Friday, 21 January 2022

Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Kemudian Yesus Bertanya kepada mereka, "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? Markus, 3:1-6

Yesus  Menyembuhkan Orang pada Hari  Sabat.


Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu, "Mari, berdirilah di tengah!"


Kemudian kata-Nya kepada mereka, "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Yesus jengkel karena kedegilan mereka! Dengan marah Ia memandang sekeliling, lalu berkata kepada orang tadi, "Ulurkanlah tanganmu!" Ia pun mengulurkan tangannya, maka sembuhlah seketika. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.


Sikap ingin mencari tau dan ikut campur urusan orang yang berlebihan atau istilah zaman sekarang kita sebut sikap kepo akan membawa kita pada tindakan memata-matai setiap kegiatan orang lain.


Kita akan menjadi "mata-mata" yang memantau apa yang akan dilakukan orang. apakah yang dilakukan itu adalah sebuah kebaikan atauka sebuah pelanggaran terhadap aturan bersama


Dengan menjadi "mata-mata" maka akan membuat kita untuk selalu fokus pada kesalahan orang, sebab setiap kebaikan itu adalah kesalahan bagi kita


Seperti biasanya orang-orang farisi hadir sebagai "mata-mata" yang mengamati Yesus, kalau-kalau dia melakukan suatu penyembuhan pada hari sabat.  Dan inilah letak kesalahan orang-orang farisi


Mereka tidak sadar bahwa dengan menjadi "mata-mata" yang mengamat-amati, maka mereka telah mendukakan kebaikan. Kebaikan itu harus bisa lepas bebas dari egoisme diri sendri.. sebuah kebaikan tidak bisa tersalurkan apabila kepentingan diri apalagi aturan Masih lebih dia.


Yesus, yang oleh adat istiadatnya, dilarang untuk menyembuhkan orang pada hari Sabat, namun karena untuk kehidupan seseorang yang sedang menderita sakit dan juga demi kemanusiaan, maka Yesus berani melanggar aturan dari adat istiadatnya meskipun harus ditentang oleh orang Yahudi dan Farisi.


Dalam keadaan yang serba tidak mudah itu, Yesus tetap berani mengambil keputusan: "Ulurkanlah tanganmu". Itu berarti suatu ajakan dan pilihan. Orang bisa saja diminta mengulurkan, tetapi malah kembali ke tempat duduk, atau malah keluar Bait Allah, karena takut pada orang yang mengamat-amati. 


Keselamatan selalu ditawarkan oleh Yesus. Kita sendiri mau menanggapi secara positif atau tidak. Kalau kita tidak mau lagi terbelenggu oleh jasmani kita, maka kita akan terus menerus berusaha agar rohani kita yang berperan. Kalau rohani kita sudah mulai berperan maka kita akan dapat menanggapi keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus.


Dengan kita mau menjawab atau menanggapi keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus, maka kita akan mengalami keselamatan dan sukacita. Dengan iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu, maka kasih, kebenaran, dan kemurnian yang menjadi sifat-sifat yang mengalir dari kehadiran Kristus akan menguasai dan mewarnai seluruh hati, pikiran, dan hidup kita.


 Kisah Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat adalah salah satu isu konflik dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dan menyebabkan ketegangan yang serius antara diri-Nya dengan para petinggi agama Yahudi.


Tetapi Yesus mengajarkan satu pelajaran penting, yakni hukum itu baik, dalam hal ini hukum Sabat. Namun hukum tidak boleh mengobok-obok pelayanan karitatif atau pelayanan kasih, artinya melakukan perbuatan baik kepada sesama. Terkadang Yesus dipandang melakukan tindakan melawan hukum Sabat dan menantang ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus tetap memilih hukum cinta kasih dalam pelayanan-Nya.


Apa yang salah di mata mereka adalah kebenaran di mata Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka soal apa yang diperbolehkan di hari Sabat, menyembuhkan atau membunuh?


Kita pun cendrung bertindak serupa para ahli Taurat dan kaum Farisi. Kukuh mempertahankan nilai-nilai dan mengabaikan sesama yang membutuhkan pertolongan. Maka mari, kita jernihkan hati dan pikiran. Biarkanlah segala kebaikan dan kebenaran menguasai hati dan pikiran kita. Dengannya kita akan semakin dituntun menjadi orang-orang yang baik. 


Sebuah syair bahasa mengatakan: Yang besar tidak selalu kuat, yang kecil tidak selalu lemah. Yang kuat tidak selalu menang, yang lemah tidak selalu kalah. Kemenangan dan kekalahan bersumber pada kebenaran dan keadilan yang berasal dari Allah. Yang menghina tidak selalu besar, kuat, dan menang, yang dihina tidak selalu kecil, lemah, dan kalah.


Itulah kalimat yang bisa menggambarkan kemenangan Daud atas Goliath yang dinarasikan dalam bacaan pertama hari ini. Selanjutnya, kemenangan Daud ini bukan untuk menyombongkan diri, melainkan untuk sadar bahwa kuasa Allah tak ada bandingannya. Jika Allah di pihak kita, maka sebesar dan sekuat apa pun musuh pasti kalah. Namun kita ingat, Allah akan ada di pihak kita, jika kita menginginkan yang benar, baik, dan indah. Dengan prinsip itu, kita ingin bersatu dengan semua orang yang bertujuan sama, yaitu menyelamatkan sebanyak mungkin manusia.


orang orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengamat-amati Yesus kalau kalau Ia menyembuhkan orang sakit yang mati sebelah tangan itu pada hari sabat. Karena adat istiadat Yahudi  tidak diperbolehkan melakukan sesuatu pekerjaan apapun termasuk menyembuhkan orang sakit. Mereka ingin mencari kesalahan Yesus supaya Ia ditangkap dan dibunuh karena dituduh melanggar hukum Taurat. 


Tetapi Yesus menembus batas aturan hukum tersebut karena Ia seorang yang benar dan sumber kebenaran. Yesus berkata kepada mereka:  “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” (Mrk.3:4)Tetapi mereka itu diam saja tak bisa menjawab sama sekali apa yang dipertanyakan oleh Yesus tersebut. Sebab sesungguhnya nyawa orang jauh lebih penting dari hukum sabat pada zaman itu.


Yesus  menghadapi orang-orang Farisi yang terbelenggu oleh struktur agama yang salah dan sakit secara rohani. Penyakit fisik dan struktur sosial, politik, religius, dan kultural menjadi monster atau "Goliath" yang mematikan. Yesus yang tampaknya kecil dan lemah, akhirnya bisa mengalahkan monster yang menakutkan ini. 


Pembebasan manusia dari rasa takut dalam bentuk apa pun dan kebodohan yang menimbulkan alienasi adalah visi dan misi utama agama. Itulah pesan bacaan suci hari ini melalui tokoh Daud dan Yesus. Daud seorang yang tidak diperhitungkan bisa menjadi raja. Kenapa? Karena ia disertai oleh kuasa Tuhan. 


Demikian juga Yesus yang dianggap oleh orang orang Farisi dan ahli-ahli Taurat hanya anak seorang tukang kayu mampu menembus batas-batas aturan ketat yang dibuat oleh manusia. Marilah kita berani karena benar, sebab nyawa manusia jauh lebih berharga dari  hukum itu sendiri.


“Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuhnya?”


Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat merupakan peristiwa yang cukup sering terjadi dan merupakan salah satu isu konflik dengan orang-orang Farisi, di mana kelihatannya telah menyebabkan ketegangan yang serius antara diri-Nya dengan para pemimpin agama Yahudi.


Akan tetapi, di sini Yesus mengajar satu pelajaran penting. Hukum / Peraturan itu baik, dalam hal ini hukum Sabat. Namun hukum ini tidak boleh meniadakan atau mengganggu pelayanan karitatif (kasih).


Ertinya melakukan perbuatan baik bagi sesama. Jadi, terkadang Yesus memang dipandang melakukan tindakan melanggar hukum / Peraturan Sabat dan mencabar para ahli Taurat dan Farisi. 

 

# Tetapi, di sini hanya ada dua pilihan: mengikuti Hukum cintakasih-Nya atau tidak!


Kita juga harus menentukan sikap tegas berkaitan dengan cintakasih Kristiani. Apakah kita mau mengubah cara-cara kita yang lama, rutinitas yang biasa untuk melakukan suatu tindakan cintakasih?  Maukah kita menolong seorang insan yang sungguh memerlukan pertolongan kerana berada dalam situasi kritikal pada suatu pagi, walaupun hal ini bererti tidak dapat menghadiri Misa harian yang sudah merupakan kebiasaan kita?


Hukum-hukum adalah baik. Hukum-hukum itu adalah semacam pedoman dan pembimbing bagi kita dalam menjalani jalan kehidupan kita.


Namun hukum cintakasih Kristiani berada di atas Peraturan jalanan kehidupan kita, ertinya di atas hukum apa pun. 


Hukum cintakasih Kristiani merupakan ukuran penentu akhir dari suatu kehidupan Kristiani yang otentik.

0 comments:

Post a Comment

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...