We Are Creative Design Agency

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Illum, fuga, consectetur sequi consequuntur nisi placeat ullam maiores perferendis. Quod, nihil reiciendis saepe optio libero minus et beatae ipsam reprehenderit sequi.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Saturday, 29 January 2022

Angin Dan Danau Pun Taat Kepada Yesus. Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya? (Markus 4:35-41)


Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.


Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.  Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"


Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.  Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"


Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"


Kalau kita mau untuk memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dan kehidupan ini adalah merupakan penyelenggaraan-Nya, serta mau menghadirkan Tuhan dalam hidup kita, maka apa pun yang terjadi dalam hidup, maka kita tidak akan menjauh dari-Nya. 


Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar apa yang kita perbuat dan juga apa yang terucap dalam keseharian hidup kita. Sebagaimana sabda Tuhan: "Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya". 


Kalau kita mau memahami sabda-Nya, kisah para murid bersama Yesus naik perahu menuju seberang, tiba-tiba datang topan yang sangat dashyat dan perahu mereka penuh dengan air dan hampir tenggelam. 


Saat itu Yesus sedang tidur segera mereka bangunkan dan dengan perkataan-Nya meredakan angin dan ombak besar tersebut. 


Hal itu adalah merupakan gambaran kondisi saat ini di mana banyak umat beriman ketika badai kehidupan menimpanya, barulah mereka ingat akan Tuhan dan meminta pertolongan dari-Nya. 


Sesungguhnya, hari ini kita semua ditegur dan diingatkan oleh Yesus atas ketakutannya dan ketidak percayaan kita kepada-Nya. 


Yesus adalah penguasa alam semesta termasuk  hidup dan mati kita. Yesus bukan pewarta Kerajaan Allah atas alam saja, melainkan yang terpenting atas dunia manusia. 


Oleh karena itu, dalam menjalani hidup di dunia sebagai orang yang mengimani Kristus hendaknya menjalani hidup bersama Kristus. 


Kita seringkali mengalami seolah-olah Kristus meninggalkan kita. Misalnya ketika para rasul bersama Kristus di dalam perahu dan terjadi badai, sedang Kristus tampak tidur dengan nyenyaknya. Kristus tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan yaitu iman kepada-Nya yang nyata pada sikap pasrah. 


Kristus mengetahui diri kita dan mengetahui pula akan keimanan kita. Kristus justru membiarkan situasi itu terjadi untuk digunakan-Nya meningkatkan iman. 


Gelombang laut dan badai dibiarkan terjadi oleh Allah agar manusia hidup. Maka dikatakan dalam Kitab Suci "sampai di sini engkau datang", seolah-olah Tuhan mengatur agar badai tidak menelan manusia. Itu bahasa Kitab Suci yang justru mau menyatakan bahwa badai itu demi manusia HIDUP yaitu apabila manusia percaya, mengimani Allah. 


Jadi HIDUP yang dimaksudkan ialah HIDUP SEJATI bersama Allah Bapa dalam keabadian di surga dan bukan hidup di dunia yang fana ini.


Pertobatan telah kita mulai dan hendaknya kita mau untuk mempertahankan habitus yang baru yang kita miliki sebagai wujud pertobatan kita. 


Kita mau untuk mempertahankan iman kita dari gempuran duniawi yang tiada hentinya. Hidup kita hanya sesaat dan suatu ketika kita akan dipanggil oleh-Nya serta akan dimintakan pertanggungjawaban kita dalam hidup, tentunya mengenai iman kita kepada-Nya. 


Dengan iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu, maka kita akan dapat memahami bahwa Allah Maha Melihat dan juga Maha Mendengar. 


Dengan iman pula kita akan dapat memahami bahwa Allah memerintahkan Malaikat-Nya untuk mencatat segala sesuatu yang telah kita perbuat dan segala sesuatu yang terucap dari mulut kita. 


Semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban kita dan tidak ada sehelai rambut pun yang dapat kita sembunyikan dari-Nya. 


Oleh karena itu, selagi kita masih diberi nafas kehidupan, hendaknya kita mau memiliki iman yang hidup, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Dengan demikian di sisa hidup kita akan dapat merasakan mengalirnya berkat, rahmat, serta kasih-Nya. 


Yesus, Tuhan dari Segala Yesus dan murid-murid-Nya menyeberangi danau Galilea. Danau Galilea adalah sebuah danau besar di Israel utara. Danau ini menjadi tempat berkembang biak ikan nila yang sering disebut sebagai ikan St. Petrus, 


Danau ini juga menjadi menghubung berbagai kota di sekitar danau tersebut. Karena hal-hal inilah, danau ini menjadi pusat sosial-ekonomi di Galilea. Tidak heran jika banyak orang yang tinggal di sini adalah nelayan, termasuk beberapa murid Yesus.


 Banyak dari mereka menghabiskan masa dewasa mereka di dan di sekitar danau Galilea. Danau pada dasarnya adalah rumah dan tempat mata pencaharian mereka. Namun, ada kalanya danau ini berperilaku tidak terduga dan berubah menjadi tempat bahaya besar. 


Bahkan Simon dan Yakobus, nelayan yang paling berpengalaman di antara para rasul, tidak berdaya menghadapi badai yang dahsyat itu. Danau yang adalah rumah mereka akan segera menjadi kuburan mereka.


Di tengah kepanikan para murid, mereka melihat Yesus yang tertidur. Namun, para murid secara naluriah membangunkan sang guru mereka dan mengungkapkan ketakutan mereka akan kematian. Yesus menanggapi panggilan mereka dan memerintahkan angin dan danau untuk tenang. 


Danau dan angin segera patuh! Yesus membuktikan diri-Nya bukan hanya sebagai penyembuh dan pelaku mujizat, tetapi Dia adalah Penguasa badai, alam semesta dan seluruh ciptaan. Dalam Perjanjian Lama, hanya Tuhan Allah yang berdiri di atas air yang perkasa [Kej 1:1-3]. 


Hanya Tuhan yang bisa mengendalikan dan memerintah lautan karena Tuhan adalah penciptanya [Maz 107]. Melihat kekuatan yang fenomenal ini, para murid justru menjadi lebih takut. Mereka tidak hanya menghadapi badai, tetapi mereka sedang berhadapan dengan Tuhan atas badai ini.


Kita takut, dan kita bingung. Mungkin, kita perlu melakukan apa yang para rasul lakukan: berseru lebih keras kepada Tuhan. Namun, yang mengejutkan kita, Tuhan dari segala badai ini sebenarnya ada bersama kita di kapal yang sama menghadapi badai.


 Dia mengizinkan kita untuk menghadapi badai besar, untuk menguji iman kita. Namun, Dia tidak pernah meninggalkan kita, walaupun kadang tampak seperti sedang tidur.


Saat yang sulit dalam pelayanan saya sebagai seorang imam adalah ketika saya harus berkhotbah dalam misa pemakaman atau arwah bagi orang-orang yang meninggal secara tak terduga. 


Apa yang harus saya katakan kepada orang tua? Apa yang harus saya tawarkan ketika Tuhan tampaknya diam? Apa yang harus saya bawa ketika doa tampaknya tidak dijawab? Saat saya bergumul dengan misteri penderitaan dan kematian, seperti Ayub yang saleh, saya meminta jawaban dari Tuhan.


 Dan sama seperti para murid, jawaban Yesus adalah “Mengapa kamu takut? Apakah kamu belum memiliki iman?” Melalui masa krisis dan pencobaan ini, kita dipanggil untuk memiliki iman yang lebih besar lagi untuk melihat bahwa bahkan badai terbesar dalam hidup kita berada di bawah perintah-Nya dan ini terjadi sebagai pemeliharaan pemeliharaan-Nya bagi kita.


1. Berjalan Bersama dengan Yesus:

Saat menjelang malam para murid  Yesus sudah pasti mengalami kelelahan. Di pagi dan siang hari selama berjam-jam guru mereka telah berbicara dalam perumpamaan kepada orang banyak memahami hal Kerajaan Allah.


Mereka cukup senang ketika guru mereka akhirnya mengajak mereka mengakhiri tugas mengajar dan pergi bersama-Nya bertolak ke seberang.  


Hanya Yesus dengan para murid tanpa orang banyak.  Mereka menyusuri dan melintasi Galilea. Yesus mengundang kita untuk pergi bersama-Nya juga. Tujuan tidak terlalu penting; ini semua tentang berjalan bersama. 


Allah tidak hanya telah menjadi manusia tetapi menjadi seorang pria yang ingin menghabiskan waktu bersama kita, yang ingin bersekutu dengan kita: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15 )


2. Badai:  

Kita bisa membayangkan adegan perahu yang diterjang badai. Itulah yang dikisahkan Markus dengan amat jelas.  Digambarkan juga momen ketika beberapa murid pergi kepada Yesus untuk memohon bantuan-Nya.


 Murid-murid lain berjuang mati-matian melawan angin dan ombak, berusaha sekuat tenaga mengeluarkan air dari perahu,  sementara ada yang meringkuk ketakutan atau muntah di sisi perahu. Itu kisah dua belas murid saat bersama Yesus. Ada orang-orang yang bekerja keras dan ada orang-orang terfokus pada Kristus. 


Namun intinya bukan soal itu. Pertanyaan Yesus: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Itulah inti cerita Berjalan Bersama Yesus.  

Pertanyaan itu mengingatkan kata-kata Yesus kepada Marta ketika Lasarus hendak dibangkitkan. 


 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"(Yohanes 11:25-26)


3. Iman yang Tak Tergoyahkan:

Catatan Injil Markus penuh dengan peristiwa yang menyebabkan para saksi menggelengkan kepala karena takjub. Di akhir kisah disebutkan bahwa para murid dibuat takjub oleh karena badai segera reda.  Soal rasa takjub para murid dapat dengan mudah kita mengerti. 


Setelah melihat ada ancaman mematikan dari badai dan seketika badai menjadi reda.  Hal yang perlu kita renungkan adalah kata-kata Yesus sebelumnya. Soal kurangnya iman.  Kita jadi ingat saat Kristus yang telah bangkit menasihati “Tomas yang ragu-ragu” dengan kata-kata ini: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:29). 


Bila kita memikirkan suatu hari nanti kita harus berdiri di hadapan Tuhan dan menerima penghakiman yang menyegel kekekalan bisa menjadi sesuatu yang menakutkan.


Kita mungkin berpikir bahwa Tuhan-lah yang akan menghakimi dan menentukan seberapa bersalah kita, kemudian mengirim kita ke mana kita harus pergi. Jika Allah adalah kasih, lantas mengapa Ia ingin menghakimi kita dan bahkan menghukum kita?


Bacaan pertama mengatakan, bukan Tuhan yang menyatakan penghakiman atas Daud melainkan Daud yang menyatakan penghakiman atas dirinya sendiri. Nabi Natan menceritakan kisahnya tetapi Daud yang membuat kesimpulan. 


Natan memegang cermin dan Daud melihat pantulannya. Kita mengakui bahwa Daud memiliki kerendahan hati, mengaku bahwa itu adalah bayangannya, bahwa dia adalah orang dalam cerita itu.


Kita semua memiliki hati nurani yang diberikan Tuhan untuk mengakui kesalahan dan keberdosaan. Dengan nafas yang sama, kita juga harus mengakui bahwa kita memiliki kemampuan untuk menyangkal rasa bersalah dan bertanggung jawab. Kita harus dapat merasionalisasikan rasa bersalah kita dan mengubah hitam menjadi putih.


Itu bisa terjadi dan akan terjadi ketika kita dekat dengan Tuhan dan tidak lupa kalau Yesus ada di dalam hati kita. Para murid merasa ketakutan menghadapi badai karena mereka belum menyadari siapa Yesus sesungguhnya.


Kita tahu siapa Yesus. Kita juga tahu bahwa Dia telah membuat rumah-Nya di hati kita. Dalam menghadapi pencobaan dan keberdosaan, dengarkan suara-Nya saat Yesus mengatakan kepada kita, diam, tenanglah. Yesus datang bukan untuk menghakimi dan menghukum kita tetapi untuk menyelamatkan kita.


35. Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang."


36. Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.


37. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.


38. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"


39. Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.


40. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?"


41. Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?"


Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kesulitan, gejolak, dan tekanan. Bagaimanakah kita menemukan damai sejahtera? Kita bisa menemukan damai sejahtera hanya dari Sang Raja damai Tuhan Yesus Kristus sendiri. Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.


 Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” 


Yesus sedang menyeberangi Danau Galilea bersama para murid dengan perahu. Juga ada “perahu-perahu kecil lainnya” Seberapa kecilkah perahu-perahu itu? Ada sebuah perahu kuno yang disebut “Perahu Yesus” yang diperlihatkan di Kibbutz Nof Ginosar, di tepi Danau Galilea. Ukuran panjangnya 9 meter, dengan lebar 2,5 meter, dan tinggi 1,25 meter. 


Ini adalah jenis perahu yang umum digunakan pada masa Yesus. Sementara menyeberangi danau itu, mereka menghadapi badai besar. Gelombang besar menghantam perahu itu, dan segera perahu itu pun penuh dengan air dan mulai tenggelam.


Saat semua ini sedang terjadi, Yesus tertidur lelap di buritan (bagian belakang) perahu. Semua guncangan dan gangguan itu tidak mengusik-Nya sama sekali. Sebaliknya, para murid panik dan segera membangunkan Dia, _“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?


Mereka tidak memiliki alasan untuk menanyai Yesus seperti ini. Mereka seharusnya memiliki keyakinan penuh kepada Guru mereka karena bukankah mereka sudah melihat apa yang bisa Dia lakukan? Bagaimana Dia memiliki kuasa atas penyakit dan roh-roh jahat? Jika Yesus bisa melepaskan orang dari penyakit dan roh-roh jahat melalui mukjizat, apa artinya badai ini bagi-Nya? Tetapi mereka tidak berpikir seperti demikian.


Apakah kita juga mudah berpikiran seperti ini? Ketika kita melalui kondisi kehidupan yang buruk, dan iman kita benar-benar diuji, bukankah kita menanyai Yesus seperti ini.Di manakah Engkau, Tuhan?” “Tidaklah Engkau peduli?” Kita harus tahu bahwa Dia selalu ada dan Dia sangat peduli kepada kita.


Yesus menunjukkan kuasa-Nya dan memerintahkan angin dan danau itu, Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Iman kita terkadang sedemikian kecil sehingga hampir tidak terlihat. Marilah kita memiliki iman yang kuat kepada Allah kita, seperti ada dalam himne anak-anak, “Dengan Kristus dalam perahu, kita bisa tersenyum kepada badai.”


Danau Galilea merupakan  sungai Yordan yang mengalir dari arah utara. Dalam keadaan biasa danau Galilea tampak tenang, tetapi sewaktu-waktu bisa terjadi badai. Danau Galilea terletak dilembah yang dikelilingi bukit-bukit, sehingga memungkinkan angin bertiup secara tiba-tiba dari atas bukit


Setelah melayani orang banyak hingga sore hari, Yesus kelelahan dan ingin beristirahat, mengajak murid-murid menyeberang danau dan menjauh dari orang banyak. Benar saja, Beliaupun tertidur. Saat tertidur, terjadilah badai sangat dahsyat, membuat murid-murid menjadi takut.


Beberapa dari antara murid-murid adalah mantan nelayan berpengalaman, karena itu mereka tahu betul betapa mengerikannya bahaya yang menghadangnya akibat badai dahsyat itu


Dalam kesibukan upaya untuk mengatasi masalah yang sedang melanda, mereka membangunkan Yesus.


Mereka bukan meminta pertolonganNya, melainkan memprotes Beliau atas ketidakpedulian-Nya terhadap masalah yang sedang terjadi. Seharusnya Beliau bangun dan bersama mereka mengatasi masalah tersebut, mungkin dengan ikut membantu mereka membuang air yang memenuhi perahu.


Yesus berada dalam bahaya yang sama, seperti yang mereka hadapi. Kitapun sering berada dalam situasi yang sama. Kita ingin Yesus menolong, dengan bentuk pertolongan seperti yang ada dalam pikiran kita


Yesus kemudian menegur mereka karena mengira bahwa Beliau tidak memedulikan mereka. Menunjukkan bahwa mereka belum mengenali siapa Yesus yang sesungguhnya. Ketika kita mengira bahwa Yesus tidak peduli, menunjukkan bahwa kita tidak percaya pada Nya


Yesus adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Jika Beliau berada dalam hidup kita, maka tidak ada masalah yang dapat menenggelamkan kita


Perintah untuk "diam dan tenang" bukan hanya berlaku bagi angin dan danau, tetapi juga bagi kehidupan kita


Tuhan tidak melarang kita takut, asal rasa takut tidak menguasai pikiran dan hati kita. Untuk itu, kita harus siap sedia menghadapi tantangan yang datang dalam kehidupan. Dengan demikian, kepercayaan kita terhadap Tuhan harus dinyatakan dalam segala hal dan kondisi


Yesus menyapa kita bukan saja pada saat gembira dan saat semuanya berjalan lancar. Beliau juga datang pada saat  mulai kekurangan tenaga dan kehilangan semangat dalam hidup


Kita perlu membuka mata dan telinga untuk menangkap seruan dan sapaan-Nya melalui peristiwa yang kita saksikan, orang yang kita temui, dan bahkan dalam pekerjaan yang sedang kita laksanakan.


Berdoa: 

Tuhan, beri kami  iman yang teguh. Iman yang teguh di segala waktu.  Kami ingin melihat dunia ini dengan mata iman, agar tidak terlalu khawatir ketika cobaan dan kesengsaraan menghampiri kami. Beri kami rahmat untuk memanggil-Mu, dan biarlah Engkau sendiri yang menenangkan badai kami. 

Friday, 28 January 2022

Kata Yesus: " Kerajaan Allah Seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Barang siapa Menabur benih Yang baik, Maka akan menghasilkan Buah Yang baik. Markus 4:26-34

Perumpamaan  Menabur  Benih.


Pada suatu ketika Yesus berkata, “Beginilah halnya Kerajaan Allah: Kerajaan Allah itu seumpama orang yang menaburkan benih di tanah. Malam hari ia tidur, siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi! Bagaimana terjadinya, orang itu tidak tahu! Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkai, lalu bulir, kemudian butir-butir yang penuh isi pada bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba”. 


Yesus berkata lagi, “Dengan apa hendak kita bandingkan Kerajaan Allah itu? Atau dengan perumpamaan manakah kita hendak menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. 


Tetapi apabila ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain, dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam rimbunannya.


Dalam banyak perumpamaan semacam itu Yesus memberitakan sabda kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka. Tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.


Kita memahami bahwa hal-hal besar bermula dari kecil yang bertumbuh dalam proses. Untuk menjadi besar, sukses, berbuah dan bermakna biasanya dibutuhkan waktu yang psnjang. Ketekunan, ketelitian, ketabahan dan kesetiaan dalam berproses adalah keutamaan yang layak dihidupi. 


Seorang petani kadang harus menebar benih berkali-kali sampai benih itu tumbuh. Sesudahnya, ia merawat, memupuk, dan memperhatikan pertumbuhannya sampai akhirnya siap memanennya. Ketika panen, ia bersuka cita dan membagikan panenannya. 


Ia tidak memperhitungkan lagi jerih payahnya dalam proses karena anugerah yang ia terima jauh lebih berharga dibandingkan kelelahan dan perjuangannya.  Tuhan Yesus.memberi teladan ketekunan dan keteguhan hati untuk selalu melakukan kasih yang tulus kepada orang-orang yang menderita. 


Seorang petani hanya menanti karena tidak tahu apa yang terjadi sejak benih ditanam sampai berbuah. Inilah gambaran tentang Kerajaan Allah yang ditanam dalam diri para pengikut Kristus. 


Melalui rahmat-Nya, Kerajaan Allah secara misteri menyebar ke seluruh dunia dan membuahkan tuaian. Seperti biji sesawi dalam perumpamaan hari ini, namun biji sesawi yang kecil itu tumbuh menjadi pohon yang besar hingga burung-burung dapat membuat sarang.


Cara serupa, Gereja sebagai Kerajaan Kristus di atas bumi ini, mulai didirikan dan awal berdirinya sangat sederhana. Tidak banyak orang yang menjadi pengikut Kristus yang setia pada masa itu.


 Hanya beberapa orang rasul dan perempuan-perempuan yang setia melayani-Nya sejak dari Galilea. Dari awal yang kelihatan tidak ada apa-apanya, sekecil biji sesawi, namun Gereja tumbuh berkembang seperti sebatang pohon yang besar dan rindang. Di bawah perlindungan dan naungan pohon inilah banyak jiwa-jiwa berlindung.


Cara Allah seringkali mengejutkan bagi kita dan yang dibutuhkan kita adalah iman, pengharapan dan kasih. Percaya pada kebijaksanaan dan kuasa yang datang hanya dari Allah. Sehingga kita menjadi besar, kokoh kuat dan berguna bagi orang lain.


Apabila kita berbicara sebagai manusia, maka Gereja adalah sebuah mukjizat berkaitan dengan karya Allah. Apabila sekadar mengandalkan upaya manusia, maka Gereja tidak akan bertahan lama. Hal yang sama berlaku bagi kita. Sekali-kali kita pun membutuhkan lebih daripada sekadar upaya manusia. 


Yesus memulai Kerajaan Allah dengan para murid yang sebagian besar adalah nelayan dan orang-orang kecil. Yesus memanggil mereka yang tersingkir dan tidak diperhitungkan, sebab mereka inilah benih dan biji sesawi di dalam kerajaan itu. 


Kita adalah para pekerja yang bersama-sama Kristus membangun Kerajaan Allah di dunia ini. kita diharapkan mampu memberdayakan lebih banyak lagi orang-orang yang lemah sehingga aroma keselamatan dari Allah makin menyegarkan dan menyelamatkan dunia kita.


Seorang penabur pergi untuk menabur; Dan ketika dia menabur, beberapa benih jatuh di pinggir jalan, dan unggas datang dan melahapnya: Beberapa jatuh di tempat berbatu, di mana tidak ada banyak tanah: dan segera mereka tumbuh, karena tanahnya tidak dalam: Dan ketika matahari terbit, tanaman itu kepanasan; dan karena tidak memiliki akar, menjadi layu. (Matius 13:3-6)


Dan beberapa jatuh di antara duri; dan duri bermunculan, dan menghimpitnya: tetapi yang lain jatuh ke tanah yang baik, dan menghasilkan buah, ada yang seratus kali, enam puluh kali, tiga puluh kali. (Matius 13:7-8)


"Karena barang siapa yang memiliki, kepada dia akan diberikan, dan dia akan memilikinya lebih melimpah; tetapi barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya" (Matius 13:12).


Ketika seseorang mendengar firman tentang kerajaan, dan tidak memahaminya, maka datanglah si jahat, dan merenggut apa yang telah ditaburkan di dalam hatinya. Inilah orang yang menerima benih di pinggir jalan. (Matius 13:19)


Namun, orang yang menerima benih itu di tempat berbatu, dia mendengar firman itu, dan dengan sukacita segera menerimanya; Namun itu tidak berakar dalam dirinya, melainkan hanya bertahan untuk sementara waktu: karena ketika kesengsaraan atau penganiayaan muncul karena firman itu, dia segera tersandung. (Matius 13:20-21)


Orang yang menerima benih di antara semak duri adalah dia yang mendengar firman; dan kepedulian akan dunia ini, dan tipu daya kekayaan, mencekik firman itu, dan dia menjadi tidak berbuah. Namun, orang yang menerima benih di tanah yang baik adalah dia yang mendengar firman itu, dan memahaminya; dia juga berbuah dan menghasilkan, ada yang seratus kali, enam puluh kali, tiga puluh kali' (Matius 13-22-23)


"Biarlah keduanya tumbuh bersama sampai panen: dan saat panen aku akan berkata kepada para penuai, Kumpulkanlah pertama-tama lalang dan ikatlah dalam beberapa berkas untuk dibakar; tetapi kumpulkanlah gandum ke dalam lumbungku" (Matius 13:30).


Ladang adalah dunia, benih yang baik adalah anak-anak kerajaan, tetapi ilalang adalah anak-anak dari si jahat. (Matius 13:38)


Musuh yang menaburkan benih ilalang itu adalah Iblis, masa penuaian adalah akhir zaman, dan para penuainya ialah malaikat-malaikat. (Matius 13:39)


Oleh sebab itu sama seperti ilalang dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga yang akan terjadi pada akhir zaman. (Matius 13:40)


"Anak Manusia akan mengutus para malaikat-Nya, dan mereka akan mengumpulkan dari dalam kerajaan-Nya segala sesuatu yang menyebabkan pelanggaran, dan orang-orang yang berbuat kejahatan" (Matius 13:41).


dan akan melemparkan mereka ke dalam tungku api: di tempat itu akan ada ratapan dan kertak gigi. (Matius 13:42).


"Maka orang-orang benar akan memancarkan terang seperti matahari di dalam kerajaan Bapa mereka. Siapa yang memiliki telinga untuk mendengar, biarlah ia mendengar" (Matius 13:43)


Didalam dunia ini setiap orang harus berproses dalam menjalani hidupnya.Tidak ada yang instan, semuanya harus mulai dari yang terkecil terus tumbuh menjadi besar. Apapun itu harus melalui yang namanya proses dahulu.Menjalani sebuah proses harus ditekuni dan dijalani dengan sabar dan sungguh-sungguh.


Demikian juga dengan Kerajaan Allah yang diumpamakan Yesus dengan biji sesawi yang sangat kecil lalu berproses tumbuh menjadi besar. Setelah di baptis lalu menjadi murid Yesus, setiap orang harus berproses agar imannya tumbuh dengan baik.Dalam berproses ini banyak orang yang tidak sabar menjalaninya dan akibatnya pertumbuhan imannya menjadi sangat lambat.


Mendapat cobaan sedikit saja langsung marah pada Tuhan, bagaimana iman mau tumbuh baik. Sekelas raja Daud juga masih berproses agar imannya tumbuh. Dia masih tergoda oleh kecantikan Batsyeiba, isteri Uria orang Het. Dalam hidup ini tidak ada yang semuanya serba enak, setiap orang pasti mengalami menderita.Yang harus kita ingat adalah bagaimana  mengandalkan Tuhan dan percaya Dia akan selalu bersama kita melewati segala cobaan.


Biarlah Dia meraja dalam diri kita agar kita sungguh merasakan damainya Kerajaan Allah, saat itulah kita merasakan iman kita semakin tumbuh dan akan membawa orang lain ingin ikut merasakan damainya Kerajaan Allah.


Relasi yang harmonis membutuhkan proses. Proses itu berupa saling mengenal, berbagi cerita antara satu sama lain, saling membantu di segala situasi, dan selalu memberi waktu untuk berada bersama.


 Makanya, kadang sangat sulit dipahami apabila sepasang kekasih yang baru kenal beberapa bulan dan memilih untuk menikah karena mereka menilai sudah mengenal baik antara satu sama lain. Hemat saya, prosesnya tak segampang itu. Kedua belah pihak harus membangun relasi yang kuat dan mendalam dalam proses yang tak pendek. 


Perumpamaan tentang benih yang tumbuh pada bacaan injil hari ini mengetengahkan pentingnya sebuah proses dalam hidup, termasuk dalam hidup beriman. Beriman kepada Tuhan merupakan proses seumur hidup. 


Iman kita ditempah oleh pelbagai pikiran, pendapat, dan pengalaman. Makanya, tak begitu benar ketika ada orang yang menyatakan jika imannya sudah kuat ketika sudah dibaptis atau menerima sakramen lainnya. Iman kita menjadi kuat berdasar pada proses kehidupan kita setiap hari. 


Markus 4: 26-34  Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,


lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.


Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.


Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."


Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?


Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.


Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."


Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka,


dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.


Ya Tuhan, kami ingin melihat diri kami dan dunia sesuai kehendak-Mu.  Seperti halnya Engkau melihat kami dan menghendaki yang terbaik bagi kami. Amin


1. Tuhan Membuat Tanaman Tumbuh: 

Para petani bekerja keras. Mereka bekerja lebih keras pada zaman Yesus. Namun  semua pekerjaan yang mereka lakukan tidak dapat menghidupkan dan menumbuhkan tanaman.  Lalu apa faedah pekerjaan petani itu? Untuk membantu tanaman tumbuh seorang petani menghilangkan hambatan pertumbuhan tanaman, seperti gulma. Petani juga memberikan pupuk atau makanan yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan sehat.  


Petani memberikan kondisi terbaik bagi tanaman untuk tumbuh dan tanaman merespons dengan tumbuh. Yesus memberi tahu kita bahwa kerajaan-Nya seperti itu. Bukan kita yang membuatnya tumbuh. Tuhan melakukannya. Tugas kita adalah menyediakan kondisi terbaik bagi kerajaan untuk tumbuh, pertama-tama di dalam hati kita dan kemudian di hati orang-orang di sekitar kita.


2. Awal yang Kecil: 

Tuhan dapat membawa hasil yang luar biasa dari awal yang kecil. Ketika kondisi yang tepat tersedia, pertumbuhan kerajaan luar biasa. Yesus membandingkannya dengan biji sesawi, yang ukurannya kira-kira sebesar titik di akhir kalimat. Namun tanaman itu saat dewasa tumbuh besar. 


Yesus sedang menekankan betapa kecilnya permulaan Gereja. Begitu kecil hingga hampir tidak terlihat namun nantinya Gereja akan tumbuh untuk menyediakan perlindungan bagi orang percaya selama ribuan tahun. 


3. Petani Malas: 

Seberapa sering kita mengkhawatirkan Gereja saat ini. Kerajaan Allah kadang-kadang tampak menghilang dari masyarakat kita. Yesus memberi tahu kita dalam perumpamaan ini bahwa yang sebaliknya harus terjadi. 


Dengan perawatan yang tepat, bahkan Gereja yang jauh lebih kecil pun dapat mengubah masyarakat. Diperlukan seorang petani.  Di mana petani akan menabur benih, menghilangkan hambatan pertumbuhan, untuk menyediakan apa yang dibutuhkan kerajaan untuk dapat tumbuh.  Hanya ketika orang Kristen menganggur yang akan membuat kerajaan itu menyusut. 


Ketika kita menyadari bahwa kita masing-masing bertanggung jawab untuk menyebarkan kerajaan Kristus di masyarakat. Dan kita akan melihat perumpamaan ini menjadi hidup di depan mata kita. Kita akan melihat pertumbuhan Gereja yang tak terhentikan.




Cerita perumpamaan Yesus tentang benih yang tumbuh hanya terdapat dalam injil Markus. Tak ditemukan dalam injil-injil yang lain. 


Mulanya tersembunyi di dalam tanah. Setelah beberapa waktu, benih itu mengeluarkan tunas. Tunas itu tumbuh jadi tangkai. Tangkainya semakin membesar, makin tinggi. Kemudian mulai timbul bulir-bulir, lalu menghasilkan buah, sampai buah itu ranum dan tibalah musim panen. 


Pesannya langsung bisa ditangkap. Bahwa sesuatu itu mulanya kecil, tak berarti. Tapi pada akhirnya bisa menjadi pohon yang besar dan berbuah lebat. 


Ia berproses, bertumbuh secara bertahap. Tetapi sekali ia ditabur, ia pasti tumbuh dan mengalami kemajuan atau pertumbuhan yang signifikan sampai suatu saat ia menghasilkan buah yang menggembirakan.  


Hal yang perlu kita tanyakan adalah siapa sih "orang" itu yang menaburkan benih dalam perumpamaan ini? Barangkali tanpa pikir panjang kita cenderung bilang, "Oh, itu Yesus". Benarkah?  


Catatan Markus sangat jelas, "Pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu" (Mrk 4:27). 


Kalau begitu tidak mungkin orang yang menaburkan benih itu adalah Yesus. Masa Yesus tidak tahu bagaimana benih yang Ia tabur itu bertumbuh, berkembang dan berbuah. 


Kalau benih itu adalah Sabda Allah, bagaimana mungkin Yesus tidak tahu bagaimana Sabda Allah bertumbuh? 


Lagi pula, ada beberapa perbedaan antara ayat ini dan dalam injil Lukas. Dalam ayat 8:5, Lukas menulis, "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya". Lukas jelas menyebutkan penabur itu menaburkan benihnya. 


Tapi dalam perumpamaan kali ini, Markus tak mengatakan benih yang ditabur sebagai milik orang yang menaburkan. Ia menaburkan benih; akan tetapi benih itu tidak harus merupakan miliknya. 


Jika saya berkotbah, menyampaikan Sabda Allah, tentu saya tidak sedang menyampaikan kata-kata buah pikiran saya sendiri, melainkan Sabda Allah. 


Untuk menyampaikan renungan ini, saya mengambil waktu tiap malam untuk bermenung. Kadang baru larut malam, bahkan subuh ilham itu datang. 


Dengan begitu, orang yang menaburkan benih itu adalah anonim; bisa siapa saja, termasuk saya dan anda. 


Saya memang mendapat ilham dan menaburkan benih Sabda. Tapi saya tidak tahu bagaimana benih Sabda itu tumbuh dan berkembang. Itu rahasia Allah. 


Dengan begitu, pesannya jelas. Dalam mewartakan Sabda, saya harus sadar diri bahwa Sabda itu milik Tuhan, Sabda Tuhan. 


Dalam berkotbah, dalam mengajar atau menanamkan nilai-nilai, saya mesti selalu ingat, yang saya sampaikan adalah pikiran Tuhan. Salam menjalankan karya dan tugas, yang saya kerjakan adalah karya Tuhan. Tugas utama saya adalah menabur dan menanam. Bagaimana selanjutnya, itu urusan Tuhan. 


Tapi kadang saya tak mau menabur; enggan untuk memulai sesuatu. Ada rasa kurang percaya diri. Barangkali saya kurang pede dengan kemampuan saya sendiri; merasa rendah diri melihat keunggulan orang lain. 


Terkadang saya juga tak yakin bahwa saya bisa berbuat dan apa yang dibuat bisa tumbuh dan berhasil. Kadang saya diliputi kecemasan saat apa yang saya buat belum tumbuh, atau dihadang dengan sejumlah tantangan.  


Bahkan cukup sering saya merasa kecewa dan putus asa, tak tahu lagi berbuat apa, karena apa yang saya tabur sepertinya tidak bertumbuh. Ibarat menasihati anak, tapi masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. 


saya disadarkan bahwa saya mesti percaya bahwa Tuhan pasti bekerja dan tak mungkin lepas tangan. Dia pasti memberikan pertumbuhan hingga berbuah. Saya tak perlu kuatir. 


Pernahkah anda  frustasi karena pelayanan tidak segera menunjukkan hasil seperti yang di harapkan ?


Pernahkah kecewa karena pekerjaan Tuhan yang anda lakukan terlalu sederhana dan tidak spektakuler ?


Tidak sedikit orang-orang yang melayani Tuhan merasa kecewa, pesimis, bahkan frustasi karena setelah bertahun-tahun berkutat dalam pelayanan, belum juga melihat hasil pelayanannya


Mengapa demikian ? Hal ini biasanya terjadi karena menganggap bahwa keberhasilan atau kesuksesan pelayanan adalah semata-mata karena pekerjaan atau usaha sendiri


Apalagi mengukur keberhasilan pelayanan dari besar atau kecilnya pekerjaan yang dilakukan. 


Bukankah tidak sedikit juga anggapan bahwa kesuksesan pelayanan dilihat dari pekerjaan-pekerjaan spektakuler yang sanggup dilakukan oleh seorang pelayan Tuhan ? Misalnya mukjizat penyembuhan atau pengusiran setan


Perikop ini mengingatkan agar kita tidak merasa kecewa apalagi frustasi. Perkembangan Kerajaan Allah ( kesuksesan pelayanan kita ) sepenuhnya merupakan pekerjaan Allah (ayat 26-28), tidak tergantung usaha manusia


Manusia dapat berupaya, tetapi pertumbuhan atau perkembangannya tergantung sepenuhnya pada karya Allah


Kita juga tidak perlu merasa bahwa segala sesuatu yang sudah kita kerjakan sia-sia. Dan itu terjadi karena menganggap bahwa pekerjaan Tuhan yang kita lakukan bukan pekerjaan yang spektakuler, tetapi sederhana dan tidak mencolok


Justru dari sesuatu yang kita anggap tidak mencolok ( tidak spektakuler ), di tangan Tuhan akan diubah menjadi sesuatu yang sangat berharga


Marilah kita menghargai proses perjuangan hidup ini, secara manusiawi sering tidak mudah, tetapi nyatanya dapat berjalan dengan baik setelah sekian waktu lamanya, dan tahu-tahu buah akhirnya indah dan memesona


Sama seperti biji sesawi yang sangat kecil, di tangan Tuhan, setelah bertumbuh justru menjadi pohon yang sangat besar, yang bisa memberikan perlindungan atau rasa nyaman pada burung-burung yang hinggap di cabang-cabangnya (ayat 31-32)


Berdoa: 

Ya Tuhan, kami memohon ampun karena tidak menyadari, terkadang lupa, bahwa kami di sini untuk membantu Engkau dalam misi membawa semua jiwa merasakan surga. Tolong bantu kami untuk siap menyemangati, memberi contoh yang baik, untuk mengajari mereka akan apa yang menjadi kehendak-Mu. 

Thursday, 27 January 2022

PELITA YANG MENERANGI MENJADI PELITA KEBAIKAN ( Markus 4 : 21-25 )

Pelita  Kebaikan

Firman Tuhan berkuasa mengubah hati manusia bila orang bersedia membuka diri agar firman beroperasi didalam hidupnya.


Bila manusia memiliki hati seperti tanah yang subur maka firman akan bertumbuh dan berbuah dalam kehidupan orang tersebut.


Orang tidak boleh bersikap egois setelah mendengar firman dan mengalami karya firman didalam hidupnya. Ia memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan atau memberitakan firman itu kepada orang lain.


Orang tidak akan menyembunyikan hal-hal yang berharga untuk selamanya. Misalnya orang memiliki perhiasan, permata tentu bukan dengan tujuan untuk disimpan, melainkan untuk dipakai sekaligus dilihat orang. 


Bisa saja orang itu akan menyimpannya untuk sementara waktu, tetapi akan ada masanya  memamerkannya kepada orang lain. Jika orang menyembunyikan permatanya terus maka akan ada risiko lupa atau  hilang.


Orang hanya menyimpannya dengan maksud melindunginya. Jika permata hanya disimpan saja maka permata itu kehilangan kegunaan yang semestinya.


Terang firman Tuhan juga tidak boleh disembunyikan ( 21 ). Tuhan memberikan kita terang bukan untuk disembunyikan.


Jika memiliki terang firman Allah maka kita bertanggung jawab untuk menyebarkan kebenaran firman dalam setiap kesempatan yang Allah bukakan. Terang firman Tuhan berguna untuk menolong orang agar tidak tersesat dijalan hidupnya.


Oleh karena itu kita harus memperhatikan dengan cermat setiap pengajaran firman yang  didengar, karena  Tuhan  akan memberi respons sesuai respons yang kita berikan terhadap firman-Nya.


Jika kita memiliki kebiasaan baik terhadap firman ( misal: baca Kitab Suci setiap hari ) dan  hidup didalamnya, maka akan ada hal-hal baik yang dibangun diatasnya.


Jika orang memberi respons secara tepat, maka Allah akan memberikan kerinduan untuk lebih banyak mendengar firman, pemahaman yang lebih baik tentang firman yang didengar, dan berkat-berkat dari apa yang didengar.


Firman Tuhan berkuasa mengubah hati manusia bila orang bersedia membuka diri agar firman beroperasi didalam hidupnya


Bila manusia memiliki hati seperti tanah yang subur maka firman akan bertumbuh dan berbuah dalam kehidupan orang tersebut


Orang tidak boleh bersikap egois setelah mendengar firman dan mengalami karya firman didalam hidupnya. Ia memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan atau memberitakan firman itu kepada orang lain


Orang tidak akan menyembunyikan hal-hal yang berharga untuk selamanya. Misalnya orang memiliki perhiasan, permata tentu bukan dengan tujuan untuk disimpan, melainkan untuk dipakai sekaligus dilihat orang. 


Bisa saja orang itu akan menyimpannya untuk sementara waktu, tetapi akan ada masanya  memamerkannya kepada orang lain. Jika orang menyembunyikan permatanya terus maka akan ada risiko lupa atau hilang. 


Orang hanya menyimpannya dengan maksud melindunginya. Jika permata hanya disimpan saja maka permata itu kehilangan kegunaan yang semestinya.


Terang firman Tuhan juga tidak boleh disembunyikan ( 21 ). Tuhan memberikan kita terang bukan untuk disembunyikan


Jika memiliki terang firman Allah maka kita bertanggung jawab untuk menyebarkan kebenaran firman dalam setiap kesempatan yang Allah bukakan. Terang firman Tuhan berguna untuk menolong orang agar tidak tersesat dijalan hidupnya


Oleh karena itu kita harus memperhatikan dengan cermat setiap pengajaran firman yang  didengar, karena  Tuhan  akan memberi respons sesuai respons yang kita berikan terhadap firman-Nya


Jika kita memiliki kebiasaan baik terhadap firman ( misal: baca Kitab Suci setiap hari ) dan  hidup didalamnya, maka akan ada hal-hal baik yang dibangun diatasnya


Jika orang memberi respons secara tepat, maka Allah akan memberikan kerinduan untuk lebih banyak mendengar firman, pemahaman yang lebih baik tentang firman yang didengar, dan berkat-berkat dari apa yang didengar


Di mana pun Anda menyembunyikan perbuatan baikmu, namun pancaran sinar cahayanya akan menembus dinding penyekapnya sehingga dapat menerangi kegelapan jalan banyak orang. Intinya, teruslah berbuat baik.


Yesus mengingatkan kita agar terus menebarkan kebaikan kepada orang lain, kata-Nya, "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatKan  di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki ." 


Yesus menghendaki agar kebaikan yang kita lakukan dapat dilihat, contohi dan mendatangkan perubahan dalam hidup banyak orang di sekitar kita.


Karena itu apa yang harus kita lakukan adalah;


1) Teruslah menyalakan pelita kebaikan kita sehingga menjadi alat penerang dalam kegelapan hidup orang-orang di sekitar kita;


2) Sekecil apa pun cahaya pelita kebaikan kita pasti akan mampu menerangi besarnya kegelapan yang melingkupinya;


3) Setiap orang harus menyalakan pelita kebaikannya maka kegelapan kejahatan akan sirna.


Akhirnya jangan pernah berpikir tentang hasil perubahan dari seberkas sinar kebaikanmu, tapi teruslah berbuat baik maka orang lain pun akan tergerak untuk menyalakan pelita kebaikan mereka sehingga kegelapan pun akan sinar.

 

Pemberian Tuhan itu adalah bakat atau rahmat yang dapat kita pancarkan dengan berbagi atau kita pancarkan lewat karya pengabdian kita. Kalau bakat dan kemampuan itu kita sembunyikan Tuhan tahu itu. 


Dia minta supaya pelita yang kita nyalakan agar ditaruh di atas kaki dian, sehingga semua orang dalam rumah dapat menikmati terangnya. 

Begitu ungkap  Rahasiamu bukanlah rahasia bagi Tuhan. Bukalah rahasia mu kepada-Nya, berupa karunia - karunia kecil atau besar, yang Ia letakkan di atas tanganmu.


Biarlah Tuhan mengambil, mengatur dan mengubahnya. Hendaklah semua pembinaan dan pengarahan diri, kita lakukan di bawah bisikan Tuhan, agar kita mendengar suara-Nya dan melakukan perintah-Nya. 


Talenta sepuluh, lima atau satu, harus kita pertanggungjawaban. Hendaknya seturut kata Injil kita menjadi pengatur atau penukar uang dan pengelola talenta yang bijaksana. 


Memancarkan sinar terang dengan wajah ceria dalam berbagi atau melayani, pertanda kebaikan yang benar-benar asli yang keluar dari hati yang tanpa pamrih. 


Kemurahan hati yang diberikan kepada orang lain, akan kembali diberikan oleh Tuhan dengan ukuran yang masih dipadatkan sampai berlimpah. 


Dengan demikian menjadi nyata apa yang disampaikan Yesus:" siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi tapi yang tidak mempunyai akan diambil dari padanya".


 Ini menjadi lebih  jelas kalau dihubungkan  dengan  keputusan raja dalam perumpamaan tentang uang mina. Yang melakukan tugas yang diberikan oleh tuannya dengan hasil baik, akan dipercayai lebih besar dan diserahi lebih banyak lagi, ini jadi balasan tuannya. 


Sedangkan yang diserahi sedikit dan tidak selesai juga, yang sedikit itu juga akan dicabut dari padanya. Pelita yang bercahaya baik, dinaikkan di atas kaki dian lebih tinggi untuk menyinari semua penghuni. 


Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. 


Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap.


 Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Lalu Ia berkata lagi: "Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.


 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."


Kata Yesus kepada murid-muridNya: “Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawa gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian.”


 Maksud pernyataan Yesus ini adalah mereka yang sudah mendapat penerangan dari Allah, mereka yang sudah mendapat keselamatan dari Allah, seharusnya sudah menjadi saksi keselamatan bagi sesama.


 Mereka sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi sesama, bukannya mendiamkan pengalaman keselamatan itu untuk diri sendiri. 

 

Dalam kesempatan yang lain, Yesus juga sudah katakan kepada para muridNya, “kamu adalah terang dunia.” 


Itu berarti, para murid yang sudah mendapat pengajaran dari Kristus harus menjadi guru bagi dunia, menjadi pengajar bagi yang lain, menjadi contoh yang baik dan saksi Kristus kepada sesama. 


Kebaikan yang kita terima dari Kristus, cahaya yang kita terima dari padaNya harus kita pancarkan ke pada dunia sekitar kita. Cahaya itu tidak boleh dipadamkan. 


Segala yang baik tentunya bermakna untuk digandakan dan dibagikan kepada yang lain agar berdaya guna. Seperti halnya sebuah pelita, sepantasnya diletakkan di atas meja agar menerangi sekitar. Bukannya diletakkan di bawah tempat tidur. 


Markus (4:21-25) Yesus berbicara kepada murid-muridNya, Orang memasang pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dia. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!


Kita tahu bahwa fungsi utama dari sebuah pelita adalah memberi penerangan dalam kegelapan. Dan setiap orang pasti membutuhkan pelita untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Supaya pelita itu bisa berdayaguna, maka hendaknya ditempatkan pada tempatnya. Lewat gambaran itu Yesus ingin menekankan  hakikat atau konsekuensi sebagai pengikutNya bagaikan pelita.


Dengan gambaran itu hendaknya kita mampu *menyatakan kekristenan dalam kehidupan juga menjadi peka/mendengar akan kebutuhan zaman.


 Atau lebih konkrit bahwa *setiap orang Kristen dipanggil untuk terlibat dalam seluruh kehidupan yang cakupannya sangat luas*. Peran orang Kristen selanjutnya bisa didalami dalam Dokumen Konsili Vatikan II, *Dekrit Kerasulan Awam* (1965). 


Mungkin saja tidak semua orang Katolik bisa memahami dokumen tersebut, tetapi juga mungkin banyak orang yang tidak bisa menjalankan perannya sebagai pelita karena terhalang oleh kesaksian hidupnya sendiri yang tidak bisa menjadi berkat bagi orang lain.


Karena itu kita perlu  mengoreksi diri, berefleksi, dan membuka telinga batin dengan berdoa  seperti Daud (2Sam 7:18-19.24-29), supaya memahami dan meningkatkan peran sebagai pelita lewat tugas/pekerjaan/tanggung jawab/panggilan/perutusan masing2. 


KepadaMu kuarahkan hatiku, ya Tuhan, Allahku. KepadaMu aku percaya, janganlah mengecewakan daku. Yesus d mengingatkan kita bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya. 


Di hadapan Tuhan, semua salah dan dosa kita akan tersingkapkan. Pada posisi ini, yang kita lakukan hanyalah menanti kemurahan Tuhan. 


Oleh karena itu, Yesus ingin agar kita rendah hati di hadapanNya dan mendengarkan Dia dalam perjalanan perziarahan hidup iman kita. Kita membuka diri kita seluas-luasnya untuk Tuhan berkarya dalam hidup kita dan menguatkan kita agar kita dapat melakukan apa yang diajarkanNya.


Sebagai pengikut Kristus, menjadi pelita adalah identitas kita. Pengajaran Yesus ini mengajak kita untuk menjadi cahaya bagi sesama, dan membangun kejujuran serta berlaku bijaksana terhadap orang lain. 


Sebagaimana pelita diharapkan memberi penerangan kepada orang-orang di sekitarnya. Cara hidup kita hendaknya menjadi inspirasi bagi orang lain bagaimana seharusnya menjalani hidup sebagai orang beriman.


Dengan memancarkan iman, kita akan mendapat banyak tantangan, bahkan mungkin dimusuhi dan dijauhi orang. Akan tetapi, cahaya pelita tidak akan pernah bisa dihambat. Cahaya pelita akan terus mempengaruhi  dan membawa terang bagi lingkungan sekitarnya. Cahaya pelita hanya bisa hilang bila pelita itu sendiri mati.


Tugas dan panggilan kita sebagai orang Kristiani adalah mewujudnyatakan kasih Tuhan di dalam hidup kita dengan mengusahakan kedamaian dan kebahagiaan. 


Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk menciptakan kebahagiaan dalam hidup kita dengan mewujudnyatakan iman kita lewat tindakan-tindakan kasih bagi setiap orang.


Kita yang sudah terbiasa menikmati terangnya lampu akan merasa aneh jika suatu saat PLN memutuskan aliran listrik. Dunia gelap dan seperti tidak ada kehidupan karena kita sudah terbiasa hidup dalam terang.


Masih ingat nasib perempuan sebelum ada pejuang emansipasi wanita, yaitu RA. Kartini. Zaman itu perempuan masih hidup dalam kegelapan karena tidak boleh menyamai laki-laki atau dibilang warga kelas dua.


Karena perjuangan Kartini maka perempuan boleh mempunyai kedudukan sama dengan laki-laki, mereka seperti memasuki hidup baru dalam terang karena mereka lebih dihargai.Hak-hak merekapun disamakan.


Zaman sebelum Yesus perempuan juga menjadi warga kelas dua, lalu Yesus datang membawa terang. Semua orang yang hidup dalam Yesus sudah tidak dikuasai kegelapan, bahkan semua harus bisa menjadi terang dimanapun berada.


Walaupun sudah hidup saat ini, masih banyak orang yang hidup dalam kegelapan karena belum sepenuhnya mengandalkan Yesus. Akibatnya mereka selalu bersikap negatif, melihat orang dari sisi negatif mana mungkin melihat kebaikannya. 


Karena pandangannya negatif, orang seperti ini selalu menghakimi sesama. Ini karena tidak hidup dalam terang Tuhan, sehingga tidak mampu melihat dirinya sendiri. Menganggap dirinya merasa benar dan paling benar.


Orang yang selalu merasa benar dan paling benar, seperti menaruh pelita dibawah tempat tidur sehingga orang mengalami kegelapan. Ingat, hanya hidup dalam Yesus dan mengandalkan-Nya, kita akan hidup dalam terang. 


Semoga lewat kesaksian hidup, kehadiran, dan keterlibatan kita masing-masing bisa menjadi jembatan bagi orang lain untuk mengenal/berjumpa dengan Yesus yang datang memenuhi janji mesianisNya.

Wednesday, 26 January 2022

Peringatan Wajib Santo Timotius dan Titus. Lukas, 10:1-9


Tujuan utama panggilan dan perutusan kemuridan adalah hadir dan mewartakan damai sejahtera. Sapaan ini menjadi ramuan dan obat yang bisa diterima oleh siapapun tanpa harus bersusah payah. Maka para murid pertama-tama diperintahkan oleh Yesus untuk membawa obat ini kepada siapapun yang mereka jumpai.


Damai sejahtera menjadi suasana khas orang yang mengalami sukacita, menerima berkat dari Tuhan. Damai sejahtera merupakaan keadaan orang yang dekat dengan Allah sang sumber hidup. Damai sejahtera tidak bisa diukur hanya dengan harta benda dan kemewahan.


Damai sejahtera tidak hanya diukur dari banyaknya derma. Damai sejahtera merupakan anugerah Allah yang dicurahkan kepada orang yang mau mendengarkan Dia. Orang yang mengalami damai sejahtera adalah orang yang mengalami banyak kesembuhan.


Sebagai orang-orang Kristiani, kita pun dipanggil dan diutus sebagaimana Santo Timotius dan Titus yang peringati hari ini. Kita dipanggil dari tengah-tengah keluarga dengan pelbagai latar belakangnya dan diutus pertama-tama untuk hadir di tengah-tengah keluarga dalam relasi sebagai suami istri, orangtua dan anak, diutus hadir di lingkungan pekerjaan, diutus hadir sebagai warga Gereja dan masyarakat. 


Semoga kehadiran kita di mana saja melahirkan rasa damai dan kebahagiaan bagi sesama karena rahmat dan belas kasih Tuhan, apa yang sulit bagi kita akan tampak ringan dan mudah. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. 


Dalam mengajar Yesus tidak menggunakan kata atau kalimat yang sulit. Ia selalu menarik perhatian orang-orang karena apa yang diajarkan-Nya mudah dimengerti. Kebanyakan Ia menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan suatu ajaran yang hakiki dan senantiasa mengambil dari alam atau kehidupan sehari-hari. 


 Yesus mengambil perumpamaan dari dunia pertanian. Diceritakan bahwa seorang Penabur menyebarkan benih yang sama kualitasnya, namun jatuh ke atas tanah yang berbeda kondisinya. 


Penabur adalah lambang dari Allah sendiri, sedangkan tanah adalah hati manusia. Benih yang ditaburkan Allah adalah sama kualitasnya, berupa benih-benih kebaikan, yang tidak lain adalah Firman atau Sabda-Nya. Tuhan mengharapkan agar semua benih Sabda-Nya itu dapat tumbuh dan berkembang dengan subur hingga panennya berlimpah.


 Tetapi mengapa hasil akhirnya berbeda-beda? Ini disebabkan semata-mata karena kondisi hati manusia yang berbeda-beda. Tanah yang di pinggir jalan melambangkan orang bebal dan keras kepala. Ia mampu mendengarkan dan membaca Firman-Nya, namun masuk telinga kanan langsung keluar telinga kiri. 


Tanah yang berbatu-batu “ialah orang-orang yang mendengar Firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja”. Orang dengan kualitas ini kebanyakan malas untuk menggali lebih lanjut ajaran Yesus atau Gereja-Nya hingga jika ada pencobaan atau godaan dari luar mudah sekali jatuh bahkan bisa beralih haluan.


 Tanah yang banyak semak durinya adalah orang-orang sudah menjadi pengikut-Nya namun karena hidupnya lebih dipengaruhi oleh semangat materialisme dan hedonisme maka perkembangan Sabda-Nya jadi terganggu. 


Orang seperti ini mungkin tetap menjadi pengikut-Nya, tetapi sebenarnya hatinya “kosong” karena “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit Firman itu, sehingga tidak berbuah”.


 Sementara tanah yang baik adalah orang-orang yang sungguh terbuka hatinya, mau mendengarkan Firman-Nya dan secara konsekuen melaksanakannya pula. Orang seperti itulah yang diharapkan Tuhan. Hidupnya akan menghasilkan buah-buah kebaikan yang berlimpah. 


Dengan demikian, berhasil atau gagalnya pertumbuhan iman kita akan Sabda-Nya banyak bergantung pada hati kita masing-masing. Ketertutupan, kebebalan, ke-egois-an, ketamakan, kesombongan dan kesibukan duniawi serta ketidak-pedulian manusia akan membuat benih-benih Sabda-Nya itu tidak berkembang atau bahkan layu dan mati.     Bagaimana dengan hati kita sendiri? Termasuk kategori yang mana? 


Ya Bapa, aku mohon kiranya benih Sabda-Mu, benih Kasih dan kebaikan yang Engkau tanamkan dalam hatiku dapat bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang banyak. Ampunilah segala keteledoranku dan kemalasanku. 


Jalanilah hidup ini dengan penuh kegembiraan dan bersyukur, jangan memperbandingkan hidup kita dengan orang lain, sebab jika kita membandingkan kita dengan orang lain, maka akan timbul iri hati dan akan terjadi awal dari suatu kejahatan, mungkin kita akan merencanakan sesuatu yang jahat, menghalalkan berbagai cara agar bisa menyamakan seperti orang lain itu !


Orang dunia memandang rupa, posisi, ptestasi, jabatan, kekayaan seseorang, tapi Tuhan memandang hati seseorang, orang dunia bisa menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu, tapi orang yang takut Tuhan akan menjaga prilakunya, akan intim dan bersekutu dengan Tuhan, takut membuat Tuhan berduka dan jauh darinya, takut berbuat dosa hingga anugerah keselamatan hidup kekal yang sudah tergenggam terlepas dari tangannya !


Janganlah kita seperti orang dunia yang hanya terfokus untuk mengejar harta, kesenangan dan kenikmatan duniawi yang hanya sementara namun berujung maut, tapi fokuslah untuk mengejar harta surgawi yang kekal abadi itu, taati apa yang Dia ajarkan dan lakukan apa yang Dia perintahkan, lakukan apa yang benar dimataNya serta berkenan dihatiNya, sujud dan sembah Dia dalam doa dan minta hikmat dan bersihkan hati kita dari sesuatu yang jahat.


karena dari hatilah awal dari timbul semua kejahatan, dari hatilah timbul niatan: iri hati, ingin memiliki, berbohong,, menipu, berjinah, mencuri, merampok, membunuh, merancangkan sesuatu yang jahat untuk mencelakai atau merugikan orang lain, dan ingat, sesuatu yang jahat itulah yang menajiskan dan tidak dikenan Tuhan, waspadalah!


Satu hal yang Saudara harus selalu ingat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Allah selalu mendampingi kita, menyertai kita; di dalam dan melalui Roh Kudus. Allah memimpin kita, menyertai kita dalam segala hal yang kita lakukan.


Oleh sebab itu, hari ini mari kita mulai mengingatkan kepada diri kita sendiri, "Allah menyertai kamu."


Satu aspek, satu sisi, penyertaan Tuhan membuat kita kuat menghadapi segala keadaan karena semua atau segala sesuatu yang terjadi di dalam kontrol Allah. Semua di dalam kendali Allah, tidak ada yang luput dari kendali-Nya. 


Jangan kita merasa Allah hanya bertakhta di tempat yang Mahatinggi jauh dan tidak tahu menahu, tidak terkait dengan kehidupan kita saat ini. Tuhan yang berjanji di dalam Injil Matius 28:18-20 jelas Tuhan berkata: "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


Firman Tuhan juga mengatakan bahwa: "Allah sekali-kali tidak akan meninggalkan kita."


Jadi satu aspek, kita menjadi kuat di tengah-tengah keadaan sulit bagaimanapun, dalam kondisi apa pun; "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan Engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5).


Sederhana tapi tidak sederhana, simpel tapi sebenarnya kompleks. Sebab mempercayai Allah yang hidup, yang nyata, yang Mahahadir, itu tidak mudah. Tetapi Allah yang hidup benar-benar akan memenuhi apa yang Dia katakan.


Begitu kita menyelesaikan acara kita ini, kita harus mulai menghayati kehadiran Allah; Allah yang hidup, Allah yang tidak meninggalkan kita. Ingat-ingat terus; Allah berserta kita. Banyak hal yang harus kita hadapi hari ini; tetapi ingat, kita ada di dalam penyertaan Tuhan; segala sesuatu dalam kendali Allah. 


Jadi satu aspek, keyakinan akan penyertaan Tuhan membuat kita kuat, membuat kita lebih teguh. Dia bukan Allah yang mati; Dia Allah yang hidup dan Mahahadir.


Tetapi aspek lain, mengakui dan mempercayai penyertaan Allah; kita harus menjaga hidup kita dari segala sesuatu yang bisa mendukakan dan melukai hati Allah. Kita harus menghayati kehadiran-Nya. Dan dengan kehadiran-Nya itu kita menjaga perasaan Allah; Jangan melukai Dia. Dengan kita belajar menghayati kehadiran Allah dan kita berusaha untuk tidak menyakiti hati-Nya; iman kita akan bertambah.


Jadi ini benar-benar satu hal yang akan kita alami. Makin kita meyakini kehadiran-Nya, hati kita makin kuat dan teguh menghadapi segala situasi; tapi di sisi lain kita semakin hidup suci tak bercacat-tak bercela. Jika ini berjalan beriringan terus maka kita akan mengerti apa yang Allah kehendaki dalam hidup kita untuk kita lakukan.


Mengapa orang tidak peduli dengan apa yang Allah kehendaki untuk dilakukan? Mengapa banyak orang tidak mau tahu apa yang Allah kehendaki untuk dia lakukan? Karena dia tidak menghayati kehadiran Allah. Satu sisi pasti dia tidak hidup dalam kesucian Allah. Sisi yang lain pasti dia sering ditekan oleh berbagai rasa kuatir.


Suatu saat nanti saya akan khotbah mengenai "Penakut masuk neraka". Apa itu penakut? Kalau saya boleh singgung sedikit: penakut orang yang tidak menghormati Allah; tidak menghargai bahwa Dia hadir, Dia kuat, Dia penuhi janji-Nya. Jangan kita pandang Allah tidak memenuhi janji-Nya; Allah lemah, Allah tidak berdaya; jadi penakut.


Mari kita perintahkan saraf-saraf kita, kita perintahkan diri kita untuk meyakini dan menghayati bahwa Allah hidup, Allah hadir, Allah nyata; supaya satu sisi kita menjadi kuat menghadapi segala keadaan, sisi yang lain kita menjadi orang yang hidup di dalam kesucian dan kekudusan Allah; hidup tak bercacat dan tak bercela. 


Akhirnya kita akan berusaha untuk mengerti apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan rencana Allah untuk kita genapi dalam hidup ini. Semua ini akan mengantar kita di hadapan Allah nanti menjadi anak-anak-Nya yang berkenan kepada-Nya.


Allah bukan satu Sosok yang cukup dipercakapkan, cukup diyakini; tapi Allah adalah Sosok yang harus kita rasakan; benar-benar kita alami. Maka ada pernyataan saya katakan kemarin dalam khotbah saya beberapa waktu yang lalu di truth.id, kita meng-update Allah, meng-update Allah yang hidup, Allah yang hadir dalam hidup manusia, Allah yang sudah eksis dari kekal sampai kekal dan hadir dalam tokoh-tokoh iman yang dikisahkan di Alkitab. 


Allah yang juga kita alami, kita update di dunia kita sekarang dalam persoalan kita. Dia tidak hanya Allah yang membelah Kolsom tiga ribu lima ratus tahun yang lalu, Dia bukan hanya Allah yang mengurapi Anak Tunggal atau Putra Tunggal-Nya Yesus Kristus yang mengubah air menjadi anggur, yang membangkitkan orang mati, yang menyembuhkan orang sakit dua ribu tahun yang lalu; Dia juga Allah kita hari ini. Maka kita harus update di dalam hidup kità.


 Mungkin para teologi  dengar begini nggak suka, "Allah kok di update". Maksud saya adalah bahwa Allah yang dikisahkan di Alkitab, Allah yang kita alami; kehadiran-Nya, kuasa-Nya, mujizat-Nya, berkat-Nya; tapi juga kehadiran, kesucian-Nya yang membuat kita takut akan Dia dan menghormati-Nya. Yang membuat kita tidak sembarangan mengucapkan kata-kata, menulis kalimat di medsos atau di gadget kita.


Sebagai umat Allah yang telah dibaptis, kita menerima tugas untuk menjadi pewarta kasih-Nya ke tengah dunia. Segala bentuk rahmat yang kita terima daripada-Nya juga menjadi rahmat yang kita salurkan kepada sesama kita melalui kesaksian hidup dan iman kita. 


Agar mampu memberikan kesaksian tentangnya, Tuhan menganugerahkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban, seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus dalam bacaan pertama. Roh tersebut pulalah yang menjiwai iman kita yang tulus ikhlas kepada-Nya, sehingga kita mampu melaksanakan tugas perutusan yang kita terima dengan sepenuh hati. 


Berkaitan dengan tugas pewartaan yang kita emban sebagai murid Kristus ini, penginjil Lukas  juga menekankan pentingnya kebersamaan antarumat, sebagaimana Yesus yang mengutus ketujuhpuluh murid-Nya pergi berdua-dua. 


Ada dua hal yang dapat saya tangkap dari tindakan Yesus ini, yaitu yang pertama bahwa pewartaan iman akan berjalan dengan lebih baik apabila dilakukan dalam kebersamaan antarumat itu sendiri, karena pada dasarnya iman kita akan Tuhan bersifat komunal. 


Yang kedua adalah bahwa kehadiran orang lain dalam sebuah tugas pewartaan menjadi sangat penting, yaitu untuk menjadi saudara yang senantiasa saling mengingatkan ketika kita mulai menyimpang dari esensi atau tujuan utama dari tugas pewartaan yang kita lakukan. Begitu pula sebaliknya. 


Akhirnya, marilah kita bersama-sama mengemban tugas pewartaan ini dengan iman yang tulus ikhlas, agar seluruh dunia dapat merasakan rahmat kasih Allah yang begitu besar. 


Luk 10:1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.


Luk 10:2 Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.


Luk 10:3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.


Luk 10:4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.


Luk 10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.


Luk 10:6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.


Luk 10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.


Luk 10:8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu,


Luk 10:9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.


"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia" Yohanes 1: 29.


Ada pekerjaan besar yang harus dilakukan, dan setiap upaya yang mungkin harus dilakukan untuk mengungkapkan Kristus sebagai Juruselamat yang mengampuni dosa, Kristus sebagai penanggung dosa, Kristus sebagai Bintang Fajar yang cerah; dan Tuhan akan memberi kita kebaikan di hadapan dunia sampai pekerjaan kita selesai. Sementara para malaikat menahan empat penjuru angin, kita harus bekerja dengan semua kemampuan kita. 


Saya harus membawa pekabaran ini tanpa menunda. Kita harus memberikan bukti kepada alam semesta, dan kepada manusia di akhir zaman ini, bahwa agama kita adalah iman dan kekuatan di mana Kristus adalah pengarangnya, dan Firman-Nya sebagai peramal Ilahi. Jiwa manusia sedang ditimbang. Mereka akan menjadi anggota kerajaan Allah atau budak lblis. 


Semuanya memiliki hak istimewa untuk memegang harapan yang diletakkan di hadapan mereka dalam Injil; dan bagaimana mereka bisa mendengar tanpa ada yang memberitakannya? Manusia membutuhkan renovasi moral, persiapan karakter, agar mereka dapat berdiri di hadirat Tuhan. Ada jiwa yang sia-sia binasa karena kesalahan teoritis yang berlaku, dan yang dihitung sebagai perlawanan terhadap Injil Testimonies, jld. 6, hlm. 20, 21.


Tidak ada pekerjaan di dunia kita yang begitu besar, begitu sakral, dan begitu mulia, tidak ada pekerjaan yang begitu dihormati Tuhan, selain pekerjaan Injil. Pekabaran yang disajikan saat ini adalah pekabaran belas kasihan terakhir bagi dunia yang jatuh. 


Mereka yang memiliki hak istimewa untuk mendengar Injil ini, dan yang bersikeras menolak untuk mengindahkan peringatan tersebut, membuang harapan terakhir mereka untuk keselamatan. Tidak akan ada masa percobaan kedua.


 Firman kebenaran, "Ada tertulis," adalah Injil yang harus kita beritakan. Tidak ada pedang api yang ditempatkan di depan pohon kehidupan ini. Semua yang mau mengambil bagian darinya Testimonies, jld. 6, hlm. 19.

Tuesday, 25 January 2022

Pesta Bertobatnya Santo Paulus. Pergilah ke seluruh dunia, beritakan kabar baik. Markus 16:15-18

Pesta Bertobatnya Santo Paulus. 

Pesta Bertobatnya Santo Paulus. Dari 27 Kitab Perjanjian Baru, 13 dikaitkan dengan Paulus dan Kitab Kisah Para Rasul memiliki banyak catatan tentang apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Paulus.


Surat-surat Rasul Paulus menggambarkan makna kehidupan dan spiritualitas Kristen. Tidak diragukan lagi bahwa surat-surat Rasul Paulus sangat berpengaruh pada masa Gereja perdana dan bahkan sampai sekarang.


Ada yang mengejutkan bahwa Paulus, ketika masih dikenal sebagai Saulus sebelum pertobatannya, adalah seorang penganiaya yang ditakuti orang Kristen dan ia bahkan dikirim oleh imam besar dan seluruh dewan penatua Yahudi pergi ke Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen dan membawa mereka kembali ke Yerusalem untuk hukuman.


Yang lebih mengejutkan lagi adalah Yesus memilih orang seperti Paulus ini, dimana saat Santo Stefanus dirajam ia ada disana dan begitu banyak darah orang-orang Kristen tumpah di tangannya.


Ketika ia berjalan menuju Damaskus cahaya terang menyinarinya dan ia jatuh ke tanah, mendengarkan suara yang menyapanya dan ia menyadari bahwa dalam menganiaya orang Kristen, sebenarnya ia menganiaya Kristus, kemudian ia dibutakan. Kebutaannya  disembuhkan oleh Annanias. 

 

Paulus mendapat anugerah penglihatan dari Yesus sehingga ia mengalami perubahan. Itulah yang terjadi dalam hidup Paulus. Pewartaannya adalah kabar gembira dimana Kristus telah menggerakkan hidupnya. Kristus-lah yang sekarang hidup dan mendorong hidupnya. Sebagaimana kita ketahui sampai akhir hidupnya, Paulus mendedikasikan dirinya untuk karya penginjilan, pembangunan dan perluasan Kerajaan Allah.


Pengalaman ini juga terjadi dalam diri kita dengan cara yang beragam karena Kristus memiliki beragam cara untuk mengubah hidup kita. Kita tidak harus mengalami tersungkur di tanah dan melihat cahaya seperti Paulus. Tetapi kita bisa mengalami tiga hal, yakni cara hidup kita yang lama diubah, cara pandang diubah dan kita menjalani kehidupan dengan lebih mengandalkan Kristus. 


Perayaan pertobatan Santo Paulus mengajak kita untuk merayakan pertobatan hidup kita sendiri. Kita bersyukur karena Allah senantiasa menganugerahkan rahmat untuk pembaharuan dan kemajuan dalam diri kita. Selamat menjalani hari-hari hidupmu dan semoga kita semua dijiwai oleh Hati Yesus sehingga selalu mengusahakan hidup yang baru dalam semangat saling mengasihi. 


Gereja  merupakan keluarga umat Allah, Tubuh Mistik Kristus, Sakramen dunia, yang diutus menyucikan dunia. Karena Gereja adalah kita semua yang mengimani Kristus yang berada dalam satu kawanan dan di bawah satu Gembala, maka Kristus menghendaki agar kita sebagai pribadi menjadi semakin dewasa dalam iman yang menghidupi hidup kita dalam dan dengan cinta kasih. 


Sebab Allah menuliskan perintah-Nya dalam hati kita dengan pengurapan Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita, yang memurnikan wawasan dan cinta kasih kita menurut wawasan dan cinta kasih Allah. Karena Gereja adalah tanda kehadiran dan karya Allah menyelamatkan umat manusia dan segala peristiwa serta kejadian sebagai ciptaan Allah merupakan tanda-tanda kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia.


 Kita sebagai anggota Gereja perlu memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda itu. Itulah sebabnya Roh Kudus mengurapi dan diam di dalam hati kita untuk memurnikannya agar mampu dengan tajam menangkap tanda-tanda kehendak Allah. 


Dunia dan manusia membutuhkan kabar gembira keselamatan. Kita dipanggil untuk mewartakan kabar gembira kepada sesama kita. Kita dapat menjadi pewarta kabar baik dalam posisi kita masing-masing dan dengan cara kita masing-masing di tengah-tengah masyarakat.


Hidup dan lingkungan kita adalah medan pewartaan kita. Kesadaran akan tugas perutusan itu mengajak kita bertanya pada diri kita masing-masing sejauh manakah saya telah rela menjadi saksi kebenaran dan menjadi pewarta kabar baik di tengah-tengah lingkungan saya?


Seperti halnya Paulus, setiap pewarta harus melihat tugas perutusan sebagai pelaya kasih tanpa balas jasa. "Apakah upahku"?. Upahku adalah bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah.


Sabda  Tuhan  menegaskan bahwa Allah berkarya selalu dalam kesatuan Allah Tritunggal, dan Allah menghendaki keselamatan semua orang tanpa terkecuali. Oleh karena itu, karya penebusan-Nya akan terus berlanjut sampai akhir zaman dalam tanda-tanda Sakramen.


Gerejalah yang pertama-tama menjadi tanda kehadiran dan karya penyelamatan Kristus bagi umat manusia. "Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya".


Gereja adalah  Sakramen dunia, yang diutus menyucikan dunia. Karena Gereja adalah kita semua yang mengimani Kristus yang berada dalam satu kawanan dan di bawah satu Gembala, maka Kristus menghendaki agar kita sebagai pribadi menjadi semakin dewasa dalam iman yang menghidupi hidup kita dalam dan dengan cinta kasih.


Sebab Allah menuliskan perintah-Nya dalam hati kita dengan pengurapan Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita, yang memurnikan wawasan dan cinta kasih kita menurut wawasan dan cinta kasih Allah.


Karena Gereja adalah tanda kehadiran dan karya Allah menyelamatkan umat manusia dan segala peristiwa serta kejadian sebagai ciptaan Allah merupakan tanda-tanda kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia.


Kita sebagai anggota Gereja perlu memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda itu. Itulah sebabnya Roh Kudus mengurapi dan diam di dalam hati kita untuk memurnikannya agar mampu dengan tajam menangkap tanda-tanda kehendak Allah. Hati yang bersih adalah hati yang penuh cinta kasih.


Sejujurnya bukanlah hal yang mudah untuk memahami sabda Tuhan hari ini, namun kalau kita mau untuk meluangkan waktu, sejenak dalam keheningan, hati dan pikiran kita terfokus pada Allah.


Maka Roh Kudus akan membimbing kita pelan-pelan untuk membuka mata hati kita dan memampukan kita untuk dapat memahami apa yang sesungguhnya yang menjadi kehendak Allah, yaitu memiliki semangat mewartakan Injil menurut tempat dan peran kita masing-masing tanpa rasa takut, tanpa kecil hati, karena Allah Tritunggal hadir dalam diri kita dalam Kristus dan Roh Kudus, agar kita menjadi pribadi beriman yang dewasa yang menghidupi hidup kita dalam dan dengan cinta kasih.


Sekali peristiwa Yesus yang bangkit dari antara orang mati menampakkan diri kepada kesebelas murid, dan berkata kepada mereka, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. 


Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.


Tuhan memanggil para murid agar memberi kesaksian dan pewartaan sehingga banyak orang mengimaniNya. Buah dari iman adalah kuasa penyembuhan  dan pelepasan dari kuasa roh-roh jahat.  Kuasa Tuhan yang menyelamatkan disalurkan melalui uluran dan  penumpangan tangan orang-orang beriman. 


Dimanapun kita berada, kita perlu memupuk iman kita, mengulurkan tangan dan memberi pertolongan kepada orang-orang yang merindukan keselamatan dari Tuhan. Kita bersyukur atas pertobatan St.Paulus dan karya kerasulannya sehingga iman Kristiani tersebar ke seluruh dunia. Semoga kita juga giat menebarkan khabar gembira melalui kesaksian dan pelayanan kita masing-masing.


Tuhan ingin kita menyampaikan kasih-Nya agar dunia mengenal Dia. Dia berjanji akan menyertai kita di saat kita melakukannya dan penyertaan itu Dia tunjukkan melalui kuasa dan otoritas yang memampukan kita melakukan berbagai mukjizat. Sebagai bejana di mana kuasa dan otoritas-Nya bekerja, kita perlu senantiasa memperhatikan kondisi hati dan pikiran kita.


Rasa aman karena tahu identitas kita di dalam Tuhan, adalah lahan yang subur bagi kuasa dan otoritas-Nya untuk bekerja. Jangan terfokus untuk membuktikan diri, tapi untuk memuliakan Tuhan. Tetaplah rendah hati, agar kita tidak jatuh dalam dosa karena membandingkan diri, sombong, ataupun iri kepada orang lain. 


Biarkan firman Tuhan mengisi pikiran kita; memuridkan dan membentuk kita, agar kita tidak mudah goyah saat menghadapi tantangan. Gunakan kuasa dan otoritas untuk melayani, membangun iman, dan membantu orang lain. 


Proses ada untuk membuat kita bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat. Jaga hati dan pikiran, sehingga kita siap untuk Tuhan pakai saat Dia hendak menyatakan kuasa dan otoritas-Nya.


Menjadi  Orang  Pilihan Allah Tentu Ada perasaan bangga jika menjadi orang pilihan untuk mengerjakan sesuatu, mengapa?._


Karena kita dianggap mampu melakukan pekerjaan tersebut karena punya kelebihan dari yang lain. inilah yang masih harus dinyatakan. melalui pelaksanaan tugas tersebut dengan baik dan berhasil. Itu tadi adalah contoh menjadi orang pilihan manusia.


Sebagai orang katolik, kita sudah dipilih Tuhan untuk menjadi murid Yesus. Dan sebagai murid dan orang pilihan-Nya, kita di beri tugas yang sama oleh Yesus.


Apa itu?, tugasnya *"memberitakan Injil"*, maukah melaksanakan tugas itu?, Tuhan sendiri yang memberi tugas ini, harusnya kita bangga loh.


Tetapi banyak yang beralasan aku belum bisa mewartakan Injil karena belum belajar tentang Injil.  Coba kita pahami *"apakah Injil itu?"*, Injil adalah kabar baik atau kabar sukacita dari Tuhan karena Ia sangat mengasihi kita.


Jadi yang harus diwartakan ialah kasih Tuhan melalui perbuatan kasih kita kepada sesama, mudahkan. Memang ada orang yang diberi talenta memahami Injil, wartakan, ada yang diberi talenta penyembuhan, lakukan semua dengan benar.


Lakukan dengan benar!"* harus menjadi perhatian, karena banyak orang melakukan bukan untuk nama Tuhan yang semakin besar, tetapi namanya sendiri yang semakin besar, lebih parah lagi semua demi uang.


Pertobatan St. Paulus'. Markus 16:15-18 “Rasul untuk bangsa-bangsa lain” dan misionaris terbesar pada gereja awal mula, adalah warga negara Romawi sejak lahir di Tarsus (di Kilikia), dan seorang Yahudi yang lahir dari suku Benyamin. Nama Ibraninya adalah Saulus. Karena dia adalah anak seorang Farisi, ia dikirim ke Yerusalem oleh orang tuanya untuk mempelajari Hukum Taurat Musa di bawah bimbingan rabi besar Gamaliel. Ia juga pandai membuat tenda. Ketika ia melihat Stevanus dirajam oleh orang Yahudi karena percaya dengan Yesus Kristus, dia yang pertama setuju untuk melempar Stevanus dengan batu.


Setelah pertobatannya  ia melakukan beberapa perjalanan misionaris, mempertobatkan ratusan orang Yahudi dan bukan Yahudi dan mendirikan kolompok-kelompok kecil gereja perdana. Dia menulis 14 surat. Dia ditangkap dan ditahan di penjara selama dua tahun di Kaisarea dan menghabiskan dua tahun lagi di bawah tahanan rumah di Roma. Akhirnya, dia menjadi martir dengan cara dipenggal kepalanya  di Tre Fontane di Roma. Kisah singkat hidupnya.


gereja  merayakan kisah pertobatannya yang ajaib. Pristiwa pertobatannya dapat kita baca lagi dalam kisah para rasul 22:3-16. Pristiwa yang merevolusi sejarah gereja dan teologi gereja perdana hingga kini. Dari seorang pembenci menjadi pencinta yang unggul  dari  pemimpin muda yang fanatik terhadap agama Yehuda, Taurat Musa, menjadi pewarta (misionaris)yang handal serta pembela yang militant, dari penyerang  ajaran Yesus menjadi pembela ajaran  Yesus kelas wahid. 


Pertobatan Saulus menjadi  Paulus mengajarkan kepada kita bahwa  Tuhan punya rencana untuk setiap orang mau menjadi seperti apa. Jangan remehkan kuasa Tuhan apa lagi membencinya. Benjana yang rapuh mudah pecah akan menjadi bejana yang indah dimata Tuhan sebagai alatnya 


Paulus menjadi contoh pelaksana amanat dan penugasan  Tuhan Yesus seperti yang kita baca dalam versi injil Markus: Pergi keseluruh pelosok dunia dan beritakan injil, kabar sukacita kepada segala mahluk. Mereka yang percaya akan dimampukan  Tuhan sendiri untuk mengusir setan, mereka akan bicara dalah bahasa bahasa yang baru, sekalipun mereka minum racun mereka tidak akan celaka. Mereka akan meletakan tangannya atas orang sakit dan orang itu akan sembuh. 


Roh kudus telah menuntun Paulus dalam pelayanannya, karena Ia percaya akan kebangkitan Tuhan. Roh itu juga akan menuntun pelayannya, siapun kita  dan  memampukan kita untuk bersaksi tentang Dia melalui kehidupan kita masing masing. Percayalah. 


Sabda Yesus yang asli, yaitu, “Pergilah ke ujung-ujung paling jauh dari dunia ini dan beritakanlah Kabar Baik kepada semua makhluk.” Tugas para rasul ini tiada habisnya. Entah akan selesai beberapa abad lagi. Tidak ada waktu untuk menunda perwujudannya. Tidak banyak waktu untuk istirahat, apa lagi untuk berkata: semua ujung bumi sudah tahu Yesus. 


Injil sejati memang sama  dengan Yesus. Sebab Dialah Juru Selamat dunia. Namun Kabar Baik bukan ideologi yang tinggal dimengerti dan dihafal saja! Sebagai Kabar Baik, Yesus perlu diizinkan semakin menguasai jiwa dan tubuh manusia. Rasul Paulus mengungkapkannya dengan kata-kata cemerlang, “Hidupku ialah Kristus!” 


Kalau manusia mulai mengandalkan Yesus dalam hidupnya dan tidak mau melekat pada apa dan siapa pun juga, boleh dikatakan: pemberitaan telah berhasil.


Kata “mengandalkan”, dalam Injil diganti dengan kata sederhana: percaya. Tiada percaya, kalau dalam pikiran masih muncul kata “tetapi”. Manusia jangan tergoda untuk percaya sekian persen saja. Sebab setiap persen ketidakpercayaan adalah bahaya bahwa manusia akhirnya takkan percaya. Biarpun sudah dibaptis.


Bapa, Yesus menyebut juga beberapa hal lain, yaitu: karya pemberitaan akan disertai berbagai tanda, termasuk yang ajaib. Setan akan diusir dalam nama Yesus; lewat mulut pemberita maupun umat yang percaya akan terdengar berbagai bahasa; bahaya dipatuk ular dan minum racun akan dilewati tanpa menderita apa-apa; orang-orang sakit akan disembuhkan lewat tangan yang diletakkan pada mereka.


Bapa, kami bersyukur atas semua tanda-tanda itu. Sebab menenteramkan umat, menguatkan iman, menghibur yang berduka, menegakkan kerajaan surga di bumi. Anak tanpa pelukan mamanya, bisa merana. Orang dewasa tanpa diakui nilainya bisa sakit serius. 


Manusia memang sangat memerlukan berbagai tanda. Namun, tanda Tuhan mana pun selalu menunjukkan Yesus, sumber segala rahmat. Semoga kami, ya Bapa, selalu bersyukur.


Bapa, pada dua ayat terakhir disinggung kenaikan Yesus ke surga. Ini pun tanda, tanda-start dimulainya karya memberitakan Kabar Baik ke seluruh dunia. Waktu tinggal bersama Yesus, habis. 


Habis? Justru ada kejutan! Yesus tetap akan meneguhkan sabda-Nya yang dikomunikasikan para rasul-Nya. Yang baik, pasti akan diberi tanda “Ya, inilah kehendak Bapa!” Tanda ini sangat perlu sebab melakukan kehendak Bapa adalah pedoman utama tiap murid Yesus.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Search This Blog

Powered by Blogger.

informasi pendidikan

Apa Perbedaan Agama dan spiritualitas

Menurut pandangan saya, agama dan spiritualitas adalah dua konsep yang berbeda meskipun terkait erat. Agama adalah pengorganisasian gagasan-...