Dikisahkan dua bersaudara. Si sulung menjadi Imam yang taat dan setia di pedalaman Papua. Orangnya sederhana dan apa adanya. Ia meninggal karena kanker otak di kepalanya pada usia ke lima puluh. Si bungsu seorang saudagar yang kaya dan sukses. Ia dihormati karena kaya dan murah hatinya. Ia pun meninggal dengan tenang ketika memasuki usia lima puluh.
Saat bertemu Tuhan di surga, keduanya disambut dengan kemuliaan yang tiada taranya. Tuhan bertanya kepada si sulung, jika kepadamu diberi kesempatan hidup sekali lagi, ingin menjadi siapa dirimu? Dengan mantap ia menjawab, Pastor.
perjalanan iman seseorang. Yang satu ringan dan mudah, seperti menemukan harta terpendam di lahannya. Yang lain menempuh jalan yang berat dan sukar, seperti pedagang mencari mutiara yang indah. Namun, keduanya sama-sama mempertaruhkan segala miliknya dengan sukacita demi kemuliaan yang mereka peroleh.
Perjalanan iman sering tampak tidak adil. Ada yang ditentang, dihina bahkan disiksa dan dibunuh karena imannya. Yang lain dikelilingi komunitas beriman dan sarana serta fasilitas serba menunjang. Namun dalam Kerajaan Allah, keselamatan dan kemuliaan kekal yang mengiringi perjalanan iman itu jauh melampaui segalanya.
Adakah ibu yang menyesal karena melahirkan bayi dengan susah payah setelah melihat temannya melahirkan dengan lebih mudah? Tidak. Sebab sukacita atas kelahiran bayinya melebihi segalanya. Begitulah ziarah iman di dunia ini terlihat tatkala kemuliaan Allah menyambut kita kelak.
0 comments:
Post a Comment