Pada waktu itu ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangisinya, katanya, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu. Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.
hanya 2 kali Injil mengisahkan Tuhan Yesus menangis. Pertama, Tuhan menangis saat mendengar Lazarus meninggal. Kedua, Tuhan Yesus menangisi nasib orang-orang Yerusalem yang akan hancur beserta seluruh kotanya. Kisah ini menegaskan betapa Tuhan memperhatikan hidup dan keselamatan manusia.
Tuhan sangat peduli terhadap derita manusia. Ia menebus manusia dari segala dosa dan menuntun pada jalan keselamatan. Cinta kasih, persaudaraan dan belarasa merupakan pewartaan, ajaran dan kesaksian hidup Tuhan selama hidupNya. Para murid dipanggil untuk meneladan dan mengikuti Dia agar hidup saling mengasihi, berbelarasa dan saling membukakan jalan keselamatan.
Yerusalem dikenal sebagai kota yg kudus bahkan kota dimana Yesus menjumpai umatNya & umatNya mengelu-elukan menyambut Dia. Tetapi ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangis.
Mengapa Yesus menangis?
Karena Yesus sangat mengasihi mereka yg akan binasa karena umatnya & para pemimpin sibuk dg hal2 yg kelihatan rohani tapi ujung2nya menolak Dia.
Keadaan ini tanpa kita sadari sama dg apa yg sering kita lakukan. Ketika beribadah, ketika melayani, kelihatannya sangay rohani & kita sangat prepare mempersiapkan segala sesuatunya bahkan siap menyambut kehadiran Tuhan. Tapi ketika Yesus melihat kita, Dia justru menangis.
Pelajaran apa yg perlu kita ambil agar ketika Tuhan melihat kita, Dia tersenyum?
- Belajar mengerti apa yg perlu untuk damai sejahtera kita - ayat 42. Hal2 yg bersifat lahiriah bukan sumber damai sejahtera kita. Sumber damai itu sendiri adalah Kristus. Kita perlu Yesus di atas semua keperluan kita.
- Jangan sibuk dg hal2 yg tdk esensial. Band. Marta dan Maria. Mempersiapkan pelayanan dan melayani adalah hal yg penting tapi yang lebih penting adalah mendengar Tuhan berfirman dan mengerti isi hati Tuhan. Itu adalah bagian yg tdk akan pernah dapat diambil dari kita.
- Sadari ada musuh yg mengelilingi kita - ayat 43. Tuhan menghendaki keselamatan tetapi Iblis ingin kebinasaan.
- Jangan pernah mengabaikan lawatan Tuhan. Ketika beribadah jgn setengah2. Mensengar firman jgn masuk kanan keluar kiri karena itu akan berdampak sangat buruk.
- Memiliki rasa lapar dan haus akan Tuhan. Band. Zakheus - kelemahannya tdk menghalanginya untuk melihat Yesus.
Yesus menangisi Yerusalem tentu sungguh mengharukan. Mengapa Yesus menangisi kota tua ini? Hal ini menggambarkan, betapa usaha Allah untuk menyelamatkan manusia namun tawaran keselamatan hanya mengecewakan. Manusia tidak mengenali siapa yang melawati mereka.
Peringatan ini tentu juga berlaku bagi kita semua. Betapa kasih karunia yang ditawarkan kepada kita dalam hidup ini menjadi sia-sia karena kita tidak mampu memahami bahwa Allah telah melawati kita dalam kehidupan di dunia ini.
Apakah Yesus tidak menangisi kita juga? Apakah kita masih mau mengembangkan kepekaan seperti itu? Apa yang perlu kita perhatikan?
Ada hikmat yang mendalam dari kisah Injil hari ini, yakni Anak Allah menaruh hati yang mendalam pada suasana kehidupan yang pantas diratapi. Tentu ratap tangis itu bukan ratap tangis keputusasaan melainkan tanda belarasa dan setia kawan yang mendalam. Dengan ratapan ini diharapkan rasa pilu masih bisa muncul dari hati yang keras. Hati baru bisa muncul karena rindu akan kebaikan dan kedamaian.
Dosa dan kejahatan tidak pernah bisa membawa kita kedamaian hati. Maka marilah kita membuka mata dan mengenali tanda-tanda yang mengarahkan hati kita menuju kedamaian, mohon pengampunan dan penyembuhan sehingga kedamaian Tuhan yang memerintah di hati kita.
0 comments:
Post a Comment