Kisah perwira ini dapat kita lihat bagaiman sikap iman orang yang punya posisi dan jabatan. Pertama, ia sebagai orang yang terpandang dan mempunyai kuasa mau datang sendiri menemui Yesus, padahal ia bisa minta bawahannya untuk datang dan menemui Yesus. Kedua, ia memohon kesembuhan bukan bagi dirinya tetapi bagi orang lain dan orang lain itu adalah bawahannya. Seorang perwira yang mempunyai iman yang mendalam.
Dalam konteks masyarakat Yahudi, seorang perwira yang mau turun tangan atas hambanya adalah sikap yang sangat langka. Maka bisa dimengerti bagaimana Yesus memuji sikap perwira itu.
Dihadapan Yesus, perwira itu mampu menjadi perwira atas orang lain dan atas dirinya sendiri. Hal ini jarang kita jumpai dalam kehidupan kita. Seringkali jabatan menjadi senjata bagi kita untuk memerintah dengan kekuasaan. Seringkali kedudukan tinggi membuat kita lupa akan keadaan orang-orang yang membantu kita pada kedudukan itu.
Kisah perwira ini menjadi inspirasi bagi kita bahwa dihadapan Tuhan, jabatan dan kedudukan sudah semestinya menjadi medan kita dalam melayani orang lain.
Semoga kita mampu menjadi seperti perwira itu, mempunyai jabatan tinggi sekaligus mempunyai iman yang mendalam. Lebih dari itu, semoga kita mampu melayani sesama dengan penuh kasih.
0 comments:
Post a Comment