We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Thursday, 10 February 2022

Kasih Tuhan Dicurahkan Kepada Orang Rendah Hati Dan Percaya PadaNya !. Perempuan Siro-Fenisia yang percaya Kepada Yesus.(Markus 7: 24- 30 )


Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatanganNya tidak dapat dirahasiakan. 


Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kakiNya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya.


 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." 


Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.


 Yesus datang ke dunia ini bukan hanya untuk keselamatan satu bangsa saja, tetapi untuk semua. Seorang ibu Yunani datang kepada Yesus, meminta Yesus untuk mengusir setan yang merasuki anak prempuannya. 


Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi Ibu ini tetap menjawab Yesus dengan penuh iman. Karena imannya yang sangat kuat, maka setan yang merasuki anaknya keluar daripadanya. 


Lewat kisah ini kita percaya dan yakin, bahwa kasih Yesus Kristus, kasih Tuhan tidak terbatas pada kelompok tertentu, tetapi terbuka untuk siapa saja yang percaya padaNya. Kedatangan dan kehadiran Yesus Kristus di tengah umat manusia membawa satu konsep baru akan Allah, bahwa Allah adalah milik semua bangsa, milik semua manusia yang percaya kepadaNya.  

 

 kisah ini adalah bahwa ibu Yunani dalam ceritera Injil sungguh percaya akan Yesus Kristus. Dia sangat yakin, bahwa Yesus Kristus bisa menyembuhkan anak perempuannya, Walaupun ditantang oleh Yesus, tetapi ia tetap rendah hati dan pasrah pada Yesus; ia tidak merasa terpukul atau kecewa di saat Yesus menggunakan satu analogi, - “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 


 Tetapi dengan sopan Ibu Yunani ini membenarkan apa yang dikatakan Yesus dan menerimanya dengan tulus, katanya: “Benar Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” 


Karena pernyataannya ini, maka Yesus menghadiahkan dia dengan satu hadiah yang luar biasa, yaitu anak perempuannya kembali bebas dari renggutan setan. Sungguh kasih Tuhan selalu dicurahkan kepada orang yang rendah hati dan percaya kepadaNya.

 

Sadar akan misi Tuhan ini, yaitu menyelamatkan semua bangsa di bawa kolong langit, maka muncullah semangat misioner di dalam Gereja kita. Gereja mengirim misionaris ke mana saja untuk mewartakan kabar gembira. Mewartakan kasih Tuhan kepada siapa saja. 


Pewartaan kasih Tuhan itu bukan saja lewat kata-kata, tetapi lebih dari pada itu, yaitu lewat tingkah-laku, kesaksian hidup. Banyak orang memberi diri untuk dibaptis, bukan hanya karena lulus ujian agama, tetapi karena kesaksian hidup dari mereka yang mewartakan ajaran Kristus. 


Ada seorang wanita dari bangsa Siro-Fenesia yang memiliki seorang anak perempuan sedang kerasukan roh jahat.  Wanita itu datang dan memohon kepada Tuhan Yesus supaya Yesus mengusir roh jahat itu dari anaknya.  Simaklah tanggapan Yesus;  "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." 


Meski perkataan Yesus begitu pedas dan sepertinya wanita itu tidak dianggap, Yesus tetap meresponsnya dengan penuh kerendahan hati,  "Benar, Tuhan.  Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."  (ayat 28).  Wanita itu percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan sanggup melakukan mujizat.


Apakah Tuhan Yesus tidak mengasihi wanita itu?  Bukan.  Itu karena belum waktunya wanita itu menerima anugerah dari Tuhan.  Namun kerendahan hatinya telah menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga wanita itu akhirnya beroleh anugerah dari Tuhan, seperti tertulis: orang yang rendah hati dikasihani-Nya."  (Amsal 3:34b).  Adalah tidak mudah menjadi orang yang rendah hati, apalagi bila kita sedang berada 'di atas'.  


Namun untuk mengalami pertolongan dari Tuhan dan hidup semakin dikenan oleh Dia kita harus belajar rendah hati.  Melalui perkataannya yang bermuatan iman wanita ini beroleh jawaban dari Tuhan;  ketika pulang ke rumah  "...didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar."  (Markus 7:30).


Apakah perkataan kita sehari-hari senantiasa menyatakan iman?  Ataukah ucapan kita hanya berisikan keluh kesah karena sakit yang tak kunjung sembuh, kekecewaan, kegagalan, dan ketidakberdayaan?  Berubahlah!  Jangan pernah mengucapkan hal-hal yang sia-sia!  Kita harus memiliki ucapan-ucapan yang mengundang kuasa Tuhan terjadi.  


Mari latih mulut kita untuk memperkatakan firman Tuhan.  Alkitab menegaskan,  "Tidak satu pun firman-Ku akan ditunda-tunda.  Apa yang Ku firmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan Allah."  


(Yehezkiel 12:28).  Seburuk apa pun keadaan kita saat ini, selalu ada harapan di dalam Tuhan.  Kita harus tetap percaya pada janji firmanNya.  Karena itu perkataan firman dengan iman.


Perempuan Siro-Fenisia yang percaya. Markus 7: 24-30.

Apakah kita telah mempercayakan diri kepada kelimpahan kebaikan hati Yesus, sekalipun Yesus telah menolak dengan ungkapan yang "menyakitkan" hati "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing". Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan.


 Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak". Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki". 


Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang telah dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. 


Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. 


Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. Manusia memang lemah dan tkak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1). 


Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya.


 Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).


kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". 


Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar.


Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. 


Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah.


 Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya. 


Yesus, kami sangat membutuhkan-Mu. Bukalah hati kami untuk menerima firman-Mu. Datanglah, Roh Kudus, bantu kami untuk mendengar bimbingan-Mu dan dapat menanggapi dengan benar. Amin


1. Sengaja Keluar dari Kebiasaan: 

Dalam perikop sebelumnya Markus menghadirkan Yesus di Genesaret. Sekarang, Ia melakukan perjalanan ke daerah Tirus, kota perdagangan penting Kekaisaran Romawi pada waktu itu. Dari Genesaret menuju ke Tirus bukanlah sebuah rute yang favorit.  


Seseorang biasanya menghindari rute tersebut.  Sebab untuk menempuh rute itu orang harus melintasi punggung gunung di sepanjang pantai Mediterania.  Kita tidak tahu alasan Yesus menempuh jalur itu.  Markus memberi tahu kita bahwa Dia ingin menghindar dari kalayak ramai. 


Mungkin Dia butuh waktu sendiri untuk istirahat. Atau mungkin Dia sengaja pergi ke sana  untuk menemukan jiwa yang membutuhkannya—orang asing— orang yang selama ini tidak bisa mengakses belas kasih-Nya. 


Apa pesan yang hrndak dikatakan mengenai hal ini kepada kita? Apakah itu suatu pesan bahwa kasih pemeliharaan Allah bersifat universal untuk semua orang? Agar setiap orang bisa mengakses berkat Allah? 


2. Doa Seorang Ibu: 

Bagaimana Yesus mnanggapi  doa seorang ibu? Kita mengenal sebuah lagu yang berjudul Doa Ibu yang dalam syairnya menyebut: di doa ibuku namaku disebut.  Masa depan setiap anak begitu banyak bergantung pada doa seorang ibu.  Terbukti dalam cerita Yesus menerima doa ibu Siro Fenisia ini. 


Kisah ini mengingatkan kita akan perhatian penuh kasih Yesus kepada seorang ibu. Ketulusan dan cinta kasih seorang ibu telah menyentuh hati Yesus.  Yesus tidak dapat menolak permintaan dan keinginan kuat seorang ibu. Bersyukurlah kita semua memiliki seorang ibu.  


3. Dialog Iman:

Dialog antara Yesus dan wanita non-Yahudi ini seketika menjadi fokus yg mencolok.  Dialog ini tidak hanya berbicara tentang posisi bangsa yahudi dan non yahudi.  Dialog ini juga dominan bicara soal prioritas. 


 Siapa yang lebih baik Yahudi atau Yunani? Mana yang perlu mendapat prioritas?  Memanh Yesus datang untuk mewartakan keselamatan pertama-tama kepada orang-orang Yahudi, Orang-Orang Pilihan yang telah dipersiapkan Bapa-Nya, dan kemudian kepada orang-orang bukan Yahudi (tugas yang akan Ia berikan kepada para Rasul-Nya, lih. Matius 28:19). 


Dia mengatakan banyak hal kepada ibu itu dalam "perumpamaannya"  tentang anak-anak dan anjing. Ibu itu kemudian mengambil perumpamaan itu dan mengembalikannya kepada Yesus: bahwa ketika anak-anak makan di meja, anjing-anjing juga diberi makan dari remah-remah yang jatuh dari meja. 


Ibu itu memahami tugas perutusan Yesus. Dia tahu sepenuhnya Yesus.  Oleh karena itu dia menjawab dengan mengedepankan soal iman.  Yesus melihat imannya dan memberkati dia. 


Renungan  Untuk kita Markus 7: 24-30...

Kristus mengetahui isi hati wanita Siro-Fenisia itu, dan kata-kata yang keras yang diucapkan-Nya memancing apa yang ada dalam hati wanita itu yang akhirnya menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. 


Mendengar hal itu kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu", atau dengan kata lain: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki". 


Sesungguhnya kita diminta untuk memelihara serta mempertahankan segala karunia Allah yang dicurahkan Tuhan dalam kehidupan kita. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah merupakan penyelenggaraan-Nya. Apabila kita senantiasa mendengarkan sabda-Nya, meresapkannya dalam hati, serta mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, maka kita akan merasakan rahmat, berkat serta mengalir kasih-Nya. 


Kita akan merasakan ketenangan serta kedamaian dalam hidup. Rasa sabar dan rasa syukur senantiasa akan selalu menemani kita. Kita akan memiliki iman yang teguh, iman yang kokoh, iman yang hidup serta bertumbuh dari waktu ke waktu. 


Manusia memang lemah dan tak bisa berpaling dari keakuan dan kedagingan tanpa pertolongan kuasa-Nya (2Korintus 12:9). Yesus sendiri telah mengingatkan kita semua agar: “janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku” (Yohanes 14:1). 


Pertumbuhan iman adalah proses belajar yang butuh kepasrahan sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 6:13). Tidak sedikit tetesan airmata yang akan mengalir ketika diri ini menjalankan perintah-Nya (1Petrus 5:9-10). Tetapi, kita punya alasan yang jelas untuk melaksanakannya. 


Sebab, “kamu akan diselamatkan apabila dengan bibirmu kamu mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan di dalam hatimu percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Roma 10:9) sehingga Yesus tidak perlu berkata: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu” (Lukas 19:42).


Umat beriman yang terkasih, melalui bacaan Injil hari ini, kita diberi keteladanan oleh wanita Siro-Fenisia yang rendah hati, yang berani mengetuk hati Yesus dengan memohon belaskasih-Nya. 


Kita semua diajak oleh wanita Siro-Fenisia untuk berani memohon kepada Yesus agar dapat menjadi orang "baik sekaligus pintar". Orang baik adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sedangkan orang pintar adalah orang yang paling sering ingat kematian dan yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya. Mereka itulah orang yang paling pintar. 


Memiliki semangat untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah dengan bersemangat menjalankan ibadah serta beramal saleh untuk mendapatkan keselamatan di akhirat. Dengan kata lain, orang pintar adalah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kepentingan akhirat nanti. Kebalikan dari orang pintar adalah orang bodoh. Orang bodoh ialah orang yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi berharap-harap kepada Allah. 


Sementara orang yang tidak ingat mati, yang hanya berfikir dunia secuil ini, ia sibuk mengumpulkan harta duniawi tanpa memperdulikan akhirat yang abadi, tidak perduli halal haram, berdusta, mempergunjing, berani buka aurat, durhaka, menipu, korupsi, membunuh dan sebagainya, kalaupun berbuat baik hanya untuk target duniawi dan membangun citranya di mata sesamanya. 


Wednesday, 9 February 2022

Bukanlah Makanan Yang MENAJISKAN. Melainkan Apa yang keluar dari Mulut dan Pikiran Seorang itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan.(Markus 7:14-23)


 Yesus menjelaskan bahwa perilaku berdosa mengalir dari dalam hati kita. “Hati” berarti inti diri, pusat terdalam dari manusia, tempat keputusan muncul. Tuhan ingin menembus hati itu, sehingga Ia dapat menjadi pusat jiwa manusia.


Tapi ada sesuatu yang sangat kelam di hati manusia. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tetapi gambar itu terdistorsi oleh dosa sehingga hampir tidak dapat dikenali lagi. Iman kami membukakan kebenaran yang mengerikan tentang kejatuhan manusia, dan kami melihat buktinya dalam misteri dosa, yang tak boleh diabaikan atau dianggap enteng, bukan untuk dirasionalisasikan: karena kami semua mampu melakukan tindakan gelap dan jahat.


Gereja mengajarkan bahwa kejahatan seperti itu adalah konsekuensi dari dosa asal. Doktrin ini menyatakan bahwa ada sesuatu yang secara fundamental tidak beres tentang kita, bahwa ada yang tidak baik, bahwa manusia salah arah, miring, campur aduk. Memang bukan kerusakan total, tetapi kami percaya bahwa dosa asal telah merasuki setiap celah kehidupan kami: pikiran kami, perasaan, kehendak, angan-angan dan memori kami, keinginan dan nafsu kami, bahkan tubuh kami sendiri.


 dosa asal adalah satu-satunya doktrin yang ada bukti empirisnya. Ini dapat dirasakan di dalam diri sendiri dan efeknya terlihat di mana-mana. Salah satu tanda paling pasti dari disfungsi ini adalah bahwa orang cenderung memuja orang yang salah, dan meremehkan atau memandang rendah orang-orang terbaik. 


Yesus berusaha meringankan beban yang harus dipikul umat dalam kehidupan sehari-harinya. Ia mengajarkan pendengar-Nya bahwa yang terpenting bagi Bapa, bukanlah apa yang nampak secara lahiriah dan mudah dikritik oleh orang, tetapi apa yang tidak terlihat  yang tersembunyi di dalam hati manusia.

 

PutraMu bersabda: “(Makanan) Apa pun yang masuk ke dalam seseorang dari luar, tidak dapat menajiskannya. Karena itu tidak masuk ke dalam hati (pusat kehidupan manusia), tetapi ke dalam perut, lalu dibuang ke jamban!” Begitu jelas –sehingga Gereja meyakininya sebagai pernyataan abadi. Markus mencatat dengan gembira, "Dengan cara ini Ia menyatakan semua makanan halal."


Setelah itu Yesus merincikan apa yang menajiskan manusia. Kekotoran batin seluruh umat manusia, terutama yang beragama, yaitu: pikiran jahat, ketidaksucian, pencurian, pembunuhan, tindakan yang dipicu oleh keserakahan, kedengkian, kebejatan, penipuan, perzinahan, iri hati, penistaan, kesombongan, dan kebodohan. Orang seperti itu perlu merendahkan dirinya, mengakui dosanya, berdamai dengan Tuhan dan dengan sesama.



Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Bahkan mungkin kebutuhan paling mendasar dari semua makhluk. Berangkat dari kebutuhan ini, makanan juga menjadi tanda persekutuan. Oleh karena itu ada hal-hal seperti pengorbanan persekutuan atau makanan ritual.


Keikutsertaan kita dalam Perayaan Ekaristi Kudus adalah contoh yang mendalam dari pengorbanan persekutuan dimana kita datang ke dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus.


Tetapi banyak agama juga memiliki undang-undang makanan yang melarang beberapa jenis makanan dan karenanya akan membuat seorang penganut agama tertentu menjadi najis secara ritual.


Inilah konteks pembahasan tentang makanan dalam Injil hari ini. Yesus pun membuat ajaran yang sangat radikal tentang makanan. Yesus menyatakan semua makanan bersih dan menunjukkan bahwa apa yang benar-benar najis adalah apa yang keluar dari hati.


Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Semua hal jahat ini datang dari dalam dan membuat seseorang menjadi najis.


Saat kita berpartisipasi dalam Ekaristi, kita mempersiapkan diri untuk bersekutu dengan Yesus. Lantas bagaimana dengan keadaan hati kita? Jika ada dosa, apakah kita sudah pergi ke Sakramen Tobat untuk menerima pengampunan dan kesembuhan dan berada dalam keadaan rahmat untuk menerima Yesus Tuhan?


Kita harus tahu bahwa Allah dan dosa tidak dapat hidup bersama di dalam hati kita. Kita datang mengikuti Ekaristi bukan hanya menikmati sepotong wafer tetapi kita datang dan menerima Tuhan Yesus. Semoga hati kita menjadi murni sehingga hidup kita menjadi suci. 



Yesus hari ini mengajak kita untuk melihat dasar hidup keagamaan yakni hati manusia. Hidup keagamaan yang diajarkan oleh Yesus bukan atas dasar perintah Allah yang tertulis dalam bentuk hukum melainkan yang tertulis dalam hati manusia. Itulah yang ditegaskan oleh Yesus bahwa apa yang di luar dan masuk ke dalam manusia tidak dapat menajiskan melainkan yang ke luar dari dalam diri manusia itulah yang menajiskan.


"Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang timbul segala pikiran jahat, pencabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (Mrk.7:14-23).


Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka kedua dorongan itu(jasmani dan rohani) berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu hendaknya kita mau berusaha terus menerus menyalibkan nafsu kedagingan kita, itu kalau kita menyadari dan mau bertobat, hidup baik dan benar. 


Sebagai tanda dorongan roh, tanda cinta, tanda dorongan sabda kebenaran, menjadi perjuangan yang dapat terasa menyakitkan, karena juga merupakan penyangkalan diri, namun hal itu akan berarti mewartakan kemuliaan Allah kepada sesama. Kalau mau dikendalikan oleh jasmani kita, maka sepanjang itu pula kita hanya akan mengumbar hawa nafsu kedagingan kita.


Hati adalah sumber sikap dan tingkah laku moral dan spiritual manusia. Makanan yang masuk ke dalam mulut tentunya tidak ada hubungannya dengan hati. Biarpun seseorang sudah membasuh tangan hingga bersih tidak menjamin bahwa hatinya juga bersih dan bisa berubah. 


Kecuali, dari lubuk hati yang terdalam mau untuk mengangkat segala kotoran hati yang menjadi sumber kenajisan manusia dan mau untuk menjadikannya hati yang positif. Mau untuk melakukan pertobatan yang sepenuh hati, mau untuk menjalin relasi dengan-Nya sebaik mungkin, serta mau menjadikan hatinya sebagai kediaman Allah.


Manusia ialah roh yang merohanikan jasmani atau tubuhnya. Apa yang dilakukan oleh tubuh hendaknya bernilai rohani agar bermakna membangun kemanusiaannya. Manusia yang telah diangkat sebagai anak Allah, nilai rohaninya harus sesuai dengan sabda kebenaran yang tertanam dalam hati manusia sejak diciptakan, yang tidak lain adalah cinta kasih.


Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]


Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.  Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,


karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.  Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.


Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."


1. Dengar dan Pahami: 

Setelah menasihati orang-orang Farisi  Yesus berbalik dan memohon kepada orang banyak yang berkumpul di sana untuk “mendengar dan memahami” ajaran-Nya. Terlihat ada urgensi dalam sikap-Nya. Ada keinginan hati-Nya agar orang banyak tidak disesatkan oleh para pemimpin mereka. 


Dia mengatakan bahwa bukan apa yang kita makan, tetapi bagaimana kita berbicara dan berperilaku itulaj yang terpenting.  Sebab apa yang kita katakan dan apa yang kita lakukan  itulah sejatinya yang memiliki kekuatan untuk memuliakan Bapa atau justru menajiskan hidup kita. 


Semoga kita memperhatikan firman-Nya dengan serius seperti yang dilakukan oleh para pendengar dan murid-muridnya. Merenungkan dan jika perlu bertobat atas segala dosa lidah atau perilaku yang menajiskan. 


2. Akses Khusus: 

Para murid telah dipilih oleh Yesus untuk menjalankan misi-Nya.  Para murid harus bekerjasama dengan erat dalam misi. Yesus telah mendedikasikan sebagian besar waktu-Nya untuk membentuk para murid.  Dan para murid memiliki hak istimewa yang unik untuk dapat langsung meminta penjelasan lebih rinci tentang ajaran-ajaran-Nya kepada Yesus. 


Kita juga memiliki kesempatan  untuk berbagi pengalaman  dengan Kristus karena melalui doa kita.  Kita juga memiliki hubungan khusus dengan-Nya dan dapat berduaan dengan-Nya. Di saat kesendirian dengan Kristus ini, marilah kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang paling dekat dengan hati kita kepada-Nya.


3. Daftar Kenajisan:

Yesus memperingatkan para pendengar-Nya terhadap perilaku yang dapat menodai jiwa  dan yang dapat memisahkan mereka dari Bapa. Ada begitu banyak godaan yang dapat menjauhkan mereka dari Bapa.  Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.


Karena kita ingin mengasihi Yesus, kita harus berusaha  melawan pencobaan ini dengan mengenakan perlengkapan senjata Kristus. “Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan.


kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera;   dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, ” (Efesus 6:14-17). 


“Hati-hati dengan pikiranmu, karena pikiranmu akan menjadi kata-katamu. Berhati-hatilah dengan kata-katamu, karena kata-katamu akan menjadi tindakanmu. Berhati-hatilah dengan tindakanmu, karena tindakanmu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-hati dengan kebiasaanmu, karena kebiasaanmu akan menjadi karaktermu. Berhati-hatilah dengan karaktermu, karena karaktermu akan menjadi takdirmu.”  ( Tulisan seorang penulis tak dikenal)


Semua bermula dari dalam. Perkataan yang baik, lahir dari pikiran yang baik dan sebaliknya, perkataan yang buruk diproduksi oleh pikiran yang sesat dan kotor. Seseorang mempersalahkan orang lain atas ulahnya yang merugikan banyak orang. Padahal, tidak akan ada perbuatan yang merugikan orang lain jika ia tidak selalu berkutat dengan pikiran dan perkataan yang buruk. 


Coba selidiki pada orang-orang yang dikenal jahat. Kejahatan itu dilakukan oleh karena dia sudah melihat dirinya penjahat. Pikirannya membentuk lidahnya untuk hanya mengucapkan perkataan yang menyakitkan. Dia bangga dengan kejahatan yang melekat dalam dirinya. Itulah identitasnya. Ia ingin dikenal demikian dan berharap juga akan berakhir demikian. 

                                                                

Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Markus 7:15)

                                                                                 

 Apa yang menajiskan kita? Dunia yang ada diluar diri kita? Tentu mudah mengatakan demikian. Saya akan mengatakan, Handphonelah yang menyebabkan saya jatuh dalam dosa. Disana saya menemukan banyak hal yang menarik (yang baik dan yang tidak baik). 


Tetapi bukankah saya dapat membuat sebuah keputusan untuk hanya menyimak apa yang baik di dalamnya dan menyingkirkan yang tidak baik? PIKIRAN. BENAR, PIKIRAN SAYALAH YANG AKAN MEMBAWA SAYA PADA APA YANG BENAR DAN SALAH. Jika yang ada dalam pikiran saya hanyalah apa yang jahat, maka pasti saya akan menjadikan HP untuk memuaskan hasrat dan nafsu saya. 


Tetapi jika pikiran saya bersih dan jernih, maka saya akan menjadikan HP sebagai sarana untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan dan membawa Tuhan kepada sesama. 

                                                                                

RENUNGAN UNTUK KITA :

Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah prinsip yang dangkal, yaitu tentang anggapan najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut, karena prinsip ini hanya berhenti pada hal-hal yang bersiat keduniawian dan tidak menunjukan sebuah pemaknaan yang mendalam. Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan kita mengonsumsi apa saja, karena segala sesuatu dari luar termasuk makanan tidak dapat menajiskan.


 Sebab, bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perut lalu dibuang di jamban. Justru yang keluar dari dalam itulah yang menajiskan, karena dari dalam hati timbullah kebencian, permusuhan, pembunuhan, kejahatan. Semua kejahatan ini timbul dari dalam dan menajiskan orang. Apapun yang keluar dari hati yang najis, meskipun secara lahiriah tampak suci, tetap saja najis.


"Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." (Mrk 7:15)  Oleh karena itu Tuhan Yesus mengajak kita semua untuk dapat masuk ke dalam lubuk hati kita yang terdalam. Kita diajak untuk mampu mengolah hati kita, sehingga hati kita menjadi hati yang jernih dan murni, bebas dari iri hati, dendam, cemburu dan hal-hal negatif lainnya. 



Oleh karena itu sebagai murid Tuhan Yesus yang setia, marilah kita melihat hati kita, apakah kita sudah menyucikan hati kita ataukah hati kita masih terbelenggu oleh hal-hal yang membuat kita terus menerus berada di dalam kegelapan atau kedosaan?



Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah cara berfikir yang dangkal, yaitu tentang haram atau najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut. Orang Farisi dan ahli Taurat mengkritik Yesus karena para murid makan dengan tangan yang najis karena belum dibasuh sehingga makanan mereka pun menjadi haram.


Bagi Yesus, justru apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskan. Mengapa? Karena di dari dalam hati timbullah aneka dosa berupa segala kejahatan, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hafa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan. Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa semua hal yang jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.


Tidak membasuh tangan sebelum makan saja sudah menjadi masalah bagi mereka karena bagi mereka najis. Untuk itu Yesus memberi pengajaran yang kelihatan sederhana tetapi sangat mendalam maknanya. Hal-hal yang tampak di luar tidak bisa mencerminkan hal-hal yang ada di dalam hati seseorang. Orang yang tidak membasuh tangan sebelum makan bukan berarti orang itu jahat dan najis serta menajiskan orang lain.


Tuhan Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti pada sebuah prinsip yang dangkal, yaitu tentang najis tidaknya sebuah makanan yang masuk ke dalam mulut. Kita sering menemukan tulisan dan simbol halal dalam kemasan makanan, dan makanan dengan simbol tersebut layak untuk dimakan. Tentu saja hal itu baik karena menjaga kekudusan badan dari makanan najis.


Namun jika halnya dimengerti demikian, agaknya terlalu naif dan sempit. Karena pengertian yang semacam itu sama sekali tidak menyentuh salah satu bagian yang terpenting dalam diri manusia yaitu hati. Hati menjadi bagian yang sungguh sangat penting bagi hidup manusia. Namun meskipun demikian, di sisi lain, dari hati juga muncul sesuatu yang seringkali merugikan seperti misalnya dendam, iri hati, cemburu dan hal-hal negatif lainnya.


Banyak orang berpikir bahwa dengan partisipasi aktif dalam kehidupan menggereja sudah menjadi jaminan kelayakan di hadirat Tuhan. Di dalam hati ada kesombongan, keserakahan yang selalu melawan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Kadang orang justru jatuh dalam dosa karena hatinya kotor. Hati ikut mempengaruhi pikiran untuk berlaku jahat. Hati yang jahat lebih menajiskan.

Tuesday, 8 February 2022

Peringatan Terhadap Kemunafikan Orang Farisi. Markus, 7:1-13

YESUS Menghadap Orang Farisi.


Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 


Sebab orang-orang Farisi  seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. 


Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!


 Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri. 


Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.


Kata munafik berasal dari kata Yunani, hypokrites. Menunjuk pada orang yang biasanya menggunakan topeng. Seiring dengan perkembangannya, kata munafik dimengerti secara lebih luas, yakni orang yang suka berpura-pura, bermuka dua untuk suatu tujuan tertentu. Kemunafikan adalah kata lain dari kepalsuan atau tindakan menipu orang lain.


Yesus mengkritik dan mengecam orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena Yesus tahu kepalsuan mereka. Mereka melakukan segala aturan, adat istiadat supaya mendapat pujian. Mereka menganggap diri paling suci, taat pada aturan namun penuh dengan kemunafikan dan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.


Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik. Sebab ada tertulis, bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.


Peringatan terhadap kemunafikan, kita harus menjaga diri agar tidak terlihat religius dan tidak berperasaan. Ini adalah godaan yang umum bagi manusia. Banyak orang jatuh ke dalam perangkap mempertahankan kebiasaan religius sambil membiarkan hati mereka mengembara. Kita harus selalu waspada agar hati kita tetap tertuju kepada Tuhan agar ibadat dan ketaatan kita mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada Allah dan sesama. 


Hidup beriman sebagaimana diajarkan dan ditelasdankan Tuhan Yesus adalah hidup berbelas kasih secara utuh, tulus dan sedeehana.  Berdoa, berpuasa, beribadat, bekerja dengan tekun dan melayani sesama merupakan satu paket yang tidak boleh disipah-pisahkan.  


Tidak cukup hanya melakukan salah satu saja. Setiap hembusan nafas yang kita alami adalah anugerah yang selayaknya dihayati sebagai kesempatan untuk menghidupi iman dengan rasa syukur, rendah hati dan belas kasih. Salam sehat dan bahagia. 


Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. 


Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"


Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 


Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."


Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.


Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.


Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah  maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.


Marilah  Doa :

Yesus, izinkan kami dengan sikap iklas dan niat suci menghampiri-Mu dalam doa. Bantu kami untuk mengatasi kebutaan apa pun yang mungkin ada dalam diri kami dan beri kami kesediaan yang terbuka untuk berubah. Amin


1. Munafik: 

Yesus secara langsung menuduh orang-orang dalam Injil hari ini soal sikap kemunafikan. Dengan menggunakan definisi yang ada dalam nubuat Yesaya: “Yesaya 29:13 (TB)  Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” 


Kemunafikan adalah godaan juga bagi kita seperti halnya bagi orang-orang pada zaman Yesaya, dan juga bagi orang-orang Farisi ini. Ada banyak manifestasi dari dosa ini. Orang-orang Farisi dengan mrnganggap benar sendiri telah salah menilai niat para murid. Betapa jarang kita menimbang sesama kita dengan timbangan yang sama dengan diri kita sendiri. Apakah kemunafikan semacam ini juga merupakan kelemahan kita? 


2. Hati Mereka Jauh dari-Ku: 

Orang-orang Farisi mencintai tradisi mereka sendiri sampai tingkat yang membutakan mereka terhadap kebenaran. Bahkan sampai mengeraskan hati mereka. Mereka tidak dapat mengenali dan memeluk Yesus yang telah ada di tengah-tengah mereka. 


Kita juga dapat jatuh dalam hal yang sama.  Di satu pihak menyatakan cinta kita kepada Yesus namun di pihak lain menolak satu atau lebih dari ajaran-Nya. 


Untuk menjaga hati kita tetap dekat dengan Yesus, kita harus berdoa untuk memeriksa sikap kita agar tidak terjadi  perpecahan kepribadian.  Sebab kita harus mendasari setiap perbuatan dengan hati yang tulus.  Semoga kita memiliki keberanian dan ketabahan untuk menjadi murid Kristus yang sejati dalam semua aspek kehidupan kita.


3. Meniadakan Firman Allah: 

Yesus menuduh orang Farisi meniadakan firman Allah dengan alasan demi mendukung dan menegakkan tradisi mereka. Di bagian injil lain mereka dituduh telah mengikatkan  beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.” (Matius 23:4). 


Ini adalah peringatan keras bagi kita yang berada dalam posisi otoritas rohani atas orang lain— guru,  pembimbing, pemimpin pelayanan, orang tua, dll. Kita dapat mewaspadai dan menghindari tindakan yang dapat merusak upaya orang lain untuk  dekat di hati Yesus. 


Dalam menjalankan otoritas kita, kita harus memohon kerendahan hati, berusaha mencari yang terbaik bagi mereka yang berada di bawah asuhan kita, dan terus mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup bagi Kristus.


Orang-orang Yahudi sangat meninggikan tradisi (menunjuk pada sekumpulan perintah dan ajaran tidak tertulis para rabi yang terkenal pada masa lalu, kumpulan 613 peraturan sebagai pedoman bagi setiap aspek kehidupan 


Perintah negatif berjumlah 365, yang bertepatan dengan jumlah hari dalam satu tahun matahari. Sedangkan perintah positif berjumlah 248, yang dikatakan merupakan jumlah seluruh tulang dan organ utama dalam tubuh manusia )


Tradisi ini mereka campur adukkan dengan ibadah. Mereka sudah tidak dapat membedakan yang mana berotoritas ilahi. Ketika melihat para murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan, mereka menganggap hal itu najis. Hal ini berbeda dengan kebiasaan mereka yang selalu melakukan pembersihan secara lahiriah


Di kalangan orang Yahudi pada zaman Yesus, pembasuhan tangan sebelum makan termasuk kesalehan yang dijalankan oleh para imam dan mereka yang berurusan dengan ibadat


Adat seperti itu dirincikan didalam Talmud, yakni kumpulan penjelesan aturan dan hukum yang terangkum dalam Misyny, Misyny sendiri merupakan penjabaran dari hukum-hukum Taurat


Bagaimanapun juga, tidak ada kewajiban seperti itu bagi yang bukan imam. Orang Farisi dan para ahli Taurat tidak termasuk golongan imam. Memang ada kewajiban membasuh diri sebelum masuk dalam Bait sebelum beribadat


Tetapi yang dibicarakan dalam Injil hari ini ialah pembasuhan tangan secara ritual sebelum makan. Sebenarnya Yesus tidak akan terlalu ditanya-tanya mengenai hal serupa, karena permasalahannya hanya menyangkut para imam Yahudi


Sebenarnya, ada motif terselubung dibalik kedatangan mereka dari Yerusalem ke tempat Yesus. Mereka datang untuk mencari kesalahan Yesus (1-5). Karena itu Yesus secara keras menegur mereka. 


Demi kemunafikan, mereka rela mengabaikan perintah Allah (6-8). Selain itu, orang Yahudi juga mengabaikan pemeliharaan terhadap orangtua. Mereka berpikir kalau sudah mempersembahkan kurban kepada Allah, maka tidak perlu memerhatikan orangtuanya (9-13) 


Mereka menggantikan kemurnian moral dengan hal-hal seremonial. Yesus menjelaskan bahwa makanan yang masuk dari luar tidak mencemari hati. Kenajisan sesungguhnya terdapat di hati yang dikeluarkan melalui perkataan dan tindakan jahat


Tuhan tahu kejahatan yang ada dalam hati seseorang, meski ditutupi dengan sikap atau perkataan baik. Seseorang bisa terlihat benar dari luar, tetapi hatinya belum tentu mengasihi Allah


Tradisi dan adat istiadat tidak salah seluruhnya. Tetapi kebenaran TUHAN jauh melampaui tradisi dan adat istiadat manusia 


Adat istiadat dan tradisi seharusnya didasarkan pada Firman Allah. Allah ingin hati kita mendekat kepada-Nya. Dengan demikian, hati kita akan terisi hal-hal yang mengutamakan Tuhan


Mulai dari keluarga sampai dengan komunitas terbesar yakni negara selalu ada aturan-aturan atau adat kebiasaan yang berlaku. Salah satu tujuan dari peraturan atau adat kebiasaan itu adalah untuk ketertiban dan keamanan hidup bersama sebagai satu keluarga atau satu negara.


Misalnya  di salah satu keluarga tidak boleh ada kata makian antar saudara atau orangtua kepada anak. Jika ada yang sampe keluarkan kata makian, akan mendapat hukuman yg juga sudah disepakati bersama. 


Di keluarga lain, ada kebiasaan jika mau bepergian dan saat masuk kembali ke rumah, harus melalui pintu depan dan di ruang tamu harus berhenti sejenak untuk menyapa dan berdoa sejenak di depan patung hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Bunda Maria. Itu adat kebiasaan di keluarga: komunitas terkecil. 


Terkadang masalah sepele dan tidak prinsipil menimbulkan masalah besar akibat kesalahpahaman. Soal mencuci tangan sebelum makan misalnya, adalah aturan manusia dan kebiasaan manusia. Tetapi itu dipersoalkan oleh orang Farisi dan Ahli Taurat.


Mereka mempersalahkan Yesus dan Murid2-Nya karena tidak mencuci tangan sebelum makan. Bahkan membawa-bawa nama Tuhan. Bukannya Yesus tidak setuju, tetapi itu bukan hal prinsip yang harus diperdebatkan. Ada aturan yang lebih tinggi dari itu dan sangat prinsipil yaitu hukum Tuhan. 


Tidak heran jika Yesus katakan mereka orang-orang munafik: "JawabNya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."  (Mrk 7:6-8).


Mungkin kita juga begitu, terlalu mengutamakan penampilan, santun, manis berkata-kata, memoles diri supaya memberi kesan baik dan suci, padahal semua itu hanya kemunafikan: hanya untuk diterima oleh sesama, hanya untuk formalitas, sementara hati penuh kebencian, kedengkian, permusuhan dan egois. Namun, kita berdoa, supaya jangan sampai kita seperti itu. Hukum Tuhan di atas segala-galanya. Dan itu adalah soal hati yang tulus.


Orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. 


Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 


Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. 


Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban yaitu persembahan kepada Allah, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 


RENUNGAN:

Tuhan Yesus mengingatkan kita semua yang seringkali mengutamakan tradisi atau kebiasaan dan mengabaikan hal-hal pokok yaitu mengutamakan Tuhan dalam kehidupan ini. Seringkali kita memperdebatkan cara baptisan.


sementara inti dari baptisan itu diabaikan. Atau, kita seringkali, dan terus menerus, memperdebatkan tradisi perayaan Natal, sebelum tgl 25 Desember ataukah setelahnya? Kita berlelah-lelah memperdebatkannya, sementara kita lupa pada inti dari perayaan Natal itu sendiri. Tentunya Tuhan Yesus tidak berkenan terhadap segala sikap dan tindakan kita yang menyebabkan kondisi seperti ini. 


Oleh karena itulah Tuhan Yesus mengecam sikap orang-orang Farisi yang lebih mengutamakan tradisi daripada mengutamakan Tuhan. Tuhan Yesus mengecam sikap munaik mereka yang seolah-olah memuliakan Tuhan namun sesungguhnya kehidupan mereka sehari-hari tidak mencerminkan orang yang sungguh-sungguh taat pada perintah Tuhan. Mereka hidup dalam kemunafikan dan menganggap diri lebih baik dan suci, dibandingkan melaksanakan perintah Tuhan.  


Melalui sabda Tuhan hari ini, Tuhan Yesus tidak bermaksud menghilangkan tradisi melainkan hendak meluruskan pola pikir, sikap, dan cara memperlakukan tradisi tersebut agar tidak mengalahkan atau mengabaikan ketaatan kita kepada perintah Tuhan. 


Bagi Tuhan Yesus, ukuran suci atau najis tidak ditentukan oleh ketaatan pada tradisi, tetapi lebih ke isi hati kita, apakah kita sungguh-sungguh taat pada perintahNya atau tidak. 


Tuhan Yesus menghendaki kita untuk tidak bersikap dan bertindak sebagai orang munaik yang seolah-olah takut akan Tuhan, namun hati dan kehidupan kita jauh dari Tuhan. 


Marilah kita berusaha untuk selalu mengutamakan perintah Tuhan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup kita senantiasa menjadi perwujudan kasih Tuhan kepada sesama disekitar kita. 

Monday, 7 February 2022

Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret. Semua orang Yang Menjamah Yesus Menjadi Sembuh Markus 6: 53-56.

Yesus Menyembukan orang  Sakit DiGenesaret.


Dikisahkan bahwa banyak orang berusaha datang menjumpai Yesus "Berlari-larilah mereka ke seluruh daerah ini dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana kabarnya Ia berada". Mereka pun memetik buah dari perjumpaan dengan Yesus. "Semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh".


Dalam keheningan, di rumah, kita juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. Namun, ada hal yang perlu dipahami yakni bagaimana Tuhan akan hadir kalau hidup kita jauh dari Tuhan?, seakan tiada waktu lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi.


Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. Dalam Misa Kudus, Tuhan hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Sejatinya, melalui bacaan Injil  kita diingatkan akan kualitas iman kita, apakah iman yang kita miliki itu hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu?.


Mengapa hal itu harus diingatkan kembali, karena banyak umat beriman yang hidup rohaninya hanya sebatas rutinitas saja, sebatas tampilan lahiriahnya saja. Keinginan untuk lebih jauh mengenal akan kehadiran Tuhan di dalam dirinya seringkali terkalahkan oleh keinginannya untuk ikut memperebutkan harta duniawi.


Mengapa bisa demikian?, karena yang menjadi panduan hidupnya adalah pikirannya dan bukan hatinya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-harinya rajin membaca Kitab Suci, pernah mengikuti kursus Kitab Suci, pernah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan masih banyak lagi, namun keinginannya untuk mengenal lebih mendalam akan Yesus sepertinya tidak ada di hatinya.


Pada pemahaman saya orang yang demikian itu seharusnya memiliki keinginan yang mendalam untuk lebih mengenal Yesus serta mau mengajak sesamanya. Justru orang-orang yang hidup imannya datar-datar saja malah lebih mengenal Yesus.


 Sebagaimana dikisahkan dalam bacaan hari ini: "Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus".


Hal itu menggambarkan bagaimana orang-orang mengejar Yesus serta percaya akan kuasa Yesus dan mempunyai kerendahan hati dalam beriman. Mereka yakin bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya saja, maka mereka akan sembuh dan tentunya dalam iman kepada-Nya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantar kita supaya bisa berjumpa dengan Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, hendaknya kita mau untuk memiliki semangat dan kerendahan hati dalam beriman kepada-Nya. Mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup serta mau untuk memusatkan iman yang dimilikinya kepada-Nya. 


Mau untuk memohon kepada-Nya supaya diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja iman kepada-Nya akan pulih kembali, akan hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Akan hidup berserah serta seturut kehendak-Nya, serta mau untuk membagikan berkat, rahmat serta kasih-Nya kepada sesamanya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantarkan kita supaya bisa berjumpa dengan Yesus Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. 


Dalam  keheningan, di rumah, kita juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. 


Bagaimana Tuhan akan hadir kalau  hidup kita jauh dari Tuhan, seakan tiada waktu  lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi. Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. 


Dalam Misa Kudus, Tuhan  hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Umat beriman yang terkasih, kita diingatkan akan kualitas iman kita, apakah iman yang kita miliki itu hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu?. 


Mengapa hal itu harus diingatkan kembali, karena banyak umat beriman yang hidup rohaninya hanya sebatas rutinitas saja, sebatas tampilan lahiriahnya saja. Keinginan untuk lebih jauh mengenal akan kehadiran Tuhan di dalam dirinya seringkali terkalahkan oleh keinginannya untuk ikut memperebutkan harta duniawi. 


Mengapa bisa demikian?, karena yang menjadi panduan hidupnya adalah pikirannya dan bukan hatinya. Sekalipun dalam kehidupan sehari-harinya rajin membaca Kitab Suci, pernah mengikuti kursus Kitab Suci, pernah mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi dan masih banyak lagi, namun keinginannya untuk mengenal lebih mendalam akan Yesus sepertinya tidak ada di hatinya. 


Pada pemahaman saya orang yang demikian itu seharusnya memiliki keinginan yang mendalam untuk lebih mengenal Yesus serta mau mengajak sesamanya. Justru orang-orang yang hidup imannya datar-datar saja malah  lebih mengenal Yesus. 


Sebagaimana dikisahkan dalam bacaan hari ini: Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus. 


Hal itu menggambarkan bagaimana orang-orang mengejar Yesus serta percaya akan kuasa Yesus dan mempunyai kerendahan hati dalam beriman. Mereka yakin bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah-Nya saja, maka mereka akan sembuh dan tentunya dalam iman kepada-Nya.


Perjumpaan dengan Yesus dan mengalami kehadiran Allah dalam segala peristiwa hidup adalah buah dari bimbingan rohani yang menghantar kita supaya bisa berjumpa dengan Kristus dalam pengalaman hidup sehari-hari. 


Oleh karena itu, hendaknya kita mau untuk memiliki semangat dan kerendahan hati dalam beriman kepada-Nya. Mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup serta mau untuk memusatkan iman yang dimilikinya kepada-Nya. 


Mau untuk memohon kepada-Nya supaya diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja iman kepada-Nya akan pulih kembali, akan hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Akan hidup berserah serta seturut kehendak-Nya, serta mau untuk membagikan berkat, rahmat serta kasih-Nya kepada sesamanya.


Banyak orang memiliki keinginan untuk mengalami kehadiran Tuhan di tempat-tempat doa, kemudian berdevosi ke berbagai tempat ziarah, mengapa harus membuang uang yang begitu banyak, mengapa uangnya tidak diberikan saja ke rumah yatim atau menolong saudara-saudara kita yang hidupnya berkekurangan.


 Dengan sikap dan perilaku kita yang baik dan benar, secara tidak langsung kita juga telah menghadirkan Tuhan.  Dalam  keheningan, di rumah, kita pun juga dapat menghadirkan Tuhan. Kita akan dapat merasakan kehadiran Tuhan di dalam hati kita. 


Bagaimana Tuhan akan hadir kalau  hidup kita jauh dari Tuhan, seakan tiada waktu  lagi, sudah habis untuk mengejar tawaran duniawi. Kita mengimani bahwa Tuhan hadir di tengah kita dan yang paling istimewa adalah pada perayaan Ekaristi Kudus. 


Dalam Misa Kudus, Tuhan  hadir dalam jemaat yang berhimpun, melalui sabda-Nya, dan puncaknya dalam Ekaristi Kudus dalam rupa roti dan anggur yakni Tubuh dan Darah Kristus.


Marilah kita  Berdoa.

Tuhan, bukalah pikiran dan hati kami saat menyongsong Rabo Abu.  Kami ingin menggunakan kesempatan Prapaskah ini untuk lebih dekat dengan-Mu. Beri kami rahmat untuk berdoa dengan baik di saat-saat ini. Amin


1. Terkenal: 

Yesus mulai dikenal sebagai rabi penting dan pembuat mukjizat di seluruh wilayah. Orang-orang "bergegas" untuk membawa orang sakit mereka kepada-Nya untuk disembuhkan. Mereka yakin bahwa Yesus memiliki kekuatan yang mereka cari. Mengapa? Sebab reputasi-Nya telah mendahuluinya. 


Banyak yang mengenal saksi mata yang telah disembuhkan atau melihat sendiri mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Dan mereka didorong oleh iman mereka untuk menyongsong kedatangan Mesias yang penuh kuasa. 


Di zaman kita, Yesus tinggal di setiap gereja dan setiap rempat suci di sekitar kita. Dia bahkan mungkin hanya beberapa langkah saja dari tempat tinggal kita. Dia siap menyambut penyerahan diri dan iman kita. 


2. Penyembuhan yang Luas: Orang-orang berbondong-bondong datang kepada Yesus dari desa-desa, dan "di mana pun mereka mendengar Dia." Betapa putus asanya keadaan mereka saat membawa orang sakit dari desa ke desa, berharap bisa melacak dan menemui tabib terkenal itu. 


Sudah tentu banyak yang terhalang oleh medan, pesan yang membingungkan, dan orang banyak yang mengelilingi Yesus.


 Namun tetap saja, mereka bertahan. Ketika mereka melihat Yesus, mereka tidak meminta tanda-tanda yang mencolok. Mereka dengan rendah hati memohon agar bisa menyentuh hanya rumbai jubah-Nya.  Iman mereka memungkinkan Yesus melakukan penyembuhan!


3. Hanya Rumbai: 

Yesus menyembuhkan siapa saja yang menyentuh rumbai jubah-Nya. Bayangkan kekuatan yang berasal dari Yesus dan reaksi orang-orang yang disembuhkan sekaligus! 

Ketika kita merefleksikan kekuatan Tuhan yang maha kuasa atau mengalaminya dalam hidup kita sendiri, jiwa kita secara alami merespons dengan ucapan syukur dan pujian. 


Berdoa. 

Ya Tuhan, kami tahu bahwa iman dapat memindahkan gunung, dan dalam hal ini, iman orang-orang menghasilkan banyak penyembuhan jasmani dan rohani. Tolong kuatkan  iman kami. Kami percaya. Bantulah ketidakpercayaan kami (Markus 9:24). Amin

Sunday, 6 February 2022

Yesus Berkata kepada Simon: "Jangan Takut, Mulai Dari Sekarang Engkau Akan Menjadi Penjala Manusia."

"Bertolaklah ke tempat yang dalam  tebarkanlah jalamu utk menangkap ikan" 


Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.


 Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 


Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.


 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 


Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


Saat kita alami frustrasi, kecewa dan merasa gagal, apakah kita masih mendengarkan nasihat orang lain?   Injil hari ini mau mengajar kita untuk melihat diri, apakah kita juga punya sikap yang sama dengan Simon Petrus? Simon Petrus bersama teman-temannya, sepanjang malam bekerja keras di danau untuk menangkap ikan, tetapi tidak menangkap apa-apa. 


Kita bisa bayangkan kekecewaan dan keletihan mereka. Mereka sudah korbankan tenaga, waktu dan kesabaran sepanjang malam, tetapi tidak mendapat apa-apa. Sekarang, di siang hari,  Yesus Kristus menyuruh Simon untuk tebarkan jalanya ke Danau. Kata Yesus kepadanya: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”  


Walaupun secara logika dan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang Nelayan, hal itu akan sia-sia, namun Simon menurut saja apa yang dikatakan Yesus Kristus. Kata Simon kepada Yesus: “Karena Engkau yang menyuruhnya, maka aku akan menebarkan jala juga.”  


Pertanyaan kita: Apakah Simon mengikuti perintah Yesus dengan tulus? Percayakah Simon bahwa akan terjadi mujizat setelah dia mengikuti perintah Yesus?  Tetapi setelah mereka menebarkan jala, tiba-tiba mereka menangkap begitu banyak ikan.


 Pada saat itu, Simon sangat heran! Jala mereka mulai koyak. Melihat hal itu, Simon Petrus tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku orang berdosa.”  Apa yang mendorong Simon sampai meminta Yesus tinggalkan dia? Dosa apakah yang sudah dibuatnya kepada Yesus?  


Simon sadar akan kesombongannya. Dari pernyataan Simon, kita bisa tahu bahwa tadinya dia mengikuti perintah Yesus tidak dengan tulus hati. Dia tidak pernah berpikir bahwa buah ketaatan yang tulus akan menghasilkan mujizat. Simon sepertinya masih mengagungkan pengetahuan dan pengalamannya sebagai Nelayan professional.


 Dia tidak percaya akan pengetahuan Yesus, sebagai Tukang Kayu, menyuruh Nelayan professional menebarkan jala di siang hari. Sadar akan kesombongannya, Simon jadinya malu sesudah melihat mujizat yang terjadi.   Simon semakin sadar bahwa dia seorang berdosa di hadapan Yesus Kristus. Dia sadar bahwa tadinya dia mengikuti perintah Yesus Kristus tidak dengan sepenuh hati; tidak keluar dari satu kesadaran iman bahwa Yesus adalah Tuhan, yang bisa melakukan mujizat.



Mungkin terkadang kita seperti sikap Simon Petrus, asal ikut tetapi tidak dengan tulus. Sesudah terlanjur baru sadar akan kelemahan kita; Mungkin terkadang juga kita sombong, tidak mau diperitahkan atau dinasihati oleh orang yang berbeda profesi, mungkin kita merasa bahwa kita jauh lebih hebat dari orang yang menasihati kita. 


Sikap yang terbaik adalah rendah hati dan terimalah perintah dan nasihat sesama dengan sepenuh hati. Tidak ada ruginya menjalankan perintah dengan penuh tanggungjawab dan iman yang teguh. 


Kerja dan usaha yang dijalani dengan tekun akan memberi hasil pada waktunya dan  tidak pernah sia-sia. Sepanjang malam Simon dan teman-teman berusaha menangkap ikan, namun tidak mendapatkan. Pada saat yang tepat, datanglah Tuhan untuk memberi berkat dan meminta agar Simon menebarkan jala ke tempat yang lebih dalam. 


Hasilnya luar  biasa. Sungguh menakjubkan!.  Manusia berusaha, Allah menopang dan melengkapinya. Di manapun para murid berada dan melakaanakan tugas mereka, Tuhan Yesus selalu menyertai dan menolong.  Tuhan turut bekerja bersama kita dab pekerjaan kita adalah sarana untuk bersaksi agar banyak orang mengalami kebaikan Tuhan dalam hidup ini. 


Merubah sebuah profesi itu tidak mudah. Simon Petrus yang semula seorang penjala ikan dimintai Yesus menjadi penjala manusia. Itu memerlukan pengorbanan yang total. Pernahkah kita melihat nelayan menangkap ikan menggunakan jala? Apa yang dia lakukan setelah mengangkat jalanya dari air? 


Biasanya memilah ikan-ikan yang didapat. Yang kecil dibuang kembali ke air dan yang besar diambil. Ikan itu bisa untuk dikonsumsi sendiri dan bisa dijual untuk nafkah kehidupan sehari-hari. Intinya adalah untuk kepentingan si penjala.


Yesus memanggil beberapa orang nelayan di danau Genesaret untuk menjadi murid-murid-Nya yang pertama. Dia bukan orang-orang hebat. Dia hanya orang sederhana yang tidak lebih baik daripada kebanyakan orang di lingkungannya. Karena itu, Yesus perlu menegaskan kepada Petrus, "Jangan takut!" (Luk. 5:10). 


Perkataan itu adalah sebuah peneguhan, kabar baik. Petrus diyakinkan bahwa ia dapat menjalankan misi itu dengan baik. Kini, kepada kita dipercayakan sebuah tugas: "Mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Frasa "akan menjala manusia" bisa diartikan "akan menjala hidup-hidup". 


Inilah yang membedakan antara penjala ikan dan penjala manusia. Penjala ikan "mengantar" ikan yang hidup menuju ke kematian. Sedangkan, penjala manusia "mengantar" orang yang tadinya sedang menuju kematian menjadi menuju kehidupan.


Setiap orang yang telah mengenal Kristus punya potensi untuk "menjala manusia". Seberapa banyak kita telah melakukan peran itu?  Menjadi “penjala manusia” merupakan panggilan sekaligus menjadi tugas perutusan bagi Petrus dan para murid lainnya. Pekerjaan mereka yang semula menjala ikan diubah menjadi “menjala manusia” lewat panggilan di pantai danau Genesaret.


 Panggilan inilah yang kemudian menjadi alasan kebersamaan Yesus dan para murid-Nya. Yesus ingin agar melalui kebersamaan dengan-Nya, para murid belajar menjadi “penjala manusia” sebab untuk itulah mereka akan diutus kelak. Dengan kata lain, “menjala manusia” merupakan panggilan perutusan para murid. Persoalannya adalah apa arti “menjala manusia”? 


Apakah sama artinya dengan menjala ikan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Simon dan teman-temannya? Tentu tidak. Pastilah berbeda. Menjala ikan itu hanya untuk menangkap ikan demi kelangsungan hidup kita saja. Sementara menjala manusia akan memberikan hidup yang kekal. Menjala ikan hanya untuk membutuhi kehidupan jasmani, tetapi menjala manusia akan memberikan hidup yang kekal. Karena itu, marilah menjala manusia agar mendapatkan hidup yang kekal. 


Renungan Untuk Kita Semua.

Ketika seseorang berada dalam keadaan baik, normal dan tenang, tiada masalah dan pencobaan, mudah baginya untuk taat kepada Tuhan.  Berbeda dengan orang-orang yang berada dalam kesulitan, terpuruk, kecewa, putus asa dan kesal hati, sulit rasanya untuk menjadi taat. Dalam keadaan yang demikian orang akan mudah tersinggung dan sulit mengendalikan emosi serta menjadi sering marah.


Perasaan inilah yang sedang berkecamuk di hati Simon dalam bacaan hari ini. Ia dalam keadaan lelah yang luar biasa, kecewa dan putus asa karena sepanjang malam bekerja keras di tengah laut tapi tak seekor ikanpun diperoleh. Yesus tahu apa yang dialami Simon, lalu Yesus naik ke perahu Simon dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.


 Namun inilah reaksi Simon ketika diperintahkan oleh Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala lagi. Pastilah dia sudah paham betul "medan,"nya dan kapan saat yang tepat untuk menjala ikan.  Belum lagi ia harus mendengarkan Yesus mengajar firman Tuhan di atas perahunya. 


Tak bisa dibayangkan betapa bergemuruhnya perasaan Simon waktu itu. Biasanya orang yang sedang kesal hati dan putus asa sulit untuk menerima firman Tuhan. Tapi Simon mencoba untuk melakukan apa yang diperintahkan Yesus kepadanya, dan katanya "...karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."


Ketaatan Simon tidak pernah sia-sia; secara manusia itu tidak mungkin, tapi bagi Tuhan tidak ada perkara yang mustahil. Dan ada tertulis:  "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak...lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam." Karena taat, Simon mengalami mujizat dan diberkati Tuhan secara luar biasa.


Pada saat kita melangkah melewati batas kapasitas kita dan mempercayai Allah, pada saat itu ada banyak keajaiban yang kita temukan, bahkan yang tidak dapat kita kerjakan. Jadilah taat dan Tuhan akan membuka pintu kemungkinan dan berkat bagi kita.

Saturday, 5 February 2022

Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang. Markus 6:30-34

YESUS Memberi  Makan Lima Ribu Orang.


Pada waktu itu Yesus mengurus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan tugas itu mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. 


Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Marilah ke tempat yang sunyi,  kita sendirian, dan beristirahatlah Sejenak!” Memang begitu banyaknya orang yang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. 


Maka pergilah mereka mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat, dan mereka tahu persis. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu dan mereka malah mendahului Yesus. 


Ketika mendarat, Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak, Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka.


Rasa bahagia dan bangga muncul saat kita berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Salah satu yang membahagiakan dalam hidup adalah saat kita bisa menolong dan meringankan beban sesama.  Hidup menjadi indah dan mengalirkan berkah ketika dijalani dengan saling mendukung dan menolong.  


Perasaan itu pula yang tampaknya dialami oleh para murid saat berkumpul dengan Tuhan Yesus setelah mereka pulang dari menjalankan tugas yang dipercayakan kepada mereka. Mereka diajak untuk beristirahat sejenak di tempat yang sunyi agar bisa memulihkan tenaga dan energi. 


 Akan tetapi, ternyata mereka diikuti dan didatangi sedemikian banyak orang yang membutuhkan sapaan dan pertolongan. Tergeraklah hati Tuhan oleh belaskasihan. Dari hati yang penuh kasih mengalir daya dan energi untuk selalu peduli, mengasihi dan  menolong sesama. 


Ketika para rasul selesai melaksanakan tugas perutusan guna mewartakan Injil, mereka kembali dan memberikan laporan atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka selalu berusaha melakukan kehendak Allah dalam menjalankan tugas perutusan yang mereka terima dari Tuhan. Mereka tidak punya alasan untuk memegahkan diri. 


Mereka mewartakan karya dan ajaran yang mereka terima dan dengarkan dari Yesus. "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil" (1Kor 9:16). 


Kemudian Yesus mengajak para rasul dengan berkata: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika" (Mrk.6:31). Apabila kita merenungkan ajakan Yesus itu, kita akan mengalami bahwa "kesunyian" merupakan anugerah dan menjadi saat istimewa yang Tuhan sediakan bagi kita. 


Saat itu menjadi anugerah karena di dalam kesunyian itulah kita dapat menciptakan "hening batin" dan mengalami kehadiran Tuhan yang mengarahkan kita untuk dapat melihat kembali dan merefleksikan serta memberi arti atas segala sesuatu yang telah kita kerjakan; dapat melihat dengan lebih jelas fokus arah perjalanan hidup kita.


sebagai murid-murid Kristus serta menemukan kembali kekuatan rohani untuk mencapainya; dapat memposisikan kebutuhan hidup yang mendasar untuk menjadi selaras dengan rencana Allah, yaitu memohon hikmat dan pengertian agar dapat melihat rencana Allah dan melaksanakan apa yang dipercayakan Allah bagi kita.


Dalam Injil kita mendengar bahwa para murid kembali lagi berkumpul bersama Yesus setelah menunaikan tugas pewartaan Injil. Yesus kemudian mengajak mereka beristirahat sejenak. Akan tetapi, rencana mereka itu diketahui oleh banyak orang. Akibatnya, rencana tersebut batal. 


Yesus lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan orang banyak yang memerlukan kehadiran dan sentuhan kasih-Nya. Dan kemudian melayani mereka serta menyembuhkan aneka penyakit yang diderita oleh mereka.


Hal menarik dari bacaan Injil  adalah Yesus rela meninggalkan kepentingan diri sendiri dan mengalihkan perhatian kepada kepentingan orang banyak yang datang kepada-Nya. 


Yesus mengajak para murid-Ntulus dan rela berkorban dengan sepenuh hati, tulus dan ikhlas. Kita pun diajak oleh Yesus untuk berbuat yang sama demi kebaikan sesama kita, terutama mereka yang menderita dan membutuhkan uluran tangan kita. 


APAKAH KITA BERSEDIA? Semoga kita berani dan rela berkorban demi kebaikan dan kebahagiaan sesama kita agar kita pun mengalami kebahagiaan yang sama.


Pernahkah anda meluangkan waktu untuk hening batin dan merasakan kehadiran Tuhan. Untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan tentunya kita harus memiliki hati yang terbuka agar Tuhan dapat dengan leluasa berkarya di dalam hati kita. 


Dengan demikian kita akan fokus pada arah perjalanan hidup kita sebagai orang beriman dan sekaligus sebagai pengikut Kristus, menjadi gembala umat yang baik bagi sesama dengan penuh kasih. 


Mengimani Kristus berarti menjadi pengikut-Nya yang mempersatukan dan membawa kedamaian. Keselamatan manusia ialah menyatunya manusia dengan Allah dan Kristus.


 Terlebih, apabila kita mau mendengarkan firman Allah, akan berbuah banyak bukan hanya untuk kehidupan kita di dunia ini saja tetapi terutama juga untuk hidup abadi. 


Sebagaimana kita pahami, bahwa Kristus adalah Sang Sabda. Manusia hidup bukan hanya dari roti saja tetapi terutama justru dari sabda Allah, karena tujuan hidup manusia adalah hidup abadi. Dengan melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak Kristus, maka manusia membangun dirinya sebagai manusia yang layak diangkat menjadi anak Allah. 


Sebagai gembala, setiap kali melihat umat-Nya berbondong-bondong mendatang Dia, Yesus selalu jatuh hati dan berbelas kasih kasih, bukan hanya melayani mereka dengan mengajar tetapi juga menyembuhkan yang sakit. Apa yang dilakukan Yesus adalah merupakan tanda, bahwa Ia adalah Sang Sabda. 


Selama segala sesuatu, apa pun itu, yang menyenangkan atau yang menyusahkan, yang menyembuhkan atau yang menyakitkan, yang membahayakan atau yang memberi harapan, apabila kita pandang dalam hubungannya dengan Kristus, Sang Sabda, maka semuanya itu merupakan tanda cinta Kristus kepada kita semua.


Bagaimana agar kita dapat memiliki kepekaan akan tanda-tanda Sabda Tuhan? Salah satu yang penting bagi kita orang beriman Kristiani ialah bertekun untuk membaca Kitab Suci, sebab Kitab Suci memuat Sabda Tuhan sekalipun menggunakan bahasa manusia yang tidak lain daripada tanda. 


Apabila kita perhatikan apa yang tertulis dalam Kitab Suci terutama Perjanjian Lama, banyak tulisan yang tampaknya mengenai hal-hal yang biasa terjadi pada manusia tetapi kemudian ditunjukkan kehendak Tuhan dalam peristiwa itu atau bahkan juga perbuatan yang menyebabkan sesuatu terjadi itu memang diperintahkan atau direncanakan oleh Tuhan. 


Maka mampu menangkap peristiwa yang kita alami atau menyaksikan peristiwa yang dialami orang lain sebagai tanda cinta Kristus itu bukan hanya berarti akan mampu mengatasi persoalan-persoalan dalam hidup dan kehidupan kita, tetapi juga akan membahagiakan karena kita merasakan kehadiran Tuhan. Biasanya orang melihat tanda cinta hanya yang menyenangkan saja, padahal tanda cinta dapat berubah-ubah. 


Apabila kita mampu menangkap dari peristiwa apapun sebagai tanda cinta Allah, maka orang akan merasa tenang dan damai yang akhirnya akan membawanya kepada penghayatan makna hidup ini yang sungguh membahagiakan. 


Kuncinya ada pada hati yang positif, hati yang tidak menyimpan segala sesuatu yang sifatnya negatif, hati yang kita jaga kebersihannya, hati yang kita jadikan sebagai kediaman Allah, dan hati yang kita jadikan sebagai panduan hidup kita. Suara hati, kata hati, adalah merupakan suara Allah yang setia mendampingi kita dengan rahmat dan cinta-Nya. 


Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.


Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. 


Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.


Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.  


Ya Tuhan, tolong kami untuk bisa melihat realitas dalam kehidupan kami.  Juga dapat melihat dunia di sekitar kami.  Kami ingin melihat diri kami seperti Engkau sendiri telah melihatnya.   Biarkan kami mengalami Engkau sebagai gembala kami. Amin


1. Diutus dan melaporkan pengutusan.  

Yesus telah mengutus para murid untuk suatu misi. Dan para murid menceritakan dan membagikan pengalaman mereka dengan Kristus. Apa saja yang diceritakan? Tantangan yang mereka hadapi, mukjizat yang mereka alami, kegembiraan di tengah melayani, dan perubahan yang di dalam diri mereka sendiri. 


Seperti para murid, kita perlu mencermati dan merangkum pengalaman harian kita setiap malam saat kita berbagi kegembiraan dan pergumulan kita dalam doa malam kita.  Dengan demikian kita bisa menemukan setiap tanda-tanda penyertaan-Nya di sepanjang hari itu. 


Suatu saat kita mungkin akan berterima kasih atas mukjizat yang kita saksikan; Di hari yang lain, ketika kita merasakan salib yang pedih, kita berterima kasih kepada Yesus atas penderitaan yang Dia izinkan terjadi dalam hidup kita. 


Kita selalu belajar mengungkapkan rasa syukur atas kehadiran-Nya seraya menyadari bahwa kebaikan yang kita lakukan adalah milik-Nya, dan kelemahan serta cedera yang terjadi semata adalah milik kita.


2. Datang dan Istirahat.

Yesus pasti sangat senang saat mendengar cerita dari para murid tentang kegiatan misi mereka tetapi Dia juga tahu pentingnya istirahat. Dia mengundang mereka untuk “pergi dan beristirahat” dengan-Nya. 


Yesus terkadang meminta kita untuk berhenti juga, untuk mengisi ulang baterai spiritual dan emosional kita. Peristirahatan kita mungkin berhenti di saat teduh kita untuk merasakan keheningan yang damai. 


Ada "waktu istirahat" dari komputer dan telepon untuk membaca buku yang bagus, atau untuk jalan-jalan di alam, atau istirahat dengan mata tertutup. Dia meminta kita untuk melakukan semua hal ini "dengan Dia".


3. Hati-Nya Digerakkan oleh Belas Kasihan.

Bayangkan betapa besar kepedulian, kelembutan, dan belas kasih di mata Kristus. Di saat Dia memandang orang banyak yang sangat membutuhkan pengajaran. 


Banyak yang harus Yesus kerjakan untuk orang banyak itu.  Dan sudah tentu hal itu mengecewakannya para murid. Mereka tidak akan ada waktu istirahat untuk saat. 


Namun Tuhan tahu apa yang kita butuhkan setiap saat. Tidak masalah apakah kita secara aktif terlibat dalam kehidupan atau sedang istirahat.  Selama kita berusaha untuk memahami kehendak Tuhan dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya kita masih tergolong murid yang baik.


Berdoa: 

Ya Yesus, terima kasih atas pengalaman cinta dan kelembutan-Mu terhadap kami. Terima kasih telah mendengarkan kami, menerima kami setiap kali kami datang kepada-Mu.  Dan Engkau juga memahami kami sehingga Engkau juga mengundang kami untuk beristirahat di dalam-Mu.


 Beri kami kekuatan untuk terus mencintai dan melayani. Kami hanya ingin menatap mata-Mu.  Dan dari sana kami belajar melihat orang-orang dan kenyataan di sekitar kami seperti yang Engkau lakukan. Buka mata dan hati kami. Terima kasih, Tuhan, atas kasih penggembalaan-Mu.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...