Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"
Kalau kita mau untuk memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dan kehidupan ini adalah merupakan penyelenggaraan-Nya, serta mau menghadirkan Tuhan dalam hidup kita, maka apa pun yang terjadi dalam hidup, maka kita tidak akan menjauh dari-Nya.
Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar apa yang kita perbuat dan juga apa yang terucap dalam keseharian hidup kita. Sebagaimana sabda Tuhan: "Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya".
Kalau kita mau memahami sabda-Nya, kisah para murid bersama Yesus naik perahu menuju seberang, tiba-tiba datang topan yang sangat dashyat dan perahu mereka penuh dengan air dan hampir tenggelam.
Saat itu Yesus sedang tidur segera mereka bangunkan dan dengan perkataan-Nya meredakan angin dan ombak besar tersebut.
Hal itu adalah merupakan gambaran kondisi saat ini di mana banyak umat beriman ketika badai kehidupan menimpanya, barulah mereka ingat akan Tuhan dan meminta pertolongan dari-Nya.
Sesungguhnya, hari ini kita semua ditegur dan diingatkan oleh Yesus atas ketakutannya dan ketidak percayaan kita kepada-Nya.
Yesus adalah penguasa alam semesta termasuk hidup dan mati kita. Yesus bukan pewarta Kerajaan Allah atas alam saja, melainkan yang terpenting atas dunia manusia.
Oleh karena itu, dalam menjalani hidup di dunia sebagai orang yang mengimani Kristus hendaknya menjalani hidup bersama Kristus.
Kita seringkali mengalami seolah-olah Kristus meninggalkan kita. Misalnya ketika para rasul bersama Kristus di dalam perahu dan terjadi badai, sedang Kristus tampak tidur dengan nyenyaknya. Kristus tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan yaitu iman kepada-Nya yang nyata pada sikap pasrah.
Kristus mengetahui diri kita dan mengetahui pula akan keimanan kita. Kristus justru membiarkan situasi itu terjadi untuk digunakan-Nya meningkatkan iman.
Gelombang laut dan badai dibiarkan terjadi oleh Allah agar manusia hidup. Maka dikatakan dalam Kitab Suci "sampai di sini engkau datang", seolah-olah Tuhan mengatur agar badai tidak menelan manusia. Itu bahasa Kitab Suci yang justru mau menyatakan bahwa badai itu demi manusia HIDUP yaitu apabila manusia percaya, mengimani Allah.
Jadi HIDUP yang dimaksudkan ialah HIDUP SEJATI bersama Allah Bapa dalam keabadian di surga dan bukan hidup di dunia yang fana ini.
Pertobatan telah kita mulai dan hendaknya kita mau untuk mempertahankan habitus yang baru yang kita miliki sebagai wujud pertobatan kita.
Kita mau untuk mempertahankan iman kita dari gempuran duniawi yang tiada hentinya. Hidup kita hanya sesaat dan suatu ketika kita akan dipanggil oleh-Nya serta akan dimintakan pertanggungjawaban kita dalam hidup, tentunya mengenai iman kita kepada-Nya.
Dengan iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu, maka kita akan dapat memahami bahwa Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar.
Dengan iman pula kita akan dapat memahami bahwa Allah memerintahkan Malaikat-Nya untuk mencatat segala sesuatu yang telah kita perbuat dan segala sesuatu yang terucap dari mulut kita.
Semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban kita dan tidak ada sehelai rambut pun yang dapat kita sembunyikan dari-Nya.
Oleh karena itu, selagi kita masih diberi nafas kehidupan, hendaknya kita mau memiliki iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Dengan demikian di sisa hidup kita akan dapat merasakan mengalirnya berkat, rahmat, serta kasih-Nya.
Yesus, Tuhan dari Segala Yesus dan murid-murid-Nya menyeberangi danau Galilea. Danau Galilea adalah sebuah danau besar di Israel utara. Danau ini menjadi tempat berkembang biak ikan nila yang sering disebut sebagai ikan St. Petrus,
Danau ini juga menjadi menghubung berbagai kota di sekitar danau tersebut. Karena hal-hal inilah, danau ini menjadi pusat sosial-ekonomi di Galilea. Tidak heran jika banyak orang yang tinggal di sini adalah nelayan, termasuk beberapa murid Yesus.
Banyak dari mereka menghabiskan masa dewasa mereka di dan di sekitar danau Galilea. Danau pada dasarnya adalah rumah dan tempat mata pencaharian mereka. Namun, ada kalanya danau ini berperilaku tidak terduga dan berubah menjadi tempat bahaya besar.
Bahkan Simon dan Yakobus, nelayan yang paling berpengalaman di antara para rasul, tidak berdaya menghadapi badai yang dahsyat itu. Danau yang adalah rumah mereka akan segera menjadi kuburan mereka.
Di tengah kepanikan para murid, mereka melihat Yesus yang tertidur. Namun, para murid secara naluriah membangunkan sang guru mereka dan mengungkapkan ketakutan mereka akan kematian. Yesus menanggapi panggilan mereka dan memerintahkan angin dan danau untuk tenang.
Danau dan angin segera patuh! Yesus membuktikan diri-Nya bukan hanya sebagai penyembuh dan pelaku mujizat, tetapi Dia adalah Penguasa badai, alam semesta dan seluruh ciptaan. Dalam Perjanjian Lama, hanya Tuhan Allah yang berdiri di atas air yang perkasa [Kej 1:1-3].
Hanya Tuhan yang bisa mengendalikan dan memerintah lautan karena Tuhan adalah penciptanya [Maz 107]. Melihat kekuatan yang fenomenal ini, para murid justru menjadi lebih takut. Mereka tidak hanya menghadapi badai, tetapi mereka sedang berhadapan dengan Tuhan atas badai ini.
Kita takut, dan kita bingung. Mungkin, kita perlu melakukan apa yang para rasul lakukan: berseru lebih keras kepada Tuhan. Namun, yang mengejutkan kita, Tuhan dari segala badai ini sebenarnya ada bersama kita di kapal yang sama menghadapi badai.
Dia mengizinkan kita untuk menghadapi badai besar, untuk menguji iman kita. Namun, Dia tidak pernah meninggalkan kita, walaupun kadang tampak seperti sedang tidur.
Saat yang sulit dalam pelayanan saya sebagai seorang imam adalah ketika saya harus berkhotbah dalam misa pemakaman atau arwah bagi orang-orang yang meninggal secara tak terduga.
Apa yang harus saya katakan kepada orang tua? Apa yang harus saya tawarkan ketika Tuhan tampaknya diam? Apa yang harus saya bawa ketika doa tampaknya tidak dijawab? Saat saya bergumul dengan misteri penderitaan dan kematian, seperti Ayub yang saleh, saya meminta jawaban dari Tuhan.
Dan sama seperti para murid, jawaban Yesus adalah “Mengapa kamu takut? Apakah kamu belum memiliki iman?” Melalui masa krisis dan pencobaan ini, kita dipanggil untuk memiliki iman yang lebih besar lagi untuk melihat bahwa bahkan badai terbesar dalam hidup kita berada di bawah perintah-Nya dan ini terjadi sebagai pemeliharaan pemeliharaan-Nya bagi kita.
1. Berjalan Bersama dengan Yesus:
Saat menjelang malam para murid Yesus sudah pasti mengalami kelelahan. Di pagi dan siang hari selama berjam-jam guru mereka telah berbicara dalam perumpamaan kepada orang banyak memahami hal Kerajaan Allah.
Mereka cukup senang ketika guru mereka akhirnya mengajak mereka mengakhiri tugas mengajar dan pergi bersama-Nya bertolak ke seberang.
Hanya Yesus dengan para murid tanpa orang banyak. Mereka menyusuri dan melintasi Galilea. Yesus mengundang kita untuk pergi bersama-Nya juga. Tujuan tidak terlalu penting; ini semua tentang berjalan bersama.
Allah tidak hanya telah menjadi manusia tetapi menjadi seorang pria yang ingin menghabiskan waktu bersama kita, yang ingin bersekutu dengan kita: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15 )
2. Badai:
Kita bisa membayangkan adegan perahu yang diterjang badai. Itulah yang dikisahkan Markus dengan amat jelas. Digambarkan juga momen ketika beberapa murid pergi kepada Yesus untuk memohon bantuan-Nya.
Murid-murid lain berjuang mati-matian melawan angin dan ombak, berusaha sekuat tenaga mengeluarkan air dari perahu, sementara ada yang meringkuk ketakutan atau muntah di sisi perahu. Itu kisah dua belas murid saat bersama Yesus. Ada orang-orang yang bekerja keras dan ada orang-orang terfokus pada Kristus.
Namun intinya bukan soal itu. Pertanyaan Yesus: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Itulah inti cerita Berjalan Bersama Yesus.
Pertanyaan itu mengingatkan kata-kata Yesus kepada Marta ketika Lasarus hendak dibangkitkan.
Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"(Yohanes 11:25-26)
3. Iman yang Tak Tergoyahkan:
Catatan Injil Markus penuh dengan peristiwa yang menyebabkan para saksi menggelengkan kepala karena takjub. Di akhir kisah disebutkan bahwa para murid dibuat takjub oleh karena badai segera reda. Soal rasa takjub para murid dapat dengan mudah kita mengerti.
Setelah melihat ada ancaman mematikan dari badai dan seketika badai menjadi reda. Hal yang perlu kita renungkan adalah kata-kata Yesus sebelumnya. Soal kurangnya iman. Kita jadi ingat saat Kristus yang telah bangkit menasihati “Tomas yang ragu-ragu” dengan kata-kata ini: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:29).
Bila kita memikirkan suatu hari nanti kita harus berdiri di hadapan Tuhan dan menerima penghakiman yang menyegel kekekalan bisa menjadi sesuatu yang menakutkan.
Kita mungkin berpikir bahwa Tuhan-lah yang akan menghakimi dan menentukan seberapa bersalah kita, kemudian mengirim kita ke mana kita harus pergi. Jika Allah adalah kasih, lantas mengapa Ia ingin menghakimi kita dan bahkan menghukum kita?
Bacaan pertama mengatakan, bukan Tuhan yang menyatakan penghakiman atas Daud melainkan Daud yang menyatakan penghakiman atas dirinya sendiri. Nabi Natan menceritakan kisahnya tetapi Daud yang membuat kesimpulan.
Natan memegang cermin dan Daud melihat pantulannya. Kita mengakui bahwa Daud memiliki kerendahan hati, mengaku bahwa itu adalah bayangannya, bahwa dia adalah orang dalam cerita itu.
Kita semua memiliki hati nurani yang diberikan Tuhan untuk mengakui kesalahan dan keberdosaan. Dengan nafas yang sama, kita juga harus mengakui bahwa kita memiliki kemampuan untuk menyangkal rasa bersalah dan bertanggung jawab. Kita harus dapat merasionalisasikan rasa bersalah kita dan mengubah hitam menjadi putih.
Itu bisa terjadi dan akan terjadi ketika kita dekat dengan Tuhan dan tidak lupa kalau Yesus ada di dalam hati kita. Para murid merasa ketakutan menghadapi badai karena mereka belum menyadari siapa Yesus sesungguhnya.
Kita tahu siapa Yesus. Kita juga tahu bahwa Dia telah membuat rumah-Nya di hati kita. Dalam menghadapi pencobaan dan keberdosaan, dengarkan suara-Nya saat Yesus mengatakan kepada kita, diam, tenanglah. Yesus datang bukan untuk menghakimi dan menghukum kita tetapi untuk menyelamatkan kita.
35. Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."
36. Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.
37. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
38. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
39. Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
40. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"
41. Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"
Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kesulitan, gejolak, dan tekanan. Bagaimanakah kita menemukan damai sejahtera? Kita bisa menemukan damai sejahtera hanya dari Sang Raja damai Tuhan Yesus Kristus sendiri. Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”
Yesus sedang menyeberangi Danau Galilea bersama para murid dengan perahu. Juga ada “perahu-perahu kecil lainnya” Seberapa kecilkah perahu-perahu itu? Ada sebuah perahu kuno yang disebut “Perahu Yesus” yang diperlihatkan di Kibbutz Nof Ginosar, di tepi Danau Galilea. Ukuran panjangnya 9 meter, dengan lebar 2,5 meter, dan tinggi 1,25 meter.
Ini adalah jenis perahu yang umum digunakan pada masa Yesus. Sementara menyeberangi danau itu, mereka menghadapi badai besar. Gelombang besar menghantam perahu itu, dan segera perahu itu pun penuh dengan air dan mulai tenggelam.
Saat semua ini sedang terjadi, Yesus tertidur lelap di buritan (bagian belakang) perahu. Semua guncangan dan gangguan itu tidak mengusik-Nya sama sekali. Sebaliknya, para murid panik dan segera membangunkan Dia, _“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?
Mereka tidak memiliki alasan untuk menanyai Yesus seperti ini. Mereka seharusnya memiliki keyakinan penuh kepada Guru mereka karena bukankah mereka sudah melihat apa yang bisa Dia lakukan? Bagaimana Dia memiliki kuasa atas penyakit dan roh-roh jahat? Jika Yesus bisa melepaskan orang dari penyakit dan roh-roh jahat melalui mukjizat, apa artinya badai ini bagi-Nya? Tetapi mereka tidak berpikir seperti demikian.
Apakah kita juga mudah berpikiran seperti ini? Ketika kita melalui kondisi kehidupan yang buruk, dan iman kita benar-benar diuji, bukankah kita menanyai Yesus seperti ini.Di manakah Engkau, Tuhan?” “Tidaklah Engkau peduli?” Kita harus tahu bahwa Dia selalu ada dan Dia sangat peduli kepada kita.
Yesus menunjukkan kuasa-Nya dan memerintahkan angin dan danau itu, Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Iman kita terkadang sedemikian kecil sehingga hampir tidak terlihat. Marilah kita memiliki iman yang kuat kepada Allah kita, seperti ada dalam himne anak-anak, “Dengan Kristus dalam perahu, kita bisa tersenyum kepada badai.”
Danau Galilea merupakan sungai Yordan yang mengalir dari arah utara. Dalam keadaan biasa danau Galilea tampak tenang, tetapi sewaktu-waktu bisa terjadi badai. Danau Galilea terletak dilembah yang dikelilingi bukit-bukit, sehingga memungkinkan angin bertiup secara tiba-tiba dari atas bukit
Setelah melayani orang banyak hingga sore hari, Yesus kelelahan dan ingin beristirahat, mengajak murid-murid menyeberang danau dan menjauh dari orang banyak. Benar saja, Beliaupun tertidur. Saat tertidur, terjadilah badai sangat dahsyat, membuat murid-murid menjadi takut.
Beberapa dari antara murid-murid adalah mantan nelayan berpengalaman, karena itu mereka tahu betul betapa mengerikannya bahaya yang menghadangnya akibat badai dahsyat itu
Dalam kesibukan upaya untuk mengatasi masalah yang sedang melanda, mereka membangunkan Yesus.
Mereka bukan meminta pertolonganNya, melainkan memprotes Beliau atas ketidakpedulian-Nya terhadap masalah yang sedang terjadi. Seharusnya Beliau bangun dan bersama mereka mengatasi masalah tersebut, mungkin dengan ikut membantu mereka membuang air yang memenuhi perahu.
Yesus berada dalam bahaya yang sama, seperti yang mereka hadapi. Kitapun sering berada dalam situasi yang sama. Kita ingin Yesus menolong, dengan bentuk pertolongan seperti yang ada dalam pikiran kita
Yesus kemudian menegur mereka karena mengira bahwa Beliau tidak memedulikan mereka. Menunjukkan bahwa mereka belum mengenali siapa Yesus yang sesungguhnya. Ketika kita mengira bahwa Yesus tidak peduli, menunjukkan bahwa kita tidak percaya pada Nya
Yesus adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Jika Beliau berada dalam hidup kita, maka tidak ada masalah yang dapat menenggelamkan kita
Perintah untuk "diam dan tenang" bukan hanya berlaku bagi angin dan danau, tetapi juga bagi kehidupan kita
Tuhan tidak melarang kita takut, asal rasa takut tidak menguasai pikiran dan hati kita. Untuk itu, kita harus siap sedia menghadapi tantangan yang datang dalam kehidupan. Dengan demikian, kepercayaan kita terhadap Tuhan harus dinyatakan dalam segala hal dan kondisi
Yesus menyapa kita bukan saja pada saat gembira dan saat semuanya berjalan lancar. Beliau juga datang pada saat mulai kekurangan tenaga dan kehilangan semangat dalam hidup
Kita perlu membuka mata dan telinga untuk menangkap seruan dan sapaan-Nya melalui peristiwa yang kita saksikan, orang yang kita temui, dan bahkan dalam pekerjaan yang sedang kita laksanakan.
Berdoa:
Tuhan, beri kami iman yang teguh. Iman yang teguh di segala waktu. Kami ingin melihat dunia ini dengan mata iman, agar tidak terlalu khawatir ketika cobaan dan kesengsaraan menghampiri kami. Beri kami rahmat untuk memanggil-Mu, dan biarlah Engkau sendiri yang menenangkan badai kami.