diartikan "akan menjala hidup-hidup". 


Inilah yang membedakan antara penjala ikan dan penjala manusia. Penjala ikan "mengantar" ikan yang hidup menuju ke kematian. Sedangkan, penjala manusia "mengantar" orang yang tadinya sedang menuju kematian menjadi menuju kehidupan.


Setiap orang yang telah mengenal Kristus punya potensi untuk "menjala manusia". Seberapa banyak kita telah melakukan peran itu?  Menjadi “penjala manusia” merupakan panggilan sekaligus menjadi tugas perutusan bagi Petrus dan para murid lainnya. Pekerjaan mereka yang semula menjala ikan diubah menjadi “menjala manusia” lewat panggilan di pantai danau Genesaret.


 Panggilan inilah yang kemudian menjadi alasan kebersamaan Yesus dan para murid-Nya. Yesus ingin agar melalui kebersamaan dengan-Nya, para murid belajar menjadi “penjala manusia” sebab untuk itulah mereka akan diutus kelak. Dengan kata lain, “menjala manusia” merupakan panggilan perutusan para murid. Persoalannya adalah apa arti “menjala manusia”? 


Apakah sama artinya dengan menjala ikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Simon dan teman-temannya? Tentu tidak. Pastilah berbeda. Menjala ikan itu hanya untuk menangkap ikan demi kelangsungan hidup kita saja. Sementara menjala manusia akan memberikan hidup yang kekal. Menjala ikan hanya untuk membutuhi kehidupan jasmani, tetapi menjala manusia akan memberikan hidup yang kekal. Karena itu, marilah menjala manusia agar mendapatkan hidup yang kekal. 


Renungan Untuk Kita Semua.

Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan, mudah baginya untuk taat kepada Tuhan.  Berbeda dengan orang-orang yang berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah tersinggung dan sulit mengendalikan emosi serta menjadi sering marah.


Perasaan inilah yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor ikanpun diperoleh. Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu Yesus naik ke perahu Simon dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.


 Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi. Pastilah dia sudah paham betul "medan,"nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan.  Belum lagi ia harus mendengarkan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. 


Tak bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Yesus kepadanya, dan katanya "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."


Ketaatan Simon tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Dan ada tertulis:  "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam." Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa.


Pada saat kita melangkah melewati batas kapasitas kita dan mempercayai Allah, pada saat itu ada banyak keajaiban yang kita temukan, bahkan yang tidak dapat kita kerjakan. Jadilah taat dan Tuhan akan membuka pintu kemungkinan dan berkat bagi kita.

Saturday, 5 February 2022

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang. Markus 6:30-34

YESUS Memberi  Makan Lima Ribu Orang.


Pada waktu itu Yesus mengurus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan tugas itu mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 


Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Marilah ke tempat yang sunyi,  kita sendirian, dan beristirahatlah Sejenak!” Memang begitu banyaknya orang yang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. 


Maka pergilah mereka mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat, dan mereka tahu persis. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu dan mereka malah mendahului Yesus. 


Ketika mendarat, Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak, Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka.


Rasa bahagia dan bangga muncul saat kita berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Salah satu yang membahagiakan dalam hidup adalah saat kita bisa menolong dan meringankan beban sesama.  Hidup menjadi indah dan mengalirkan berkah ketika dijalani dengan saling mendukung dan menolong.  


Perasaan itu pula yang tampaknya dialami oleh para murid saat berkumpul dengan Tuhan Yesus setelah mereka pulang dari menjalankan tugas yang dipercayakan kepada mereka. Mereka diajak untuk beristirahat sejenak di tempat yang sunyi agar bisa memulihkan tenaga dan energi. 


 Akan tetapi, ternyata mereka diikuti dan didatangi sedemikian banyak orang yang membutuhkan sapaan dan pertolongan. Tergeraklah hati Tuhan oleh belaskasihan. Dari hati yang penuh kasih mengalir daya dan energi untuk selalu peduli, mengasihi dan  menolong sesama. 


Ketika para rasul selesai melaksanakan tugas perutusan guna mewartakan Injil, mereka kembali dan memberikan laporan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka selalu berusaha melakukan kehendak Allah dalam menjalankan tugas perutusan yang mereka terima dari Tuhan. Mereka tidak punya alasan untuk memegahkan diri. 


Mereka mewartakan karya dan ajaran yang mereka terima dan dengarkan dari Yesus. "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil" (1Kor 9:16). 


Kemudian Yesus mengajak para rasul dengan berkata: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika" (Mrk.6:31). Apabila kita merenungkan ajakan Yesus itu, kita akan mengalami bahwa "kesunyian" merupakan anugerah dan menjadi saat istimewa yang Tuhan sediakan bagi kita. 


Saat itu menjadi anugerah karena di dalam kesunyian itulah kita dapat menciptakan "hening batin" dan mengalami kehadiran Tuhan yang mengarahkan kita untuk dapat melihat kembali dan merefleksikan serta memberi arti atas segala sesuatu yang telah kita kerjakan; dapat melihat dengan lebih jelas fokus arah perjalanan hidup kita.


sebagai murid-murid Kristus serta menemukan kembali kekuatan rohani untuk mencapainya; dapat memposisikan kebutuhan hidup yang mendasar untuk menjadi selaras dengan rencana Allah, yaitu memohon hikmat dan pengertian agar dapat melihat rencana Allah dan melaksanakan apa yang dipercayakan Allah bagi kita.


Dalam Injil kita mendengar bahwa para murid kembali lagi berkumpul bersama Yesus setelah menunaikan tugas pewartaan Injil. Yesus kemudian mengajak mereka beristirahat sejenak. Akan tetapi, rencana mereka itu diketahui oleh banyak orang. Akibatnya, rencana tersebut batal. 


Yesus lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan orang banyak yang memerlukan kehadiran dan sentuhan kasih-Nya. Dan kemudian melayani mereka serta menyembuhkan aneka penyakit yang diderita oleh mereka.


Hal menarik dari bacaan Injil  adalah Yesus rela meninggalkan kepentingan diri sendiri dan mengalihkan perhatian kepada kepentingan orang banyak yang datang kepada-Nya. 


Yesus mengajak para murid-Ntulus dan rela berkorban dengan sepenuh hati, tulus dan ikhlas. Kita pun diajak oleh Yesus untuk berbuat yang sama demi kebaikan sesama kita, terutama mereka yang menderita dan membutuhkan uluran tangan kita. 


APAKAH KITA BERSEDIA? Semoga kita berani dan rela berkorban demi kebaikan dan kebahagiaan sesama kita agar kita pun mengalami kebahagiaan yang sama.


Pernahkah anda meluangkan waktu untuk hening batin dan merasakan kehadiran Tuhan. Untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan tentunya kita harus memiliki hati yang terbuka agar Tuhan dapat dengan leluasa berkarya di dalam hati kita. 


Dengan demikian kita akan fokus pada arah perjalanan hidup kita sebagai orang beriman dan sekaligus sebagai pengikut Kristus, menjadi gembala umat yang baik bagi sesama dengan penuh kasih. 


Mengimani Kristus berarti menjadi pengikut-Nya yang mempersatukan dan membawa kedamaian. Keselamatan manusia ialah menyatunya manusia dengan Allah dan Kristus.


 Terlebih, apabila kita mau mendengarkan firman Allah, akan berbuah banyak bukan hanya untuk kehidupan kita di dunia ini saja tetapi terutama juga untuk hidup abadi. 


Sebagaimana kita pahami, bahwa Kristus adalah Sang Sabda. Manusia hidup bukan hanya dari roti saja tetapi terutama justru dari sabda Allah, karena tujuan hidup manusia adalah hidup abadi. Dengan melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak Kristus, maka manusia membangun dirinya sebagai manusia yang layak diangkat menjadi anak Allah. 


Sebagai gembala, setiap kali melihat umat-Nya berbondong-bondong mendatang Dia, Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. Apa yang dilakukan Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda. 


Selama segala sesuatu, apa pun itu, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, yang menyembuhkan atau yang menyakitkan, yang membahayakan atau yang memberi harapan, apabila kita pandang dalam hubungannya dengan Kristus, Sang Sabda, maka semuanya itu merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua.


Bagaimana agar kita dapat memiliki kepekaan akan tanda-tanda Sabda Tuhan? Salah satu yang penting bagi kita orang beriman Kristiani ialah bertekun untuk membaca Kitab Suci, sebab Kitab Suci memuat Sabda Tuhan sekalipun menggunakan bahasa manusia yang tidak lain daripada tanda. 


Apabila kita perhatikan apa yang tertulis dalam Kitab Suci terutama Perjanjian Lama, banyak tulisan yang tampaknya mengenai hal-hal yang biasa terjadi pada manusia tetapi kemudian ditunjukkan kehendak Tuhan dalam peristiwa itu atau bahkan juga perbuatan yang menyebabkan sesuatu terjadi itu memang diperintahkan atau direncanakan oleh Tuhan. 


Maka mampu menangkap peristiwa yang kita alami atau menyaksikan peristiwa yang dialami orang lain sebagai tanda cinta Kristus itu bukan hanya berarti akan mampu mengatasi persoalan-persoalan dalam hidup dan kehidupan kita, tetapi juga akan membahagiakan karena kita merasakan kehadiran Tuhan. Biasanya orang melihat tanda cinta hanya yang menyenangkan saja, padahal tanda cinta dapat berubah-ubah. 


Apabila kita mampu menangkap dari peristiwa apapun sebagai tanda cinta Allah, maka orang akan merasa tenang dan damai yang akhirnya akan membawanya kepada penghayatan makna hidup ini yang sungguh membahagiakan. 


Kuncinya ada pada hati yang positif, hati yang tidak menyimpan segala sesuatu yang sifatnya negatif, hati yang kita jaga kebersihannya, hati yang kita jadikan sebagai kediaman Allah, dan hati yang kita jadikan sebagai panduan hidup kita. Suara hati, kata hati, adalah merupakan suara Allah yang setia mendampingi kita dengan rahmat dan cinta-Nya. 


Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.


Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 


Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.


Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.  


Ya Tuhan, tolong kami untuk bisa melihat realitas dalam kehidupan kami.  Juga dapat melihat dunia di sekitar kami.  Kami ingin melihat diri kami seperti Engkau sendiri telah melihatnya.   Biarkan kami mengalami Engkau sebagai gembala kami. Amin


1. Diutus dan melaporkan pengutusan.  

Yesus telah mengutus para murid untuk suatu misi. Dan para murid menceritakan dan membagikan pengalaman mereka dengan Kristus. Apa saja yang diceritakan? Tantangan yang mereka hadapi, mukjizat yang mereka alami, kegembiraan di tengah melayani, dan perubahan yang di dalam diri mereka sendiri. 


Seperti para murid, kita perlu mencermati dan merangkum pengalaman harian kita setiap malam saat kita berbagi kegembiraan dan pergumulan kita dalam doa malam kita.  Dengan demikian kita bisa menemukan setiap tanda-tanda penyertaan-Nya di sepanjang hari itu. 


Suatu saat kita mungkin akan berterima kasih atas mukjizat yang kita saksikan; Di hari yang lain, ketika kita merasakan salib yang pedih, kita berterima kasih kepada Yesus atas penderitaan yang Dia izinkan terjadi dalam hidup kita. 


Kita selalu belajar mengungkapkan rasa syukur atas kehadiran-Nya seraya menyadari bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah milik-Nya, dan kelemahan serta cedera yang terjadi semata adalah milik kita.


2. Datang dan Istirahat.

Yesus pasti sangat senang saat mendengar cerita dari para murid tentang kegiatan misi mereka tetapi Dia juga tahu pentingnya istirahat. Dia mengundang mereka untuk “pergi dan beristirahat” dengan-Nya. 


Yesus terkadang meminta kita untuk berhenti juga, untuk mengisi ulang baterai spiritual dan emosional kita. Peristirahatan kita mungkin berhenti di saat teduh kita untuk merasakan keheningan yang damai. 


Ada "waktu istirahat" dari komputer dan telepon untuk membaca buku yang bagus, atau untuk jalan-jalan di alam, atau istirahat dengan mata tertutup. Dia meminta kita untuk melakukan semua hal ini "dengan Dia".


3. Hati-Nya Digerakkan oleh Belas Kasihan.

Bayangkan betapa besar kepedulian, kelembutan, dan belas kasih di mata Kristus. Di saat Dia memandang orang banyak yang sangat membutuhkan pengajaran. 


Banyak yang harus Yesus kerjakan untuk orang banyak itu.  Dan sudah tentu hal itu mengecewakannya para murid. Mereka tidak akan ada waktu istirahat untuk saat. 


Namun Tuhan tahu apa yang kita butuhkan setiap saat. Tidak masalah apakah kita secara aktif terlibat dalam kehidupan atau sedang istirahat.  Selama kita berusaha untuk memahami kehendak Tuhan dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya kita masih tergolong murid yang baik.


Berdoa: 

Ya Yesus, terima kasih atas pengalaman cinta dan kelembutan-Mu terhadap kami. Terima kasih telah mendengarkan kami, menerima kami setiap kali kami datang kepada-Mu.  Dan Engkau juga memahami kami sehingga Engkau juga mengundang kami untuk beristirahat di dalam-Mu.


 Beri kami kekuatan untuk terus mencintai dan melayani. Kami hanya ingin menatap mata-Mu.  Dan dari sana kami belajar melihat orang-orang dan kenyataan di sekitar kami seperti yang Engkau lakukan. Buka mata dan hati kami. Terima kasih, Tuhan, atas kasih penggembalaan-Mu.

Thursday, 3 February 2022

Yesus mengutus kedua belas rasul (Markus 6: 7-13 )

Yesus  Mengutus Dua belas  Rasul.


Yesus mengutus kedua belas murid-Nya untuk memberitakan Injil. Mereka diutus tidak jalan sendiri-sendiri melainkan harus dilakukan secara berdua-dua. Itu berarti dalam bentuk komunitas. 


Tiga tugas pokok yang harus mereka kerjakan adalah:  pertama, memaklumkan Kabar Gembira berupa Kerajaan Allah sudah datang dan hadir di tengah kita; untuk itu, mereka mengajak jemaat untuk bertobat dan memperbaharui kehidupan mereka; kedua, membebaskan mereka dari cengkeraman dan pengaruh roh jahat (setan); ketiga, mengurapi orang-orang yang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. 


Untuk melaksanakan tugas itu, Yesus telah memberikan bekal yang cukup berupa pendidikan dan pegajaran langsung selama mereka hidup bersama-Nya. Dan secara khusus “Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat”; “dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit”. 


Di samping itu Ia juga berpesan kepada mereka “supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju!”. 


Maksud Yesus adalah agar mereka fokus pada tugas-tugas itu dan tidak direpotkan dengan hal-hal sepele. Hal yang sangat penting adalah mereka harus tetap percaya, setia dan hanya mengandalkan Dia.


Dengan pembaptisan berarti kita ikut ambil bagian dalam misi penyelamatan Yesus. Itu berarti kita semua juga terikat pada misi perutusan yang diemban para murid-Nya. Dan medan tugas perutusan kita adalah dalam keluarga, kehidupan menggereja, tempat kerja, sekolah, kampus atau di mana pun aktivitas kita lakukan sesuai dengan talenta kita masing-masing. 


Sesuai dengan pesan Yesus, semangat yang kita kobarkan adalah hidup sederhana, jujur dan setia. Kesederhanaan diwujudkan dalam penampilan, tidak “pamer diri”, pamer kekuasaan atau kekayaan, melainkan dengan rendah hati dan sikap pasrah kepada Tuhan. 


Sebab, Dia-lah satu-satunya Andalan kita!  Semangat kesederhanaan ini sangat urgen dan relevan untuk kehidupan zaman sekarang. Sebab, materialisme dan hedonisme serta kecenderungan untuk “menafikan” peran Tuhan mulai menjangkiti sementara generasi baru kita. Mereka lebih cenderung “mendewakan” teknologi dari pada menyembah Allah sebagai Tuhan mereka.


Panggilan dan perutusan yang diberikan Yesus kepada para murid-Nya tidak berhenti pada peristiwa masa lalu ketika murid pertama diutus. Panggilan dan perutusan tetap berlaku untuk setiap orang beriman Kristiani, terlebih mereka yang persembahan dirinya secara khusus dalam panggilan ini (Imam, Biarawan dan Biarawati). 


Berkat pembaptisan, setiap kita tidak hanya dikuduskan melainkan dipilih dan diutus mengobarkan budaya kebenaran dalam semangat kenabian untuk mewujudkan kekudusan hidup dalam semangat imamat dan membangun persekutuan sebagai citra Allah dalam semangat rajawi.


Tuntutan zaman ini membutuhkan para murid Yesus yang setia pada Sabda Allah yang terwujud dalam hidup yang konkret. Umat membutuhkan seseorang yang bisa diteladani, dicontoh dan bukan hanya yang pandai dan pintar. Ketika dunia berlomba-lomba untuk menumpuk kekayaan, tentunya para Imam dan religius memberikan teladan bagaimana harta benda digunakan untuk berbagai perbuatan kasih dan menolong.


Ketika orang berlomba-lomba mencari hidup yang hedonis dan nyaman, para murid Yesus harus berani menjadi pribadi yang siap berjerih payah. Ugahari akan makanan, pakaian, uang dan fasilitas, kiranya merupakan cara terbaik untuk mengobarkan kembali daya kekuatan Roh yang telah diterimakan dalam tahbisan maupun kaulnya.


Ketika kita dengan tulus dan gembira melayani perutusan-Nya, Tuhan akan menambahkan apa yang kita butuhkan. Kalau kita mencari kesibukan hanya untuk memenuhi keinginan ego kita, rahmat Tuhan akan semakin jauh dari diri dan perutusan kita.


Oleh karena itu, kehadiran kita dalam keluarga, lingkungan kehidupan Gereja maupun masyarakat luas, harus dapat menjadi teladan baik sebagai perwujudan saksi iman, harapan dan kasih Tuhan, saksi damai dan sukacita serta semangat pembaharuan diri melalui pertobatan. Misi perutusan ini sangat penting, melebihi segala bentuk kekayaan lahiriah yang kita miliki. 


Ya Tuhan, aku bersyukur atas panggilan-Mu kepadaku untuk menjadi saksi-Mu pada zaman sekarang. Mampukanlah aku agar aku bisa memenuhi harapan-Mu dan bimbinglah terus aku yang rapuh ini, karena hanya Engkau-lah Andalanku. 



Sabda Tuhan hari ini mengingatkan kita, bahwa kedatangan Kristus ke dunia ini adalah untuk meluruskan dan mengembalikan manusia ke jalan yang benar menuju hidup sejati. Karena kesesatan, kesewenangan manusia yang tidak lagi menghargai kebaikan, kebenaran, dan tidak mau mendengarkan nasihat atau peringatan yang baik.


Kristus adalah Terang yang datang untuk menjadi petunjuk jalan agar manusia hidup dan selamat. Ajakan Kristus untuk bertobat karena Kerajaan Sorga sudah dekat diungkapkan Kristus dengan mengutus dua belas orang untuk memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa atas roh-roh jahat.


Kita ini adalah rasul pada masa sekarang ini. Yesus memilih dan menetapkan kita sebagai rasul adalah untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil yang adalah Kabar Gembira Kerajaan Allah yang menghadirkan kehidupan dan memelihara kehidupan sesama di mana pun kita berada.


 Tugas perutusan bagi kita sebagaimana kita baca dalam bacaan Injil  mengingatkan dan meneguhkan kita untuk mewartakan Injil dalam terang perutusan kemuridan. Kita yakin bahwa menjadi pengikut Kristus adalah suatu panggilan. 


Yesus tentu mempunyai rencana tertentu dengan memanggil kita. Rencana itu mungkin belum jelas bagi kita, namun tentu berkaitan dengan karya keselamatan-Nya. Kita pun dipanggil untuk diutus dan menghasilkan buah.


Panggilan sebagai murid bagi kita adalah sebuah keistimewaan, tetapi sekaligus juga adalah sebuah tantangan. Secara halus Tuhan mengingatkan kita akan tugas perutusan yang selalu kita amini menjelang akhir perayaan Ekaristi. 


Konsekuen dan konsistensi kita, itulah yang Tuhan harapkan dari kita. Kalau kita mau untuk sejenak dalam keheningan merenungkan dalam hati, betapa Allah mencintai dan mendandani kita dengan kebaikan-Nya, kesehatan, kepandaian, dan hidup kita yang kesemuanya adalah hadiah serta bukti cinta Allah bagi kita.


 Begitu sulitkah bagi kita untuk berbagi waktu, hidup, bakat, dan talenta yang ada pada kita cuma-cuma dengan melaksanakan tugas perutusan yang telah Allah berikan kepada kita?. Mengapa hanya sedikit saja dari kita yang mau berjuang dengan menjadi orang baik, bijaksana dan menjadi penghibur bagi sesama kita?. 


Menjadi orang baik, bijaksana, penuh Roh Kudus dan iman hendaknya menjadi sesuatu yang hidup pula di dalam diri kita.


Sekali peristiwa, Yesus memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. 


Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka."


 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.


Injil Lukas 6 : 7-13 "Sekali peristiwa, Yesus memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.


Pewartaan bukan hanya tugas para imam tertahbis. Setiap kita yang sudah dibaptis dalam Yesus Kristus juga mempunyai panggilan dan perutusan yang sama yakni pergi mewartakan Injil Kerajaan Allah. Itulah yang disebut sebagai panggilan kenabian. Menjadi Nabi yang mewaratakan kebenaran Sabda Allah dan memberikan kesaksian hidup atas kasih Allah.


Memang tidak mudah menjadi pewarta Sabda. Ada penerimaan lalu kita akan berbahagia dan pasti ada juga penolakan yang bisa membuat kita lemah, jengkel dan tak berdaya. 


Tapi yakinlah, Tuhan yang mengutus kita dan pasti kita bisa. Tuhan mengutus kita dengan membekali diri kita kemampuan dan daya kekuatan Roh Kudus yang memampukan kita untuk berani maju mewartakan Sabda Allah.


Mengapa kita harus merasul? Itu 'kan tugasnya para pastor, bruder, dan suster. Kita ini sudah hidup susah, kerjaan tak menentu, masih disuruh merasul lagi. Mending kalau ada honor, ini sarana saja tidak disediakan, siapa mau? Yah merasul dianggap tugasnya kaum berjubah saja.


Yesus mengutus kedua belas murid-Nya pergi berdua-dua dengan pesan: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan". Yesus ingin agar mereka sepenuhnya mengandalkan Allah.


Mereka hanya boleh membawa yang minimal, tongkat dan alas kaki, untuk bergerak cepat. Mereka boleh menerima uluran tangan dari orang yang menawarkan tumpangan, tetapi tak boleh pilih-pilih tumpangan yang enak. Jika ditolak pun mereka harus menerima dengan lapang dada, lalu pergi dan kebaskan debu sebagai peringatan.


Pengebasan debu adalah kebiasaan orang-orang Yahudi yang terpaksa harus melewati daerah orang-orang kafir. Dengan pengebasan itu mereka membuang segala kotoran dari daerah itu yang menajiskan dan mendatangkan hukuman Allah.


Maka sehubungan dengan pengutusan para murid, pengebasan debu merujuk pada peringatan agar orang merenungkan sikapnya dalam menanggapi pemberitaan Injil. Menolak pemberitaan itu berarti menolak tawaran penyelamatan Allah. Untuk itulah Yesus mengutus para murid pergi berdua-dua.


Berdua-dua penting demi terjaminnya kebenaran sebuah kesaksian (bdk Ul 17:6; Bil 35:50). Berdua-dua dapat meringankan beban pekerjaan dan derita kegagalan. Berdua-dua menjauhkan diri dari kesombongan pribadi atas kesuksesan. Warta yang sama dari dua orang pun lebih meyakinkan.


Yesus mengutus para murid pergi merasul berdua-dua, dan tidak melakukannya seorang diri saja. Karena itu, mari kita bekerja sama, baik yang berjubah maupun yang tidak berjubah dalam memberitakan Injil.


Merasul bukan hanya pekerjaan kaum berjubah saja, melainkan menjadi pekerjaan semua murid Kristus dengan lebih mengandalkan bantuan Allah daripada kemampuan sendiri dan kelengkapan sarana.


  •  Renungan   Doa   Buat  Kita.

Allah Bapa kami kekuatan para kudus, Santo Paulus Miki dan teman-temannya Kaupanggil melalui salib kepada kehidupan. Dengarkanlah doa permohonan mereka, agar iman yang kami akui dan kami hayati, juga kami pegang teguh sampai mati.


Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin


  • KARUNIA BERBEDA-BEDA, TETAPI SATU IMAN


1 Korintus 12:3

Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata–kata oleh Roh Allah, dapat berkata-kata “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan” selain oleh Roh Kudus.


Di ayat sebelumnya (Ayat 2), Paulus membedakan keadaan jemaat di Korintus, pada waktu mereka belum mengenal Allah dengan keadaan sesudah mereka di dalam Kristus. 


Dahulu mereka masih menyembah berhala–berhala, yang bisu dan tidak bergerak. Tetapi sekarang, setelah mendengarkan pemberitaan Injil Yesus melalui rasul-Nya dan tuntutan Roh Kudus, mereka hanya menyembah Allah yang benar.


Karena jemaat di Korintus ini masih sangat baru dan muda, maka dalam ayat bacaan kita hari ini Paulus memberikan mereka sebuah pedoman agar mereka tahu tentang sifat orang yang sudah dipenuhi Roh Kudus. Jika seseorang sudah dipenuhi Roh Kudus, pasti dia sudah memiliki hubungan erat dengan Allah.


 Maka jika seseorang menghina Tuhan Yesus atau mengurangi keilahian-Nya dengan berkata: “Terkutuklah Yesus!” pasti perkataan ini tidak diilhami oleh Roh Kudus. Sebaliknya, setiap perkataan yang menyatakan: “Yesus adalah Tuhan”, tentu ia diilhami oleh Roh Kudus.  


Paulus sengaja tidak memakai nama Yesus Kristus melainkan Yesus saja, untuk menunjukkan bahwa Yesus itu sungguh-sungguh 100% manusia dan sungguh-sungguh 100% Tuhan.


Memang pada saat itu orang-orang Yahudi menganggap bahwa orang-orang yang terkutuk adalah orang-orang yang disalibkan. Tetapi Yesus mau disalibkan justru untuk memikul kutukan akibat dosa terhadap manusia sehingga dengan salib-Nya Yesus menebus dan menyelamatkan manusia. 


Itulah yang harus kita pahami dengan jelas. Sehingga walaupun kita memiliki karunia yang berbeda-beda, kita tetap satu Roh yang mengakui Yesus adalah Tuhan yang mengasihi kita. Oleh sebab itu melalui keragaman talenta yang kita miliki, marilah dalam satu iman kita memuliakan Tuhan kita. 


Doa : 

Tuhan, terima kasih atas karunia-karunia yang Engkau berikan kepada kami masing-masing. Tolong ajarkan kami untuk saling mengasihi di dalam satu iman kepada-Mu. 


Wednesday, 2 February 2022

PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI BAIT ALLAH /Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf. Lukas 2:22-40


"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."


Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Yosef dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Pada satu sisi mereka memenuhi hukum Taurat di mana semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah. 


Maka, selain menguduskan Yesus, Yosef dan Maria juga membawa kurban persembahan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Pada sisi yang lain, sebenarnya Yesus datang untuk menemui umat yang percaya kepada-Nya. Dialah Al-Masih yang dinanti-nantikan. 


Oleh Roh Kudus, Ia dinyatakan sebagai kemuliaan bagi umat Allah dan cahaya para bangsa. Tuhan datang berseri mulia menerangi mata para abdi-Nya. Simeon yang diperkenankan menggendong Al-Masih adalah lambang umat manusia yang merindukan Sang Penyelamat.


Kata Simeon : "Sekarang Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

 

Kini Kristus telah datang di tengah-tengah kita. Ia senantiasa menerangi jalan bagi keselamatan kita. Tidak ada keraguan lagi bagi kita untuk menyandarkan diri kepada-Nya. 


Mari kita menjumpai Dia, mengelu-elukan Dia sebagai Penyelamat Dunia, dan memuji-Nya bersama para malaikat dan orang-orang kudus.


Lukas 2:22-40  Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",  


untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.


Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.


kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.


Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat. Ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 


"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,  sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,  yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa.


yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."  Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. 


Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri  supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." 


Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya.


sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.


Pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.


setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya. 



Yesus, bantu kami untuk menemukan-Mu dalam firman-Mu, seperti Simeon dan Hana bertemu dengan-Mu di bait suci. Penuhi kami dengan energi dan kuasa-Mu untuk melayani dan memuliakan-Mu seperti yang mereka lakukan.


1. Pertemuan bangsa Israel dengan Yesus: 

Yusuf dan Maria dengan membawa bayi Yesus datang ke bait suci dalam semangat pengurbanan dan ketaatan. Mereka tiba di bait suci untuk mempersembahkan kurban mereka, sesuai dengan kemampuan mereka.   


Mereka juga menyerahkan putra sulung mereka untuk dikuduskan Allah.  Cerita ini terekam dalam benak Lukas. Bahwa tepat empat puluh hari setelah kelahiran Yesus, Maria dan Yusuf bersiap untuk menyerahkan bayi Yesus  kepada Allah (Lukas 2:22). 


Dengan menyandingkan antara tindakan sederhana dan rendah hati dari kedua orang tua Yesus dan kehadiran Simeon dan Hana di bait suci itu Penginjil Lukas tampaknya ingin menekankan bahwa bait suci itu sendiri sedang menunggu kedatangan Anak itu. Inilah saat ketika Allah menyatakan Kristus, Imam Besar yang sejati (Ibrani 9:11) ke bait suci. 


Ini adalah saat perjumpaan pertama bangda Israel dengan Kristus. Simeon dan Hana mewakili Israel: kedua adiyuswa  Yahudi yang setia ini telah menunggu seumur hidup mereka untuk melihat anak ini yang tiba-tiba dibawa ke hadapan mereka di bait suci. 


Bangsa  Israel telah menunggu dalam sukacita menanti kedatangan Kristus selama ratusan tahun. Seperti yang dinubuatkan Yesaya, bayi Emmanuel (Yesaya 17:14) juga adalah Raja Israel yang benar (lih. Yesaya 9:1-7). 


Seperti nubuat yang telah dijanjikan: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam. ” (Maleakhi 3:1). 


2. Pertemuan Simeon:

Tuhan menjanjikan kepada Simeon yang saleh karunia penglihatan: untuk melihat Allah dengan matanya sendiri. Inilah karunia indah yang  akan kita semua alami ketika kita melihat Allah berhadap-hadapan di Surga. Simeon ingin melihat dengan matanya sendiri cahaya yang akan menyinari semua bangsa. 


Dia merindukan Allah untuk datang, membawa belas kasih, keadilan, dan kebenaran-Nya ke dalam dunia. Seperti Ayub, ia rindu melihat Kristus berinkarnasi di bumi: “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.


 Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu. ” (Ayub 19:25-27). 


Simeon menerima berkat memeluk Allah! Simeon juga bertemu Maria dan menawarkan jenis Kabar Sukacita "kedua". Melalui karunia penglihatan rohani dari Allah, ia mengumumkan misi sejati Yesus di kayu salib dan bahwa Maria akan memiliki bagiannya sendiri dalam penderitaan salib. Kita yang adalah murid-murid Kristus juga akan mengambil bagian dalam penderitaan penebusan-Nya.


3. Pertemuan Hana:

Hana adalah seorang wanita yang menginspirasi  kebajikan heroik. Dia dikenal sebagai seorang nabiah, yang berarti dia juga diberkati dengan penglihatan spiritual. Lukas menyebutkan bahwa dia dari suku  Asyer. 


Dia telah menikah dan menjanda, kemudian menghabiskan hidupnya melayani Allah di bait suci, terus-menerus beribadah, berdoa, berpuasa, dan menanti Mesias. Ketika dia melihat Yesus, dia tahu bahwa itu adalah waktu kunjungan Allah. Dia tidak seperti banyak orang Israel, yang “tidak mengenal waktu kedatangan Allah” (Lukas 19:44). 


Ketika dia bertemu Yesus, dia segera mengambil peran kenabiannya: "Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem." (Lukas 2:38). 


Apakah kita memiliki keyakinan seperti Hana yang penuh harapan kepada Allah? Bagaimana kita bertemu Kristus dalam doa dan pelayanan dan kemudian membiarkan orang lain bertemu Kristus melalui kita?


Luk 2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,


Luk 2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",


Luk 2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.


Luk 2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,


Luk 2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.


Luk 2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,


Luk 2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:


Luk 2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,


Luk 2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,


Luk 2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,


Luk 2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."


Luk 2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.


Luk 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan


Luk 2:35 ?dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri?,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."


Luk 2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,


Luk 2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.


Luk 2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.


Luk 2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.


Luk 2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.


  • Renungan Untuk Kita Sebagai Orang Tua.

Peran orangtua sangatlah penting dalam pendidikan anak. Model pendidikan yang terbaik adalah lewat cara hidup orangtua. Dalam mana, orangtua melakukan dan menghidupi cara hidup yang positif, dan anak-anak melihat, belajar, dan kelak mengikuti cara hidup yang sama. 


Hari ini kita merayakan Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Dalam bacaan injil hari ini, kita bisa merenungkan salah satu aspek dari peran Yosef dan Maria sebagai orangtua Yesus. Mereka mempersembahkan Tuhan Yesus di bait Allah sebagai cara mereka mentaati aturan agama dan tradisi setempat.


 Lebih jauh, ini merupakan cara mereka untuk mengajari anak mereka, Yesus tentang cara hidup beragama. Selain itu, ini juga menegaskan tentang status Tuhan Yesus sebagai Putera Allah dan Penyelamat yang merupakan persembahan Allah untuk dunia dan kelak mempersembahkan Diri-Nya demi pembebasan umat manusia dari belenggu dosa. 


  • Marilah kita  Berdoa:

 Yesus, kami kagum pada kedatangan-Mu kepada kami dalam sejarah, seperti dalam perikop Injil ini. Kami heran Engkau berkenan datang kepada kami untuk menyelamatkan kami.  


Kami kagum akan belas kasih-Mu yang besar.  Itu semua menginspirasi dan memimpin hidup kami sama seperti  Roh Kudus-Mu telah memimpin Simeon dan Hana. Penuhi kami dengan semangat dan ketekunan untuk membangun Kerajaan Surga-Mu, dan bersiaplah untuk kedatangan-Mu.  Amin 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...