Kesibukan Yesus dalam mengajar dan menyembuhkan orang sakit membuat kaum keluarga-Nya turut bersuara miring.Dia dianggap sebagai orang yang tidak waras lagi oleh mereka.
Dalam kehidupan,Pikiran yang negatif akan menghasilkan hal-hal negatif.Apa yang dipikirkan oleh kaum keluarga-Nya Yesus bersifat negatif.Akibatnya mereka tidak menerima Dia dan malahan menganggap-Nya tidak waras lagi.Dengan gaya demikian, rahmat keselamatan ilahi yang di bawakan oleh Yesus tidak bisa tersalurkan dengan baik.
Apalagi sering kita temui orang-orangyang cenderung berpikir negatif tentang orang lain,dengan begitu apa yang orang lain kerjakan,dimatanya selalu tidak benar,orang akan merasa dirinya yang paling benar,paling hebat dan tidak suka melihat orang lain lebih menonjol daripadanya.
Maka marilah kita semua meninggalkan pikiran-pikiran negatif pada semua orang dan memperbaiki diri utk berani berbenah diri dalam berpikir negatif dan dalam cara hidup kita untuk bisa berpikir positif,agar kita bisa menjadi pewarta kebenaran Tuhan dalam hidup kita sehari-hari.
Perbuatan baik tidak selamanya menuai pujian dan diterima, kadang kala yang terjadi sebaliknya. Perbuatan baik menimbulkan perbantahan, kecurigaan, kecemburuan bahkan kebencian terhadap pelakunya. Ironisnya lagi, respon negatif bukan saja datang dari orang yang tidak simpatik tetapi justru datang dari orang-orang dekatnya.
Hal ini terjadi juga pada diri Yesus. Segala pengajaran dan mujizat-Nya selain mengundang kekaguman banyak orang, juga melahirkan cibir dan kecurigaan. Ada orang yang menganggap-Nya tidak waras bahkan ahli-ahli Taurat mengatakan, Ia kerasukan Beelzebul. Dengan penguluh setan, Ia mengusir setan.
Yesus adalah pribadi yang memiliki integritas yang kuat. Ia berbuat baik kepada siapapun bukan terdorong oleh harapan akan pujian dan sanjungan. Yesus tidak haus pujian, Ia hanya melaksanakan titah Bapa-Nya. Karena itu, Ia sungguh-sungguh ikhlas melakukan kebaikan-kebaikan. Bahkan dianggap tidak waras, Yesus tidak menyerah. Yesus tetap mewartakan kabar sukacita perihal Kerajaan Allah.
Kita pun mungkin mengalami hal yang sama saat melakukan kebaikan, ada orang yang tidak simpatik dan merasa jijik. Putus asa dan menyerahkah kita? Semoga kita tetap tabah dan semangat dalam melakukan kebaikan. Mari kita mencari Tuhan bukan pujian manusia. Dan semoga kita mengalami keajaiban Tuhan karena kita beriman penuh dan rindu akan kehadiran-Nya dalam setiap peristiwa hidup kita.
Ketika orang berubah menjadi lebih baik. Hidup dalam kebenaran dan kekudusan bagi orang-orang dunia adalah sesuatu yang aneh bahkan dianggap edan (gila-ngak normal). Maka ada pepatah mengatakan bahwa :"Jaman iki jaman edan, ora edan ora keduman" (Jaman sekarang adalah jaman gila kalau tidak gila tidak kebagian).
Hal ini terjadi pula dalam diri Tuhan Yesus ketika Ia menyampaikan kebenaran tentang Kerajaan Surga dengan membuat banyak mukjizat dan dianggap melanggar norma-norma aturan masyarakat pada waktu itu, Ia dianggap tidak waras. Dan yang menganggap tidak waras justru dari kaum keluarga-Nya sendiri (Markus 3:20-21).
Namun bagaimanapun juga Tuhan Yesus tidak peduli anggapan orang lain yang mengganggap-Nya tidak waras. Ia tetap melakukan kehendak Bapa-Nya di Surga untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini yang tujuannya adalah untuk menyelamatkan seluruh umat manusia dari kebinasaan kekal.
Bagaimana dengan kita, apakah kita tetap setia dalam panggilan perutusan kita dalam mewartakan Kerajaan Allah, meskipun mendapat tantangan dari orang-orang di sekitar kita, termasuk keluarga kita.
Mari kita belajar berkata seperti Tuhan Yesus :"Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa, untuk itulah Aku diutus dan Aku akan menyelesaikan-Nya"
Untuk itu mari kita mohon karunia kesetiaan dan keterbukaan serta Roh Keperkasaan agar kita dapat menghadapi setiap tantangan dan tekanan dalam hidup kita dalam mewartakan Kerajaan Allah sehingga semua orang diselamatkan dan masuk dalam kebahagiaan abadi di Surga.
Markus 3:20-21. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka, “Ia tidak waras lagi.” Anggota keluarga sekiranya menjadi aktor pendukung terbaik dalam hidup kita. Mereka ada saat kita berkesusahan.
Mereka ikut senang saat kita sukses dan mendapatkan banyak rejeki. Ya, kerap kali sulit dipahami ketika ada ada anggota keluarga kita malah menjadi penghalang dalam hidup kita. Contohnya, mereka senang ketika kita bersedih. Mereka juga iri, kecewa, dan marah ketika kita sukses dalam hidup.
Kaum keluarga Tuhan Yesus menilai-Nya sebagai orang yang tak waras. Penilaian ini pada satu sisi menunjukkan ketidakmengertian mereka pada identitas dan misi Tuhan Yesus. Mereka hanya melihat Tuhan Yesus sebagai bagian dari hidup mereka.
Pada sisi lain, penilaian itu juga menunjukkan bahwa anggota keluarga kadang kali menjadi penghalang terbesar dalam hidup, di mana mereka mempunyai pikiran negatif terhadap apa yang terjadi dengan popularitas, kuasa, dan pengaruh Tuhan Yesus. Oleh karena itu, kita diundang dan diharapkan menjadi seorang yang ikut mendukung anggota keluarga kita, baik itu dalam situasi susah maupun gembira.
Apakah ukuran kewarasan bagi seseorang ?
Apa karena bersikap yang biasa dan normal-normal saja ? Apa karena mengenakan baju dengan benar ? Atau karena bisa berpikir dengan logika yang benar? Adakah ukuran yang pasti ?
Mungkin kalau kita bertanya-tanya terus-menerus tidak akan pernah sampai pada kesimpulan batas kewarasan dan ketidak warasan seseorang
Bagaimana tidak, keluarga Yesus menganggap Yesus sudah tidak waras lagi. Bukankah ini sebuah pernyataan yang keras.
Kaum keluarga Yesus hanya mendengar bahwa kedatanganNya ke sebuah rumah telah membuat rumah tersebut penuh sesak dengan orang-orang. Bahkan, untuk makan saja tidak dapat dilakukan.
Tanpa alasan yang jelas, kaum keluarga Yesus menganggap kedatangan kerumunan orang ini sebagai akibat dari “ketidak warasan” Yesus, maka mereka berniat mengambil-Nya. Beruntung bahwa Yesus tidak digambarkan marah ketika dikatakan tidak waras oleh kaum keluarga-Nya
Kalau boleh menarik sebuah analisis sederhana tentang apa yang telah terjadi di rumah tempat Yesus hadir, Beliau sedang mengajar
Kerumunan orang yang datang rupa-rupanya karena magnet “ketidak warasan” Yesus dalam ajaran-Nya. Beliau memang selalu membawa atmosfer yang mampu menarik banyak orang untuk mendengarkan, saat Beliau mengajar
Apa yang diajarkan Yesus kebanyakan memang sering bertentangan dengan hukum Taurat, tetapi maksud sebenarnya adalah untuk menggenapi hukum Taurat
Bagaimana dengan kita, apakah sudah berani bersikap seperti Yesus ? Meskipun dikatakan tidak waras, tetapi tetap mewartakan Sabda Tuhan melalui sikap hidup ditengah masyarakat
Semoga “ketidak warasan” yang kita lakukan menginsipirasi lebih banyak orang untuk berbuat baik. Untuk berbagi dan berbuah bagi semua orang
0 comments:
Post a Comment