We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Tuesday, 1 February 2022

IMANMU TELAH MENYELAMATKAN ENGKAU. SEMBUHLAH DARI PENYAKITMU ( Markus 5 : 21-43 )




Kisahnya mengharukan mengenai kesembuhan seorang perempuan dari sakit pendarahan yang terbingkai dalam kisah Yesus menghidupkan kembali anak perempuan Yairus.


Kedua peristiwa ini terjalin satu sama lain lewat harapan yang kuat dan penuh kepercayaan dari orang-orang yang mendekatkan diri kepada Yesus, baik Yairus maupun perempuan tadi. Kekuatan penyembuh dari Yesus tidak bisa tinggal diam di hadapan harapan yang sebesar itu dan kepercayaan yang selugu itu.


Segala sesuatu, jika dilakukan dalam iman, akan mendatangkan kemenangan meski tampaknya kita kalah secara duniawi. Orang yang mempunyai relasi spiritual dengan Yesus akan lebih kuat dan tangguh dalam menjalani hidup. 


Jangan berkata sama antara orang yang sering berdoa dengan yang tidak pernah berdoa atau ke gereja. Hidup bukan hanya melakukan perbuatan baik tetapi mendasarkan perbuatan baik itu dalam Tuhan supaya sukacita kita menjadi penuh dan sempurna.


Yairus mengesampingkan statusnya sebagai pejabat sinagoga dan datang kepada Yesus, memohon untuk nyawa putrinya. Saat kita merenungkan kisah ini, ada dua hal muncul dalam benak kita. Tidak peduli seberapa banyak kita telah memberontak melawan Tuhan dan seberapa jauh kita telah berpaling dari-Nya, Tuhan tetap mengasihi kita dan mencari agar kita kembali kepada-Nya.


Tuhan ingin menyembuhkan kita dari kelemahan fisik dan membersihkan hati kita dari dosa sehingga kita benar-benar menjalani hidup ini di dalam Dia. Yesus datang untuk menyelamatkan kita dan memulihkan persekutuan hidup kita di dalam Tuhan. Mari kita berdoa agar Tuhan meneguhkan iman kita yang percaya akan kuasa-Nya. Percayalah bahwa mukjizat Tuhan masih ada hingga saat ini. 



Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, Datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 


memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." (Yairus percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias yang berkuasa menyembuhkan segala penyakit, bahkan hanya dengan jamahan tangan-Nya — seperti yang dinubuatkan di Yesaya 29:18-19, Yesaya 35:5-6, Yesaya 61:1.)


Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.


Disitu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. (Ia mengalami pendarahan kronis yang disebabkan oleh semacam tumor.) 


Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua uang yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. (Penyakitnya tidak bisa disembuhkan, bahkan ia menjadi bangkrut karena uangnya habis untuk biaya berobat.)


Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.


Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." (Perempuan ini percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias yang berkuasa menyembuhkan segala penyakit, bahkan hanya dengan satu jamahan pada jubah-Nya — kenyataannya: sang Mesias berkuasa menyembuhkan bahkan tanpa kontak fisik sedikit pun — Lukas 7:7.)


Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. (Enam ciri khas mujizat kesembuhan Yesus: 1. Yesus menyembuhkan dengan kata-kata dan/atau jamahan;

 2. Yesus menyembuhkan dengan seketika

3. Yesus menyembuhkan dengan sempurna  100% sembuh saat itu juga

;4. Yesus menyembuhkan semua yang datang kepada-Nya, tidak ada yang pulang masih lumpuh, tuli, atau buta;

 5. Yesus menyembuhkan penyakit-penyakit yang tak mungkin bisa diobati  Ia menumbuhkan kembali jari-jari yang sudah putus karena kusta; Ia membuat orang yang lumpuh total berjalan dengan sempurna; Ia menciptakan dua bola mata baru 'ex nihilo' bagi orang yang buta sejak lahir

6. Yesus membangkitkan orang yang sudah mati, bahkan mayat yang sudah membusuk empat hari lamanya.) 


Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" (Semua kuasa dari diri Yesus hanya keluar atas kendali-Nya secara penuh, karena Ia mengizinkannya.


Yesus tahu pasti siapa yang menjamah jubah-Nya — Ia bahkan tahu pasti segala sesuatu tentang perempuan ini, sebab Yesus lah yang menciptakan dia .


 Yesus sengaja bertanya agar perempuan itu tampil dan memuliakan Tuhan dengan kesaksiannya 


 Kolose 1:16-17: Karena oleh Kristuslah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan melalui Kristus dan untuk Kristus. Kristus ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada karena Kristus yang mengendalikan segalanya.)


Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?"


Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu . Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.


Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" (Yesus memanggilnya "anak-Ku

satu penegasan langsung dari mulut Tuhan bahwa perempuan ini adalah warga dan pemilik Kerajaan Sorga 


 bukan saja penyakitnya disembuhkan, tetapi yang lebih utama, jiwanya pun diselamatkan 


 jutaan mujizat yang Yesus lakukan selama lebih dari 3 tahun pelayanan-Nya di bumi adalah untuk membuktikan bahwa Dialah sang Mesias yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Tuhan.) 


Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"


Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (Yohanes 5:17-23 memuat pernyataan Yesus bahwa Ia setara dengan Tuhan Bapa dalam: pribadi, karya, kuasa dan kedaulatan, hak atas penghakiman, dan kemuliaan .


Dikatakan di ayat 21: sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa pun yang dikehendaki-Nya. 


Yesaya 26:19: Ya, YAHWE, orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun YAHWE ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali.) 


Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.


Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. (Ritual dukacita orang Yahudi melibatkan peratap-peratap bayaran yang disewa untuk berteriak-teriak dan menangis di lokasi persemayaman jenazah.)


Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"


Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.


Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" 


(Injil Markus adalah injil yang pertama dituliskan — dan Markus adalah satu-satunya dari keempat penulis Injil yang menyertakan ucapan-ucapan Yesus dalam bahasa aslinya, yaitu Bahasa Aram 


 "Talita" artinya adalah "anak domba betina," panggilan sayang untuk anak perempuan — "kum" adalah satu perintah: "bangkitlah" — satu penegasan langsung dari mulut Tuhan bahwa anak perempuan ini adalah domba milik-Nya, sekaligus warga dan pemilik Kerajaan Sorga 


Yohanes 10:27-30: "Domba-domba-Ku pasti mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.") 


Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan ke sini dan ke sana, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.


Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan. (Tentu cepat atau lambat kabar ini akan membuat masyarakat sekitar menjadi gempar — tetapi Yesus berpesan demikian untuk mencegah musuh-musuh-Nya mencari dan membunuh Dia sebelum waktunya.)


Yairus percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias yang berkuasa menyembuhkan segala penyakit, bahkan hanya dengan jamahan tangan-Nya. 


Yairus diselamatkan. 

Perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan itu juga percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias yang berkuasa menyembuhkan segala penyakit, bahkan hanya dengan satu jamahan pada jubah-Nya.


Perempuan itu juga diselamatkan. 

Tetapi "Talita" anak perempuan Yairus  bukankah ketika itu dia sudah mati? Bagaimana dia bisa percaya bahwa Yesus adalah sang Mesias yang berkuasa membangkitkan dia dari kematiannya  bahkan menyelamatkan jiwanya? 


Sebab di dalam Kristus, Tuhan telah memilih kita (semua umat pilihan — dan "khusus hanya" umat pilihan) sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.


Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,


supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Kristus, yang dikasihi-Nya.


Tuhan sudah menetapkan sebelum dunia dijadikan, jauh sebelum Talita diciptakan, bahwa Talita akan diselamatkan. 


Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.


Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.


Bagaimana orang berdosa yang layak masuk neraka bisa diselamatkan dan menjadi warga Kerajaan Sorga?


Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Tuhan, 


itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. 


Karena kita ini buatan Tuhan, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Tuhan sebelum dunia dijadikan. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.


"Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."


Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 


Sekali peristiwa, sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus.


Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”


Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.


Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.


Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.


Sebab katanya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.


Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?”


Murid-murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?”


Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.


Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”


Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”


Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring.


Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.


Setiap hari, kita menggunakan dan mengeluarkan banyak tenaga untuk beraktivitas.  Kita bahagia ketika tenaga yang kita keluarkan menghasilkan hal-hal baik yang berguna bagi sesama. Dalam kisah Injil hari ini,   ditegaskan bahwa segala daya dan tenaga yang keluar dari tubuh Tuhan Yesus selalu menghasilkan kesembuhan, kehidupan dan keselamatan. Semoga kita menggunakan daya pikir dan tenaga kita untuk mendatangkan kebaikan,  kesembuhan dan kesejahteraan. Hidup dan tenaga kita adalah anugerah dari Tuhan yang menjadi saluran berkat bagi dunia. 


Orang boleh saja berani mati, tidak takut menempuh bahaya, bahkan mendaki gunung tertinggi. Namun ketika berhadapan dengan sakit, maka segala nyalinya runtuh, bagaikan gundukan pasir diterjang air bah


Orang akan berusaha sekuat tenaga untuk kesembuhan, kadang harus menempuh tindakan irasional


My beloved mother  pernah mengatakan "teken jangga, suku jaja = tongkat  leher, berkaki dada". Ungkapan usaha sekuat tenaga, apapun akan ditempuh


Yesus berada di pantai danau Galilea


Diantara kerumunan itu ada seorang perempuan yang menderita penyakit pendarahan, semacam haid yang berkepanjangan dan tidak teratur. Ada hal penting yang jelas bagi pembaca waktu itu walaupun tidak dituliskan dalam kisah ini


Menurut hukum agama Yahudi, perempuan dalam keadaan ini dianggap menajiskan tempat yang dipakainya berbaring atau tikar akan ikut najis


Mereka harus menjalankan upacara pembersihan diri. Lihat peraturan yang terperinci dalam Imamat 15 : 25 – 30


Jadi perempuan itu harus disingkiri dan dijauhi. Boleh jadi juga ia sendiri memisahkan diri. Hidupnya terkucil. Ia sudah menerima nasib. Putus asa. 


Tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya dan uangnya sudah habis dipakai berobat. Tetapi kali ini ada sesuatu yang lain. Banyak telah didengarnya mengenai Yesus.


Dengan menjamah jubah Yesus, perempuan tadi sembuh. Imannya telah menyelamatkan dan memberi kesembuhan


Sebelumnya seorang kepala rumah Ibadat bernama Yairus datang, tersungkur di depan Yesus dan memohon supaya Yesus dapat meletakkan tangan dan menyembuhkan anaknya yang sakit dan hampir mati


Ia berharap agar dengan meletakkan tangan, Yesus dapat menyembuhkan anak itu. Tetapi orang-orang datang dan mengatakan bahwa anak itu sudah mati.


Yesus pun pergi rumah itu, menegur orang-orang yang menangis dan mengatakan kepada anak itu: Telita qum artinya hai anakKu, aku berkata kepadamu bangunlah!. 


Bacaan Injil membantu kita untuk mengerti tentang bagaimana sikap batin kita di hadapan Allah. Dengan tidak perlu memandang status social kita perlu tersungkur di depan Yesus  dan meletakkan semua harapan dan semua persoalan hidup padaNya


Kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan memberi contoh yang baik bagaimana memiliki iman dan harapan pada Yesus untuk mencurahkan kasihNya


Iman orang tua ini berdampak positif yaitu menyembuhkan dan membangkitkan anak perempuannya yang berusia 12 tahun


Iman dan harapan juga membuat kuasa Tuhan mengalir walaupun lewat ujung jubah yang dapat menyembuhkan ibu yang sakit. Kuasa kasih Yesus tercurah semuanya bagi orang yang percaya dan berharap kepadaNya

 

Sabda Tuhan  membuat kita bertumbuh dalam rasa solidaritas dengan sesama manusia. Allah begitu solider sehingga melalui Yesus, Beliau  memberi hidup baru kepada umatNya


Markus 5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"


Yesus berada di kerumunan orang banyak hanya karena dia sedang dalam perjalanan untuk menyembuhkan putri seorang pemimpin sinagoga yang memohon agar Yesus mengasihani anaknya yang sekarat. Tiba-tiba Dia bertanya “Siapa yang menyentuh saya?”.


Ya, itulah pertanyaan Yesus. Dia merasakan sesuatu yang sangat berbeda dari sentuhan normal kerumunan pada bagian tubuhnya. Dia merasa bahwa “kekuatan telah keluar darinya” (ayat 30). 


Dia merasakan bahwa seseorang telah menyentuh pakaiannya dengan maksud tertentu. Meskipun pada saat itu para murid tidak mengetahui apa yang telah terjadi. Tampaknya seorang wanita menjangkau jubah Yesus, tetapi melakukannya secara diam-diam karena kondisinya dan takut akan dipermalukan. 


Wanita ini telah menderita sakit pendarahan yang parah selama 12 tahun dan telah menghabiskan segalanya untuk mendapatkan kesembuhan kepada ahlinya, tapi kondisi malah semakin memburuk. Sekarang dia kehabisan pilihan, tetapi saat itulah dia mendengar bahwa Yesus akan datang ke kota. 


Dia memutuskan bahwa jika dia bisa menyentuh pakaiannya, dia akan sembuh. Dengan susah payah dia muncul di belakang Yesus, dan menyentuh jubahNya. Seketika, pendarahan berhenti dan penderitaannya pun berakhir.


Yesus tidak mempermalukannya. Sebaliknya, Dia memberinya lebih banyak hadiah daripada yang bisa dia bayangkan.


Pertama, Yesus memanggilnya "anak ku". Dia adalah satu-satunya orang dalam Perjanjian Baru yang dipanggil anak perempuan oleh Yesus. Ini berarti dia sekarang berada di bawah perawatan dan perlindungan-Nya.  Yesus tidak akan merendahkannya, seperti yang perempuan itu sangka. Dia akan mengklaimnya sebagai milik-Nya. 


Selanjutnya, Dia menegaskan dan memuji imannya kepada orang banyak. Kita tidak tahu seberapa besar kepercayaannya pada kuasa Yesus telah dinodai oleh kepercayaan magic, tetapi Yesus tidak peduli. Imannya mungkin tidak sempurna, tetapi itu ditujukan pada sasaran yang benar: Tuhan dan janji-janji-Nya. Dia melihat Yesus, dia tahu dia membutuhkan Dia, dan dia memiliki keberanian untuk mengklaim Dia.


Akhirnya, Dia memberinya kedamaian. Frasa "go in peace” terjemahan KJV yang berarti pergilah dengan damai, sering digunakan dalam Perjanjian Lama sebagai berkat atas tindakan dan niat orang lain (Keluaran 4:18; Hakim 18: 6; 1 Samuel 1:17; 20:42).  Dia memberkati dan menegaskan tindakan yang sebelumnya ketakutan dan hina.


Wanita dengan pendarahan menunjukkan kepada kita bahwa tidak peduli apakah kita membutuhkan kesembuhan, Yesus tidak malu untuk menanggapi. Panjangnya krisis penderitaan kita, cemooh yang mungkin kita alami karena kondisi fisik kita — Yesus tidak peduli. Dia mungkin tidak menyembuhkan kita secara fisik, tetapi jika kita menjangkau Dia dengan iman, Dia selalu bersedia untuk mengklaim kita sebagai milik-Nya, anak-Nya.


Markus 5:21-43 (Tuhan Tempat Perlindungan) Alkitab katakan bahwa Tuhan adalah Gunung batu dan Kota Benteng yang teguh, hal ini menyiratkan bahwa Tuhan adalah tempat perlindungan yang kuat bagi manusia. 


Demikianlah apa yang dilakukan oleh Yairus, seorang kepala rumah ibadat dan perempuan yang telah pendarahan selama 12 tahun yang dikisahkan dalam perikop bacaan alkitab ini. Mereka benar-benar menjadikan Tuhan Yesus sebagai tempat perlindungannya. 


Inilah beberapa hal yang menjadi bagian kita jika Tuhan adalah Tempat Perlindungan bagi kita:

 ⁃ KITA HARUS DATANG KEPADA-NYA.                                                                                                 seperti Yairus dan perempuan tsb yang datang menghampiri Tuhan Yesus untuk memohonkan pertolongan dari-Nya, demikianpun seharusnya dengan kita. Kesungguhan hati kita untuk datang kepada-Nya menunjukkan bahwa kita benar2 berharap dan percaya kepada Tuhan. Tidak mencari pertolongan dari kuasa ilah lain atau dari orang lain. 


 ⁃ KITA HARUS SUNGGUH-SUNGGUH PERCAYA KEPADA-NYA.                                                                                                               percaya saja belumlah cukup, tetapi sungguh-sungguh mempercayai-Nya bhw IA sanggup dan mau memberikan pertolongan bagi kita. Sebab jika hanya percaya maka bisa saja digoyahkan kepercayaan tsb saat fakta berkata lain dengan apa yang kita harapkan. 


Seperti Yairus ini, orang2nya menyampaikan pesan bahwa anaknya telah mati. Maka disinilah letak titik goyahnya bisa sangat mungkin terjadi. Tetapi Yesus berkata “Jangan takut, percaya saja!”.  Artinya Tuhan Yesus mau supaya Yairus sungguh-sungguh percaya kepada-Nya bahwa semuanya akan baik. 


Jika saat ini kita mulai merasa bimbang karena apa yang kita doakan dan harapkan belum juga ada titik terangnya, maka Tuhanpun mau supaya kita tetap mempercayai-Nya sungguh-sungguh. Sebab Tuhan punya WAKTU dan CARA yang paling baik untuk menjawab doa kita.


 ⁃ TIDAK ADA KATA TERLAMBAT BAGI TUHAN.                             

 bagi Yairus, kematian anaknya akan menghilangkan pengharapannya, sebab sudah terlambat untuk menolongnya. Bagi perempuan yang alami pendarahan ini, 12 tahun adalah waktu yang sangat panjang utk hidup dalam penderitaan bahkan sampai hartanya habis, maka hal ini akan menghilangkan pengharapannya utk sembuh. Tetapi bagi Tuhan semuanya itu tidak terlambat. 


Sebab diwaktu yang tepat itulah kemuliaan-Nya nyata atas mereka. Ini artinya Tuhan adalah tempat perlindungan yang tepat bagi kita sebab akan selalu ada pengharapan di dalam Yesus.

Monday, 31 January 2022

Yesus Mengusir Roh Jahat Yang Biasa Disebut Legion. AWAS! ROH Jahat Hanya Berpindah Ruang DI TubuhMU. (Markus 5: 1-20.)

YESUS Mengusir Roh Jahat Dari  Legion.

Sekali peristiwa, sampailah Yesus dan murid-murid-Nya di seberang Danau Galilea, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah kepada-Nya seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan. 


Orang itu diam di sana dan tidak ada lagi yang sanggup mengikatnya, dengan rantai sekalipun! Sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantai itu diputuskannya dan belenggu itu dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. 


Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli diri dengan batu. Ketika melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya.


 Ia lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak, “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya, “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Yesus bertanya kepada orang itu, “Siapa namamu?” Jawabnya, “Namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana, di lereng bukit, sekawanan babi sedang mencari makan. 


Lalu roh-roh itu meminta kepada Yesus, katanya, “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, dan biarkanlah kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu, dan memasuki babi-babi itu. 


Maka kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu! Mereka menceritakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. 


Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang telah terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk; orang yang tadinya kerasukan legion itu, kini berpakaian dan sudah waras. Maka takutlah mereka. 


Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceritakan apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. 


Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Yesus. Tetapi Yesus tidak memperkenankannya. 


Yesus berkata kepada orang itu, “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala yang telah diperbuat Tuhan atasmu, dan ceritakan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” Orang itu pun pergi, dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala yang telah diperbuat Yesus atas dirinya, dan mereka semua menjadi heran.


Kuasa Yesus mengalahkan kejahatan tidak diragukan. Setan yang banyak atau yang disebut legion pun takluk dan tunduk kepada-Nya. Bukan hanya setan tetapi juga masalah yang menumpuk dapat menyebabkan beban hidup yang bisa melumpuhkan akal sehat kita. 


Kita membutuhkan Tuhan yang dengan Firman-Nya menerangi hidup kita. Jangan mau dikalahkan oleh kekuatan jahat, lawanlah dalam iman kepada Yesus Kristus.


Iman yang berperan ketika akal tidak bisa mengerti persoalan hidup. Kita sering mengalami situasi yang tidak jelas dan misterius. Dalam iman kita akan lebih mudah mengerti bahwa Allah bekerja dengan cara-Nya yang ajaib. Iman menjadi lampu penerang dalam perjalanan hidup kita.


Kehadiran kita dapat memberi terang dan pencerahan atas situasi kegelapan karena nilai-nilai kemanusiaan yang diabaikan. Tugas kita untuk memberi terang bagi yang gelap. Terang itu kita tunjukkan dengan keteladanan hidup dari nilai-nilai Kristiani.


Semoga kita di mampukan untuk memberikan terang melalui perkataan dan perbuatan dalam hidup harian kita, dengan demikian hidup ini menjadi lebih bermakna.


Sabda Tuhan sungguh menarik untuk kita pahami. Ketika Yesus sampai di daerah Gerasa, di mana daerah ini lebih banyak dihuni oleh orang-orang kafir yang belum mengenal Allah, ada seorang yang sudah lama sakit kerasukan roh jahat sampai harus diasingkan dari masyarakat.


 Orang ini mengenal Yesus sebagai Anak Allah yang Mahatinggi. Orang tersebut meminta Yesus untuk tidak mengusir roh-roh jahat ke luar dari daerah tersebut. Kemudian Yesus mengusir roh jahat dari dalam diri orang itu dan sesuai permintaannya, maka roh-roh jahat yang diakuinya bernama Legion yang artinya banyak itu ke dalam babi-babi.


 Setelah disembuhkan, maka orang tersebut yang semula kafir itu memberanikan diiri untuk menjadi pengikut Yesus. Hal yang menarik dari sabda Tuhan hari ini adalah seorang kafir yang sudah disembuhkan oleh Yesus dan memberanikan diri untuk menjadi pengikut Yesus kemudian pulang ke rumahnya, ke tengah keluarganya, dan memberikan kesaksian akan kasih dan belas kasihan Allah yang terbuka bagi setiap orang yang mau datang kepada-Nya. 


Sebagai umat beriman, sebagai pengikut-Nya, hendaknya mau untuk menjadikan hati sebagai panduan hidup kita. Mau menghayati hidup harian kita dengan spiritualitas agar supaya kita semakin dekat dengan Allah, semakin besar  perbuatan kita yang dilandasi cinta kasih, serta murah hati. Jangan sampai kita menjadi seperti orang Geresa yang menjadikan pikiran sebagai panduan hidupnya. 


Tuhan selalu mengingatkan kita, antara lain: Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.


Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu. Hendaknya kita mau untuk memusatkan perhatian hanya kepada Tuhan dan hidup serta tinggal di dalam Allah saja. Kita harus berjuang untuk menjadikan iman kita hidup, tumbuh serta berkembang dari waktu ke waktu. Mau untuk memohon agar Yesus membersihkan, menguduskan, dan menyembuhkan kita . 


Memang sungguh ada realitas kejahatan yang senantiasa menarik orang jauh dari Allah. Tetapi di sisi lain juga ada realitas dan kebenaran bahwa kekuatan jahat tidak akan pernah mampu mengalahkan kuasa Tuhan di dalam membebaskan dan memberi kemerdekaan kepada manusia. 


Karena itu, kisah pengusiran setan yang kita dengarkan hari ini adalah sebuah penegasan bagi kita. Di satu sisi agar kita semakin menyadari bahwa ternyata di dalam hidup kerapkali ada sisi-sisi gelap baik di dalam diri kita sendiri maupun yang ada di sekitar kita  yang menarik kita untuk menjauhi Allah dan tidak menuruti kehendakNya. 


Tetapi disini, kita juga sekaligus diingatkan dengan adanya kegelapan dan kuasa-kuasa jahat kita justru diajak untuk semakin menyerahkan diri kepada kuasa Allah. Kita boleh percaya bahwa Allah sendiri yang nanti akan senantiasa bertindak kalau kita berani memberikan dan menyerahkan hidup kita kepadaNya. 


Kuasa jahat, adalah kuasa yang membelenggu. Yang membuat diri kita terikat, apapun bentuknya. Maka kuasa Allah justru bekerja dengan cara sebaliknya. Membebaskan dan memberi kemerdekaan kepada kita, kepada batin kita, dan kepada diri kita sepenuhnya. Sehingga kita boleh senantiasa memberikan hidup kita kepada Allah. 


Kebebasan sejati seperti inilah yang Tuhan berikan kepada kita agar kita boleh semakin menjadi perpanjangan tanganNya, menjadi saksi kabar gembiraNya, dan menjadi tanda kehadiran Tuhan sendiri di dalam hidup kita bagi siapapun yang ada di sekitar kita.

   

Realitas menunjukkan dengan jelas bahwa Tuhan lebih dahulu mengasihi manusia.  Meski manusia berulang kali menyakiti hati Tuhan tetapi sesungguhnya Tuhan tetap mengasihi manusia. 


pada zaman  Perjanjian Lama maupun pada zaman Perjanjian Baru, Allah tetap menunjukkan kasih-Nya bagi manusia ciptaan-Nya. Sesungguhnya kasih yang dilimpahkan Tuhan bagi manusia bukan karena andil atau jasa manusia tetapi semata-mata karena kebaikan Tuhan. 


Dilukiskan tentang kebaikan Yesus bagi orang yang sudah sekian lama menderita akibat kerasukan roh jahat. Dikatakan bahwa ketika Yesus turun dari perahu bersama murid-Nya, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat menemui Dia. 


Orang yang kerasukan roh jahat tinggalnya di pekuburan. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa. Rantai dan belenggu untuk mengikatnya bisa dilepaskan dan dimusnahkan. Tidak ada satu orangpun yang berani menghadapinya.


Menarik bahwa saat orang yang kerasukan roh jahat melihat Yesus,  ia berlari mendapatkan dan menyembah Yesus sambil berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah yang mahatinggi ? Demi Allah, jangan siksa aku !" Yesus bertanya kepadanya : "Siapa namamu ? Jawabnya: "Namaku Legion karena kami banyak".


Pada akhirnya Yesus mengusir roh-roh jahat yang merasuki orang itu. Roh-roh jahat dipindahkan kedalam babi-babi sesuai dengan  permintaan mereka. 


Tindakan pengusiran roh-roh jahat yang sekian lama menyiksa dan membelenggu orang yang kerasukan setan adalah sebuah perwujudan kasih yang nyata. Kasih Yesus telah membebaskan penderitaan yang dialami orang yang kerasukan roh jahat. Orang yang kerasukan roh jahat  pada mulanya sangat tersiksa kini lepas bebas dan penderitaannya.


Setelah orang yang kerasukan roh jahat dibebaskan maka ia justru meminta kepada Yesus untuk mengikuti-Nya tetapi Yesus menyuruhnya harus pergi menjumpai anggota keluarga dan orang sekampunya untuk menyampaikan kasih Tuhan yang ia alami. Iapun pergi mewartakan kasih Tuhan di daerah Dekapolis dan semua orang menjadi heran. 


Hal yang menarik bahwa orang yang kerasukan roh jahat ruang lingkupnya sudah bergeser dari kuburan dan bukit-bukit ke keluarga dan orang sekampunya di daerah  Disekitar kuburan dan bukit-bukit, ia hanya berteriak-teriak tak jelas sedangkan dalam keluarga dan orang sekampunya, ia tampil untuk mewartakan kasih Tuhan. 


Ia menunjukkan sosok pribadi yang peduli dengan  umat yang dilayaninya terkhusus kaum muda. Ia tanggap dengan kegelisahan kaum muda dan mendekati kaum muda untuk merangkul dan mendampingi mereka swhingga mereka memiliki kepribadian yang utuh integral dalam perjalanan menuju masa depan yang baik..


Sekian sering kita juga mengalami kasih Tuhan dalam berbagai bentuk. Tak bisa kita hitung satu persatu kasih Tuhan yang kita alami karena terlampau banyak. Tuhan mengasihi kita tanpa ada perhitungan untung rugi atau tanpa ada pengkotak-kotakan.


Hari ini kita juga diajak untuk mewartakan kasih Tuhan bagi semua orang yang kita jumpai dalam hidup ini. Karena itu mari kita keluar dari diri kita bersaksi tentang KASIH TUHAN dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun.


Jika engkau tidak membentengi diri, hati dan pikiranmu dengan iman dan doa, maka selalu saja engkau akan mengalami bahwa berhentinya suatu sifat buruk selalu memberi ruang bagi sifat burukmu yang lain untuk mempengaruhi sikap tingka lakumu.


 Roh-roh jahat yang membelengu orang yang kerasukan itu meminta kepada Yesus untuk berpindah ke babi-babi, dan Yesus mengizinkannya. Ini berarti bahwa setan akan selalu mencari ruang di hati dan pikiran orang yang tidak kuat imannya untuk tinggal dan merajainya.


1) Setan/iblis itu ada dan selalu ingin menguasai manusia, namun kuasa Yesus lebih besar darinya. Dengan kata lain, kita hanya dapat mengusir setan dengan memohon pertolongan Tuhan Yesus;


2) Sadar atau tidak, sama seperti Yesus telah tinggal di hati dan pikiran kita, maka demikian pun kita sendiri mengizinkan iblis tinggal di dalam hati dan pikiran kita ketika ada niat dan rencana jahat yang kita izinkan merajai diri kita;


3) Setiap orang punya kuasa untuk memilih, entahkah mempertahankan Yesus dan mengusir setan dari dirinya atau sebaliknya memaksa mengusir Yesus karena membiarkan iblis mengusai diri, hati dan pikirannya.


Adapun  tiga dasar kehadiran Kristus sebagai 'tanda' yang menghancurkan kelompok roh jahat, antara lain:


1.  Pembebas

  Yesus yang MEMBEBASKAN kita dari kuasa jahat dengan kuasaNya.  Di sinilah kita sadar kalau hidup kadang terbelenggu oleh roh jahat yang membuat kita menjadi orang yang tidak bebas, yang terikat pada pola hedonis, materialis dan egois.


2.  Penebus

 Yesus yang MENEBUS kita dari kuasa dosa dengan salibNya.  Di sinilah kita sadar kalau manusia tak lepas dari tujuh roh jahat: tamak, sombong, cabul, marah, rakus, iri, malas_ sehingga jadi tawanan neraka.


3.  Penyelamat

 Yesus yang MENYELAMATKAN kita dari kuasa maut dengan kasihNya.  Di sinilah kita sadar kalau roh jahat yang membuat kita jatuh dalam dosa : pikiran, perkataan, keinginan dan perbuatan/sikap acuh yang dilarang oleh Allah.


Mrk 5:1 Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa.


Mrk 5:2 Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia.


Mrk 5:3 Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai,


Mrk 5:4 karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya.


Mrk 5:5 Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu.


Mrk 5:6 Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya,


Mrk 5:7 dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"


Mrk 5:8 Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"


Mrk 5:9 Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion, karena kami banyak."


Mrk 5:10 Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.


Mrk 5:11 Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan,


Mrk 5:12 lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!"


Mrk 5:13 Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya.


Mrk 5:14 Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi.


Mrk 5:15 Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.


Mrk 5:16 Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu.


Mrk 5:17 Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka.


Mrk 5:18 Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia.


Mrk 5:19 Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"


Maka marilah kita senantiasa memohon rahmat iman, untuk boleh semakin percaya kepada Tuhan yang membebaskan, yang memberikan kepada kita kemerdekaan, sehingga hidup kita akhirnya diberi kepenuhan karena Allah sendiri yang menyelenggarakan hidup kita dan memberikan keselamatan yang Dia inginkan bagi kita semua.

Sunday, 30 January 2022

Sesungguhnya Tidak Ada Nabi yang dihargai di tempat asalnya." Seperti halnya Elia dan Elisa, Yesus diutus bukan hanya kepada orang-orang Yahudi." Lukas 4:21-30


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui banyak orang mengeluh,tak mampu,tak puas dalam melakukan apapun tidak dewasa dan tak mandiri dalam menghadapi masalah entah dalam pekerjaan entah di pelayanan gereja.


Karena dalam hati dan benaknya,ia hanya membandingkan dengan dirinya sendiri dengan orang lain.Padahal sebenarnya dia mampu melakukan semuanya.


Seperti halnya dalam injil Iri hati orang-orang zaman Yesus menimbulkan keragu-raguan pada pribadi Yesus.Bukankah Ia hanya anak Yusuf,si Tukang kayu? Keragu-raguan berkembang menjadi ketidak percayaan,penolakan bahkan penghinaan.


Yesus menegur dan mengingatkan bahwa sikap mereka adalah sikap yang sama dengan sikap pendahulu mereka,yaitu orang-orang Israel di zaman Elia dan Elisa.Teguran dan kecaman Yesus tidak membuat mereka bertobat melainkan mereka makin marah. Mereka tidak mau menerima perkataan Yesus.


Mereka menghalau Yesus dari rumah ibadat bahkan mendorong-Nya ketebing gunung hendak melemparkan-Nya dari sana. Ketidak percayaan itu orang-orang Nasaret semakin tertutup Mereka tidak mampu melihat rahmat kehadiran dan karya Allah yang menyelematkan,mereka pun kehilangan rahmat.


Iri hati selalu ada dalam hidup setiap orang,terutama saat ini,hidup semakin keras dan ketat ditengah semakin kuatnya egoisme diri.Iri hati terjadi tidak hanya dikalangan orang-orang tingkat atas,tetapi juga tingkat bawah termasuk di antara orang-orang miskin.


Iri hati tidak juga hanya ada di dalam diri orang yang tidak  beriman namun juga ada di dalam orang beriman. Iri hati itu seperti bayang-bayang.Ia selalu ada dan melekat bersama kita,termasuk kita yang aktif dalam berbagai karya pelayanan di ladang Tuhan.Dalam iri hati ada ambisi, egoisme,sikap keras hati dan kesombongan.


Iri hati membuat kita kehilangan kerendahan hati,Bayang-bayang iri hati membuat  semua terfokus pada diri sendiri.Mata hati,iman,dan kemanusiaan menjadi tertutup.  Tak mampu melihat kehadiran belas kasih Tuhan,tak mampu menilai hal baik dalam diri sesama dan tak peduli pada sesama.


Maka kita harus selalu waspada terhadap bayang-bayang diri,iri hati,dan selalu berjaga dalam iman dan kerendahan hati agar tidak kehilangan rahmat belaskasih Tuhan,seperti yang dialami oleh-orang Nasaret,karena Tuhan hanya menampakkan dan menyatakan kuasa-Nya pada orang-orang yang rendah hati dan percaya akan kehendak-Nya.


Maka berkatalah Yesus kepada mereka, “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri! Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!


Pikiran negatif kerap kali membuat kita tak nyaman. Kita sepertinya dihantui oleh keberhasilan orang lain. Ketika ada yang sukses, kita menjadi tak bahagia. Kalau ada pikiran negatif, lebih baik kita hancurkan. Kita bangun pikiran positif. 


Ketika ada orang yang sukses, kita seyogianya belajar dari kesuksesannya. Ketika ada orang yang melakukan perbuatan baik, kita berupaya untuk melakukan hal yang sama. 


Orang-orang Nazaret, yang nota bene seasal dengan Tuhan Yesus mempunyai pikiran negatif pada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melakukan banyak perbuatan baik. Akan tetapi, hal itu tak terlalu dihargai, malah dipandang secara negatif. 


Akibat ketidakyakinan dan pikiran negatif mereka, tak satu pun perbuatan mujizat Tuhan Yesus terjadi di Nazaret. Sama halnya dengan pikiran negatif yang ada di dalam diri kita. Ketika pikiran negatif sangat mempengaruhi hidup kita, kita bisa saja menjadi pribadi yang tak maju, suka mengeluh, dan marah-marah.


Lukas 4:21-30.  Seperti halnya Elia dan Elisa, Yesus diutus bukan hanya kepada orang-orang Yahudi."


Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak di rumah ibadat di kota asalnya, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas Kitab Suci pada waktu kamu mendengarnya.” Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya.Lalu mereka berkata, “Bukankah Dia ini anak Yusuf?”


Maka berkatalah Yesus kepada mereka, “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri! Perbuatlah di sini, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!”


 Yesus berkata lagi, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak wanita janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 


Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain Naaman, orang Siria itu.”


Mendengar itu sangat marahlah semua orang di rumah ibadat itu. Mereka bangkit, lalu menghalau Yesus ke luar kota, dan membawa Dia ke tebing gunung tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


“Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. Kuasa dan kemampuan-Nya untuk mengadakan mukjizat tidak dilakukan-Nya di kalangan sesama penduduk Nasaret, tetapi di daerah sekitarnya. Sebagai contoh Ia menyebut Nabi Elia dan Nabi Elisa.


Mereka melakukan yangsama, mereka itu bukan menolong orang-orang Israel bangsanya sendiri, tetapi justru orang-orang asing: seorang janda dari Sarfat-Sidon dan Naaman dari Siria, kedua-duanya di luar daerah Israel? Mengapa?


Yesus adalah orang biasa, tidak lebih daripada anak Yusuf, seorang tukang kayu, termasuk golongan kelas rendah dalam masyarakat. Bagaimana mungkin kata-kata orang semacam itu dapat diterima. Yesus ditolak!


Dari segi lain,  dan inilah rupanya yang ingin disampaikan oleh Lukas kepada para pembaca Injilnya - , Yesus tidak dapat menyelenggara-kan perbuatan dan karya-Nya yang agung apabila Ia menghadapi orang-orang yang sikap dirinya tertutup, curiga serta tidak percaya kepada-Nya.


Bila orang-orang siapapun berkumpul dan bersama-sama tidak mau menerima, memahami dan menolak pandangan atau tawaran pendapat orang lain, maka mereka ini hanya mau memegang pandangannya sendiri dan menolak tawaran kehendak baik dan kasih orang lain.


Bukankah keadaan dan sikap seperti itu juga pernah bahkan kerapkali kita alami sendiri? Bukankah situasi semacam ini sekarang pun merupakan situasi, suasana dan iklim masyarakat kita, di mana setiap pihak berpegang teguh pada pendirianNya sendiri, tertutup untuk saling terbuka untuk menerima pandangan yang lain, bahkan disertai praduga dan kecurigaan?  Bukankah situasi semaam itu pun tak jarang di dalam lingkungan keluarga-keluarga kita?


bahwa memiliki suatu pandangan dan sikap hidup yang universal atau luas dan menyeluruh tidaklah mudah! Yesus ditolak karena Ia menunjukkan kejiwaaNya yang besar dan kemurahan hati-Nya, khususnya kepada orang-orang pinggiran.


Berhadapan dengan Yesus yang berjiwa besar, murah hati dan berpandangan luas itu, kita mengakui bahwa kita sendiri sering berjiwa egoistis, irihati, kering dan keras hati. Bagaimana kita dapat mengakui sungguh-sungguh kebaikan dan kesucian Yesus, kalau kita sendiri tidak mampu mengakui kelemahan diri kita sendiri.


Seperti dialami dan dimiliki oleh orang-orang Nasaret, kita sering kurang sadar bahwa kita memilik kebutaan hati. Salah satu ciri kebutaan hati ialah sikap posesif, nafsu memiliki, memiliki mutlak hanya untuk diri sendiri.


Kita semua juga dipanggil menjadi nabi seperti Elia, Elisa, terutama seperti Yesus sendiri. Ciri nabi yang sejati ialah tahu dan mau mengatasi batas-batas pandangan dan kepentingan diri sendiri dan tidak merendahkan martabat orang sesama kita.


"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya."


 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.  Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"


Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.


Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.


Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.  Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."


Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkanNya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 


Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepadaKu: Hai tabib, sembuhkanlah diriMu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asalMu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kataNya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 


Aku berkata kepadamu, dan kataKu ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 


Pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 


Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.  


Apa yang dilakukan Yesus sebagai Almasih, seperti: menolong orang miskin, menyembuhkan orang buta, membebaskan orang tawanan dan tertindas, semua perbuatan Yesus ini diselenggarakan-Nya bukan di Nasaret. Orang-orang di Nasaret heran mengapa tidak dilakukan juga di Nasaret tempat asal dan tinggal-Nya. 


Menghadapi keheranan orang Nasaret, Yesus berkata: “Sungguh tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”. Untuk memperkuat perkataannya, Ia menyebut Nabi Elia dan Nabi Elisa (Lukas 4: 25).


Katanya: Seorang janda dari Sarfat-Sidon dan Naaman dari Siria, kedua-duanya di luar daerah Israel. Yesus pun demikian. Ia memulai pewartaannya di Galilea dan mengadakan banyak mujizat di Kapernaum.


Apalagi Yesus adalah orang biasa, tidak lebih daripada anak Yusuf, seorang Tukang Kayu, termasuk golongan kelas rendah dalam masyarakat. Bagaimana mungkin kata-kata orang semacam itu dapat diterima. Yesus ditolak!


Yesus tidak dapat menyelenggarakan perbuatan dan karya-Nya yang agung apabila Ia menghadapi orang-orang yang sikap dirinya tertutup, curiga serta tidak percaya kepada-Nya.


Bila orang-orang siapapun berkumpul dan bersama-sama tidak mau menerima, memahami dan menolak pandangan atau tawaran pendapat orang lain, maka mereka ini hanya mau memegang pandangannya sendiri dan menolak tawaran kehendak baik dan kasih orang lain.


Bukankah keadaan dan sikap seperti itu juga pernah bahkan kerapkali kita alami dan lakukan sendiri? Bukankah situasi semacam ini sekarang pun merupakan situasi, suasana dan iklim masyarakat kita, di mana setiap pihak berpegang teguh pada pendirian-nya sendiri, tertutup untuk saling terbuka untuk menerima pandangan yang lain, bahkan disertai praduga dan kecurigaan? Bukankah situasi semacam itu pun tak jarang di dalam lingkungan keluarga-keluarga kita?


Orang-orang di Nasaret tidak mau meninggalkan sikap posesif, atau sikap “hanya akulah yang benar” terhadap Yesus. Karena itu ketika Yesus menunjukkan apa yang dilakukan oleh Nabi Elia dan Elisa, “sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu” dan mengusir Dia, bahkan mau membunuh-Nya. 


Yesus dikritik habis-habisan, justru karena Ia mau mengajak setiap orang membuka hati kepada orang-orang kecil. Kejujuran dan keterbukaan hati-Nya justru menghadapi perlawanan, yang membawa-Nya mati di salib!


bahwa memiliki suatu pandangan dan sikap hidup yang universal atau luas dan menyeluruh tidaklah mudah! Yesus ditolak karena Ia menunjukkan kejiwaanNya yang besar dan kemurahan hati-Nya, khususnya kepada orang-orang pinggiran.


Berhadapan dengan Yesus yang berjiwa besar, murah hati dan berpandangan luas itu, kita mengakui bahwa kita sendiri sering berjiwa egoistis, irihati, kering dan keras hati. Bagaimana kita dapat mengakui sungguh-sungguh kebaikan dan kesucian Yesus, kalau kita sendiri tidak mampu mengakui kelemahan diri kita sendiri.


Bersama Bunda Maria kita berdoa: Tuhan perkenankanlah kami menghormati Engkau dengan segenap akal budi dan mencintai semua manusia dengan kasih sejati, jauhkanlah dari kami sikap apatis, ingat diri dan selalu memprtahankan pendapat sendiri. Doa ini kami sampaikan dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. 


Saturday, 29 January 2022

Angin Dan Danau Pun Taat Kepada Yesus. Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? (Markus 4:35-41)


Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.


Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.  Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"


Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.  Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"


Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"


Kalau kita mau untuk memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dan kehidupan ini adalah merupakan penyelenggaraan-Nya, serta mau menghadirkan Tuhan dalam hidup kita, maka apa pun yang terjadi dalam hidup, maka kita tidak akan menjauh dari-Nya. 


Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar apa yang kita perbuat dan juga apa yang terucap dalam keseharian hidup kita. Sebagaimana sabda Tuhan: "Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya". 


Kalau kita mau memahami sabda-Nya, kisah para murid bersama Yesus naik perahu menuju seberang, tiba-tiba datang topan yang sangat dashyat dan perahu mereka penuh dengan air dan hampir tenggelam. 


Saat itu Yesus sedang tidur segera mereka bangunkan dan dengan perkataan-Nya meredakan angin dan ombak besar tersebut. 


Hal itu adalah merupakan gambaran kondisi saat ini di mana banyak umat beriman ketika badai kehidupan menimpanya, barulah mereka ingat akan Tuhan dan meminta pertolongan dari-Nya. 


Sesungguhnya, hari ini kita semua ditegur dan diingatkan oleh Yesus atas ketakutannya dan ketidak percayaan kita kepada-Nya. 


Yesus adalah penguasa alam semesta termasuk  hidup dan mati kita. Yesus bukan pewarta Kerajaan Allah atas alam saja, melainkan yang terpenting atas dunia manusia. 


Oleh karena itu, dalam menjalani hidup di dunia sebagai orang yang mengimani Kristus hendaknya menjalani hidup bersama Kristus. 


Kita seringkali mengalami seolah-olah Kristus meninggalkan kita. Misalnya ketika para rasul bersama Kristus di dalam perahu dan terjadi badai, sedang Kristus tampak tidur dengan nyenyaknya. Kristus tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan yaitu iman kepada-Nya yang nyata pada sikap pasrah. 


Kristus mengetahui diri kita dan mengetahui pula akan keimanan kita. Kristus justru membiarkan situasi itu terjadi untuk digunakan-Nya meningkatkan iman. 


Gelombang laut dan badai dibiarkan terjadi oleh Allah agar manusia hidup. Maka dikatakan dalam Kitab Suci "sampai di sini engkau datang", seolah-olah Tuhan mengatur agar badai tidak menelan manusia. Itu bahasa Kitab Suci yang justru mau menyatakan bahwa badai itu demi manusia HIDUP yaitu apabila manusia percaya, mengimani Allah. 


Jadi HIDUP yang dimaksudkan ialah HIDUP SEJATI bersama Allah Bapa dalam keabadian di surga dan bukan hidup di dunia yang fana ini.


Pertobatan telah kita mulai dan hendaknya kita mau untuk mempertahankan habitus yang baru yang kita miliki sebagai wujud pertobatan kita. 


Kita mau untuk mempertahankan iman kita dari gempuran duniawi yang tiada hentinya. Hidup kita hanya sesaat dan suatu ketika kita akan dipanggil oleh-Nya serta akan dimintakan pertanggungjawaban kita dalam hidup, tentunya mengenai iman kita kepada-Nya. 


Dengan iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu, maka kita akan dapat memahami bahwa Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar. 


Dengan iman pula kita akan dapat memahami bahwa Allah memerintahkan Malaikat-Nya untuk mencatat segala sesuatu yang telah kita perbuat dan segala sesuatu yang terucap dari mulut kita. 


Semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban kita dan tidak ada sehelai rambut pun yang dapat kita sembunyikan dari-Nya. 


Oleh karena itu, selagi kita masih diberi nafas kehidupan, hendaknya kita mau memiliki iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Dengan demikian di sisa hidup kita akan dapat merasakan mengalirnya berkat, rahmat, serta kasih-Nya. 


Yesus, Tuhan dari Segala Yesus dan murid-murid-Nya menyeberangi danau Galilea. Danau Galilea adalah sebuah danau besar di Israel utara. Danau ini menjadi tempat berkembang biak ikan nila yang sering disebut sebagai ikan St. Petrus, 


Danau ini juga menjadi menghubung berbagai kota di sekitar danau tersebut. Karena hal-hal inilah, danau ini menjadi pusat sosial-ekonomi di Galilea. Tidak heran jika banyak orang yang tinggal di sini adalah nelayan, termasuk beberapa murid Yesus.


 Banyak dari mereka menghabiskan masa dewasa mereka di dan di sekitar danau Galilea. Danau pada dasarnya adalah rumah dan tempat mata pencaharian mereka. Namun, ada kalanya danau ini berperilaku tidak terduga dan berubah menjadi tempat bahaya besar. 


Bahkan Simon dan Yakobus, nelayan yang paling berpengalaman di antara para rasul, tidak berdaya menghadapi badai yang dahsyat itu. Danau yang adalah rumah mereka akan segera menjadi kuburan mereka.


Di tengah kepanikan para murid, mereka melihat Yesus yang tertidur. Namun, para murid secara naluriah membangunkan sang guru mereka dan mengungkapkan ketakutan mereka akan kematian. Yesus menanggapi panggilan mereka dan memerintahkan angin dan danau untuk tenang. 


Danau dan angin segera patuh! Yesus membuktikan diri-Nya bukan hanya sebagai penyembuh dan pelaku mujizat, tetapi Dia adalah Penguasa badai, alam semesta dan seluruh ciptaan. Dalam Perjanjian Lama, hanya Tuhan Allah yang berdiri di atas air yang perkasa [Kej 1:1-3]. 


Hanya Tuhan yang bisa mengendalikan dan memerintah lautan karena Tuhan adalah penciptanya [Maz 107]. Melihat kekuatan yang fenomenal ini, para murid justru menjadi lebih takut. Mereka tidak hanya menghadapi badai, tetapi mereka sedang berhadapan dengan Tuhan atas badai ini.


Kita takut, dan kita bingung. Mungkin, kita perlu melakukan apa yang para rasul lakukan: berseru lebih keras kepada Tuhan. Namun, yang mengejutkan kita, Tuhan dari segala badai ini sebenarnya ada bersama kita di kapal yang sama menghadapi badai.


 Dia mengizinkan kita untuk menghadapi badai besar, untuk menguji iman kita. Namun, Dia tidak pernah meninggalkan kita, walaupun kadang tampak seperti sedang tidur.


Saat yang sulit dalam pelayanan saya sebagai seorang imam adalah ketika saya harus berkhotbah dalam misa pemakaman atau arwah bagi orang-orang yang meninggal secara tak terduga. 


Apa yang harus saya katakan kepada orang tua? Apa yang harus saya tawarkan ketika Tuhan tampaknya diam? Apa yang harus saya bawa ketika doa tampaknya tidak dijawab? Saat saya bergumul dengan misteri penderitaan dan kematian, seperti Ayub yang saleh, saya meminta jawaban dari Tuhan.


 Dan sama seperti para murid, jawaban Yesus adalah “Mengapa kamu takut? Apakah kamu belum memiliki iman?” Melalui masa krisis dan pencobaan ini, kita dipanggil untuk memiliki iman yang lebih besar lagi untuk melihat bahwa bahkan badai terbesar dalam hidup kita berada di bawah perintah-Nya dan ini terjadi sebagai pemeliharaan pemeliharaan-Nya bagi kita.


1. Berjalan Bersama dengan Yesus:

Saat menjelang malam para murid  Yesus sudah pasti mengalami kelelahan. Di pagi dan siang hari selama berjam-jam guru mereka telah berbicara dalam perumpamaan kepada orang banyak memahami hal Kerajaan Allah.


Mereka cukup senang ketika guru mereka akhirnya mengajak mereka mengakhiri tugas mengajar dan pergi bersama-Nya bertolak ke seberang.  


Hanya Yesus dengan para murid tanpa orang banyak.  Mereka menyusuri dan melintasi Galilea. Yesus mengundang kita untuk pergi bersama-Nya juga. Tujuan tidak terlalu penting; ini semua tentang berjalan bersama. 


Allah tidak hanya telah menjadi manusia tetapi menjadi seorang pria yang ingin menghabiskan waktu bersama kita, yang ingin bersekutu dengan kita: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15 )


2. Badai:  

Kita bisa membayangkan adegan perahu yang diterjang badai. Itulah yang dikisahkan Markus dengan amat jelas.  Digambarkan juga momen ketika beberapa murid pergi kepada Yesus untuk memohon bantuan-Nya.


 Murid-murid lain berjuang mati-matian melawan angin dan ombak, berusaha sekuat tenaga mengeluarkan air dari perahu,  sementara ada yang meringkuk ketakutan atau muntah di sisi perahu. Itu kisah dua belas murid saat bersama Yesus. Ada orang-orang yang bekerja keras dan ada orang-orang terfokus pada Kristus. 


Namun intinya bukan soal itu. Pertanyaan Yesus: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Itulah inti cerita Berjalan Bersama Yesus.  

Pertanyaan itu mengingatkan kata-kata Yesus kepada Marta ketika Lasarus hendak dibangkitkan. 


 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"(Yohanes 11:25-26)


3. Iman yang Tak Tergoyahkan:

Catatan Injil Markus penuh dengan peristiwa yang menyebabkan para saksi menggelengkan kepala karena takjub. Di akhir kisah disebutkan bahwa para murid dibuat takjub oleh karena badai segera reda.  Soal rasa takjub para murid dapat dengan mudah kita mengerti. 


Setelah melihat ada ancaman mematikan dari badai dan seketika badai menjadi reda.  Hal yang perlu kita renungkan adalah kata-kata Yesus sebelumnya. Soal kurangnya iman.  Kita jadi ingat saat Kristus yang telah bangkit menasihati “Tomas yang ragu-ragu” dengan kata-kata ini: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:29). 


Bila kita memikirkan suatu hari nanti kita harus berdiri di hadapan Tuhan dan menerima penghakiman yang menyegel kekekalan bisa menjadi sesuatu yang menakutkan.


Kita mungkin berpikir bahwa Tuhan-lah yang akan menghakimi dan menentukan seberapa bersalah kita, kemudian mengirim kita ke mana kita harus pergi. Jika Allah adalah kasih, lantas mengapa Ia ingin menghakimi kita dan bahkan menghukum kita?


Bacaan pertama mengatakan, bukan Tuhan yang menyatakan penghakiman atas Daud melainkan Daud yang menyatakan penghakiman atas dirinya sendiri. Nabi Natan menceritakan kisahnya tetapi Daud yang membuat kesimpulan. 


Natan memegang cermin dan Daud melihat pantulannya. Kita mengakui bahwa Daud memiliki kerendahan hati, mengaku bahwa itu adalah bayangannya, bahwa dia adalah orang dalam cerita itu.


Kita semua memiliki hati nurani yang diberikan Tuhan untuk mengakui kesalahan dan keberdosaan. Dengan nafas yang sama, kita juga harus mengakui bahwa kita memiliki kemampuan untuk menyangkal rasa bersalah dan bertanggung jawab. Kita harus dapat merasionalisasikan rasa bersalah kita dan mengubah hitam menjadi putih.


Itu bisa terjadi dan akan terjadi ketika kita dekat dengan Tuhan dan tidak lupa kalau Yesus ada di dalam hati kita. Para murid merasa ketakutan menghadapi badai karena mereka belum menyadari siapa Yesus sesungguhnya.


Kita tahu siapa Yesus. Kita juga tahu bahwa Dia telah membuat rumah-Nya di hati kita. Dalam menghadapi pencobaan dan keberdosaan, dengarkan suara-Nya saat Yesus mengatakan kepada kita, diam, tenanglah. Yesus datang bukan untuk menghakimi dan menghukum kita tetapi untuk menyelamatkan kita.


35. Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."


36. Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.


37. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.


38. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"


39. Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.


40. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"


41. Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"


Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kesulitan, gejolak, dan tekanan. Bagaimanakah kita menemukan damai sejahtera? Kita bisa menemukan damai sejahtera hanya dari Sang Raja damai Tuhan Yesus Kristus sendiri. Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.


 Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” 


Yesus sedang menyeberangi Danau Galilea bersama para murid dengan perahu. Juga ada “perahu-perahu kecil lainnya” Seberapa kecilkah perahu-perahu itu? Ada sebuah perahu kuno yang disebut “Perahu Yesus” yang diperlihatkan di Kibbutz Nof Ginosar, di tepi Danau Galilea. Ukuran panjangnya 9 meter, dengan lebar 2,5 meter, dan tinggi 1,25 meter. 


Ini adalah jenis perahu yang umum digunakan pada masa Yesus. Sementara menyeberangi danau itu, mereka menghadapi badai besar. Gelombang besar menghantam perahu itu, dan segera perahu itu pun penuh dengan air dan mulai tenggelam.


Saat semua ini sedang terjadi, Yesus tertidur lelap di buritan (bagian belakang) perahu. Semua guncangan dan gangguan itu tidak mengusik-Nya sama sekali. Sebaliknya, para murid panik dan segera membangunkan Dia, _“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?


Mereka tidak memiliki alasan untuk menanyai Yesus seperti ini. Mereka seharusnya memiliki keyakinan penuh kepada Guru mereka karena bukankah mereka sudah melihat apa yang bisa Dia lakukan? Bagaimana Dia memiliki kuasa atas penyakit dan roh-roh jahat? Jika Yesus bisa melepaskan orang dari penyakit dan roh-roh jahat melalui mukjizat, apa artinya badai ini bagi-Nya? Tetapi mereka tidak berpikir seperti demikian.


Apakah kita juga mudah berpikiran seperti ini? Ketika kita melalui kondisi kehidupan yang buruk, dan iman kita benar-benar diuji, bukankah kita menanyai Yesus seperti ini.Di manakah Engkau, Tuhan?” “Tidaklah Engkau peduli?” Kita harus tahu bahwa Dia selalu ada dan Dia sangat peduli kepada kita.


Yesus menunjukkan kuasa-Nya dan memerintahkan angin dan danau itu, Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Iman kita terkadang sedemikian kecil sehingga hampir tidak terlihat. Marilah kita memiliki iman yang kuat kepada Allah kita, seperti ada dalam himne anak-anak, “Dengan Kristus dalam perahu, kita bisa tersenyum kepada badai.”


Danau Galilea merupakan  sungai Yordan yang mengalir dari arah utara. Dalam keadaan biasa danau Galilea tampak tenang, tetapi sewaktu-waktu bisa terjadi badai. Danau Galilea terletak dilembah yang dikelilingi bukit-bukit, sehingga memungkinkan angin bertiup secara tiba-tiba dari atas bukit


Setelah melayani orang banyak hingga sore hari, Yesus kelelahan dan ingin beristirahat, mengajak murid-murid menyeberang danau dan menjauh dari orang banyak. Benar saja, Beliaupun tertidur. Saat tertidur, terjadilah badai sangat dahsyat, membuat murid-murid menjadi takut.


Beberapa dari antara murid-murid adalah mantan nelayan berpengalaman, karena itu mereka tahu betul betapa mengerikannya bahaya yang menghadangnya akibat badai dahsyat itu


Dalam kesibukan upaya untuk mengatasi masalah yang sedang melanda, mereka membangunkan Yesus.


Mereka bukan meminta pertolonganNya, melainkan memprotes Beliau atas ketidakpedulian-Nya terhadap masalah yang sedang terjadi. Seharusnya Beliau bangun dan bersama mereka mengatasi masalah tersebut, mungkin dengan ikut membantu mereka membuang air yang memenuhi perahu.


Yesus berada dalam bahaya yang sama, seperti yang mereka hadapi. Kitapun sering berada dalam situasi yang sama. Kita ingin Yesus menolong, dengan bentuk pertolongan seperti yang ada dalam pikiran kita


Yesus kemudian menegur mereka karena mengira bahwa Beliau tidak memedulikan mereka. Menunjukkan bahwa mereka belum mengenali siapa Yesus yang sesungguhnya. Ketika kita mengira bahwa Yesus tidak peduli, menunjukkan bahwa kita tidak percaya pada Nya


Yesus adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Jika Beliau berada dalam hidup kita, maka tidak ada masalah yang dapat menenggelamkan kita


Perintah untuk "diam dan tenang" bukan hanya berlaku bagi angin dan danau, tetapi juga bagi kehidupan kita


Tuhan tidak melarang kita takut, asal rasa takut tidak menguasai pikiran dan hati kita. Untuk itu, kita harus siap sedia menghadapi tantangan yang datang dalam kehidupan. Dengan demikian, kepercayaan kita terhadap Tuhan harus dinyatakan dalam segala hal dan kondisi


Yesus menyapa kita bukan saja pada saat gembira dan saat semuanya berjalan lancar. Beliau juga datang pada saat  mulai kekurangan tenaga dan kehilangan semangat dalam hidup


Kita perlu membuka mata dan telinga untuk menangkap seruan dan sapaan-Nya melalui peristiwa yang kita saksikan, orang yang kita temui, dan bahkan dalam pekerjaan yang sedang kita laksanakan.


Berdoa: 

Tuhan, beri kami  iman yang teguh. Iman yang teguh di segala waktu.  Kami ingin melihat dunia ini dengan mata iman, agar tidak terlalu khawatir ketika cobaan dan kesengsaraan menghampiri kami. Beri kami rahmat untuk memanggil-Mu, dan biarlah Engkau sendiri yang menenangkan badai kami. 

Friday, 28 January 2022

Kata Yesus: " Kerajaan Allah Seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Barang siapa Menabur benih Yang baik, Maka akan menghasilkan Buah Yang baik. Markus 4:26-34

Perumpamaan  Menabur  Benih.


Pada suatu ketika Yesus berkata, “Beginilah halnya Kerajaan Allah: Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi! Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu! Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkai, lalu bulir, kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba”. 


Yesus berkata lagi, “Dengan apa hendak kita bandingkan Kerajaan Allah itu? Atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. 


Tetapi apabila ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain, dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam rimbunannya.


Dalam banyak perumpamaan semacam itu Yesus memberitakan sabda kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka. Tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.


Kita memahami bahwa hal-hal besar bermula dari kecil yang bertumbuh dalam proses. Untuk menjadi besar, sukses, berbuah dan bermakna biasanya dibutuhkan waktu yang psnjang. Ketekunan, ketelitian, ketabahan dan kesetiaan dalam berproses adalah keutamaan yang layak dihidupi. 


Seorang petani kadang harus menebar benih berkali-kali sampai benih itu tumbuh. Sesudahnya, ia merawat, memupuk, dan memperhatikan pertumbuhannya sampai akhirnya siap memanennya. Ketika panen, ia bersuka cita dan membagikan panenannya. 


Ia tidak memperhitungkan lagi jerih payahnya dalam proses karena anugerah yang ia terima jauh lebih berharga dibandingkan kelelahan dan perjuangannya.  Tuhan Yesus.memberi teladan ketekunan dan keteguhan hati untuk selalu melakukan kasih yang tulus kepada orang-orang yang menderita. 


Seorang petani hanya menanti karena tidak tahu apa yang terjadi sejak benih ditanam sampai berbuah. Inilah gambaran tentang Kerajaan Allah yang ditanam dalam diri para pengikut Kristus. 


Melalui rahmat-Nya, Kerajaan Allah secara misteri menyebar ke seluruh dunia dan membuahkan tuaian. Seperti biji sesawi dalam perumpamaan hari ini, namun biji sesawi yang kecil itu tumbuh menjadi pohon yang besar hingga burung-burung dapat membuat sarang.


Cara serupa, Gereja sebagai Kerajaan Kristus di atas bumi ini, mulai didirikan dan awal berdirinya sangat sederhana. Tidak banyak orang yang menjadi pengikut Kristus yang setia pada masa itu.


 Hanya beberapa orang rasul dan perempuan-perempuan yang setia melayani-Nya sejak dari Galilea. Dari awal yang kelihatan tidak ada apa-apanya, sekecil biji sesawi, namun Gereja tumbuh berkembang seperti sebatang pohon yang besar dan rindang. Di bawah perlindungan dan naungan pohon inilah banyak jiwa-jiwa berlindung.


Cara Allah seringkali mengejutkan bagi kita dan yang dibutuhkan kita adalah iman, pengharapan dan kasih. Percaya pada kebijaksanaan dan kuasa yang datang hanya dari Allah. Sehingga kita menjadi besar, kokoh kuat dan berguna bagi orang lain.


Apabila kita berbicara sebagai manusia, maka Gereja adalah sebuah mukjizat berkaitan dengan karya Allah. Apabila sekadar mengandalkan upaya manusia, maka Gereja tidak akan bertahan lama. Hal yang sama berlaku bagi kita. Sekali-kali kita pun membutuhkan lebih daripada sekadar upaya manusia. 


Yesus memulai Kerajaan Allah dengan para murid yang sebagian besar adalah nelayan dan orang-orang kecil. Yesus memanggil mereka yang tersingkir dan tidak diperhitungkan, sebab mereka inilah benih dan biji sesawi di dalam kerajaan itu. 


Kita adalah para pekerja yang bersama-sama Kristus membangun Kerajaan Allah di dunia ini. kita diharapkan mampu memberdayakan lebih banyak lagi orang-orang yang lemah sehingga aroma keselamatan dari Allah makin menyegarkan dan menyelamatkan dunia kita.


Seorang penabur pergi untuk menabur; Dan ketika dia menabur, beberapa benih jatuh di pinggir jalan, dan unggas datang dan melahapnya: Beberapa jatuh di tempat berbatu, di mana tidak ada banyak tanah: dan segera mereka tumbuh, karena tanahnya tidak dalam: Dan ketika matahari terbit, tanaman itu kepanasan; dan karena tidak memiliki akar, menjadi layu. (Matius 13:3-6)


Dan beberapa jatuh di antara duri; dan duri bermunculan, dan menghimpitnya: tetapi yang lain jatuh ke tanah yang baik, dan menghasilkan buah, ada yang seratus kali, enam puluh kali, tiga puluh kali. (Matius 13:7-8)


"Karena barang siapa yang memiliki, kepada dia akan diberikan, dan dia akan memilikinya lebih melimpah; tetapi barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya" (Matius 13:12).


Ketika seseorang mendengar firman tentang kerajaan, dan tidak memahaminya, maka datanglah si jahat, dan merenggut apa yang telah ditaburkan di dalam hatinya. Inilah orang yang menerima benih di pinggir jalan. (Matius 13:19)


Namun, orang yang menerima benih itu di tempat berbatu, dia mendengar firman itu, dan dengan sukacita segera menerimanya; Namun itu tidak berakar dalam dirinya, melainkan hanya bertahan untuk sementara waktu: karena ketika kesengsaraan atau penganiayaan muncul karena firman itu, dia segera tersandung. (Matius 13:20-21)


Orang yang menerima benih di antara semak duri adalah dia yang mendengar firman; dan kepedulian akan dunia ini, dan tipu daya kekayaan, mencekik firman itu, dan dia menjadi tidak berbuah. Namun, orang yang menerima benih di tanah yang baik adalah dia yang mendengar firman itu, dan memahaminya; dia juga berbuah dan menghasilkan, ada yang seratus kali, enam puluh kali, tiga puluh kali' (Matius 13-22-23)


"Biarlah keduanya tumbuh bersama sampai panen: dan saat panen aku akan berkata kepada para penuai, Kumpulkanlah pertama-tama lalang dan ikatlah dalam beberapa berkas untuk dibakar; tetapi kumpulkanlah gandum ke dalam lumbungku" (Matius 13:30).


Ladang adalah dunia, benih yang baik adalah anak-anak kerajaan, tetapi ilalang adalah anak-anak dari si jahat. (Matius 13:38)


Musuh yang menaburkan benih ilalang itu adalah Iblis, masa penuaian adalah akhir zaman, dan para penuainya ialah malaikat-malaikat. (Matius 13:39)


Oleh sebab itu sama seperti ilalang dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga yang akan terjadi pada akhir zaman. (Matius 13:40)


"Anak Manusia akan mengutus para malaikat-Nya, dan mereka akan mengumpulkan dari dalam kerajaan-Nya segala sesuatu yang menyebabkan pelanggaran, dan orang-orang yang berbuat kejahatan" (Matius 13:41).


dan akan melemparkan mereka ke dalam tungku api: di tempat itu akan ada ratapan dan kertak gigi. (Matius 13:42).


"Maka orang-orang benar akan memancarkan terang seperti matahari di dalam kerajaan Bapa mereka. Siapa yang memiliki telinga untuk mendengar, biarlah ia mendengar" (Matius 13:43)


Didalam dunia ini setiap orang harus berproses dalam menjalani hidupnya.Tidak ada yang instan, semuanya harus mulai dari yang terkecil terus tumbuh menjadi besar. Apapun itu harus melalui yang namanya proses dahulu.Menjalani sebuah proses harus ditekuni dan dijalani dengan sabar dan sungguh-sungguh.


Demikian juga dengan Kerajaan Allah yang diumpamakan Yesus dengan biji sesawi yang sangat kecil lalu berproses tumbuh menjadi besar. Setelah di baptis lalu menjadi murid Yesus, setiap orang harus berproses agar imannya tumbuh dengan baik.Dalam berproses ini banyak orang yang tidak sabar menjalaninya dan akibatnya pertumbuhan imannya menjadi sangat lambat.


Mendapat cobaan sedikit saja langsung marah pada Tuhan, bagaimana iman mau tumbuh baik. Sekelas raja Daud juga masih berproses agar imannya tumbuh. Dia masih tergoda oleh kecantikan Batsyeiba, isteri Uria orang Het. Dalam hidup ini tidak ada yang semuanya serba enak, setiap orang pasti mengalami menderita.Yang harus kita ingat adalah bagaimana  mengandalkan Tuhan dan percaya Dia akan selalu bersama kita melewati segala cobaan.


Biarlah Dia meraja dalam diri kita agar kita sungguh merasakan damainya Kerajaan Allah, saat itulah kita merasakan iman kita semakin tumbuh dan akan membawa orang lain ingin ikut merasakan damainya Kerajaan Allah.


Relasi yang harmonis membutuhkan proses. Proses itu berupa saling mengenal, berbagi cerita antara satu sama lain, saling membantu di segala situasi, dan selalu memberi waktu untuk berada bersama.


 Makanya, kadang sangat sulit dipahami apabila sepasang kekasih yang baru kenal beberapa bulan dan memilih untuk menikah karena mereka menilai sudah mengenal baik antara satu sama lain. Hemat saya, prosesnya tak segampang itu. Kedua belah pihak harus membangun relasi yang kuat dan mendalam dalam proses yang tak pendek. 


Perumpamaan tentang benih yang tumbuh pada bacaan injil hari ini mengetengahkan pentingnya sebuah proses dalam hidup, termasuk dalam hidup beriman. Beriman kepada Tuhan merupakan proses seumur hidup. 


Iman kita ditempah oleh pelbagai pikiran, pendapat, dan pengalaman. Makanya, tak begitu benar ketika ada orang yang menyatakan jika imannya sudah kuat ketika sudah dibaptis atau menerima sakramen lainnya. Iman kita menjadi kuat berdasar pada proses kehidupan kita setiap hari. 


Markus 4: 26-34  Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,


lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.


Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.


Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."


Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?


Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.


Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."


Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka,


dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.


Ya Tuhan, kami ingin melihat diri kami dan dunia sesuai kehendak-Mu.  Seperti halnya Engkau melihat kami dan menghendaki yang terbaik bagi kami. Amin


1. Tuhan Membuat Tanaman Tumbuh: 

Para petani bekerja keras. Mereka bekerja lebih keras pada zaman Yesus. Namun  semua pekerjaan yang mereka lakukan tidak dapat menghidupkan dan menumbuhkan tanaman.  Lalu apa faedah pekerjaan petani itu? Untuk membantu tanaman tumbuh seorang petani menghilangkan hambatan pertumbuhan tanaman, seperti gulma. Petani juga memberikan pupuk atau makanan yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan sehat.  


Petani memberikan kondisi terbaik bagi tanaman untuk tumbuh dan tanaman merespons dengan tumbuh. Yesus memberi tahu kita bahwa kerajaan-Nya seperti itu. Bukan kita yang membuatnya tumbuh. Tuhan melakukannya. Tugas kita adalah menyediakan kondisi terbaik bagi kerajaan untuk tumbuh, pertama-tama di dalam hati kita dan kemudian di hati orang-orang di sekitar kita.


2. Awal yang Kecil: 

Tuhan dapat membawa hasil yang luar biasa dari awal yang kecil. Ketika kondisi yang tepat tersedia, pertumbuhan kerajaan luar biasa. Yesus membandingkannya dengan biji sesawi, yang ukurannya kira-kira sebesar titik di akhir kalimat. Namun tanaman itu saat dewasa tumbuh besar. 


Yesus sedang menekankan betapa kecilnya permulaan Gereja. Begitu kecil hingga hampir tidak terlihat namun nantinya Gereja akan tumbuh untuk menyediakan perlindungan bagi orang percaya selama ribuan tahun. 


3. Petani Malas: 

Seberapa sering kita mengkhawatirkan Gereja saat ini. Kerajaan Allah kadang-kadang tampak menghilang dari masyarakat kita. Yesus memberi tahu kita dalam perumpamaan ini bahwa yang sebaliknya harus terjadi. 


Dengan perawatan yang tepat, bahkan Gereja yang jauh lebih kecil pun dapat mengubah masyarakat. Diperlukan seorang petani.  Di mana petani akan menabur benih, menghilangkan hambatan pertumbuhan, untuk menyediakan apa yang dibutuhkan kerajaan untuk dapat tumbuh.  Hanya ketika orang Kristen menganggur yang akan membuat kerajaan itu menyusut. 


Ketika kita menyadari bahwa kita masing-masing bertanggung jawab untuk menyebarkan kerajaan Kristus di masyarakat. Dan kita akan melihat perumpamaan ini menjadi hidup di depan mata kita. Kita akan melihat pertumbuhan Gereja yang tak terhentikan.




Cerita perumpamaan Yesus tentang benih yang tumbuh hanya terdapat dalam injil Markus. Tak ditemukan dalam injil-injil yang lain. 


Mulanya tersembunyi di dalam tanah. Setelah beberapa waktu, benih itu mengeluarkan tunas. Tunas itu tumbuh jadi tangkai. Tangkainya semakin membesar, makin tinggi. Kemudian mulai timbul bulir-bulir, lalu menghasilkan buah, sampai buah itu ranum dan tibalah musim panen. 


Pesannya langsung bisa ditangkap. Bahwa sesuatu itu mulanya kecil, tak berarti. Tapi pada akhirnya bisa menjadi pohon yang besar dan berbuah lebat. 


Ia berproses, bertumbuh secara bertahap. Tetapi sekali ia ditabur, ia pasti tumbuh dan mengalami kemajuan atau pertumbuhan yang signifikan sampai suatu saat ia menghasilkan buah yang menggembirakan.  


Hal yang perlu kita tanyakan adalah siapa sih "orang" itu yang menaburkan benih dalam perumpamaan ini? Barangkali tanpa pikir panjang kita cenderung bilang, "Oh, itu Yesus". Benarkah?  


Catatan Markus sangat jelas, "Pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu" (Mrk 4:27). 


Kalau begitu tidak mungkin orang yang menaburkan benih itu adalah Yesus. Masa Yesus tidak tahu bagaimana benih yang Ia tabur itu bertumbuh, berkembang dan berbuah. 


Kalau benih itu adalah Sabda Allah, bagaimana mungkin Yesus tidak tahu bagaimana Sabda Allah bertumbuh? 


Lagi pula, ada beberapa perbedaan antara ayat ini dan dalam injil Lukas. Dalam ayat 8:5, Lukas menulis, "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya". Lukas jelas menyebutkan penabur itu menaburkan benihnya. 


Tapi dalam perumpamaan kali ini, Markus tak mengatakan benih yang ditabur sebagai milik orang yang menaburkan. Ia menaburkan benih; akan tetapi benih itu tidak harus merupakan miliknya. 


Jika saya berkotbah, menyampaikan Sabda Allah, tentu saya tidak sedang menyampaikan kata-kata buah pikiran saya sendiri, melainkan Sabda Allah. 


Untuk menyampaikan renungan ini, saya mengambil waktu tiap malam untuk bermenung. Kadang baru larut malam, bahkan subuh ilham itu datang. 


Dengan begitu, orang yang menaburkan benih itu adalah anonim; bisa siapa saja, termasuk saya dan anda. 


Saya memang mendapat ilham dan menaburkan benih Sabda. Tapi saya tidak tahu bagaimana benih Sabda itu tumbuh dan berkembang. Itu rahasia Allah. 


Dengan begitu, pesannya jelas. Dalam mewartakan Sabda, saya harus sadar diri bahwa Sabda itu milik Tuhan, Sabda Tuhan. 


Dalam berkotbah, dalam mengajar atau menanamkan nilai-nilai, saya mesti selalu ingat, yang saya sampaikan adalah pikiran Tuhan. Salam menjalankan karya dan tugas, yang saya kerjakan adalah karya Tuhan. Tugas utama saya adalah menabur dan menanam. Bagaimana selanjutnya, itu urusan Tuhan. 


Tapi kadang saya tak mau menabur; enggan untuk memulai sesuatu. Ada rasa kurang percaya diri. Barangkali saya kurang pede dengan kemampuan saya sendiri; merasa rendah diri melihat keunggulan orang lain. 


Terkadang saya juga tak yakin bahwa saya bisa berbuat dan apa yang dibuat bisa tumbuh dan berhasil. Kadang saya diliputi kecemasan saat apa yang saya buat belum tumbuh, atau dihadang dengan sejumlah tantangan.  


Bahkan cukup sering saya merasa kecewa dan putus asa, tak tahu lagi berbuat apa, karena apa yang saya tabur sepertinya tidak bertumbuh. Ibarat menasihati anak, tapi masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. 


saya disadarkan bahwa saya mesti percaya bahwa Tuhan pasti bekerja dan tak mungkin lepas tangan. Dia pasti memberikan pertumbuhan hingga berbuah. Saya tak perlu kuatir. 


Pernahkah anda  frustasi karena pelayanan tidak segera menunjukkan hasil seperti yang di harapkan ?


Pernahkah kecewa karena pekerjaan Tuhan yang anda lakukan terlalu sederhana dan tidak spektakuler ?


Tidak sedikit orang-orang yang melayani Tuhan merasa kecewa, pesimis, bahkan frustasi karena setelah bertahun-tahun berkutat dalam pelayanan, belum juga melihat hasil pelayanannya


Mengapa demikian ? Hal ini biasanya terjadi karena menganggap bahwa keberhasilan atau kesuksesan pelayanan adalah semata-mata karena pekerjaan atau usaha sendiri


Apalagi mengukur keberhasilan pelayanan dari besar atau kecilnya pekerjaan yang dilakukan. 


Bukankah tidak sedikit juga anggapan bahwa kesuksesan pelayanan dilihat dari pekerjaan-pekerjaan spektakuler yang sanggup dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan ? Misalnya mukjizat penyembuhan atau pengusiran setan


Perikop ini mengingatkan agar kita tidak merasa kecewa apalagi frustasi. Perkembangan Kerajaan Allah ( kesuksesan pelayanan kita ) sepenuhnya merupakan pekerjaan Allah (ayat 26-28), tidak tergantung usaha manusia


Manusia dapat berupaya, tetapi pertumbuhan atau perkembangannya tergantung sepenuhnya pada karya Allah


Kita juga tidak perlu merasa bahwa segala sesuatu yang sudah kita kerjakan sia-sia. Dan itu terjadi karena menganggap bahwa pekerjaan Tuhan yang kita lakukan bukan pekerjaan yang spektakuler, tetapi sederhana dan tidak mencolok


Justru dari sesuatu yang kita anggap tidak mencolok ( tidak spektakuler ), di tangan Tuhan akan diubah menjadi sesuatu yang sangat berharga


Marilah kita menghargai proses perjuangan hidup ini, secara manusiawi sering tidak mudah, tetapi nyatanya dapat berjalan dengan baik setelah sekian waktu lamanya, dan tahu-tahu buah akhirnya indah dan memesona


Sama seperti biji sesawi yang sangat kecil, di tangan Tuhan, setelah bertumbuh justru menjadi pohon yang sangat besar, yang bisa memberikan perlindungan atau rasa nyaman pada burung-burung yang hinggap di cabang-cabangnya (ayat 31-32)


Berdoa: 

Ya Tuhan, kami memohon ampun karena tidak menyadari, terkadang lupa, bahwa kami di sini untuk membantu Engkau dalam misi membawa semua jiwa merasakan surga. Tolong bantu kami untuk siap menyemangati, memberi contoh yang baik, untuk mengajari mereka akan apa yang menjadi kehendak-Mu. 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...